• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Perubahan Struktur Ekonomi (Identifikasi Gejala Deindustrialisasi) 1 Identifikasi Perubahan Nilai Tambah (PDRB)

Kuadran IV merupakan transfer nilai tambah antar institusi yang meliputi: rumah tangga, pemerintah, perusahaan swasta, dan institusi eksternal wilayah atau luar

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.4. Dinamika Perubahan Struktur Ekonomi (Identifikasi Gejala Deindustrialisasi) 1 Identifikasi Perubahan Nilai Tambah (PDRB)

Dilihat dari Gambar 20 dapat diketahui bahwa beradasarkan nilai PDRB, pada periode 2000-2005 sektor industri maufaktur mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2004 sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki sumbangsih terhadap PDRB melampaui sektor industri, sektor pertanian, dan sektor jasa juga semakin meningkat nilainya

. 0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000 80000000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Ni la i ( Ju ta R p ) Pertanian Industri Manufaktur

Perdagangan, Hotel, dan Restoran Jasa

Dilihat dari pangsanya, seperti pada Tabel 37, sektor pertanian, dan jasa menurun, begitu pula sektor industri manufaktur, tahun 2000 ke 2001 meningkat setelah itu mulai menurun perlahan, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran terus meningkat.

Tabel 37. Distribusi PDRB Sektoral Jawa Timur Tahun 2000- 2005 (Persen)

Sektor 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Pertanian 21.36 19.29 18.93 18.49 17.89 17.44

Industri Manufaktur 26.63 29.43 28.11 28.13 27.87 27.55 Perdagangan, Hotel, Restoran 23.08 25.45 26.52 27.42 28.19 29.08

Jasa-jasa 12.48 8.60 8.60 8.52 8.30 8.17

Total PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Th.2006

Dilihat dari sektor industri manufaktur itu sendiri, pangsa subsektor industri manufaktur hampir seluruhnya mengalami penurunan mulai tahun 2003. Dilihat dari nilai PDRB nya sektor industri manufaktur yang mengalami penurunan adalah industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, industri semen dan barang galian non logam serta industri alat angkutan, mesin, dan

Gambar 17. Empat Sektor Dengan Nilai PDRB Terbesar di Jawa Timur Tahun 2000-2005 (Juta Rupiah)

peralatannya. Dibandingkan dua periode, periode 2001-2004 dan 2000-2005, semakin panjang periodenya pertumbuhan industri mengalami kenaikan nilai PDRB, meskipun kenaikannya visa dibilang relatif stabil.

Tabel 38. Pangsa PDRB Sektor Industri Manufaktur Tahun 2000- 2005 di Jawa Timur (Persen)

Pangsa

Sektor Industri Manufaktur 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Makanan, minuman, tembakau 55.76 56.13 54.81 54.35 53.57 53.9 Textil, barang dari kulit, alas kaki 10.03 4.37 4.34 4.11 3.95 3.87 Barang dari kayu dan hasil hutan lainnya 6.36 3.41 3.62 3.61 3.31 3.21 Kertas, barang dari cetakan 6.90 11.79 12.15 12.78 14.4 14.27 Pupuk, kimia, barang dari karet 2.52 7.96 8.25 8.16 7.91 8.12 Semen&barang galian bukan logam 5.44 3.3 3.43 3.46 3.49 3.45 Logam dasar besi dan baja 5.75 7.58 7.74 7.82 7.73 7.4 Alat angkutan, mesin, dan peralatannya 6.24 1.78 1.81 1.81 1.77 1.91 Barang industri manufaktur lainnya 1.00 3.7 3.85 3.9 3.86 3.88 Total Sektor Industri Manufaktur 100.00 100 100 100 100 100

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Th.2006

Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, industri semen dan barang galian non logam, dan industri alat angkutan mesin, dan peralatannya teridentifikasi deindustrialisasi pada periode 2000-2004.

Telah dibahas sebelumnya teridentifikasinya industri industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, industri semen dan barang galian non logam, dan industri alat angkutan mesin, dan peralatannya ini diindikasikan karena daya beli masyarakat yang menurun, karena kondisi perekonomian yang tidak stabil, adanya kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, tarif telepon. Selain itu juga dikarenakan kondisi politik yang tidak stabil karena adanya pesta Pemilu tahun 2004.

