NILAI KERJA PERTANIAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
6.1.5 Dimensi Pola Pekerjaan dan Pandangan terhadap Kerja dan Faktor- Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Kerja diartikan sebagai kegiatan yang mengandung unsur kewajiban, keharusan dan kebutuhan yang mengikat manusia untuk melakukannya dan yang dapat memberi penghasilan uang. Menurut Vink (1984) tidak semua kerja di bidang pertanian Indonesia dapat dianggap ekonomis karena masih banyak hal yang ditentukan oleh tradisi keagamaan dan bukan pertimbangan ekonomis walaupun kerja di pertanian itu harus lebih mengarah ke sasarannya dengan meningkatkan jerih payah mendapatkan nafkah. (Tjakrawati,1988). Pada masyarakat Batak, kerja untuk memperoleh status sosial. Status sosial ini biasanya terlihat ketika pesta adat berlangsung. Status sosial yang dimaksud dapat
bermakna memperoleh penghasilan yang baik dan harus memberikan status sosial. Namun, bisa juga diartikan bahwa status sosial dapat diperoleh meskipun tidak memiliki pendapatan yang tinggi karena dalam besarnya nominal biasanya tidak disampaikan ketika pesta adat.
6.1.5.1 Proses Sosialisasi
Masyarakat Batak yang memiliki tiga cita-cita yaitu hagabeon, hamoraon dan hasangapon. Salah satu untuk mewujudkan cita-cita ini adalah pekerjaan. Setiap pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat Batak akan menentukan kedudukan atau status sosialnya apalagi berada dalam lingkungan komunitas Batak. Cita-cita orang Batak selalu terdengar dengan berkat atau pasu-pasu meskipun pekerjaan sebagai petani tidak lagi sebagai sumber mata pencaharian utama seperti “anduhur martutu di atas purbatua, sai sinur ma pinahan gabe niula”, yang bertujuan agar apapun yang mereka kerjakan di sawah atau ladang
menghasilkan buah serta ternak berkembangbiak. Apabila terdapat kegagalan dalam bekerja, maka orang tersebut akan meminta pasu-pasu kepada hula-hulanya yang disertai permintaan maaf apabila memiliki kesalahan. Dengan demikian, diduga proses sosialisasi nilai kerja pertanian dalam keluarga akan berhubungan dengan pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja. Hubungan proses sosialisasi nilai kerja pertanian dengan dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja tergambar pada Tabel 26.
Tabel 26. Dimensi Pola Pekerjaan dan Pandangan Terhadap Kerja Menurut Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian, 2008
Dimensi Pola Pekerjaan dan Pandangan Terhadap Kerja
Buruk Tidak baik dan
tidak buruk Baik Total Proses Sosialisasi N % N % N % N % Rendah 24 51,1 23 48,9 0 0 47 100 Sedang 19 46,3 20 48,8 2 4,9 41 100 Tinggi 9 50,0 9 50,0 0 0 18 100
Perhitungan statistik yang dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan proses sosialisasi nilai kerja pertanian dengan nilai kerja pertanian tentang dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja ternyata menyimpulkan bahwa chi-square hitung sebesar 3,278 lebih kecil dari chi-square tabel sebesar 9,488 sehingga tidak terdapat hubungan antara proses sosialisasi nilai kerja pertanian dengan nilai kerja pertanian tentang dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja. Hal ini dikarenakan bahwa orangtua sekarang yang telah berpikir bahwa apapun pekerjaan akan dinilai baik apabila si anak menjalani dengan senang dan tentunya mampu memenuhi kebutuhan. Menurut orangtua mereka, yang akan menjalaninya adalah anak dan si anak tidak perlu ditekan karena mereka akan membuat suatu pilihan yang menjadi masa depannya.
6.1.5.2 Aktivitas Sosial
Aktivitas sosial yang diikuti oleh para mahasiswa diduga akan memberikan gambaran tentang dunia pekerjaan. Namun, setelah dilakukan pengujian statistik chi-square diperoleh informasi tidak terdapat hubungan antara aktivitas sosial dengan dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja. Hal ini terjadi karena sebagian besar mahasiswa tersebut mengganggap bahwa pekerjaan dalam sektor pertanian bukanlah yang dicita-citakan. Mereka cenderung kurang tertarik dengan pekerjaan di pertanian karena selain bukan berasal dari
keluarga petani, mereka memandang IPB sebagai institut fleksibel yang mampu bersaing dengan perguruan tinggi lainnya tidak hanya di bidang pertanian tetapi juga di bidang lainnya. Keikutsertaan dalam aktivitas sosial dijadikan sebagai alat untuk memperoleh ilmu di luar pengetahuan dari kuliah. Meskipun belajar di kuliah terkait pertanian mereka juga belajar melalui organisasi-organisasi karena dalam organisasi mereka memperoleh pengetahuan sekaligus pengalamam baik tentang pertanian maupun non-pertanian. Secara singkat Tabel 27 menggambarkan hubungan aktivitas sosial dengan dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja.
