• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

D. Dinamika Interaksi Penelitian

Rumusan dasar masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana interaksi informan yang mengalami pola pengasuhan tanpa ayah dengan lawan jenis? Untuk bisa menjawab pertanyaan utama tersebut peneliti membuat beberapa pertanyaan lain yang merujuk pada pengungkapan interaksi informan yang mengalami pola pengasuhan tanpa ayah dengan lawan jenis. Pertama kali peneliti mencoba menggali informasi tentang hubungan informan dengan pria disekitarnya. Dalam hal ini informan berinteraksi dengan banyak orang termasuk pria, informan berinteraksi dengan pria di tempat kerja, di kampus, dan digereja. Dalam interaksinya informan lebih banyak memilih untuk bergaul dengan pria di gerejanya, karena menurutnya pria di gereja memili prinsip dasar yang sama sehingga lebih mudah untuk diajak bercerita dan dimintai masukan. Di tempat kerja dan di kampus informan tidak menemukan pria yang dia anggap bisa untuk diajak berinteraksi lebih dalam, informan membatasi interaksi di tempat kerja sebagai karyawan dan di kampus sebagai teman kuliah.

Dalam perjalanannya informan mengungkapkan juga bahwa sebenarnya dia pernah berpacaran selama 2 bulan. Hubungan itu berlangsung ketika informan masih kuliah dan terpisah dengan kota yang berbeda. Ketika berpacaran informan juga mengalami konflik dan permasalah dengan pacaranya tetapi hal ini tidka membuat mereka mengakhiri hubungannya. Informan putus dengan pacarnya lebih karena ada masalah keluarga diantara mereka berdua.

Setelah putus dengan pacarnya informan kemudian menutup hatinya bagi pria dan memilih untuk berfokus menyelesaikan kuliahnya. Informan sempat

65

merasa dikecewakan oleh pacarnya karena selama ini tertarik tetapi hanya dianggap sebagai sahabat saja. Rasa kecewa ini memperkuat pendapat informan bahwa laki-laki tidak dapat dipercaya dan tidak ada orang yang bisa memahami informan.

Selama ini informan merasa bahwa papanya adalah pria terbaik dalam kehidupannya. Informan merasa bahwa papanya sangat sayang kepada dia, banyak membela dia dan menjadi figure bagi informan. Sejak papanya meninggal lalu informan menjadi orang yang tertutup, pemalu dan cenderung rendah diri. Dari sini peneliti kemudian berusaha mengetahui bagaimana hubungan informan dengan papanya selama papanya masih hidup. Hubungan informan dengan papanya sangat dekat, bahakan informan merasa bahwa papanya lebih dekat dengan dia daripada dengan kakak dan adiknya. Kedekatan yang sangat ini muncul dari cerita informan dan ekspresi emosi informan ketika bercerita mengenai papanya. Berulang kali informan mengatakan bahwa papanya sayang dengan dia. Kedekatan ini juga tercermin dari sikap penolakan informan ketika harus memberikan minyak terakhir sebelum peti jenazah papanya ditutup.

Sejak papanya meninggal informan merasa sangat kehilangan, dan kecewa karena papa yang dia kasihi harus meninggal di usia muda. Informan membri tahu bahwa setelah papanya meninggal mamanya memutuskan untuk tidak menikah lagi dan membesarkan anak-anaknya seorang diri. Peneliti kemudian berusaha mengagali hubungan informan dengan keluarganya untuk melihat keenganan informan mebangun hubungan dengan pria adalah karena tidak menemukan pria

yang tepat seperti papanya, dikecewakan mantan pacarnya atau karena tidak ada dukungan dari keluarganya.

Dalam wawancara dan observasi yang dilakukan, peneliti melihat bahwa informan merasa tidak cocok dengan mamanya terlebih pada masa awal setelah papanya meninggal. Ketika papanya masih hidup informan merasa bahwa mamanya lebih keras daripada papanya sehingga informan lebih dekat dengan papanya karena merasa nyaman. Setelah papanya meninggal informan merasa bahwa ekspresi sayang dari mama tidak seperti yang diberikan oleh papanya, informan merasa hubungan dengan mamanya tidak sedekat antara mamanya dengan kakak dan adik informan. Dari informasi yang didapat juga informan sempat merasa bahwa kakaknya tidak bisa menjadi teladan bagi dia sedangkan dengan adiknya, informan sering berbeda pendapat.

Setelah sekian waktu informan menemukan hubungan dengna TUHAN secara pribadi yang kemudian membuat informan bisa menerima keadaan dan melihat keluarganya secara lebih positif. Perubahan pandangan ini terwujud dalam sikap informan yang menerima perbedaan ekspresi sayang mamanya, dan mulia melihat bahwa kakak yang ada amulai bisa menjadi figure teladna bagi informan. Hubungan dengan adik masih terjadi pertengkaran bahkan ketika penelitian ini berlangsung informan sempat bertengkar dengan adiknya.

Dari data yang ada peneliti kemudian berpikir dan berusaha menggali hubungan bagi informan itu seperti apa, apakah informan membangun hubungan untk mencari figure papa atau sebagai pelarian dari kekecewaannya. Informan membagi hubungan sebagai pacar, teman dekat, sahabat dan teman. Bagi

67

informan pacar adalah hubungan yang paling dekat melebihi sahabat, karena menurutnya seoragn pacar harus juga bisa berperan sebagai sahabat. Teman dekat menurut informan adalah seperti sahabat tetapi tidak tulus karena salah satu pihak mengharap lebih dari hubungan tersebut.

Sahabat dimata informan adalah lebih dari teman, dimana mereka bisa berbagi dan bercerita secara terbuka hingga masalah paling dalam seperti masalah keluarga. Bagi informan sahabat tidak dibatasi jenis kelamin tetapi untuk menjadi sahabat informan memiliki beberapa kriteria dan batasan. Kriteria dan batasan ini muncul secara ilmiah dari informan karena informan merasa sulit untuk terbuka dan percaya kepada orang lain sehingga ia memilih kepada siapa dia bisa bercerita dan terbuka. Sedangkan hubungan yang paling umum bagi informan adalah teman, bagi informan teman adalah semua orang yang dikenalnya dan berinteraksi dengan dia secara umum.

Selama penelitian berlangsung informan berinteraksi baik dengan peneliti. Interaksi ini dipandang sebagai interaksi profesional oleh peneliti seperti interaksi informan dengan rekan di kampusnya. Informan menganggap interaksi yang dilakukan dengan peneliti adalah bagian dari usaha untuk memberika informasi yang dibutuhkan, ucapan terima kasih dan permintaan tolong karena situasi yang tidak dikondisikan. Peneliti membatasi interaksi dengan informan sebatas relasi sebuah penelitian kualitatif, dimana peneliti berelasi langsung dengan informan penelitian untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Dokumen terkait