Tabel 39. Nilai dan Rasio PDRB Sektor Industri Manufaktur Tahun 2000-2005 di Jawa Timur

Nilai (Juta Rp) Rasio

Sektor Industri Manufaktur 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2000- 2004 2000- 2005 Makanan, minuman, tembakau 25196444 34715484 33649117 34854711 36172779 38069477 1.44 1.51

Textil, barang dari

kulit, alas kaki 4531675 2703151 2663683 2636642 2668228 2735132 0.59 0.60

Barang dari kayu dan

hasil hutan lainnya 2872222 2106316 2222656 2315050 2236280 2265193 0.78 0.79

Kertas, barang dari

cetakan 3117528 72929056 7461235 8198652 9723670 10083087 3.12 3.23

Pupuk, kimia, barang

dari karet 1139261 4922040 5062333 5236184 5343653 5734257 4.69 5.03

Semen&barang

galian bukan logam 2457753 2039532 2104196 2215957 2353744 2435594 0.96 0.99

Logam dasar besi dan

baja 2599867 4685646 4754938 5013691 5221121 5224072 2.01 2.01

Alat angkutan, mesin,

dan peralatannya 2818795 1099762 1112246 1160088 1194420 1347001 0.42 0.48

Barang industri

manufaktur lainnya 454064 2285595 2366497 2502651 2606541 2742053 5.74 6.04

Total Sektor Industri

Manufaktur 45187609 61850432 61396902 64133627 67520435 70635867 1.49 1.56

6.4.2. Identifikasi Perubahan Output

Dilihat dari pangsa outputnya, sektor industri manufaktur ada yang mengalami peningkatan, maupun penurunan seperti pada Tabel 5. seperti telah dibahas sebelumnya sektor-sektor yang teridentifikasi deindustrialisasi (dengan pangsa output menurun) adalah sektor tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, industri semen dan barang galian non logam, serta industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya. Akan tetapi dilihat nilai outputnya, subsektor industri manufaktur yang mengalami penurunan adalah industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, dan industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya, dengan rasio output industri alat angkutan, mesin dan peralatannya lebih kecil dari industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, yaitu berturut-turut 0.50 dan 0.90 Hal ini berarti industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya mengalami penurunan yang paling drastis output paling drastis. Dapat dikatakan juga industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya, dan industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki mengalami deindustrialisasi yang kuat.

Hal ini dimungkinkan karena kedua industri ini menghasilkan barang yang bernilai konsumtif, apalagi dengan kelangkaan BBM sehingga harganya semakin mahal, kenaikan TDL, dan tarif telepon pada tahun 2004, sehingga daya beli masyarakat menurun, maka pengusaha di sektor ini menurunkan nilai outputnya. Penyebab lainnya adalah dimungkinkan karena maraknya barang tekstil, dan kendaraan bermotor impor dari Cina yang masuk, dengan harga yang lebih murah sehingga output di kedua sektor ini menurun, dan barang impor di kedua sektor ini yang masuk tercatat sebagai aktivitas perdagangan, hal ini dibuktikan dengan tingginya output di sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Jawa Timur.

6.4.3. Identifikasi Perubahan Nilai Ekspor

Dari identifikasi ekspor periode 2000-2004 pada Tabel 17, sektor industri manufaktur yang mengalami penurunan pangsa atau diidentifikasikan terjadi deindustrialisasi lemah adalah industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, industri semen dan barang galian bukan logam, industri logam dasar besi dan baja, dan industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya.

Dilihat dari nilai absolutnya, industri yang mengalami penurunan atau teridentifikasi deindustrialisasi kuat adalah industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, dan penurunan dengan rasio terkecil adalah industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya. Telah dibahas sebelumnya bahwa menurunnya ekspor tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, dan industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya dimungkinkan karena penurunan permintaan karena menurunnya daya beli masayarakat akibat naiknya kebutuhan pokok, harga BBM, dan tarif dasar listrik, selain itu juga penurunan output, dan nilai tambah serta pajak yang cukup besar harus ditanggung.

6.4.4. Identifikasi Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur

Dilihat dari Tabel diketahui bahwa periode 2000-2004 jumlah tenaga kerja sektor industri manufaktur mengalami peningkatan dari 5.91 persen menjadi 11.74 persen, dengan laju pertumbuhan tenaga kerja 1.60, akan tetapi pada sektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki nilai tenaga kerjanya menurun dengan laju pertumbuhan -

0.15, hal ini menunjukkan pada sektor ini teridentifikasi deindustrialisasi kuat. Sektor industri manufaktur lainnya yang laju pertumbuhannya kecil adalah industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya dengan laju pertumbuhan hanya 0.31, yang berarti peringkat kedua laju pertumbuhan terkecil sektor industri manufaktur. Sektor lainnya yang laju pertumbuhannya dibawah dari satu adalah industri barang dari kayu, dan hasil hutan lainnya, serta barang industri manufaktur lainnya.

