BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.6. Dinamika
2.6.1. Dinamika Sikap terhadap Intensi
Menurut Thurstone, sikap merupukan derajat positif atau negatif terhadap
suatu objek psikologis (dalam Azwar, 2007). Sikap merupakan penilaian
positif-negatif, suka-tidak suka, maupun benar-salah terhadap suatu objek tertentu.
Dalam theory of planned behavior, Ajzen (2005) mengungkapkan sikap adalah evaluasi individu secara positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi,
kejadian, perilaku atau minat tertentu. Berdasarkan teori ini, sikap ditentukan oleh
behavioral beliefs dimana jika individu mengevaluasi bahwa suatu perilaku memiliki konsekuensi yang baik, maka individu memiliki intensi yang lebih besar
untuk melakukan perilaku tersebut serta outcome evaluation berupa penilaian individu terhadap suatu perilaku, yang apabila perilaku tersebut berkonsekuensi
positif maka ia akan cenderung untuk menampilkannya, dan sebaliknya.
Sikap akan mempengaruhi intensi seseorang yang nantinya akan berakibat
apakah individu akan menampilkan atau tidak menampilkan perilaku. Hal ini
dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Mashithoh (2009) menemukan
bahwa pengunjung Taman Mini Indonesia Indah memiliki penilaian yang positif
terhadap atribut yang ditawarkan manajemen TMII. Sikap menunjukkan
pengaruh yang searah terhadap intensi pengunjung, yang berarti semakin positif
semakin besar minat pengunjung untuk berkunjung ke TMII. Penelitian lain
dilakukan oleh Arimoerti (2000) bahwa sikap secara positif mempengaruhi
intensi seseorang untuk menggunakan jasa psikologi. Jadi, semakin positif sikap
seseorang terhadap pelayanan psikologi maka semakin tinggi intensi orang
tersebut untuk melakukan konsultasi pada jasa psikologi . Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2011) juga menunjukkan bahwa sikap
secara signifikan memberi pengaruh atau sumbangan terhadap intensi membeli
buku referensi kuliah illegal.
Berdasarkan penelitian diatas dan didukung oleh penelitian Ajzen (2005)
dalam Theory of Planned Behavior, maka dapat dilihat bahwa sikap memiliki peran dalam mempengaruhi intensi seseorang untuk menampilkan suatu perilaku,
dimana dalam penelitian ini perilaku menggunakan jasa fitness. Semakin positif sikap seseorang terhadap fitness center maka semakin tinggi intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness. Sebaliknya, semakin negatif sikap seseorang terhadap fitness center maka semakin rendah pula intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.
2.6.2. Dinamika Norma Subjektif terhadap Intensi
Norma subjektif merupakan persepsi individu terhadap tekanan sosial
untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu perilaku. Norma subjektif
yang berasal dari significant others atau orang-orang terdekat seperti orang tua, pasangan, saudara, serta teman dekat yang akan mempengaruhi intensi individu
dikatakan sebagai dorongan sosial yang menentukan seseorang untuk melakukan
atau tidak melakukan perilaku (Ajzen, 2005).
Ajzen (2005) mengemukakan bahwa norma subjektif ditentukan oleh
adanya keyakinan normatif (normative belief) berupa keyakinan akan harapan-harapan orang yang berada di sekitar individu untuk menampilkan atau tidak
menampilkan perilaku. Selain keyakinan normatif, norma subjektif juga
ditentukan oleh keinginan untuk mengikuti (motivation to comply) yang berupa dorongan sosial yang memotivasi individu untuk menampilkan perilaku sesuai
dengan kepercayaannya terhadap harapan orang-orang di sekitarnya. Jika
individu percaya bahwa significant others mengharapkan ia harus melakukan suatu perilaku dan ia termotivasi untuk mewujudkan harapan significant other
tersebut, maka individu akan memiliki intensi yang tinggi untuk menampilkan
perilaku. Sebaliknya jika individu percaya bahwa significant others tidak menyukai atau melarang individu melakukan suatu perilaku dan ia terdorong
untuk menjauhi perilaku tersebut, maka intensi individu akan berkurang dalam
menampilkan perilaku.
Penelitian yang dilakukan oleh Fausiah, Muis, dan Atjo (2013)
menemukan bahwa norma subjektif memiliki pengaruh yang searah terhadap
intensi karyawan untuk berperilaku K3, yang berarti semakin tinggi pengaruhh
rujukan sosial di lingkungan kerja unit PLTD PT. PLN (Persero) Sektor Tello
maka diharapkan pula semakin tinggin intensi karyawan untuk berperilaku K3.
Penelitian lain dilakukan oleh Priaji (2011) bahwa norma subjektif secara positif
tinggi rujukan sosial yang diberikan pada individu untuk menabung di bank
syariah maka semakin besar intensinya untuk melakukan hal tersebut. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Rochmawati (2012) menemukan bahwa norma
subjektif berpengaruh terhadap intensi untuk menggunakan kartu kredit pada PNS
di lingkungan Universitas Brawijaya. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan
bahwa nasehat atau saran dari significant other menjadi salah satu pertimbangan individu untuk melakukan suatu perilaku.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat
dilihat bahwa norma subjektif memiliki peran dalam mempengaruhi intensi
seseorang untuk menampilkan perilaku, dimana dalam penelitian ini perilaku
menggunakan jasa fitness. Ketika norma subjektif yang ada di sekitar individu mendukung untuk menggunakan jasa fitness maka semakin tinggi intensi seseorang menampilkan perilaku menggunakan jasa fitness. Sebaliknya, jika norma subjektif tidak mendukung seseorang untuk menggunakan jasa fitness
maka semakin rendah pula intensi orang tersebut dalam menampilkan perilaku
menggunakan jasa fitness.
