• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN

PERCEIVED

BEHAVIORAL CONTROL

(PBC) TERHADAP INTENSI

MENGGUNAKAN JASA

FITNESS

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

oleh :

NOVIRA KHASANAH HARAHAP

101301054

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control (PBC) terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness

Novira Khasanah Harahap & Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC) terhadap intensi menggunakan jasa

fitness dan peranan masing-masing aspek terhadap intensi menggunakan jasa fitness. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan 100 orang yang dipilih sebagai sampel penelitian melalui teknik purposive sampling di kota Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui skala sikap, norma subjektif, perceived behavioral control (PBC), dan skala intensi yang disusun berdasarkan teori Ajzen mengenai Theory of Planned Behavior.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC) secara bersama-sama berperan positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness; (2) sikap berperan positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitnes; (3) norma subjektif berperan positif namun tidak signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness; dan (4) perceived behavioral control (PBC) memiliki peran positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness.

(3)

The Role of Attitudes, Subjective Norms, and Perceived Behavioral Control (PBC) on Intention of Using Fitness Service

Novira Khasanah Harahap & Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRACT

The purpose of the study is to determine the role of attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control of the intention of using fitness service and the role of each aspect on the intention of using fitness service. This study used the quantitative approach using one hundred peoples in Medan City as subject and selected using purposive sampling. The data was displayed through the scale of attitude, subjective norm, perceived behavioral control (PBC) and scale of intention based on Theory of Planned Behavior by Ajzen.

Results of the current research showed that (1) attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control (PBC) have a significant positive role on the intention of using fitness service; (2) attitudes itself has a significant role to the intention of using fitness service; (3) subjective norm itself has a positive role but doesn’t significant on the intention of using fitness service; and (4) perceived behavioral control (PBC) itself has a significant positive role on the intention of using fitness service.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya

yang memberikan jalan dan kemudahan kepada penulis sehingga akhirnya dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Sikap, Norma Subjektif, dan

Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness”. Skripsi ini dibuat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, serta saran

selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Khususnya kepada Ayahanda Syamsul Harahap dan Ibunda Wan Eli Farida, sebagai orangtua yang selalu mendukung penulis. Terima kasih yang tak terhingga atas didikan, kasih sayang, kesabaran, pengertian, serta dukungan baik moril maupun materil yang masih penulis terima dan rasakan hingga detik ini. Semua perjuangan Ayahanda dan Ibunda sulit untuk penulis gantikan dengan material duniawi dalam bentuk apapun, hanya bakti dan doa-doa yang biasa penulis berikan semoga Ayahanda dan Ibunda diberikan kesehatan, usia yang panjang, serta berkah oleh Allah SWT, agar kelak di masa depan bisa melihat keberhasilan penulis. Selain itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Bapak Eka Danta Jaya Ginting, M.A., psikolog, selaku dosen pembimbing

penulis. Terima Kasih atas kesediaan, kesabaran, dukungan, waktu dan saran

(5)

3. Kakak Juliana Irmayanti Saragih, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing

akademik terbaik yang pernah ada. Terima kasih atas segala

nasehat-nasehatnya, saran yang mendukung, tempat curhat, film korea, serta

bimbingan yang udah kakak berikan.

4. Ibu Dr. Emmy Mariatin, M.A, Ph.D., psikolog dan Bapak Ferry Novliadi,

M.Si., selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritikan yang

membangun dan saran dalam perbaikan akhir skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan dan seluruh staf pegawai atas bantuannya selama masa-masa perkuliahan dan penyusunan skripsi.

6. M. Amrizal Arif Hrp, sebagai adik dan saudara satu-satunya. Terima kasih atas dukungannya dan kesediaannya untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data serta jasa antar jemputnya.

7. Surya Handoko, terima kasih atas semua kebaikannya, perhatian, pengertian, dukungan, serta semangatnya selama ini.

8. Sahabat-sahabat penulis, Mira, Iin, Rina, Juni, Sonya, Rocky, Beo, Fatimah, dan Niswah yang selalu ada selama masa perkuliahan. Terima kasih telah memberi nasehat, saran, canda tawa, suka duka. Terlalu banyak kenangan indah yang tak mungkin penulis lupakan.

(6)

detik selalu berarti.

10.Buat Jilly Chandra, Rosa Mentari, dan Veronika sebagai teman satu dosen pembimbing. Terima kasih atas saran, kritik, materi, dan motivasi-motivasi yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini secepat mungkin.

11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang telah bersama-sama menjalani

pahit manisnya masa perkuliahan di Fakultas Psikologi USU.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

bisa penulis sebutkan namanya satu per satu.

Sebagai manusia yang masih belajar, penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis membuka diri terhadap

segala kritik dan saran yang merupakan masukan bagi penulis untuk

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi berbagai pihak.

Medan, 01 Oktober 2014

Penulis

(7)

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5.Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Intensi ... 13

2.2. Sikap ... 15

2.3. Norma Subjektif ... 18

2.4. Perceived Behavioral Control... 20

2.5. Fitness Center ... 21

2.6. Dinamika ... 24

2.6.1. Dinamika Sikap Terhadap Intensi ... 24

2.6.2. Dinamika Norma Subjektif Terhadap Intensi ... 25

(8)

2.7. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32

3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32

1. Intensi Menggunakan Jasa Fitness ... 32

2. Sikap ... 33

3. Norma Subjektif ... 33

4. Perceived Behavioral Control (PBC) ... 34

3.3. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 34

3.3.1. Populasi Penelitian ... 34

3.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 34

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

1. Skala Intensi ... 37

2. Skala Sikap ... 38

3. Skala Norma Subjektif ... 39

4. Skala Perceived Behavioral Control (PBC) ... 40

3.5. Uji Validitas, Uji Daya Beda Aitem, dan Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 41

3.5.1. Uji Validitas ... 41

3.5.2. Uji Daya Beda Aitem ... 41

3.5.3. Uji Reliabilitas ... 42

3.6. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 43

3.6.1. Hasil Uji Coba Skala Intensi ... 43

3.6.2. Hasil Uji Coba Skala Sikap ... 43

3.6.3. Hasil Uji Coba Skala Norma Subjektif ... 43

(9)

3.7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 44

3.8. Metode Analisa Data ... 46

3.8.1. Uji Normalitas ... 46

3.8.2. Uji Linearitas ... 47

3.8.3. Multikolinearitas ... 47

3.8.4. Autokorelasi ... 48

3.8.5. Heteroskedastisitas ... 48

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1. Analisa Deskriptif ... 49

4.2. Hasil Uji Asumsi ... 50

4.2.1. Uji Normalitas ... 50

4.2.2. Uji Linearitas ... 51

4.2.3. Uji Multikolinear ... 53

4.2.4. Uji Autokorelasi ... 54

4.2.5. Uji Heteroskedastisitas ... 55

4.3. Hasil Utama Penelitian ... 56

4.4. Pembahasan ... 65

4.4.1. Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness ... 65

4.4.2. Peran Sikap terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness ... 66

4.4.3. Peran Norma Subjektif terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness.. ... 69

4.4.4. Peran Perceived Behavioral Control (PBC) terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness ... 71

(10)

