• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYAJIAN DATA

C. Dilihat dari Perilakunya

Pelaksanaan pemuasan homoseksual itu antara lain berlangsung dengan cara-cara sebagai berikut: mereka itu saling memeluk dengan mesra, berdekap-

dekapan, saling membelai dan mencium.58 Colette dalam terjemahan bukunya ”La

Vagabonds” melukiskan peristiwa homoseksual-wanita atau lesbian itu sebagai berikut:

Dua orang wanita yang saling berpelukan memberikan satu gambaran yang mengasyikkan dari bentuk kelemahan yang majemuk; agaknya mereka mencari pelarian dalam pelukan masing-masing untuk tidur, untuk menangis, dan untuk menghindari laki-laki jahat, serta untuk merasakan satu kenikmatan yang dirindukan yang tiada bandingannya; kenikmatan yang pahit, yang disebabkan oleh karena adanya rasa kesamaan dan perkaitan, merasa tidak berarti; dan untuk melupakan semuanya.59

Perilaku lesbian tersebut dapat terlihat dalam kalimat-kalimat di bawah ini:

58

Ibid., hal 273

59

1.. Tiba-tiba, sesendok es krim berada di depan wajah Fola. Gadis itu tersentak ke belakang. Pipinya merona merah. Ragu-ragu, dia memajukan diri, dan membiarkan Henrietta menyendokkan es krim untuknya. (Hal 58)

2. ”Semanis dirimu.” Fola tersipu. ”Kau hanya menggodaku.” Henrietta tersenyum, mengulurkan tangan, dan menepuk punggung tangan Fola. ”Menggoda?” katanya. ”Tadi itu kejujuran.” (Hal 59)

3. ”Kau manis kalau sedang digoda seperti itu.” Sebentuk senyum menyeringai di wajah Henrietta. Entah mengapa, Fola tersipu. Pipinya bersemu merah. (Hal 67)

4. Lalu, tiba-tiba, Henrietta mengulurkan tangan ke depan, melingkarkan tangannya tepat pada bahu Fola, memeluknya erat, dan mencium rambut Fola tepat di ubun-ubun. Ini lebih berupa gerakan spontan daripada ciuman lembut penuh kasih sayang. (Hal 70)

5. Fola menggeliat keras berusaha menjauh, tapi Henrietta tidak ingin berhenti. Malah bibir Henrietta terus bertubi-tubi menjelajahi telinga, tulang pipi, dan akhirnya menjadi sangat dekat dengan sudut bibir Fola. Ketika Fola nyaris berteriak untuk mengakhiri serbuan ini, gerakan Henrietta melambat. Dengan lembut Henrietta mengusapkan bibirnya pada ujung bibir Fola, menciumnya dengan ringan dan santai. (Hal 70)

6. Kalau saja Henrietta menciumnya lagi seperti dulu, Fola tidak mungkin lebih terkejut lagi. (Hal 115)

7. Henrietta mengusapkan bibirnya dengan lembut ke bibir Fola. Sama seperti dulu, hanya saja kali ini Fola sungguh mendamba. Ia mendekatkan dirinya pada Henrietta. Tubuh itu terasa mungil dan kecil, berbeda ketika dia

bersentuhan dengan lelaki. Henrietta memeluknya erat-erat seakan Fola barang yang sangat berharga. (Hal 127)

8. Henrietta merenggangkan pelukan dan mencium mata Fola. Dia membelai pipi perempuan itu, menghapus air mata yang meleleh turun. (Hal 128)

9. ”Aku tidak menggodamu.” Henrietta memeluk Fola erat-erat, mencium ubun- ubun rambut Fola. ”Aku bersungguh-sungguh.” (Hal 129)

10.Henrietta menoleh ke arah Fola, membiarkan lengan mereka beradu. Fola mencari tangan Henrietta yang tidak menggendong Eliza. Jemari mereka saling terkait. Mereka berpegangan tangan. (Hal 168)

11.Henrietta membungkuk ke depan, meraih Eliza, menciumnya lembut. Lalu lengannya menarik Fola, mencium pipi perempuan itu ringan. (Hal 169) 12.Henrietta membelai rambut Fola dengan lembut. Dia memerhatikan bentuk

wajah yang bundar dan lembut di hadapannya. (Hal 246)

13.Fola berbaring miring, sangat berhati-hati agar gerakannya di kasur tidak mendorong bayinya tanpa sengaja ke tembok. Dia mencondongkan wajahnya ke arah hidung Henrietta, lalu perlahan-lahan menciumnya. (Hal 181)

14.Jantung Fola berdebar-debar liar; pipinya terasa panas membara. Dada mereka berdempetan rapat, sehingga semakin terasa kelembutan yang ditimbulkannya. Henrietta memainkan rambut Fola yang terurai di bantal. (Hal 183)

15.Henrietta membuka kancing blus Fola satu per satu. Gerakannya sangat lambat dan lembut, seakan-akan apa yang dilakukannya adalah kegiatan terpenting di dunia. Henrietta menekankan tubuhnya penuh-penuh kepada Fola. Fola menutup mata. Dia membiarkan tangannya melakukan gerakan berdasarkan naluri. Dia membiarkan pinggulnya terangkat, mulutnya

mendesah, dan seluruh tubuhnya bereaksi terhadap semua sentuhan itu. Dia membiarkan tubuhnya menyerah sepenuhnya kepada Henrietta, dalam suatu kepasrahan yang sangat indah. (Hal 184)

16.Henrietta merapatkan tubuhnya pada tubuh Fola sehingga tubuh mereka seakan-akan terpilin, menjadi satu bagian dan tak terpisahkan. Angin berembus lembut meniup pori-pori tubuh Fola. Dia merasa tubuhnya meledak, bagaikan bom yang meledak di hutan rimba. Ini adalah tarian, walaupun tidak dilakukan sepasang perempuan dan lelaki, ini tetap disebut tarian. (Hal 184) 17.Fola ikut-ikutan mendongak, melihat keindahan bintang. Tangannya meraih

tangan Henrietta. Mereka berdiri berdua, bergenggaman tangan. (Hal 186) 18.”Tunggu,” panggil Fola, menggenggam tangan Henrietta lebih erat. Lutut Fola

terasa lemas berdekatan dengan tubuh perempuan ini di depan rumahnya. ”Terima kasih,” bisiknya penuh arti. (Hal 187)

19.Fola tersenyum sumringah. Dia mendekat, mendongak sedikit, lalu mencium Henrietta pada pipi sebelah kanan. Fola nyaris tidak mendengar suara dering sepeda yang lewat di jalan depan rumahnya, karena telinganya penuh dengan suara jantungnya yang bergemuruh. (Hal 188)

20.Henrietta memeluk bahu Fola erat-erat, mengamati rambut kekasihnya yang lembut tergerai di bahu. Dia melihat air mata menyusup keluar dari sela-sela jemari Fola. Dia melihat bahu Fola basah berkilau kena tetesan air matanya. (Hal 220)

21. Fola memeluk Henrietta erat-erat. Dia seperti bermimpi, mimpi yang hitam dan gelap. Suatu saat Fola akan terbangun lalu menemukan bahwa semuanya

baik-baik saja. ”Apa pun yang terjadi,” bisik Fola penuh duka, ”jagalah dirimu baik-baik.” (Hal 247)

22. Henrietta melemparkan senyum kepada Fola yang membuat hatinya seketika lumer. Dia menggandeng tangan Fola, mereka berjalan di atas rumput lembut yang basah oleh kabut malam. Dia ingin berkata bahwa walaupun tangan Fola telah dihiasi banyak kerut, tapi kelembutannya tetap tak berubah sejak pertama kali dia menyentuh tangan jemari Fola. (Hal 298)

23.Henrietta membalas senyum Fola. Dia meremas tangan Fola dengan penuh arti dan sayang. (Hal 302)

24.Henrietta memberikan ciuman ringan di pipi Fola. ”Kalau begitu, kita harus merayakannya.” (Hal 303)

25.Selina membelai pipi Diana. Rasanya sangat lembut, seperti gula-gula kapas. Seumur hidupnya, dia sering membayangkan mereka menjadi tua bersama. Bagaimana rasanya mengusap rambut Diana yang berwarna kelabu, atau menggenggam tangannya yang keriput. (Hal 334)

26.Selina maju beberapa sentimeter, menarik lembut kedua sudut pipi Diana hingga wajah mereka berdua berdekatan. Pelan-pelan Selina mencium Diana dengan cara yang sama seperti puluhan tahun yang lalu: ciuman yang tidak menyisakan keraguan sedikit pun. Air mata Diana menggenang. Selina menghapus air mata itu dengan jarinya setelah ciuman mereka berakhir. (Hal 336)

27.”Aku akan berlutut di hadapanmu seperti lelaki meminang perempuan. Aku...” Henrietta menurunkan dirinya di hadapan Fola, menyentuh kedua tangan Fola

yang saling meremas di hadapannya. Dia mencium tangan itu dengan lembut. (Hal 354)

28.”Oh, Henri!” seru Fola terharu, tersadar dari keterkejutannya. Dia menurunkan dirinya, menarik kedua tangannya dari genggaman Henrietta. Dengan sepenuh jiwa, dia memeluk kekasihnya. ”Tidak usah, tidak usah berlutut. Aku tidak keberatan sama sekali.” (Hal 355)

Dokumen terkait