2.6.3. Dinamika Perceived Behavior Control terhadap Intensi
Perceived behavior control merupakan keyakinan individu tentang ada atau tidaknya faktor yang mendukung atau menghalangi tampilnya perilaku.
Keyakinan ini bisa saja didasari oleh pengalaman masa lalu ataupun informasi
sekunder tentang perilaku seperti informasi yang didapatkan dengan
mengobservasi pengalaman kenalan, teman, keluarga, dan lain-lain yang nantinya
control ditentukan oleh keyakinan seseorang mengenai faktor pendukung atau penghambat untuk melakukan suatu perilaku (control beliefs). semakin banyak faktor yang memfasilitasi untuk menampilkan perilaku seperti kesempatan
ataupun sumberdaya, maka semakin besar intensi individu untuk menampilkan
perilaku (Ajzen, 2005).
Perceived behavior control juga ditentukan oleh derajat seberapa besar faktor-faktor kontrol tersebut mempengaruhi keputusan seseorang untuk
melakukan perilaku tersebut atau tidak (power of control belief). Bila individu merasa mudah untuk menampilkan perilaku maka semakin besarlah intensinya,
sebaliknya jika individu merasa perilaku tersebut sulit untuk ditampilkan maka
semakin kecil intensi individu untuk menampilkan perilaku tersebut (Ajzen,
2005).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh
perceived behavior control terhadap intensi. Penelitian yang dilakukan oleh Mashithoh (2009) menemukan bahwa perceived behavior control mempengaruhi intensi atau minat seseorang untuk mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud (2012) menunjukkan bahwa
perceived behavioral control yang dimiliki nasabah bank berpengaruh signifikan dan positif terhadap keinginan menggunakan ATM. Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin baik kontrol prilaku yang dipersepsikan nasabah bank terhadap
produk layanan bank, maka keinginan untuk menggunakan ATM BCA semakin
Putra (2012) menunjukkan bahwa intensi untuk membayar zakat dipengaruhi
perceived behavior control secara signifikan.
Kesimpulan yang didapat dari Theory of Planned Behavior oleh Ajzen (2005) dan hasil dari penelitan-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
perceived behavior control berperan dalam mempengaruhi intensi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Semakin tinggi perceived behavior control yang dimiliki seseorang terhadap perilaku penggunaan jasa
fitness, maka semakin tinggi intensinya untuk menggunakan jasa fitness, dan sebaliknya, jika semakin rendah perceived behavior control seseorang, maka intensinya untuk menggunakan jasa fitness semakin rendah.
2.6.4. Dinamika Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavior Control
terhadap Intensi
Intensi didefinisikan sebagai maksud, keinginan, pamrih, tujuan untuk
mencapai suatu tujuan (Chaplin, 1999). Intensi berfungsi untuk memprediksi
perilaku yang akan dimunculkan oleh individu sehingga dapat dikatakan bahwa
intensi merupakan prediktor munculnya perilaku tertentu (Ajzen, 2005).Semakin
besar intensi seseorang terhadap suatu perilaku, semakin besar juga kemungkinan
seseorang untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut.
Ajzen (2005) menyatakan terdapat 3 aspek yang mempengaruhi intensi
seseorang untuk menampilkan suatu perilaku, yaitu sikap, norma subjektif, dan
perceived behavior control. Sikap merupakan evaluasi positif dan negatif tentang suatu perilaku, jika individu memiliki sikap positif terhadap perilaku maka
intensinya semakin besar untuk memunculkan perilaku tersebut. Norma subjektif
merupakan persepsi terhadap dorongan sosial untuk memunculkan suatu perilaku,
jika lingkungan sosial individu mendukung untuk memunculkan perilaku maka
semakin besar intensi individu memunculkan perilaku tersebut. Perceived behavioral control merupakan keyakinan individu terhadap faktor yang mendukung atau menghalangi perilaku, semakin tinggi faktor pendukung atau
semakin rendah faktor yang menghalangi munculnya perilaku maka semakin
besar intensi individu dalam menampilkan perilaku tersebut.
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat bagaimana sikap,
norma subjektif, dan perceived behavior mempengaruhi intensi berperilaku. Dari
penelitian yang dilakukan oleh Maradhona (2009) menunjukkan bahwa sikap,
norma subjektif, dan perceived behavior control secara bersamaan mempengaruhi intensi kepatuhan konsumen dalam membayar tagihan telepon. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif,
dan perceived behavior control secara bersamaan dan signifikan mempengaruhi intensi menggunakan bus Transjakarta pada karyawan Plaza Mandiri yang
memiliki kendaraan pribadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rahmah
(2011) menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi membeli buku secara ilegal pada mahasiswa.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap, norma subjektif,
dan perceived behavior control memiliki peran dalam intensi seseorang melakukan suatu perilaku, dimana dalam penelitian ini akan dilihat intensi
seseorang untuk menggunakan jasa fitness. Semakin positif sikap, norma subjektif yang mendukung, dan perceived behavior control yang positif terhadap perilaku penggunaan jasa fitness, maka intensi orang tersebut akan semakin tinggi untuk menggunakan jasa fitness, dan sebaliknya, semakin negatif sikap, norma subjektif yang tidak mendukung, dan perceived behavior control negatif seseorang terhadap penggunaan jasa fitness, maka akan semakin rendah juga intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.