• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Napan

5.3 KabupatenTimor Tengah Utara

5.3.2 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Napan

Dalam pengumpulan data di Desa Napan, telah dilakukan wawancara dengan beberapa responden, baik selaku KPM (baca: pendamping/ fasilitator) dan juga aparat pemerintahan desa, sebagaimana tampak pada Tabel 5.2.

Bertolak dari data KPM, tampak bahwa pendamping/fasilitator yang menjalankan fungsi pemberdayaan masyarakat di Desa Napan terdiri dari pendamping pemerintah dan pendamping non pemerintah, yaitu dari LSM seperti : Yayasan Bina Swadaya, Plan International Indonesia, dan Yayasan Mitra Tani Mandiri.

LSM Plan International ini telah ada sejak tahun 1999, yang mempunyai wilayah atau area kerja di 10 kecamatan dan di 49 desa/kelurahan di wilayah Kabupaten TTU. LSM Plan International mempunyai program atau kegiatan di bidang kesehatan, pendidikan, sarana prasarana, pertanian, perencanaan pembangunan dan sosial budaya.

Dari segi tingkat pendidikan, tampak bahwa sebagian KPM dan responden berpendidikan strata 1 (sarjana) dan sebagian berpendidikan SLTA. Dari segi pengalaman pendidikan/pelatihan, tampak bahwa sebagian besar KPM telah mengikuti beberapa pelatihan seperti: Pengelolaan Lembaga Keuangan, Pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat,Conflict Resolution, Fasilitator Child

Center Development Community Based Child Protection, Fasilitator Pelatihan

Pertanian Berkelanjutan dan Pendekatan Masyarakat, Kursus Pembaharuan Agraria, dan Pengelolaan Keuangan Mikro.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan lapangan serta dokumen, Peran Kader Pemberdayaan Masyarakat di desa ini, dapat diuraikan berikut ini; 1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, KPM telah membantu pemerintah desa dan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan sumber daya pembangunan, yang

Sumber: Wawancara, 2010

Tabel 5.2 Identitas Responden Desa Napan

No Nama Pendidikan Pekerjaan Pengalaman

1 Jufentius B. Kabelen S1 Camat

--2 Johanes A. Nalle, SE S1 PNS Kantor

BPMD Sertifikasi JabatanFungsional Auditor ahli Kursus Keuangan Daerah

3 Yakobus Berelaka S1 Pengurus

Yayasan Bina Swadaya Pelatihan Pengelolaan Lembaga Keuangan Pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat. 4 Philipus Dara Lay S1 Koordinator

Plan International Indonesia

Pelatihan Conflict Resolution

Fasilitator Child Center Development

Community Based Child Protection Fasilitator

5 Petrus Naibobe S1 Supervisor

Yayasan Mitra Tani Mandiri Pelatihan Pertanian Berkelanjutan dan Pendekatan Masyarakat. Kursus Pembaharuan Agraria. Pelatihan Pengelolaan Keuangan Mikro.

6 Yohanis Anunu SMA Kepala Desa

---7 Antoninan Kolo SMA Wakil Ketua

BPD

---8 Gerardus Siki SLTA Seksi Tramtib

--9 Siprianus Saba SMA Ketua BPD Pelatihan dari LSM dan Pemerintah

10 Marselus Sila SMA Sekretarus

Desa

--dilakukan setiap kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan baik di tingkat dusun, tingkat desa, maupun saat musyawarah antar desa ketika ada program yang diberikan ke tingkat desa oleh pemerintah kabupaten dan lembaga swadaya masyarakat (seperti Yayasan Bina Swadaya dan Plan International). Pihak-pihak yang biasanya dilibatkan yaitu semua unsur terkait di desa, yaitu tokoh pemuda, tokoh perempuan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan kelompok bapak-bapak, tokoh adat, tokoh LSM, aparat kecamatan dan kabupaten. Out put dari kegiatan ini berupa dokumen perencanaan, baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang pada tingkat desa (RPJM Desa dan RKP Desa), pembuatan jalan dalam lingkungan desa, pengembangan

pertanian hortikoltura, dan pembagian bibit/ternak, Peta Tata Ruang Desa serta program penataan kompleks kecamatan.