Dalam pembahasan sebelumnya mengenai pengganda tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja diketahui bahwa industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki memiliki rasio peningkatan jumlah tenaga kerja paling kecil diantara sektor industri manufaktur lainnya, akan tetapi jumlah tenaga kerjanya cukup besar. Jumlah tenaga kerja industri manufaktur paling kecil pada tahun 2000 adalah industri semen, dan barang galian non logam, dan pada tahun 2004 adalah industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya. Tabel 39. Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur di Jawa Timur Tahun 2000- 2004

Nilai (Jiwa) Pangsa (Persen) Laju Pertumbuhan

Sektor Industri Manufaktur

2000 2004 2000 2004 2000-2004

Makanan, minuman, tembakau 340578 999759 2.31 5.18 1.94

Textil, barang dari kulit, alas kaki 143512 122057 0.97 0.63 -0.15

Barang dari kayu dan hasil hutan lainnya 52688 93269 0.36 0.48 0.77

Kertas, barang dari cetakan 49679 346506 0.34 1.80 5.97

Pupuk, kimia, barang dari karet 93624 284384 0.63 1.47 2.04

Semen dan barang galian bukan logam 36181 89633 0.25 0.46 1.48

Logam dasar besi dan baja 45519 156585 0.31 0.81 2.44

Alat angkutan, mesin, dan peralatannya 41748 54786 0.28 0.28 0.31

Barang industri manufaktur lainnya 68523 118202 0.46 0.61 0.72

Total Sektor Industri Manufajtur 872052 2265181 5.91 11.74 1.60

Sumber : Diolah

Industri manufaktur yang teridentifikasi deindustrialisasi dilihat dari sisi tenaga kerja adalah industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, karena memiliki jumlah tenaga kerja paling menurun pada tahun 2000-2004. Industri lainnya adalah alat angkutan, mesin dan peralatannya, selain karena industri ini juga memiliki nilai rasio peningkatan terkecil kedua setelah industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, juga dikarenakan pangsa tenaga kerjanya terkecil kedua pada tahun 2000, dan pada tahun 2004 pangsanya paling kecil. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan deindustrialisasi kuat terjadi pada industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, sedangkan alat angkutan, mesin dan peralatannya mengalami deindustrialisasi lemah.

6.4.5. Identifikasi Perubahan Keterkaitan Antar Sektor

Dilihat dari tabel dapat diketahui bahwa pada sektor-sektor industri manufaktur sebagian besar mengalami penurunan nilai keterkaitan antar sektor ke depan dan kebelakang. Sektor dengan nilai keterkaitan kedepan dan kebelakang yang menurun adalah industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, industri pupuk, kimia, barang dari karet, industri logam dasar besi dan baja, industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya, dan barang industri manufaktur lainnya. Sektor-sektor tersebut teridentifikasi deindustrialisasi, akan tetapi industri yang memiliki potensi paling besar teridentifikasi deindustrialisasi adalah industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya, hal ini dikarenakan penurunan nilai keterkaitan kedepan dan kebelakang paling drastis, seperti yang telah dibahas sebelumnya dalam analisis keterkaitan antar sektor.

Tabel 41. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Kedepan dan Kebelakang Sektor Industri Manufaktur di Jawa Timur Tahun 2000 dan 2004

Tahun 2000 Tahun 2004 Tahun 2000 Tahun 2004

Sektor DIBL DIBL DIFL DIFL

Makanan, Minuman, Tembakau 1.77 1.91 0.36 0.49

Textil, Barang Dari Kulit, Alas Kaki 2.28 1.95 0.20 0.12

Barang Dari Kayu Dan Hasil Hutan Lainnya 1.89 1.75 0.17 0.18

Kertas, Barang Dari Cetakan 2.44 2.14 0.43 0.46

Pupuk, Kimia, Barang Dari Karet 2.56 2.20 1.03 0.75

Semen&Barang Galian Bukan Logam 2.20 1.99 0.30 0.42

Logam Dasar Besi Dan Baja 1.92 1.61 0.85 0.67

Alat Angkutan, Mesin, Dan Peralatannya 2.44 1.81 0.33 0.07

Barang Industri Manufaktur Lainnya 2.37 1.98 0.83 0.24

Sumber : Tabel Input-Output Jawa Timur Th.2004 – Diolah

Dari identifikasi kelima kriteria deindustrialisasi tersebut maka didapatkan bahwa sektor industri manufaktur terindikasi deindustrialisasi, hal ini seperti yang dijelaskan pada Tabel 38, bahwa pada tahun 2000-2003 sektor industri manufaktur memiliki pangsa PDRB paling besar dari seluruh sektor, akan tetapi mulai tahun 2004 pangsanya mulai menurun. Subsektor industri manufaktur yang teridentifikasi deindustrialisasi paling kuat dengn rasio paling kecil adalah industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya, dan industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki. Hal ini sangat disayangkan karena kedua industri tersebut adalah sektor yang cukup besar menyerap tenaga kerja.