5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 75

5.2.1. Saran Metodologis ... 75

5.2.2. Saran Praktis ... 75

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint Skala Intensi...38

Tabel 2. Blueprint Skala Sikap...39

Tabel 3. Blueprint Skala Norma Subjektif... 40

Tabel 4. Blueprint Skala Perceived Behavioral Control (PBC)...41

Tabel 5. Deskripsi Data Penelitian... 49

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas...50

Tabel 7. Hasil Uji Linearitas Sikap...52

Tabel 8. Hasil Uji Linearitas Norma Subjektif...52

Tabel 9. Hasil Uji Linearitas Perceived Behavioral Control ...53

Tabel 10. Hasil Uji Multikolinieritas...54

Tabel 11. Hasil Uji Autokorelasi...54

Tabel 12. Hasil Perhitungan Analisis Regresi...56

Tabel 13. Hasil Analisis Korelasi...57

Tabel 14. Koefisien Regresi...58

Tabel 15. Koefisien Variabel...59

Tabel 16. Deskripsi Data Penelitian...60

Tabel 17. Kategorisasi Skor Sikap...62

Tabel 18. Kategorisasi Skor Norma Subjektif...62

Tabel 19. Kategorisasi Skor Perceived Behavioral Control...63

(12)
(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. The Theory of Planned Behavior...14

Gambar 2. Hasil Uji Normalitas...54

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. Reliabilitas & Uji Daya Beda Aitem Sikap

2. Reliabilitas & Uji Daya Beda Aitem Norma Subjektif

3. Reliabilitas & Uji Daya Beda Aitem Perceived Behavioral Control

4. Reliabilitas & Uji Daya Beda Aitem Intensi

LAMPIRAN B

1. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Sikap

2. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Norma Subjektif

3. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Perceived Behavioral Control

4. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Intensi

LAMPIRAN C

1. Uji Normalitas Sebaran 2. Uji Linearitas

3. Uji Multikolinearitas 4. Uji Autokorelasi 5. Uji Heteroskedastisitas 6. Uji Hipotesis

LAMPIRAN D

(15)

Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control (PBC) terhadap Intensi Menggunakan Jasa Fitness

Novira Khasanah Harahap & Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC) terhadap intensi menggunakan jasa

fitness dan peranan masing-masing aspek terhadap intensi menggunakan jasa fitness. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan 100 orang yang dipilih sebagai sampel penelitian melalui teknik purposive sampling di kota Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui skala sikap, norma subjektif, perceived behavioral control (PBC), dan skala intensi yang disusun berdasarkan teori Ajzen mengenai Theory of Planned Behavior.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC) secara bersama-sama berperan positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness; (2) sikap berperan positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitnes; (3) norma subjektif berperan positif namun tidak signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness; dan (4) perceived behavioral control (PBC) memiliki peran positif yang signifikan terhadap intensi menggunakan jasa fitness.

(16)

The Role of Attitudes, Subjective Norms, and Perceived Behavioral Control (PBC) on Intention of Using Fitness Service

Novira Khasanah Harahap & Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRACT

The purpose of the study is to determine the role of attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control of the intention of using fitness service and the role of each aspect on the intention of using fitness service. This study used the quantitative approach using one hundred peoples in Medan City as subject and selected using purposive sampling. The data was displayed through the scale of attitude, subjective norm, perceived behavioral control (PBC) and scale of intention based on Theory of Planned Behavior by Ajzen.

Results of the current research showed that (1) attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control (PBC) have a significant positive role on the intention of using fitness service; (2) attitudes itself has a significant role to the intention of using fitness service; (3) subjective norm itself has a positive role but doesn’t significant on the intention of using fitness service; and (4) perceived behavioral control (PBC) itself has a significant positive role on the intention of using fitness service.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Di era modern ini, manusia berusaha untuk belajar dan bekerja demi

memenuhi kebutuhannya. Persaingan yang ketat terjadi di bidang pekerjaan

dimana seseorang dituntut untuk menampilkan performanya secara maksimal.

Performa maksimal harus disertai dengan fisik yang mendukung agar aktivitas

yang dilakukan sehari-hari dapat berjalan secara lancar. Oleh karena itu, fisik

yang prima sangat dibutuhkan untuk menyokong produktivitas kerjanya

(Karpovich dalam Sarafino & Smith, 2011).

Fisik yang prima dapat diperoleh dari asupan gizi yang memadai serta

olahraga yang rutin. Namun, kesibukan membuat manusia lupa akan pentingnya

olahraga bagi kesehatan dan kebugaran fisik. Presiden Dewan Olahraga dan

Fitness USA mengatakan “jika olahraga dapat dikemas dalam sebuah pil, itu akan

menjadi sebuah obat yang paling banyak diresepkan dan paling bermanfaat di

dunia (Staff dalam Cox, 2002). Hal ini mengungkapkan bahwa olahraga sangat

dibutuhkan bagi kesehatan dan kebugaran tubuh manusia.

Sebuah trend baru dalam lifestyle masyarakat perkotaan belakangan ini adalah sadar akan pentingnya kesehatan dan perilaku hidup sehat. Hasil riset yang

dilakukan pada 401 orang Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia

telah mengerti dan sadar akan pentingnya gizi serta olahraga untuk gaya hidup

(18)

Sebanyak 69 persen wanita dan 47 persen pria merasa kesulitan dalam

berolahraga secara teratur sehingga hanya 18 persen responden saja yang

melakukan olahraga secara rutin (Kusmiyati, 2013). Seiring dengan

berkembangnya dunia pekerjaan yang mewajibkan kepada setiap pekerjanya agar

selalu bisa bersaing dan produktif, seakan-akan membuat waktu luang menjadi

lebih singkat sehingga tidak bisa lagi digunakan untuk berolah raga. Tetapi

dengan perkembangan teknologi dan tingkat ilmu pengetahuan yang semakin

maju dalam bidang kesehatan, nutrisi, pola latihan, dan makanan, akhirnya

menjadikan fitness center sebagai ladang bisnis baru yang potensial (Dillah, 2014).

Fitness center merupakan suatu fasilitas indoor yang menyediakan sarana program fitness yang meliputi olahraga pembentukan otot-otot tubuh/fisik yang dilakukan secara rutin dan berkala guna menjaga vitalitas tubuh dan berlatih

disiplin (Department of Commerce Australia, 2000). Adapun manfaat menggunakan jasa fitness adalah untuk memperbaiki kesehatan secara keseluruhan, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan produktivitas kerja,

meningkatkan kapasitas intelektual, menangani stress, menghilangi depresi, dan

memperbaiki pola tidur pada malam hari (Iskandar dalam Agustin, 2013). Sarana

yang ditawarkan jugaberagam mulai dari fitness center yang hanya menyediakan sarana basic seperti latihan kebugaran baik untuk individu maupun berkelompok dengan alat-alat yang mendukung, hingga sarana yang lebih lengkap dan spesifik

(19)

Pilates, Yoga, Body Language, Body Building, Sauna, Spa, Streching Class, Kids Class, Teenagers Class, dan lain-lain.