Kendala yang dihadapi ketika melakukan identifikasi masalah, kebutuhan dan sumber daya pembangunan berupa : kurangnya tenaga pendamping dan kader yang cerdas dan mampu mendampingi Musrenbangdes, kemampuan perangkat desa/fasilitator yang masih rendah, masyarakat belum sepenuhnya menyadari pentingnya perencanaan pembangunan yang partisipatif, serta alokasi waktu yang cukup panjang dan menyebabkan banyak masyarakat yang lebih memprioritaskan pekerjaan di kebun atau di ladang.

Selanjutnya, KPM telah menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah desa, yang dilakukan setiap kali ada kegiatan perencanaan pada tingkat dusun dan tingkat desa (Musrenbang) dan setiap ada pogram baru. Pihak-pihak yang dilibatkan yaitu semua lapisan masyarakat, diantaranya pendidik/pengajar, tokoh masyarakat, bidan desa, PPL, tokoh perempuan, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan dan anak serta LSM. Hasil yang dicapai yaitu diakomodirnya usulan masyarakat dalam produk perencanaan tingkat desa dan tingkat kabupaten atau di pihak LSM, terutama program penguatan kelembagaan, bidang kesehatan dan pendidikan. Hasil lain berupa dokumen rencana kegiatan operasional di tingkat kelompok. Dalam kenyataan, ada juga usulan yang belum dapat diterima dan ditindaklanjuti.

Kendala yang dihadapi berupa minimnya kemampuan dari lembaga kemasyarakatan desa, minimnya dana dan jarangnya aspirasi masyarakat yang dikabulkan.

2. Tahap Pengorganisasian

Pada tahap ini, KPM telah menyadarkan masyarakat agar mereka terlibat aktif dalam pelaksanaan kegiatan maupun memberikan teladan berupa keterlibatan KPM yang bersangkutan dalam membentuk organisasi seperti Kelompok Usaha Bersama, Kelompok Tani, Kelompok PKK, Kelompok SPP, dan Dasawisma. Pihak-pihak yang dilibatkan terdiri dari anak-anak/sanggar anak, pemuda/karang taruna, lembaga adat, organisasi keagamaan dan kelompok perempuan dan juga pihak pemerintah dengan memfasilitasi dan mengawasi pertemuan pembentukan organisasi. Pihak-pihak dimaksud memberikan apresiasi positif

dalam pelibatan mereka saat pelaksanaan kegiatan, meski masih ada sebagian kecil yang tidak bersedia terlibat. Hambatan atau kendala yang dihadapi yaitu SDM pengurus dan anggota yang masih rendah.

KPM bersama aparat pemerintah kabupaten (SKPD) dan LSM telah membantu masyarakat mengembangkan kapasitas agar dapat menangani masalah yang dihadapi secara efektif, yaitu dengan melatih warga masyarakat menjadi fasilitator dalam kegiatan atau program kemitraan dengan BPMD Kabupaten, LSM, Tim Penggerak PKK, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Program PNPM – MP. Selain itu ada kegiatan pelatihan kepemimpinan dan kewirausahaan. Hasil yang diperoleh tampak dari banyaknya anak-anak desa yang melakukan wajib belajar 9 tahun, banyaknya organisasi/kelompok pelaksana, seperti : pokja posyandu tingkat desa, kelompok kerja fisik sarana prasarana PNPM – MP. Pihak yang dilibatkan, yaitu perangkat pemerintah desa (pemerintah desa, BPD, LKMD, PKK, Sanggar Anak, Karang Taruna, Kelompok Dasawisma, Kelompok Tani dan Kelompok Perempuan dan Dinas terkait (Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial). Dari upaya ini, banyak warga yang dapat memahami problematika pada dirinya dan desanya, sehingga mampu merumuskan alternatif solusi pemecahannya. Kendala berupa SDM yang rendah, dukungan dana yang rendah, fasilitas terbatas, tidak adanya tenaga pendamping/kader serta ketergantungan masyarakat pada bantuan yang bersifat karitatif. Selanjutnya, KPM telah mendorong dan meyakinkan para pembuat keputusan (dalam hal ini pemerintah desa, pemerintah kecamatan, pemerintah kabupaten dan LSM) untuk benar-benar mendengar dan peka terhadap kebutuhan masyarakat, dengan cara memperjuangkan kebutuhan masyarakat setiap tahun sekali, misalnya melalui wadah Musrenbang dan berkoordinasi dengan sektor terkait di tingkat kecamatan dan kabupaten. Pihak-pihak yang terlibat yaitu aparat desa, aparat kecamatan, LSM dan sektor terkait di tingkat kabupaten. Bukti dari keberhasilan KPM yaitu adanya kebijakan pengelolaan anggaran yang transparan, adanya usulan yang diakomodir dan dilaksanakan, adanya Perdes tentang Pengelolaan Lahan Desa, Perdes tentang Posyandu, Perdes Keamanan dan Ketertiban dan Perdes RPJMDesa. Kendala berupa minimnya kemampuan keuangan, terbatasnya waktu serta regulasi dan kebijakan yang belum dipahami secara baik oleh kader penggerak maupun masyarakat.