Tabel 42. Subsektor Industri Manufaktur yang Memiliki Potensi Deindustrialisasi Paling Kuat Berdasarkan Nilai Output, PDRB, Ekspor, Tenaga Kerja, dan Keterkaitan

Antar Sektor Tahun 2000 dan 2004 di Jawa Timur

Kriteria Sektor Output 1. Industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya

2. Industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki 3. Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya PDRB 1. Industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya

2. Industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki 3. Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Ekspor 1. Industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya

2. Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya 3. Industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki Tenaga kerja 1. Industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki 2. Industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya 3. Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Keterkaitan Langsung dan

Tak Langsung Kebelakang

1. Industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya 2. Industri logam dasar besi dan baja

3. Industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki Keterkaitan Langsung dan

Tak Langsung Kedepan

1. Industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya 2. Industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki 3. Industri pupuk, kimia, dan barang dari karet

Sumber: Diolah

Gejala deindustrialisasi pada industri alat angkutan mesin dan peralatannya, dan industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, diindikasikan karena adanya persaingan yang ketat, baik persaingan dari dalam negeri maupun luar negeri. Kuncoro (2007) menjelaskan bahwa industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya memiliki sifat padat modal dan teknologi, dan dari analisis sebelumnya pembentukan modal tetap industri ini mengalami penurunan yang berarti investasi menurun, ditambah adopsi teknologi yang kurang, hal ini dikarenakan pada tahun 2004 pemerintah lebih memusatkan perhatian pada pesta rakyat atau Pemilu, selain itu persaingan yang ketat dengan produk-produk impor dengan teknologi yang ditawarkan lebih baik, khususnya produk Cina. Penyebab lainnya adalah kondisi politik dan hukum yang tidak stabil, dimana pada tahun 2000- 2004, keadaan politik dan hokum di Indonesia masih belum stabil akibat masa orde baru dan reformasi. Selain itu naiknya harga BBM, tarif dasar listrik, menyebabkan investasi di sektor industri manufaktur menurun.

Penyebab terindikasinya deindustrialisasi pada industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki menurut penelitian Kuncoro (2007) dikarenakan Jawa Timur bukan wilayah spesifikasi industri ini (tetapi lebih terkonsentrasi di Jawa Barat). Selain itu meskipun Jawa Timur merupakan sentra industri alas kaki, akan tetapi persaingan juga ketat dari luar provinsi dan luar negeri khususnya produk impor yang tak kalah kualitasnya. Selain itu dikarenakan industri yang lebih padat karya ini, banyak mengalami kelesuan bukan hanya dikarenakan menurunnya jumlah unit usaha sehingga jumlah tenaga kerja menurun, akan tetapi juga dikarenakan naiknya biaya transportasi (akibat naiknya harga BBM), naiknya TDL, sehingga biaya produksi meningkat, dan akhirnya pengusaha harus tetap menyelamatkan perusahaannya dengan menurunkan output, ditambah daya beli masyarakat yang juga menurun mengakibatkan output menurun dan berimbas pada menurunnya NTB, ekspor, serta keterkaitannya dengan sektor lain.

Terindikasinya deindustrialisasi sektor industri manufaktur menurut Ramaswamy (1997) bukan merupakan hal yang negatif, hal ini dikarenakan seiring proses pembangunan suatu negara secara sengaja berupaya untuk mengalihkan sektor utama ke sektor lain karena sektor lain memberikan prospek yang lebih baik terhadap perekonomian secara keseluruhan. Ruky (2008) juga menjelaskan ketika sektor industri telah mapan dan tumbuh, suatu negara dapat beralih untuk mengembangkan sektor- sektor lain, sehingga peran sektor industri dalam perekonomian menurun.

Dalam kasus Jawa Timur ini, terindikasinya deindustrialisasi dapat dilihat dari sisi positif, karena meskipun sektor industri manufaktur mengalami penurunan peranan, akan tetapi sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan. Hal ini diindikasikan aktivitas sektor industri manufaktur beralih ke sektor tersebut. Akan tetapi dilihat dari sisi negatif, sektor industri manufaktur di Jawa Timur khususnya industri barang dari kulit, dan alas kaki mengalami penurunan, hal ini harus diperhatikan, karena industri ini merupakan industri andalan di Jawa Timur apalagi saat ini terjadi kasus Lumpur Lapindo Sidoarjo, yang mengganggu aktivitas sektor ini (Sidoarjo merupakan pusat industri kerajinan barang dari kulit dan alas kaki).

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait