• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Diferensiasi Leukosit

Pengamatan diferensiasi leukosit yaitu eosinofi, basofi, neutrofil, limfosit dan monosit dapat dilihat pada Gambar 4.2:

Gambar 4.2 (a) Eosinofil (b) Limfosit (c) Monosit (d) Neutrofil

4.2.1 Eosinofil

Pengamatan terhadap jumlah sel Eosinofil tikus jantan yang diberi ekstrak kulit manggis yang dipapari kebisingan dapat dilihat pada Gambar 4.2.1:

a b

Gambar 4.2.1 Jumlah Sel Eosinofil Tikus Jantan yang Diberi Ekstrak Kulit Manggis yang Dipapari Kebisingan. P0= kontrol blank, P1= ekstrak kulit manggis dari hari 1-16, P2= kebisingan 85-110 dB dan akuades dari hari 1-16. Dengan tingkat kebisingan yang berbeda, yaitu: P3= 25-50, P4= 55-80 dB, P5= 85-110 dB dan diberi ekstrak kulit manggis dari hari 1-16

Dari pengamatan terhadap jumlah sel eosinofil tikus jantan yang diberi ekstrak kulit manggis yang dipapari kebisingan, maka diperoleh jumlah sel eosinofil pada P0= 0,2%, pada P1= 0,2%, pada P2= 0,6, pada P3= 0, pada P4= 0,2 dan pada P5= 0. Dapat kita lihat bahwa jumlah sel eosinofil pada P1 lebih tinggi daripada jumlah sel eosinofil pada perlakuan yang lainnya. Tetapi hal ini tidak berpengaruh karena perbedaan jumlah sel eosinofil ini masih dalam rentang keadaan normal dan tidak berpengaruh secara bermakna setelah di analisis statistik. Analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Kebisingan tidak berpengaruh terhadap eosinofil karena kebisingan merupakan salah satu stressor dan menyebabkan penyakit yang diakibatkan oleh tingkat stress yang tinggi, sedangkan sel eosinofil berperan sebagai detoksifikasi benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti parasit ataupun bakteri. Menurut Hoffbrand (2006), bahwa fungsi utama eosinofil adalah detoksifikasi baik protein asing yang masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru ataupun saluran pencernaan maupun racun yang dihasilkan oleh bakteri dan parasit. Oleh sebab itu, ekstrak

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P ers en ta se H it u n g J en is E u sin o fil Perlakuan

24

kulit manggis berperan dalam menjaga kestabilan jumlah sel eosinofil, karena mengandung senyawa-senyawa yang berfungsi untuk membantu mengurangi benda-benda asing yang masuk kedalam tubuh. Kulit buah manggis mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai antiinflamasi, antihistamin, antibakteri, antijamur, kanker, hipertensi, stroke dan terapi HIV (Nugroho, 2009).

4.2.2 Basofil

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, tidak ditemukan kehadiran sel basofil di dalam darah. Basofil jumlahnya 0-1% di dalam darah, basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan yang dikenal dengan hipersensitifitas kulit basofil. Hal ini menunjukkan basofil memiliki hubungan dengan kekebalan (Effendi, 2003). Namun kebisingan tidak berpengaruh terhadap jumlah sel basofil. Menurut Chusna (2008), melalui penelitian yang dilakukan terhadap mencit balb/c bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada persentase jumlah eosinofil (p=0,7) dan basofil (p=0,3) antara kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil uji t-test juga menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada persentase jumlah neutrofil batang (p=0,2) dan monosit (p=0,4) antara kelompok kontrol dengan perlakuan. Hasil pengamatan jumlah basofil dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.2.3 Neutrofil

Dari uji analisis statistik yang telah dilakukan terhadap jumlah sel neutrofil tikus yang diberi ekstrak kulit manggis dan dipapari kebisingan setelah diuji ANOVA, maka diperoleh hasil bahwa tidak adanya perbedaan nyata antara tiap perlakuan. Hasil uji statistik secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Gambar 4.2.3:

Gambar 4.2.3 Jumlah Sel Neutrofil Tikus Jantan yang Diberi Ekstrak Kulit Manggis yang Dipapari Kebisingan. P0= kontrol blank, P1= ekstrak kulit manggis dari hari 1-16, P2= kebisingan 85-110 dB dan akuades dari hari 1-16. Dengan tingkat kebisingan yang berbeda, yaitu: P3= 25-50, P4= 55-80 dB, P5= 85-110 dB dan diberi ekstrak kulit manggis dari hari 1-16

Pada Gambar 4.2.3 dapat dilihat bahwa adanya peningkatan sel neutrofil yang fluktuatif antara tiap perlakuan, adanya perbedaan jumlah sel neutrofil ini menunjukkan adanya reaksi yang terjadi antara perlakuan yang dipapari kebisingan dengan parlakuan yang tidak dipapari kebisingan. Jumlah neutrofil pada tiap perlakuan memiliki nilai yang masih berada dalam kadar normal, yaitu P0= 20,8% P1= 22,6%, P2= 19,8%, P3= 24,1%, P4= 19%, P5= 17,4%.

Jumlah sel neutrofil terbanyak terdapat pada P2, hal ini diduga terjadi karena konsentrasi ekstrak kulit manggis yang diberikan masih bekerja dengan baik pada tingkat kebisingan 25-50 dB, karena tingkat kebisingan tersebut masih dalam ambang batas normal pendengaran. Tetapi pada tingkat kebisingan yang lebih tinggi yaitu pada perlakuan P3 dan P4 jumlah sel neutrofil terus menurun, hal ini terjadi karena pada tingkat kebisingan tersebut sudah mulai menimbulkan stress yang berdampak pada kesehatan. Menurut Chusna (2008), bahwa pemberian kebisingan dapat menyebabkan perubahan hitung jenis leukosit dimana terjadi peningkatan persentase jumlah neutrofil (sering disebut sebagai pergeseran hitung jenis ke arah kanan).

0 5 10 15 20 25 30 35 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P ers en ta se H it u n g J en is N eu tro fi l Perlakuan

26

Dengan menggunakan ekstrak kulit manggis dapat menekan kerusakan tersebut. Walaupun sel neutrofil terpakai dalam menjaga imunitas nonspesifik dalam tubuh, namun senyawa xanthone dalam ekstrak kulit manggis tetap menjaganya dalam keadaan stabil. Menurut Fauziah et al (2013), bahwa xanthone merupakan senyawa aktif dalam kulit buah manggis yang bersifat sebagai immunomodulator, sehingga bisa menstabilkan eritrosit di dalam tubuh. Hal ini didukung oleh pendapat Ruslami (2010) yang menyatakan bahwa immunomodulator adalah senyawa yang dapat menormalkan atau mengoptimalkan kerja sistem imun sehingga komponen dalam darah stabil.

4.2.4 Limfosit

Pengamatan terhadap jumlah sel Limfosit tikus jantan yang diberi ekstrak kulit manggis yang dipapari kebisingan dapat dilihat pada Gambar 4.2.4:

Gambar 4.2.4 Jumlah Sel Limfosit Tikus Jantan yang Diberi Ekstrak Kulit Manggis yang Dipapari Kebisingan. P0= kontrol blank, P1= ekstrak kulit manggis dari hari 1-16, P2= kebisingan 85-110 dB dan akuades dari hari 1-16. Dengan tingkat kebisingan yang berbeda, yaitu: P3= 25-50, P4= 55-80 dB, P5= 85-110 dB dan diberi ekstrak kulit manggis dari hari 1-16

Jumlah sel limfosit yang didapatkan dari penelitian ini adalah P0= 74,4%, P1= 67,6%, P2= 71,2%, P3= 63,2%, P4= 71%, dan P5= 74%. Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pemaparan kebisingan dapat menurunkan jumlah sel limfosit. Menurut Chusna (2008), bahwa pemberian

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P ers en ta se H it u n g J e n is Li m fo si t Perlakuan

kebisingan dapat menyebabkan perubahan hitung jenis leukosit terjadi penurunan persentase limfosit pada kelompok perlakuan secara bermakna. Menurut Budiman (2004), bahwa terjadi peningkatan kadar kortisol serta penurunan jumlah limfosit dan kadar IgG serum akibat waktu paparan selama 1 jam dengan intensitas suara 40-50 dB maupun intensitas suara > 85 dB. Demikian pula pada paparan selama 2 jam dengan intensitas suara 40-50 dB maupun intensitas suara > 85 dB. Dibandingkan waktu 2 jam dan 1 jam paparan pada intensitas suara > 85 dB terjadi peningkatan lebih tinggi untuk kadar kortisol serta penurunan jumlah limfosit dan IgG serum yang lebih rendah, daripada intensitas suara 40-50 dB. Dari uji analisis statistik yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa tidak adanya perbedaan nyata antara tiap perlakuan.

Limfosit sangat berperan dalam menjaga sistem kekebalan tubuh, sehingga dengan adanya kebisingan sebagai gangguan terhadap kesehatan tubuh, maka limfosit akan berkurang jumlahnya. Sel limfosit berperan dalam membentuk atibodi yang bersirkulasi dalam darah atau dalam system kekebalan seluler (Frandson, 1992). Tetapi dapat dilihat dari gambar diatas bahwa pemberian ekstrak kulit manggis dapat meningkatkan jumlah limfosit. Jumlah limfosit terbanyak terdapat pada P4 dengan tingkat kebisingan 85-110 dB, yang pada dasarnya merupakan tingkat kebisingan diatas ambang batas pendengaran manusia. Menurut Mardiana (2011), bahwa kelebihan senyawa xanthone pada kulit buah manggis dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan tingkat depresi dan menstabilkan fungsi jaringan dalam tubuh.

4.2.5 Monosit

Pengamatan terhadap jumlah sel Monosit tikus jantan yang diberi ekstrak kulit manggis yang dipapari kebisingan dapat dilihat pada Gambar 4.2.5:

28

Gambar 4.2.5 Jumlah Sel Monosit Tikus Jantan yang Diberi Ekstrak Kulit Manggis yang Dipapari Kebisingan. P0= kontrol blank, P1= ekstrak kulit manggis dari hari 1-16, P2= kebisingan 85-110 dB dan akuades dari hari 1-16. Dengan tingkat kebisingan yang berbeda, yaitu: P3= 25-50, P4= 55-80 dB, P5= 85-110 dB dan diberi ekstrak kulit manggis dari hari 1-16

Berdasarkan uji analisis statistik yang telah dilakukan, bahwa ada perbedaan nyata antara P0 dengan P5. Hasil uji statistik dapat dilihat secara lengkap di Lampiran 5. Jumlah sel monosit dari setiap perlakuan adalah P0= 3,8%, P1= 9,6%, P2= 8,4%, P3= 11,2%, P4= 9,8% dan P5= 8,8%. Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chusna (2008), diketahui bahwa kebisingan tidak mempengaruhi jumlah sel monosit, namun dalam penelitian ini jumlah monosit bertambah pada perlakuan yang diberikan ekstrak kulit manggis. Hal ini mungkin terjadi karena ekstrak kulit manggis memiliki berbagai macam manfaat yang baik untuk tubuh. Monosit berperan sebagai fagosit sel atau benda asing didalam tubuh, dan zat yang terdapat di kulit manggis dapat meningkatkan jumlah monosit didalam tubuh. Menurut Fauziah et al (2013), bahwa senyawa xanthone yang terdapat dalam kulit buah manggis yang bersifat sebagai immunomodulator dapat meningkatkan jumlah leukosit. Peningkatan jumlah leukosit 10 % juga diiringi dengan peningkatan komponen sel darah lainnya.

0 2 4 6 8 10 12 14 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P ers en ta se H it u n g J en is M on os it Perlakuan ab ab ab a ab b

BAB 5

Dokumen terkait