KPM juga melakukan pekerjaan purna waktu berupa : menghadiri pertemuan/ musyawarah kelompok masyarakat baik di tingkat dusun dan tingkat desa, membantu kelompok masyarakat dalam memperoleh akses terhadap pelayanan yang dibutuhkan. Kegiatan itu dilakukan ketika ada pertemuan baik formal dan informal. Dalam melaksanakan kegiatan melibatkan berbagai komponen masyarakat (tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, kelompok tani, kelompok usaha, dll). KPM menyadari bahwa kegiatan ini terkadang berhasil (adanya jalan dusun dan jembatan desa) atau tidak berhasil, karena adanya kendala kesibukan masyarakat, birokrasi yang berbelit dan biaya tinggi. Kelompok masyarakat yang mendapat akses layanan yaitu 400 anak yang mendapat akte kelahiran gratis dari pemerintah desa.

KPM telah menumbuhkembangkan prakarsa, swadaya, dan gotong royong masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan aspirasi masyarakat setiap kali ada program, saat bulan bakti LKMD, dan saat acara adat. Kelompok sasaran dari kegiatan tersebut yaitu kelompok anak-anak, perempuan/kaum ibu, kelompok ternak, kelompok tani, kelompok usaha bersama dan unsur pemda. Usaha ini membuahkan hasil berupa sebagian besar masyarakat telah memiliki rumah yang layak huni, adanya saluran irigasi dan adanya jalan dusun serta ada 310 kelompok tani yang mendapat pelayanan dari Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian. Kendala yang ada, bahwa kesadaran masyarakat masih rendah, perwakilan setiap unsur masyarakat belum sinifikan karena keterbatasan budaya, adat istiadat dan tradisi.

3. Tahap Pelaksanaan

KPM telah melakukan pendampingan masyarakat dalam kegiatan pember-dayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif, yang melibatkan Posyandu, kelompok simpan pinjam, lembaga adat, kelompok kerja PNPM, kelompok tani, kelompok usaha bersama (KUBE), pembangunan embung dan industri rumah tangga. Kegiatan ini cukup berhasil oleh karena adanya beberapa kelompok usaha yang berhasil dan mandiri, khusus untuk kelompok simpan pinjam pengembalian dana yang cukup baik, demikian juga dengan dimulainya kegiatan membangun embung. Kendala yang dihadapi berupa: ego anggota yang dominan, lemahnya tanggung renteng, dan kurangnya pertemuan pada tingkat kelompok.

KPM telah berusaha mendinamisir kehidupan kelompok masyarakat guna peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang mana dilakukan pada pertemuan pembinaan atau saat evaluasi dan monitoring tingkat desa. Pihak yang terlibat yaitu semua unsur masyarakat yaitu LSM, pemerintah desa, BPD, LKMD, tokoh adat, kelompok perempuan dan Tim Terpadu tingkat kecamatan. Bukti keberhasilan yaitu kegiatan-kegiatan fisik dapat dipercepat sesuai jadwal dan kelompok-kelompok usaha dapat meningkatkan produksi. Kendala yang ada berupa pemasaran hasil produksi dan akses ke pasar serta tidak adanya dokumentasi proses.

KPM melakukan pendampingan masyarakat dalam pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan hasil pembangunan, dengan melibatkan kelompok kerja masyarakat dan Tim Pemelihara Prasarana. Kegiatan ini dilakukan di setiap pertemuan formal dan informal. Bukti keberhasilan yaitu sarana dan prasarana mendapat porsi perhatian dalam rangka pemeliharaan dan keberlanjutan pembangunan. Kendala berupa masih adanya kelompok masyarakat yang belum memiliki komitmen dalam pemeliharaan dan pengembangan hasil pembangunan, tidak adanya keputusan desa tentang pemeliharaan aset. KPM menumbuhkembangkan dinamika lembaga kemasyarakatan atau kelompok-kelompok masyarakat guna peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat, pemerintah dan LSM. Bukti keberhasilan bersama Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah mengaktifkan lembaga adat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.

KPM telah berusaha mendinamisir kehidupan lembaga kemasyarakatan atau kelompok masyarakat yang bergerak di bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan pelestarian lingkungan hidup guna peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan melibatkan pemerintah dan LSM. Bukti keberhasilan yaitu ada banyak kelompok ekonomi dan kelompok tani yang tetap eksis dan berjalan baik, meski juga ada kendala rendahnya kemampuan SDM pengurus kelompok masyarakat tersebut.

KPM sering mengkoordinir pelaksanaan kegiatan kader teknis dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan, dengan melibatkan kelompok PKK, Karang Taruna, Kelompok Tani, Kelompok Simpan Pinjam Perempuan,

Kelompok TTG. Kegiatan ini membawa hasil berupa banyaknya masyarakat yang terlibat aktif, yaitu tampak dari adanya kelompok ibu-ibu yang memiliki usaha pembuatan kerupuk waluh, kripik tempe dan kripik jipan, krupuk rambak, jamu instan kunyit, meski ada kendala berupa minimnya bahan baku, volume produksi terlalu kecil, minimnya peralatan dan produksi yang tidak kontinyu, serta kendala pemasaran.

KPM juga telah berupaya menanam dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh NKRI, yang ditujukan kepada seluruh masyarakat teristimewa yang berdomisili di daerah perbatasan, yang dilakukan setiap perayaan hari nasional (Hari Sumpah Pemuda, Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, Hari Pahlawan dan Hari Kebangkitan Nasional) dan setiap rapat atau pertemuan tingkat dusun dan desa. Bukti keberhasilan yaitu keadaan lingkungan yang aman, warga desa tetap cinta NKRI meski desa ini berdekatan dengan negara Timor Leste, masyarakat tetap menggunakan bahasa Indonesia, berkurangnya konflik horisontal dan tidak adanya teroris. Kendala yang ada berupa : faktor ekonomi rumah tangga, keseimbangan pembangunan di wilayah perbatasan, dan perhatian pemerintah pusat untuk wilayah perbatasan. 4. Tahap Monitoring dan Evaluasi

KPM sering melakukan pengawasan secara berkala terhadap proses pembangunan, melalui forum pertemuan atau rapat, yang melibatkan masyarakat (termasuk kader petani) sehingga mereka dapat menyampaikan usul dan saran. Hasil pengawasan tersebut disampaikan kepada pemerintahan desa dan pelaksana/pengelola program. Hambatan yang ada yaitu fasilitas terbatas, koordinasi lintas sektor masih kurang.

KPM bersama masyarakat juga melakukan pengawasan secara berkala terhadap proses pembangunan, yang mana hasil pengawasan tersebut disampaikan kepada pelaksana program/proyek dan pemerintah desa. Hambatan yang ada berupa motivasi masyarakat untuk pemberdayaan masih rendah, tidak adanya pendamping atau fasilitator tingkat desa, fasilitats rendah, dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang program/proyek tersebut.

5. Harapan Terhadap Profil Kader Pemberdayaan Masyarakat a. KPM harus mendapatkan honor atau insentif yang layak.

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |161

b. KPM mempunyai motivasi untuk pengembangan sosial ekonomi c. KPM mempunyai jiwa wirausaha/bisnis

d. KPM berusia antara 20 – 40 tahun e. KPM berpendidikan minimal SLTA

f. KPM telah mengikuti pelatihan dan magang

g. KPM berdomisili di desa yang bersangkutan agar memahami kondisi sosial budaya dan adat istiadat.

h. KPM diberi kepercayaan yang penuh dalam mengelola dan menentukan kebijakan untuk memajukan masyarakat desa.

i. Koordinasi antar sektoral dalam penempatan kader di desa

Dokumen terkait