Selain menyediakan fasilitas yang lengkap, Fitness center juga memberikan penawaran berupa “member service” sehingga masyarakat dapat menggunakan jasa ini secara rutin dan dipandu oleh instruktur fitness. Dengan adanya fasilitas yang lengkap serta penawaran yang menarik, fitness center

menjadi suatu jasa yang sangat digemari masyarakat dan akhirnya mengalami

perkembangan yang sangat cepat untuk memenuhi minat masyarakat dalam

berolahraga (Dillah, 2014). Hal ini didukung oleh penelitian Wijayanti (2009)

yang mengungkapkan bahwa tingginya tingkat kebutuhan manusia dan gaya

hidup masyarakat membuat perkembangan jasa fitness semakin marak khususnya di kota-kota besar Indonesia.

Di Kota Medan, fitness center berkembang sangat pesat mulai dari tahun 2000an. Celebrity Fitness, Our Gym, Thamrin Fitness center, dan My Life Gym, merupakan fitness center yang berada di lokasi perbelanjaan. Sementara Clark Hatch Fitness center, Novotel Fitness Club, Emerald Garden Fitness, Fitness Club, Fitness center, merupakan fitness center yang berada di perhotelan. Selain

fitness center diatas, masih banyak tempat pelayanan jasa fitness lainnya yang tersebar di tengah pemukiman warga serta di kawasan kampus. Berbagai motivasi

yang mendorong manusia menggunakan jasa fitness yaitu untuk menurunkan berat badan, membentuk lekuk tubuh yang ideal, menetralkan tensi tubuh,

menguatkan fungsi jantung serta mempertahankan tubuh agar selalu terlihat fit

(20)

fitness membuat semua orang tergila-gila ingin menggunakannya sebagai

alternatif untuk menjaga kesehatan. Dalam acara peluncuran Global Rebranding Fitness, CEO First Fitness Asia mengemukakan bahwa alasan seseorang tidak memilih ke gym dari 3000 responden di Asia adalah sebanyak 35 persen

mengatakan bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu setiap hari, sementara 23

persen mengatakan kalau mereka selalu berpindah tempat kalau olahraga atau

tidak bisa konsisten di satu tempat olahraga. Lalu, 18 persen mengatakan bahwa

mereka tidak mengenal siapapun di gym. Dan 14 persen mengatakan tidak suka

merasa repot membawa alat-alat olahraganya kemana-mana (Triananda, 2014).

Perilaku seseorang untuk menggunakan jasa fitness center dapat dilihat dari intensi mereka. Intensi merupakan keputusan yang dibuat manusia untuk

berperilaku secara tertentu (Craighead & Nemerof, 2002). Jadi dapat dikatakan

bahwa ketika seseorang hendak melakukan sesuatu, ada niat ataupun suatu hal

yang mendasarinya untuk berperilaku demikian. Hal inilah yang dinamakan

intensi. Intensi dijelaskan dalam theory of planned behavior yang mengemukakan bahwa seseorang akan memunculkan perilaku apabila ia menilai bahwa perilaku

itu baik atau bernilai positif, ketika orang-orang sekitar individu mengharapkan

perilaku itu terjadi, dan ketika ia memiliki kontrol diri berupa kesempatan dan

kepercayaan diri untuk menampilkan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Dalam

(21)

Sikap merupakan penilaian individu baik itu positif maupun negatif

terhadap benda, orang, institusi, peristiwa, perilaku, dan minat tertentu. Sikap

memiliki dua komponen dalam mempengaruhi intensi yaitu behavioral belief

yang merupakan keyakinan individu akan konsekuensi perilaku yang akan

dimunculkan serta evaluation of outcome yang merupakan penilaian individu akan konsekuensi yang dihasilkan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Sikap

masyarakat terhadap jasa fitness umumnya bersifat positif. Hal ini dapat dilihat dari komunikasi personal dibawah ini.

“Menurut saya kalau gunakan jasa fitness itu bagus, toh didalamnya orang yang awalnya gendut bisa jadi langsing, yang udah langsing mau punya otot juga bisa. Bagus sih untuk kesehatan sama lifestyle.” (Komunikasi Personal, 07 April 2014)

Disamping sikap, norma subjektif juga mempengaruhi intensi seseorang

untuk menampilkan perilaku. Norma subjektif merupakan kepercayaan seseorang

terhadap harapan orang lain untuk ia lakukan dan keinginannya untuk mengikuti

harapan tersebut (Ajzen, 2005). Berdasarkan definisi di atas, norma subjektif

memiliki dua komponen yakni keyakinan normatif (normative belief) dan keinginan untuk mengikuti (motivation to comply). Seorang individu akan cenderung melakukan suatu perilaku apabila ia yakin bahwa orang-orang

sekitarnya menganggap positif akan suatu perilaku dan mendorongnya untuk

menampilkan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Pengaruh norma subjektif terhadap

intensi menggunakan jasa fitness dapat dilihat dalam wawancara berikut ini.

“Teman-teman yang lain udah nyuruh aku ikut pake jasa fitness

(22)

(Komunikasi Personal, 08 April 2014)

Selain kedua komponen di atas, perceived behavior control juga memiliki peran penting dalam membentuk intensi. Perceived Behavior Control mengacu pada bagaimana persepsi seseorang tentang seberapa mudah atau seberapa sulit ia

memunculkan suatu perilaku. Semakin individu merasa mampu atau mudah

dalam menampilkan perilaku maka semakin besar juga intensinya memunculkan

perilaku. Namun apabila individu merasa tidak mampu atau kesulitan

memunculkan perilaku tersebut, maka akan semakin kecil ia akan memunculkan

perilaku tersebut. Perceived behavior control memiliki dua aspek penting yaitu

control belief yang merupakan persepsi seseorang akan kapasitas yang dimilikinya untuk memunculkan perilaku serta power of factor yakni seberapa besar derajat faktor-faktor control tersebut mempengaruhi keputusan untuk memunculkan perilaku (Ajzen, 2005).

“Kalau aku sih mikirnya lebih berat di biaya. Anak kuliah biaya aja masih minta dari orangtua kalau ikutan fitness rasanya sayang macem terbuang uang itu. Jadi aku mikirnya toh juga masih ada alternatif lain yang gratis, aku bisa jogging atau senam-senam ringan sebagai pengganti pake jasa fitness. Kalau nanti udah kerja, punya penghasilan sendiri, aku pasti ikutan fitness karena kalau dibilang pingin, ya aku pingin. Tapi itulah masalahnya Cuma di biaya”

(Komunikasi Personal, 25 Maret 2014)

Theory of Planned Behavior yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen ini telah banyak digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh sikap, norma

(23)

untuk menguji theory of planned behavior terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII (Taman Mini Indonesia Indah) sebagai destinasi wisata. Hasil dari

penelitian ini adalah sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control

bersama-sama memiliki peran positif yang signifikan terhadap intensi

pengunjung untuk memilih TMII sebagai destinasi wisata. Sikap berperan secara

positif dan signifikan terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII sebagai

destinasi wisata. Norma subjektif berperan positif dan signifikan terhadap intensi

pengunjung untuk memilih TMII sebagai destinasi wisata. Serta perceived behavioral control juga berperan positif dan signifikan terhadap intensi pengunjung untuk memilih TMII sebagai destinasi wisata. Ajzen (2005)

mengungkapkan bahwa intensi sudah dapat dijelaskan bila hanya satu atau dua

faktor yang berpengaruh pada intensi pembentukan perilaku tersebut.

Individu yang memiliki sikap positif terhadap penggunaan jasa fitness

cenderung memiliki intensi yang besar untuk menggunakan jasa fitness. Orang-orang disekitar individu (significant others) seperti orang tua, saudara, dan sahabat juga berperan untuk menentukan munculnya perilaku individu. Apabila

significant other memandang jasa fitness sebagai sesuatu yang positif dan ada tekanan sosial untuk melakukan fitness, maka intensi individu juga semakin besar menggunakannya. Selain itu, faktor mampu tidaknya individu untuk

menggunakan jasa fitness seperti adanya waktu atau kesempatan serta ada atau

(24)

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti ingin melihat apakah theory of planned behavior dapat diterapkan pada penggunaan jasa fitness sebagai dasar untuk meneliti fenomena kecendrungan penggunaan jasa fitness pada jaman sekarang. Bagaimana peran sikap, norma subjektif dan perceived behavior control terhadap intensi seseorang dalam menggunakan jasa fitness.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

i. Apakah sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control secara bersama-sama berperan positif terhadap intensi menggunakan jasa fitness? ii. Seberapa besar peran sikap terhadap intensi menggunakan jasa fitness? iii. Seberapa besar peran norma subjektif terhadap intensi menggunakan jasa

fitness?

iv. Seberapa besar peran perceived behavioral control (PBC) terhadap intensi menggunakan jasa fitness?

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Utama

Untuk melihat apakah sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control secara bersama-sama berperan terhadap intensi seseorang dalam menggunakan jasa fitness.

1.3.2. Tujuan Tambahan

a. Untuk mengetahui seberapa besar peran variabel sikap terhadap

(25)

b. Untuk mengetahui seberapa besar peran variabel norma

subjektif terhadap intensi seseorang dalam menggunakan jasa

fitness.

c. Untuk mengetahui seberapa besar peran variabel perceived behavioral control terhadap intensi seseorang menggunakan jasa fitness.

d. Untuk mengetahui variabel independen (X) yang paling

berperan terhadap intensi menggunakan jasa fitness.

e. Untuk melihat tingkat sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC) pada sampel dibandingkan dengan populasi secara umum.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi teoritis

maupun praktis, yaitu :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu psikologi khususnya di bidang Psikologi

Industri Organisasi, terutama mengenai variabel sikap, norma

subjektif, perceived behavioral control terhadap keinginan untuk menggunakan jasa fitness. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin

(26)

perceived behavioral control mengenai pengaruhnya terhadap variabel intensi.

1.4.2. MANFAAT PRAKTIS

Sebagai informasi bagi para pengelola jasa fitness dalam meningkatkan pemasaran fitness center. Untuk meningkatkan pemasaran jasa fitness, tentunya para pengelola harus mengetahui sejauh mana keinginan masyarakat untuk menggunakan jasa

fitness. Keinginan masyarakat untuk menggunakan jasa fitness

dipengaruhi oleh tingkat sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control. Ketiga faktor yang mempengaruhi keinginan/intensi masyarakat tersebut ditentukan oleh kepercayaan

(belief) yang diperoleh dari pengetahuan atau informasi-informasi mengenai fitness center. Sehingga, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengelola jasa

fitness dalam mempromosikan maupun menginformasikan fitness center sebagai alternatif masyarakat dalam berolahraga.

(27)

Untuk mempermudah dan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas

tentang isi dari proposal ini, maka pembahasan dilakukan secara sistematik

yang meliputi :

Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian yaitu

mengenai intensi menggunakan jasa fitness, rumusan masalah penelitian apakah variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control berpengaruh terhadap intensi menggunakan jasa

fitness, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang tinjauan teoritis mengenai intensi

untuk menggunakan jasa fitness. Bab ini juga mengemukakan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara terhadap masalah

penelitian mengenai sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control berhubungan dengan intensi menggunakan jasa fitness.

Bab III : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang identifikasi variabel, definisi

operasional, populasi dan sampel, metode penelitian, teknik

pengambilan data, metode analisis data dan uji kualitas data.

(28)

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis hasil penelitian

secara keseluruhan dari penelitian ini yang dilakukan dengan

menggunakan analisa statistik dengan bantuan program SPSS

versi 16.0 for windows. Kemudian pada bab ini juga akan dibahas mengenai ketercapaian ataupun ketidaktercapaian

hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi jawaban atas masalah yang diajukan, yaitu

sikap, norma subjektif, dan perceived behavior kontrol secara bersama-sama berperan positif terhadap intensi menggunakan

jasa fitness. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisa dan interpretasi data serta dilengkapi dengan saran- saran bagi

pengembang dan bagi peneliti lain berdasarkan hasil

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.INTENSI

2.1.1. Defenisi Intensi

Chaplin (1999) menyatakan bahwa intensi merupakan suatu usaha untuk

mencapai tujuan tertentu. Sementara Kartono dan Gulo (1987) mendefinisikan

intensi sebagai tujuan untuk berbuat suatu hal. Warshaw dan Davis (1985)

mendefinisikan intensi sebagai kecenderungan individu untuk merancang suatu

perencanaan secara sadar untuk menampilkan atau tidak menampilkan maksud

tertentu. Jadi, intensi dapat dipahami sebagai rencana individu untuk

menampilkan suatu perilaku tertentu.

Semua perilaku manusia didasarkan pada intensi karena intensi

merupakan indikasi seberapa keras usaha seseorang untuk menampilkan suatu

perilaku. Kerasnya usaha seseorang untuk melakukan suatu perilaku merupakan

prediktor paling kuat bagi munculnya perilaku tersebut. Intensi dijelaskan dalam

theory of planned behavior yang merupakan pengembangan dari theory of reasoned action. Menurut Ajzen (1991) yang menjadi faktor utama dalam theory of planned behavior ini adalah intensi seseorang untuk memunculkan suatu perilaku. Intensi diasumsikan untuk menggambarkan faktor yang memotivasi dan

mempengaruhi perilaku, seperti mengindikasikan seberapa keras individu akan

mencoba menampilkan perilaku serta seberapa besar usaha yang direncanakan

(30)

suatu perilaku sehingga apabila kita ingin mengetahui apa yang akan dilakukan

seseorang maka cara terbaik untuk memprediksinya adalah dengan mengetahui

intensi orang tersebut.

2.1.2. Faktor-Faktor Intensi

Ajzen (2005) mengemukakan intensi merupakan fungsi dari tiga faktor

yaitu faktor personal, faktor sosial, dan faktor kontrol / kendali. Faktor personal

merupakan sikap individu terhadap perilaku berupa evaluasi positif atau negatif

terhadap perilaku yang akan ditampilkan. Faktor sosial diistilahkan dengan kata

norma subjektif yang meliputi persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk

menampilkan atau tidak menampilkan perilaku. Yang terakhir merupakan faktor

kendali yang disebut perceived behavioral control yang merupakan perasaan individu akan mudah atau sulitnya menampilkan perilaku tertentu. Hubungan

[image:30.595.203.460.539.681.2]

antara intensi dan ketiga faktor yang mempengaruhinya dapat dilihat dalam

gambar berikut ini.

Umumnya, seseorang menunjukkan intensi terhadap suatu perilaku jika

(31)

melakukannya, dan ketika mereka percaya bahwa mereka memiliki kesempatan

dan mampu untuk melakukannya. Sehingga dengan menguatnya intensi

seseorang terhadap perilaku tersebut, maka kemungkinan individu untuk

menampilkan perilaku juga semakin besar (Ajzen, 2005).

2.1.3. Aspek-Aspek Intensi

Intensi memiliki 4 aspek yang mendasarinya yaitu target, action, context, dan time. Target merupakan sasaran yang ingin dicapai jika menampilkan suatu perilaku. Misalnya, menampilkan perilaku belajar untuk mencapai prestasi.

Action yang merupakan suatu tindakan yang mengiringi munculnya perilaku. Misalnya, membuka buku merupakan aksi yang dilakukan ketika hendak

menampilkan perilaku belajar. Context mengacu pada situasi yang akan memunculkan perilaku. Misalnya, ketika berada di tempat yang tenang dapat

membangkitkan niat belajar. Dan yang terakhir adalah time yaitu waktu munculnya perilaku, misalnya belajar pada minggu sebelum ujian akhir.

2.2. SIKAP

2.2.1. Defenisi Sikap

Sikap atau attitude senantiasa diarahkan pada suatu hal atau suatu objek. Tidak ada sikap tanpa adanya objek (Gerungan, 2004). Oleh karena itu, suatu

perbuatan ataupun perilaku dapat diprediksi dari adanya sikap (Dayakisni &

(32)

berlangsung dalam diri seseorang yang didalamnya terdapat pengalaman individu

yang akan mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan

situasi (dalam Sarwono, 2009). Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat

afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis (dalam Azwar,

2007). Definisi Petty & Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap adalah

evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek

atau isu-isu (dalam Azwar, 2007).

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa

sikap merupakan suatu bentuk evaluasi seseorang untuk bereaksi secara bipolar

yakni positif maupun negatif terhadap objek tertentu yang dibentuk dari interaksi

antara komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan

representasi apa yang dipercayai oleh individu yang berisi kepercayaan atau

stereotipe mengenai suatu hal. Komponen ini merupakan respon yang sangat

spesifik, misalnya bagaimana respon individu terhadap suatu produk atau jasa.

Kedua, komponen afektif yang merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai

komponen sikap. Komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki

seseorang terhadap sesuatu misalnya perasaan individu ketika melihat,

mendengar, merasa, ataupun menggunakan barang atau jasa. Yang terakhir

adalah komponen konatif yang merupakan aspek kecenderungan untuk

berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi

tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu

(33)

Menurut Ajzen (2005) sikap merupakan evaluasi individu baik positif

maupun negatif terhadap objek sikap yang berupa benda, institusi, orang,

kejadian, perilaku, maupun minat tertentu. Sikap ditentukan dari evaluasi

seseorang mengenai konsekuensi suatu perilaku yang diasosiasikan dengan suatu

perilaku dan dengan melihat kuatnya hubungan antara konsekuensi tersebut

dengan suatu perilaku. Maka dapat disimpulkan bahwa jika seseorang memiliki

belief yang kuat bahwa suatu perilaku akan menghasilkan konsekuensi yang positif, maka sikap terhadap perilaku tersebut juga akan positif. Tetapi jika belief

terhadap perilaku tersebut negatif, maka sikap yang terbentuk terhadap suatu

perilaku tersebut juga negatif. Beliefs terhadap suatu objek dapat dibentuk secara langsung melalui hasil observasi, maupun secara tidak langsung melalui

informasi dari sumber lain seperti teman, televisi, koran, buku, dan lain-lain.

2.2.2. Aspek Sikap

Berdasarkan theory of planned behavior, sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari aspek behavioral beliefs dan outcome evaluation.

Behavioral belief merupakan kepercayaan individu akan konsekuensi yang dihasilkan bila ia menampilkan suatu perilaku. Sementara outcome evaluation

merupakan penilaian individu terhadap konsekuensi atau hasil dari perilaku yang

ditampilkan. Individu yang yakin bahwa dengan menampilkan suatu perilaku

akan menghasilkan konsekuensi yang positif, akan memiliki kecenderungan yang

besar untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Hubungan kedua aspek

(34)

�� ∝ � ����

Persamaan diatas menjelaskan bahwa � merupakan sikap terhadap suatu perilaku yang merupakan hasil kali dari � sebagai behavioral belief dan � sebagai evaluation of outcome.

2.3. NORMA SUBJEKTIF 2.3.1. Defenisi Norma Subjektif

Norma merupakan peraturan atau kebiasaan berdasarkan apa yang

dipikirkan dan dilakukan, apa yang baik dan tidak baik di dalam suatu kelompok

sosial. Dapat dikatakan bahwa norma merupakan standar untuk berperilaku

secara normal di dalam masyarakat. Norma merupakan harapan bersama tentang

bagaimana seseorang harus berperilaku dalam kelompok (Burn, 2004).

Ajzen (2005) mendefinisikan norma subjektif sebagai persepsi individu

terhadap tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu

perilaku. Norma subjektif dapat dikatakan sebagai dorongan sosial yang

menentukan seseorang untuk melakukan perilaku. Ketika individu ingin

menampilkan perilaku, ia akan menyesuaikan perilaku tersebut dengan norma

kelompoknya sehingga kecenderungan untuk menampilkan perilaku akan

semakin besar jika kelompok bisa menerima perilaku tersebut. Kelompok ini bisa

saja berupa orangtua, saudara, teman dekat, dan orang yang berkaitan dengan

(35)

2.3.2. Aspek Norma Subjektif

Menurut theory of planned behavior (Ajzen, 2005), norma subjektif ditentukan oleh adanya keyakinan normatif (normative belief) dan keinginan untuk mengikuti (motivation to comply). Keyakinan normatif (normative belief) berkenaan dengan keyakinan individu apakah orang-orang terdekat individu

(significant other) mendukung atau menolak tampilnya perilaku. Keyakinan normatif diperoleh dari significant other tentang apakah individu perlu, harus, atau dilarang melakukan perilaku tertentu dan dari individu yang berhubungan

dengan perilaku tersebut. Motivation to comply adalah motivasi individu untuk menampilkan perilaku yang diharapkan significant other. Seseorang yang percaya bahwa ketika significant other menyetujui suatu perilaku, maka hal itu akan menjadi tekanan sosial bagi individu untuk melakukan perilaku tersebut. Begitu

pula sebaliknya, ketika significant other tidak menerima suatu perilaku maka hal itu akan menjadi tekanan sosial bagi individu untuk menjauhi dan tidak melakukan

perilaku tersebut.

Hubungan antara dua aspek norma subjektif diatas dapat digambarkan

pada persamaan berikut ini :

�� ∝ � ����

Persaman tersebut menggambarkan SN yang merupakan subjective norm

(36)

2.4. PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL

2.4.1. Defenisi Perceived Behavioral Control

Ajzen (2005) mengungkapkan perceived behavior control atau kontrol perilaku merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor yang

memfasilitasi atau menghalangi tampilnya suatu perilaku. Keyakinan ini mungkin

didasari oleh pengalaman masa lalu namun biasanya dipengaruhi oleh informasi

sekunder seperti informasi yang diobservasi individu dari pengalaman kenalan,

teman, dan faktor lain yang meningkatkan atau mengurangi intensitas

berperilaku. Semakin banyak sumber daya dan kesempatan individu maka

semakin kuat kontrol perilaku yang dimilikinya. Dengan kata lain, kontrol

perilaku merupakan persepsi mengenai mampu atau tidaknya maupun mudah atau

sulitnya individu menampilkan perilaku.

Menurut theory of planned behavior, perceived behavior control bersama-sama dengan intensi dapat digunakan secara langsung untuk memprediksi

munculnya perilaku. Ada dua alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Yang

pertama, intensi untuk memunculkan perilaku akan lebih berhasil jika disertai

dengan adanya perceived behavior control. Misalnya, ada dua orang yang memiliki intensi yang sama kuatnya untuk belajar bermain ski. Ketika keduanya

mencoba melakukannya, orang yang yakin bahwa ia mampu melakukan akan

lebih berhasil daripada orang kedua yang tidak yakin bahwa ia mampu untuk

(37)

2.4.2. Aspek Perceived Behavioral Control

Kontrol perilaku ditentukan oleh control beliefs dan power of control beliefs (Ajzen, 2005). Control beliefs merupakan persepsi individu apakah ia mampu atau tidak mampu dalam menampilkan suatu perilaku. Sedangkan power of control beliefs merupakan derajat seberapa besar faktor kontrol tersebut mempengaruhi keputusan seseorang untuk menampilkan perilaku, apakah faktor

kontrol tersebut dapat memfasilitasi atau menghalangi timbulnya perilaku.

Hubungan antara dua aspek perceived behavior control diatas dapat digambarkan dalam persamaan berikut :

��� ∝ � ����

Persamaan diatas menunjukkan bahwa PBC dipengaruhi oleh gabungan dari � yang merupakan control belief dan � yang merupakan power of control

yang memfasilitasi atau menghalangi timbulnya perilaku.

2.5. FITNESS CENTER

Fitness adalah kegiatan olahraga pembentukan otot-otot tubuh/fisik yang dilakukan secara rutin dan berkala, yang bertujuan untuk menjaga vitalitas tubuh

dan berlatih disiplin. Untuk menjaga kedisplinan olahraga tersebut, dibuatlah

suatu fasilitas olahraga indoor yang disebut fitness center. Fitness center

merupakan suatu tempat yang didalamnya terdapat fasilitas dan perlengkapan

(38)

ditawarkan dalam fitness center diantaranya adalah senam aerobik, body language, salsa, taebo, dance, body building, yoga, dan sauna (Cleopatra Fitness, 2001).

Menurut Department of Commerce Australia (2000), fitness center

merupakan suatu fasilitas indoor yang menyediakan berbagai program dan alat-alat kesehatan serta adanya aktivitas fisik berupa latihan kebugaran, baik aktivitas

tersebut dilakukan secara perorangan maupun per individu. Jadi, suatu tempat

sudah bisa dikatakan fitness center jika meliputi hal-hal berikut ini : 1. Latihan fisik yang terstruktur

2. Adanya instruktur yang memandu sesi latihan kelompok, kelas aerobik, maupun program lifestyle

3. Personal trainers atau pelatih fitness yang melayani pelanggan

4. Tersedianya fasilitas-fasilitass fitness atau gym yang dapat digunakan pelanggan secara umum

5. Terkadang terdapat fasilitas seperti kolam renang ataupun jacuzzi yang menyediakan jasa aquarobics atau jasa lainnya namun hal ini hanya sebagai sarana tambahan saja.

Fasilitas yang terdapat di fitness center adalah sarana olahraga dan penunjang prasarana olahraga. Prasarana olahraga digunakan untuk memenuhi

(39)

Menurut Sharkey dan Gaskill (2007) berdasarkan segmentasi pengunjung,

fitness center dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :

a. Public fitness club

Fitness ini disediakan untuk masyarakat umum yang bersedia menjadi anggota atau pengunjung yang membayar. Perlengkapan dan fasilitas yang

disediakan public fitness club biasanya merupakan perlengkapan umum dengan fasilitas standar.

b. Executive fitness club

Executive fitness club disediakan bagi anggota tertentu yang tingkatannya lebih tinggi daripada public fitness club. Iuran keanggotaan pada klub ini lebih mahal dengan membidik pasaran dari kalangan eksekutif. Peralatan

serta fasilitas yang disediakan lebih bervariasi dan terspesifikasi. Biasanya,

executive fitness club berada di kawasan perbelanjaan dan perkantoran.

c. Luxurious fitness club

Luxurious fitness club dikhususkan bagi anggota tertentu yang membutuhkan ruang lebih privat denga variasi fasilitas yang lebih lengkap dan pelayanan

terbaik. Luxurious fitness club biasanya berada di hotel berbintang lima, apartemen, dan kawasan ekslusif di pusat kota.

d. Body builders club

Body builders dikhususkan bagi pria yang ingin memfokuskan diri pada pembentukan tubuh tertentu dengan menggunakan alat berat yang khusus

(40)

dan biasanya dikhususkan bagi pria dan wanita yang ingin memiliki tubuh

layaknya binaraga.

2.6. DINAMIKA

2.6.1. Dinamika Sikap terhadap Intensi

Menurut Thurstone, sikap merupukan derajat positif atau negatif terhadap

suatu objek psikologis (dalam Azwar, 2007). Sikap merupakan penilaian

positif-negatif, suka-tidak suka, maupun benar-salah terhadap suatu objek tertentu.

Dalam theory of planned behavior, Ajzen (2005) mengungkapkan sikap adalah evaluasi individu secara positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi,

kejadian, perilaku atau minat tertentu. Berdasarkan teori ini, sikap ditentukan oleh

behavioral beliefs dimana jika individu mengevaluasi bahwa suatu perilaku memiliki konsekuensi yang baik, maka individu memiliki intensi yang lebih besar

untuk melakukan perilaku tersebut serta outcome evaluation berupa penilaian individu terhadap suatu perilaku, yang apabila perilaku tersebut berkonsekuensi

positif maka ia akan cenderung untuk menampilkannya, dan sebaliknya.

Sikap akan mempengaruhi intensi seseorang yang nantinya akan berakibat

apakah individu akan menampilkan atau tidak menampilkan perilaku. Hal ini

dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Mashithoh (2009) menemukan

bahwa pengunjung Taman Mini Indonesia Indah memiliki penilaian yang positif

terhadap atribut yang ditawarkan manajemen TMII. Sikap menunjukkan

pengaruh yang searah terhadap intensi pengunjung, yang berarti semakin positif

(41)

semakin besar minat pengunjung untuk berkunjung ke TMII. Penelitian lain

dilakukan oleh Arimoerti (2000) bahwa sikap secara positif mempengaruhi

intensi seseorang untuk menggunakan jasa psikologi. Jadi, semakin positif sikap

seseorang terhadap pelayanan psikologi maka semakin tinggi intensi orang

tersebut untuk melakukan konsultasi pada jasa psikologi . Begitu juga dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2011) juga menunjukkan bahwa sikap

secara signifikan memberi pengaruh atau sumbangan terhadap intensi membeli

buku referensi kuliah illegal.

Berdasarkan penelitian diatas dan didukung oleh penelitian Ajzen (2005)

dalam Theory of Planned Behavior, maka dapat dilihat bahwa sikap memiliki peran dalam mempengaruhi intensi seseorang untuk menampilkan suatu perilaku,

dimana dalam penelitian ini perilaku menggunakan jasa fitness. Semakin positif sikap seseorang terhadap fitness center maka semakin tinggi intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness. Sebaliknya, semakin negatif sikap seseorang terhadap fitness center maka semakin rendah pula intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.

2.6.2. Dinamika Norma Subjektif terhadap Intensi

Norma subjektif merupakan persepsi individu terhadap tekanan sosial

untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu perilaku. Norma subjektif

yang berasal dari significant others atau orang-orang terdekat seperti orang tua, pasangan, saudara, serta teman dekat yang akan mempengaruhi intensi individu

(42)

dikatakan sebagai dorongan sosial yang menentukan seseorang untuk melakukan

atau tidak melakukan perilaku (Ajzen, 2005).

Ajzen (2005) mengemukakan bahwa norma subjektif ditentukan oleh

adanya keyakinan normatif (normative belief) berupa keyakinan akan harapan-harapan orang yang berada di sekitar individu untuk menampilkan atau tidak

menampilkan perilaku. Selain keyakinan normatif, norma subjektif juga

ditentukan oleh keinginan untuk mengikuti (motivation to comply) yang berupa dorongan sosial yang memotivasi individu untuk menampilkan perilaku sesuai

dengan kepercayaannya terhadap harapan orang-orang di sekitarnya. Jika

individu percaya bahwa significant others mengharapkan ia harus melakukan suatu perilaku dan ia termotivasi untuk mewujudkan harapan significant other

tersebut, maka individu akan memiliki intensi yang tinggi untuk menampilkan

perilaku. Sebaliknya jika individu percaya bahwa significant others tidak menyukai atau melarang individu melakukan suatu perilaku dan ia terdorong

untuk menjauhi perilaku tersebut, maka intensi individu akan berkurang dalam

menampilkan perilaku.

Penelitian yang dilakukan oleh Fausiah, Muis, dan Atjo (2013)

menemukan bahwa norma subjektif memiliki pengaruh yang searah terhadap

intensi karyawan untuk berperilaku K3, yang berarti semakin tinggi pengaruhh

rujukan sosial di lingkungan kerja unit PLTD PT. PLN (Persero) Sektor Tello

maka diharapkan pula semakin tinggin intensi karyawan untuk berperilaku K3.

Penelitian lain dilakukan oleh Priaji (2011) bahwa norma subjektif secara positif

(43)

tinggi rujukan sosial yang diberikan pada individu untuk menabung di bank

syariah maka semakin besar intensinya untuk melakukan hal tersebut. Selain itu,

penelitian yang dilakukan oleh Rochmawati (2012) menemukan bahwa norma

subjektif berpengaruh terhadap intensi untuk menggunakan kartu kredit pada PNS

di lingkungan Universitas Brawijaya. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan

bahwa nasehat atau saran dari significant other menjadi salah satu pertimbangan individu untuk melakukan suatu perilaku.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat

dilihat bahwa norma subjektif memiliki peran dalam mempengaruhi intensi

seseorang untuk menampilkan perilaku, dimana dalam penelitian ini perilaku

menggunakan jasa fitness. Ketika norma subjektif yang ada di sekitar individu mendukung untuk menggunakan jasa fitness maka semakin tinggi intensi seseorang menampilkan perilaku menggunakan jasa fitness. Sebaliknya, jika norma subjektif tidak mendukung seseorang untuk menggunakan jasa fitness

maka semakin rendah pula intensi orang tersebut dalam menampilkan perilaku

menggunakan jasa fitness.

2.6.3. Dinamika Perceived Behavior Control terhadap Intensi

Perceived behavior control merupakan keyakinan individu tentang ada atau tidaknya faktor yang mendukung atau menghalangi tampilnya perilaku.

Keyakinan ini bisa saja didasari oleh pengalaman masa lalu ataupun informasi

sekunder tentang perilaku seperti informasi yang didapatkan dengan

mengobservasi pengalaman kenalan, teman, keluarga, dan lain-lain yang nantinya

(44)

control ditentukan oleh keyakinan seseorang mengenai faktor pendukung atau penghambat untuk melakukan suatu perilaku (control beliefs). semakin banyak faktor yang memfasilitasi untuk menampilkan perilaku seperti kesempatan

ataupun sumberdaya, maka semakin besar intensi individu untuk menampilkan

perilaku (Ajzen, 2005).

Perceived behavior control juga ditentukan oleh derajat seberapa besar faktor-faktor kontrol tersebut mempengaruhi keputusan seseorang untuk

melakukan perilaku tersebut atau tidak (power of control belief). Bila individu merasa mudah untuk menampilkan perilaku maka semakin besarlah intensinya,

sebaliknya jika individu merasa perilaku tersebut sulit untuk ditampilkan maka

semakin kecil intensi individu untuk menampilkan perilaku tersebut (Ajzen,

2005).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh

perceived behavior control terhadap intensi. Penelitian yang dilakukan oleh Mashithoh (2009) menemukan bahwa perceived behavior control mempengaruhi intensi atau minat seseorang untuk mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud (2012) menunjukkan bahwa

perceived behavioral control yang dimiliki nasabah bank berpengaruh signifikan dan positif terhadap keinginan menggunakan ATM. Hal ini mengindikasikan

bahwa semakin baik kontrol prilaku yang dipersepsikan nasabah bank terhadap

produk layanan bank, maka keinginan untuk menggunakan ATM BCA semakin

(45)

Putra (2012) menunjukkan bahwa intensi untuk membayar zakat dipengaruhi

perceived behavior control secara signifikan.