Tabel 27. Dimensi Pola Pekerjaan dan Pandangan Terhadap Kerja Menurut Aktivitas Sosial, 2008
Dimensi Pola Pekerjaan dan Pandangan Terhadap Kerja
Buruk Tidak baik dan
tidak buruk Baik Total Aktivitas sosial N % N % N % N % Rendah 4 36,4 6 54,5 9,1 9,1 11 100 Sedang 44 50,6 42 48,3 1 1,1 87 100 Tinggi 4 50,0 4 50,0 0 0 8 100 6.1.5.3 Karakteristik Individu
Seperti yang diutarakan pada bab sebelumnya, bahwa perempuan lebih dianggap lebih cocok bekerja di sektor domestik (rumahtangga). Namun, hal tersebut tidak muncul lagi terlihat dari karakteristik orangtua dimana ibu telah mampu bekerja di berbagai sektor sama seperti ayah. Berdasarkan hasil tabulasi silang dan perhitungan uji maka tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan nilai kerja pertanian terkait dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja. Adanya kebebasan yang diberikan orangtua kepada anaknya membuat seorang anak lebih leluasa untuk menentukan bidang pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Masyarakat Batak umumnya memandang suatu
pekerjaan memberikan status sosial. Namun dari hasil survei, apapun pekerjaan tersebut dan bagaimana pandangan orang-orang disekeliling tidak mempengaruhinya dalam menentukan pekerjaannya. Baik anak sulung atau bungsu atau lainnya sama-sama diharapkan memiliki pekerjaan yang baik. Secara singkat Tabel 28 menggambarkan hubungan antara karakteristik individu dengan dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja.
Tabel 28. Dimensi Pola Pekerjaan dan Pandangan Terhadap Kerja Menurut Karaktersitik Individu, 2008
Dimensi Pola Pekerjaan dan Pandangan Terhadap Kerja
Rendah Tidak baik
dan tidak buruk Tinggi Total Karakteristik Individu N % N % N % N % Jenis Kelamin Laki-laki 21 53,8 18 46,2 0 0,0 39 100 Perempuan 31 46,3 34 50,7 2 3,0 67 100 Posisi Anak Tunggal 2 28,6 5 71,4 0 0,0 7 100 Sulung 18 52,9 16 47,1 0 0,0 34 100 Tengah 16 40,0 22 55,0 2 5,0 40 100 Bungsu 16 64,0 9 36,0 0 0,0 25 100 Fakultas Pertanian 5 41,7 7 58,3 0 0,0 12 100 Kedokteran Hewan 1 50,0 1 50,0 0 0,0 2 100
Perikanan dan Ilmu Kelautan 4 33,3 8 66,7 0 0,0 12 100
Peternakan 3 42,9 4 57,1 0 0,0 7 100
Kehutanan 12 66,7 6 33,3 0 0,0 18 100
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
10 55,6 7 38,9 1 5,6 18 100
Teknologi Pertanian 6 54,4 5 45,5 0 0,0 11 100
Ekonomi Manajemen 9 42,9 11 52,4 1 4,8 21 100
Ekologi Manusia 2 40,0 3 60,0 0 0,0 5 100
Seperti Tabel 28 memperlihatkan hasil tabulasi silang bahwa responden di setiap fakultas memberikan nilai yang tidak baik dan tidak buruk. Hal dikarenakan nilai chi-squarenya hitungnya lebih kecil dibanding dengan chi-square tabel. Dengan informasi yang diperoleh dari fakultas tentang dunia pertanian meskipun
sebenarnya setiap fakultas tidak seluruhnya mendalami pengetahuan pertanian tetapi mereka telah diberikan dasar selama satu tahun pertama di IPB.
6.1.6 Dimensi Hubungan dengan Teman dan Kerabat dan Faktor-faktor