• Tidak ada hasil yang ditemukan

mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap variabel Y.

Dasar pengambilan keputusan :

- Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak - Jika probabilitas < 0,05, maka Hi diterima dan Ho ditolak Berdasarkan probabilitasnya menunjukkan bahwa variabel media sosial (X1) secara signifikan mempengaruhi terhadap gaya hidup imitasi (0,000 < 0,05)

Gambar 11 Histogram

Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2017

4.6. Pembahasan

Dari hasil penelitian ini, yang menjadi responden terbanyak adalah responden perempuan dengan prosentase sebesar 64,3% atau 45 dari 70 responden. Hal ini membuktikan bahwa perempuan lebih banyak menonton tayangan sinetron Anak Langit dibandingkan dengan laki-laki.

variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah tayangan sinetron Anak Langit (X) dan variabel terikat pada penelitian ini adalah gaya hidup imitasi (Y). Terdapat 4 indikator pada tayangan sinetron Anak Langit, dan 16 pada indikator gaya hidup imitasi.

Indikator pertama pada tayangan sinetron Anak Langit adalah waktu penayangan (X1). Sebanyak 48 responden atau (68,6%) mengaku bahwa mereka menonton sinetron Anak Langit bukan karena tayang pada jam prime time atau waktu santai. Hal tersebut dapat diketahui dari jawaban yang didapatkan peneliti bahwa mereka menonton tayangan sinetron Anak Langit bukan karena tayang pada jam prime time.

Indikator kedua pada tayangan sinetron Anak Langit adalah artis (X2). Sebanyak 43 dari 70 responden atau (61,4%) menonton tayangan sinetron Anak Langit karena adanya artis idola. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar responden setuju akan menonton karena adanya artis/figur idola mereka. Dengan adanya artis idola dialam tayangan sinetron Anak Langit, maka secara tidak langsung mereka tertarik menonton sinetron Anak Langit. Hal ini bisa mempengaruhi responden untuk selalu mengikuti tayangan sinetron ini.

Indikator ketiga pada tayangan sinetron Anak Langit adalah karakter peran (X3). Sebanyak 66 dari 70 responden responden menonton tayangan sinetron Anak Langit karena tertarik akan karakter peran atau sebanyak 94,3% bila diprosentasekan. Sisa dari itu atau sebanyak 4 responden (5,7%) lebih cenderung tidak setuju bahwa mereka menonton karena tertarik akan karakter peran sinetron. Hal tersebut dapat diketahui dari jawaban yang didapatkan peneliti bahwa mereka tertarik pada karakter peran sinetron Anak Langit.

Indikator yang terakhir pada tayangan sinetron Anak Langit adalah stasiun televisi (X4). Dimana sebanyak 52 responden memberikan jawaban sangat setuju, 2 responden memberikan jawaban setuju, disusul dengan 15 responden memberikan jawaban tidak setuju dan 1 responden memberikan jawaban sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden menonton tayangan sinetron Anak Langit karena sinetron tayang pada stasiun televisi favorit yaitu sebanyak 54 responden atau 77,2%, dan sisanya sebanyak 16 responden atau 22,8% responden menonton tayangan sinetron Anak Langit bukan karena tayang pada stasiun televisi favorit.

Indikator pertama dalam gaya hidup imitasi adalah menonton karena ingin memahami isi cerita sinetron (Y1). Dari 70 responden, sebanyak 63 responden (90%) setuju bahwa mereka menonton sinetron Anak Langit karena ingin memahami isi cerita sinetron. Artinya adalah sebagian besar responden menonton sinetron Anak Langit karena penasaran dan ingin memahami isi cerita sinetron.

Indikator kedua dalam gaya hidup imitasi adalah memperhatikan perilaku sinetron (Y2). Dari 70 responden, sebanyak 41 responden (58%) tidak setuju bahwa mereka menonton sinetron Anak Langit karena ingin memperhatikan perilaku tokoh sinetron. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak mementingkan hal ini ketika mereka menonton tayangan sinetron Anak Langit.

Indikator ketiga pada gaya hidup imitasi adalah memperhatikan gaya atau style berpakaian tokoh (Y3). Dari 70 responden, sebanyak 31 responden (44,3%) tidak setuju bahwa mereka menonton sinetron Anak Langit karena memperhatikan gaya berpakaian tokoh dan sebanyak 37 responden (52,9%) tertarik menonton karena memperhatikan gaya atau style berpakaian tokoh. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menonton tayangan sinetron Anak Langit karena mereka memperhatikan gaya berpakaian tokoh yang kekinian.

Indikator keempat pada gaya hidup imitasi adalah mengikuti gaya atau style berpakaian tokoh (Y4). Dari 70 responden, sebanyak 35 responden (50%) mereka mengikuti gaya dan cara berpakaian tokoh dan sebanyak 35 responden (50%) tidak tertarik untuk mengikuti gaya dan cara berpakaian tokoh. Artinya bahwa hal ini tidak berpengaruh kuat pada gaya hidup imitasi responden, karena setengah dari responden menirukan gaya

berpakaian tokoh Anak Langit dan setengahnya lebih memilih cara berpakaian atau style berpakaian mereka sendiri.

Indikator selanjutnya pada gaya hidup imitasi adalah memperhatikan gaya berkendara tokoh (Y5). Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 67 responden (95,7%) tidak setuju bahwa mereka menonton sinetron Anak Langit karena memperhatikan gaya berkendara tokoh. Walaupun sinetron Anak Langit menayangkan berbagai adegan dengan gaya yang menarik dalam berkendara, ternyata itu tidak menarik perhatian responden untuk memperhatikan gaya berkendara tokoh saat mereka menonton Anak Langit.

Indikator keenam pada gaya hidup imitasi adalah mengikuti gaya berkendara tokoh (Y6). Sebanyak 48 responden dari 70 responden (68,6%) didapatkan tidak setuju bahwa mereka menonton sinetron Anak Langit dan mengikuti gaya berkendara tokoh, dan sisanya sebanyak 22 responden (31,4%) setuju bahwa mereka menonton sinetron Anak Langit dan mengikuti gaya berkendara tokoh. Artinya bahwa hanya sedikit dari responden yang mengikuti gaya berkendara tokoh daidalam kehidupan sehari-hari mereka setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit. Kebanyakan dari mereka lebih memilih berkendara secara aman dan mematuhi peraturan lalu lintas dengan kendaraan berkelengkapan orisinil.

Indikator ketujuh pada gaya hidup imitasi adalah memperhatikan gaya bahasa tokoh (Y7). Dari 70 responden, sebanyak 66 responden (94,3%) setuju bahwa mereka menonton sinetron Anak Langit karena tertarik memperhatikan gaya bahasa tokoh. Dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa yang kekinian pada tayangan sinetron Anak Langit mampu menarik perhatian responden, sehingga responden menonton sinetron Anak Langit.

Indikator kedelapan pada gaya hidup imitasi adalah menggunakan gaya bahasa alay atau kekinian (Y8). Dari 70 responden, sebanyak 35 responden (50,0%) setuju bahwa mereka menggunakan bahasa alay dan sebagian responden sebanyak 35 responden (50,0%) memilih tidak

menggunakan bahasa alay dalam kegiatan sehari-hari. Dapat disimpulkan bahwa sebagian responden memilih menirukan gaya bahasa alay dan sebagiannya lagi memilih tidak menirukan gaya bahasa alay atau nyaman pada gaya bahasa mereka sendiri dan lebih memilih berkomunikasi secara baik dan benar dalam kegiatan berkomunikasi mereka sehari-hari.

Indikator selanjutnya dalam gaya hidup imitasi adalah perilaku kerjasama (Y9). Sebanyak 46 responden dari 70 (65,7%) setuju bahwa sinetron Anak Langit mengajarkan perilaku kerjasama. Hal ini membuktikan bahwa disamping menayangkan dan menimbulkan perilaku yang kurang baik, Anak Langit memberikan contoh hal yang positif yaitu berperilaku kerjasama.

Indikator yang kesepuluh dalam gaya hidup imitasi adalah perilaku tolong menolong (Y10). Dari 70 responden, sebanyak 63 responden (90,0%) setuju bahwa sinetron Anak Langit mengajarkan perilaku tolong menolong. Hal ini menunjukkan bahwa sinetron Anak Langit mampu memberikan efek yang positif terhadap responden, yaitu dengan ditunjukkannya sebagian besar responden memiliki perilaku tolong menolong setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit.

Indikator kesebelas dalam gaya hidup imitasi adalah perilaku kejujuran (Y11). Dari 70 responden, sebanyak 62 responden (88,6%) setuju bahwa sinetron Anak Langit mengajarkan perilaku kejujuran. Hal ini menunjukkan disamping menayangkan berbagai adegan yang kurang baik, Anak Langit juga memberikan nilai moral yang baik salah, yaitu salah satunya adalah berperilaku jujur.

Indikator keduabelas dalam gaya hidup imitasi adalah perilaku dermawan (Y12). Dari 70 responden, sebanyak 47 responden (67,1%) setuju bahwa sinetron Anak Langit mengajarkan perilaku dermawan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berperilaku dermawan dalam kehidupan sehari-hari mereka setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit.

Indikator selanjutnya adalah perilaku empati (Y13). Dari 70 responden, sebanyak 9 responden (12,9%) setuju dan 61 responden (87,1%) sangat setuju bahwa sinetron Anak Langit mengajarkan perilaku untuk saling peduli terhadap sesama. Artinya seluruh responden berperilaku empati atau saling peduli terhadap sesama setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit. Hal ini membuktikan bahwa sinetron Anak Langit berhasil memberikan suatu ajaran yang positif terhadap responden.

Indikator keempatbelas adalah taat beribadah (Y14). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden setuju bahwa sinetron Anak Langit memberikan pengajaran untuk taat beribadah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak seluruhnya adegan sinetron Anak Langit merupakan adegan yang berbahaya dan kurang baik. Ada nilai positif yang diberikan oleh sinetron Anak Langit yaitu taat untuk beribadah.

Indikator kelimabelas pada gaya hidup imitasi adalah perilaku sopan santun (Y15). Data penelitian menunjukkan, 63 responden dari 70 responden (90,0%) sangat setuju dengan pernyataan sinetron Anak Langit mengajarkan perilaku sopan santun. Dan responden berlaku sopan santun setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit. Hal ini menunjukkan bahwa Anak Langit juga memberikan nilai positif yang lain terhadap responden, yaitu untuk berperilaku sopan santun.

Indikator terakhir pada gaya hidup imitasi adalah perilaku berterimakasih (Y16). Dari 70 responden, sebanyak 66 responden (94,3%) sangat setuju dengan pernyataan sinetron Anak Langit mengajarkan perilaku berterimakasih. Bukti menyatakan bahwa responden memiliki perilaku berterimakasih setelah menonton tayangan sinetron Anak Langit. Hasil penelitian ini semakin menguatkan bahwa disamping banyaknya adegan berbahaya dan kurang baik yang menimbulkan efek negatif, tayangan sinetron Anak Langit mampu memberikan efek yang positif terhadap responden.

Berdasarkan hasil uji hipotesis, nilai korelasi r hasil adalah 0,888 dan nilai korelasi ini tergolong kuat serta memiliki nilai positif (arah korelasi positif) sehingga dapat dikatakan pola hubungan antara tayangan sinetron Anak Langit dan gaya hidup imitasi adalah searah. Artinya, semakin sering menonton tayangan sinetron Anak Langit maka gaya hidup imitasi juga akan meningkat akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat menonton tayangan sinetron Anak Langit, maka akan semakin rendah gaya hidup imitasinya. Dapat diartikan juga bahwa responden yang menonton tayangan sinetron Anak Langit sebanyak 4 kali dalam seminggu selama satu episode cenderung memiliki pengaruh gaya hidup imitasi. Dengan adanya hasil penelitian ini semakin memperkuat dugaan bahwa ada pengaruh secara nyata antara menonton tayangan sinetron Anak Langit terhadap gaya hidup imitasi.

Besarnya pengaruh menonton tayangan sinetron Anak Langit terhadap gaya hidup imitasi adalah sebesar 78,90% dan sisanya 21,1% dipengaruhi oleh faktor lain diluar tayangan sinetron Anak Langit yang tidak diteliti oleh peneliti. Ini artinya dengan menonton tayangan sinetron Anak Langit dapat mempengaruhi gaya hidup imitasi responden sebesar 78,90%. Sedangkan 21,1% nya dipengaruhi oleh faktor lain diluar menonton tayangan sinetron Anak Langit.

Selain itu, variabel kontrol pada penelitian ini terbukti memberikan sumbangan efektif terhadap tayangan sinetron dan gaya hidup imitasi siswa SMA N 3 Temanggung, yang meliputi jenis kelamin dengan sumbangan efektif sebesar 78,1%, uang saku sebesar 79,2%, pendapatan orang tua sebesar 78,9% dan pekerjaan orang tua sebesar 79,9%.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti tentang dampak tayangan sinetron terhadap remaja. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Shahnaz Natasha Anya (2015) yang melakukan penelitian tentang pengaruh intensitas menonton sinetron remaja dan mediasi orang tua terhadap perilaku kekerasan pada siswa dan siswi kelas satu dan dua SMP Islam

Hidayatullah, Banyumanik, Semarang. Penelitian dengan metode kuantitatif dengan teknik regresi linier sederhana dan regresi linier berganda ini menghasilkan bahwa intensitas menonton sinetron remaja memiliki pengaruh positif dengan pengaruh yang sangat erat terhadap perilaku kekerasan pada siswa siswi SMP Islam Hidayatullah. Semakin rendah intensitas menonton tayangan sinetron remaja, maka semakin rendah perilaku kekerasan yang dilakukan oleh seseeorang remaja.

Tayangan sinetron Anak Langit merupakan tayangan sinetron yang diperuntukkan untuk masyarakat Indonesia khususnya remaja Indonesia yang didalamnya dipenuhi muatan hiburan, pendidikan, dan religiusitas. Tayangan sinetron ini sebagian dapat mempengaruhi remaja dalam bertindak, namun tayangan sinetron hanya sebagai pengingat akan gaya hidup bukanlah pengaruh yang kuat bagi gaya hidup pemirsanya. Tayangan sinetron itu sendiri tidak sepenuhnya mempengaruhi dalam gaya hidup remaja, tetapi untuk sekedar tau atau tingkat pengetahuan saja sebab informasi yang diperoleh sangat terbuka, dalam artian bahwa dalam pemeran sinetron, artis-artisnya sudah diseleksi untuk meraih perhatian pemirsa dalam menyaksikan tayangan sinetron tersebut. Padahal seperti yang diketahui bahwa program-program infotaiment sering memberikan informasi serta gosip mengenai kehidupan artis yang mencerminkan gaya hidupnya yang bermanfaat bagi remaja sehingga para remaja sendiri dapat menimbang-nimbang terhadap bagaimana gaya hidup yang baik dan patut dicontoh.

Dugaan awal dari peneliti bahwa tayangan sinetron Anak Langit sangat mempengaruhi besar gaya hidup imitasi siswa SMA N 3 Temanggung karena peneliti menemui siswa dari SMA N 3 Temanggung menggunakan kendaraan seperti kendaraan yang digunakan oleh tokoh sinetron hingga membentuk club motor dan melakukan pertemuan rutin saat akhir pekan. Namun setelah melihat hasil penelitian, dugaan dari peneliti tidak sesuai dengan yang terjadi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa menonton tayangan sinetron Anak Langit bukan

satu-satunya faktor yang mempengaruhi gaya hidup imitasi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain. Menonton tayangan sinetron Anak Langit merupakan pilihan setiap responden. Jika mereka sering menonton tayangan sinetron Anak Langit, maka akan semakin besar pengaruh untuk mengikuti gaya hidup yang ada didalam tayangan sinetron. Baik itu gaya hidup yang positif maupun gaya hidup yang negatif.

Dokumen terkait