Kesimpulan yang didapat dari Theory of Planned Behavior oleh Ajzen (2005) dan hasil dari penelitan-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa

perceived behavior control berperan dalam mempengaruhi intensi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Semakin tinggi perceived behavior control yang dimiliki seseorang terhadap perilaku penggunaan jasa

fitness, maka semakin tinggi intensinya untuk menggunakan jasa fitness, dan sebaliknya, jika semakin rendah perceived behavior control seseorang, maka intensinya untuk menggunakan jasa fitness semakin rendah.

2.6.4. Dinamika Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavior Control

terhadap Intensi

Intensi didefinisikan sebagai maksud, keinginan, pamrih, tujuan untuk

mencapai suatu tujuan (Chaplin, 1999). Intensi berfungsi untuk memprediksi

perilaku yang akan dimunculkan oleh individu sehingga dapat dikatakan bahwa

intensi merupakan prediktor munculnya perilaku tertentu (Ajzen, 2005).Semakin

besar intensi seseorang terhadap suatu perilaku, semakin besar juga kemungkinan

seseorang untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut.

Ajzen (2005) menyatakan terdapat 3 aspek yang mempengaruhi intensi

seseorang untuk menampilkan suatu perilaku, yaitu sikap, norma subjektif, dan

(46)

intensinya semakin besar untuk memunculkan perilaku tersebut. Norma subjektif

merupakan persepsi terhadap dorongan sosial untuk memunculkan suatu perilaku,

jika lingkungan sosial individu mendukung untuk memunculkan perilaku maka

semakin besar intensi individu memunculkan perilaku tersebut. Perceived behavioral control merupakan keyakinan individu terhadap faktor yang mendukung atau menghalangi perilaku, semakin tinggi faktor pendukung atau

semakin rendah faktor yang menghalangi munculnya perilaku maka semakin

besar intensi individu dalam menampilkan perilaku tersebut.

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat bagaimana sikap,

norma subjektif, dan perceived behavior mempengaruhi intensi berperilaku. Dari

penelitian yang dilakukan oleh Maradhona (2009) menunjukkan bahwa sikap,

norma subjektif, dan perceived behavior control secara bersamaan mempengaruhi intensi kepatuhan konsumen dalam membayar tagihan telepon. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif,

dan perceived behavior control secara bersamaan dan signifikan mempengaruhi intensi menggunakan bus Transjakarta pada karyawan Plaza Mandiri yang

memiliki kendaraan pribadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rahmah

(2011) menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi membeli buku secara ilegal pada mahasiswa.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap, norma subjektif,

(47)

seseorang untuk menggunakan jasa fitness. Semakin positif sikap, norma subjektif yang mendukung, dan perceived behavior control yang positif terhadap perilaku penggunaan jasa fitness, maka intensi orang tersebut akan semakin tinggi untuk menggunakan jasa fitness, dan sebaliknya, semakin negatif sikap, norma subjektif yang tidak mendukung, dan perceived behavior control negatif seseorang terhadap penggunaan jasa fitness, maka akan semakin rendah juga intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.

2.7. HIPOTESIS

2.7.1. Hipotesis Utama :

Sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control secara bersama-sama berperan menjadi prediktor positif terhadap intensi penggunaan jasa fitness.

Semakin positif sikap, semakin tinggi norma subjektif, dan semakin besar

perceived behavior control yang dimiliki seseorang, maka semakin kuat intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.

2.7.2. Hipotesis Tambahan :

1. Sikap berperan secara signifikan terhadap intensi penggunaan jasa fitness.

Semakin positif sikap seseorang terhadap perilaku menggunakan jasa fitness, maka semakin kuat intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.

2. Norma subjektif berperan secara signifikan terhadap intensi penggunaan jasa

(48)

menggunakan jasa fitness, maka semakin kuat intensi orang tersebut untuk menggunakan jasa fitness.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian

kuantitatif korelasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variasi-variasi

dalam suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi dari faktor lain berdasarkan

koefisien korelasi (Azwar, 2010). Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, metode

dan alat pengumpulan data, validitas, reliabilitas, dan uji daya beda aitem, dan

metode analisis data.

3.1 IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Berikut adalah identifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Variabel dependen : Intensi menggunakan jasa fitness

2. Variabel independen : 1) Sikap, 2) Norma subjektif, dan 3) Perceived behavior control

3.2 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

1. Intensi menggunakan jasa fitness adalah niat atau keinginan seseorang untuk menggunakan jasa fitness. Intensi menggunakan jasa fitness ini dapat diukur dengan menggunakan skala intensi menggunakan jasa fitness yang terdiri dari empat aspek yaitu target, action, context dan time. Hasil dari skala tersebut akan menunjukkan kesimpulan apakah subjek memiliki intensi yang

(50)

semakin tinggi skor skala yang diperoleh, maka semakin tinggi pula intensi

subjek untuk menggunakan jasa fitness. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor skala yang diperoleh, maka intensi subjek untuk menggunakan

jasa fitness semakin rendah.

2. Sikap adalah keyakinan yang dipegang oleh individu tentang suatu objek

dimana dalam penelitian ini adalah jasa fitness serta penilaian yang menunjukkan apakah individu menyukai atau tidak menyukai perilaku

menggunakan jasa fitness. Sikap dapat diukur dengan menggunakan skala sikap yang terdiri dari dua indikator sikap yaitu behavioral beliefs dan

outcome evaluation. Dari hasil skala sikap tersebut, dapat dilihat tingkat sikap yang dimiliki subjek melalui hasil kali skor total kedua aspek diatas.

Jika semakin tinggi skor skala yang diperoleh oleh subjek, maka semakin

positif sikap yang dimiliki subjek terhadap perilaku penggunaan jasa

fitness. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor skala yang diperoleh oleh subjek, maka semakin negatif sikap subjek terhadap perilaku

penggunaan jasa fitness.

3. Norma subjektif adalah pandangan individu tentang harapan significant others yang mendorong individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Norma subjektif dapat diukur dengan menggunakan skala

norma subjektif yang terdiri dari dua indikator yaitu normative belief dan

motivation to comply. Dari hasil skala norma subjektif tersebut, dapat dilihat tingkat norma subjektif yang dimiliki subjek melalui hasil kali skor kedua

(51)

menunjukkan bahwa norma subjektif mendukung subjek untuk melakukan

perilaku menggunakan jasa fitness. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor skala yang diperoleh oleh subjek menunjukkan bahwa norma subjektif

kurang atau tidak mendukung subjek untuk melakukan perilaku

menggunakan jasa fitness.

4. Perceived behavioral control adalah persepsi individu mengenai faktor yang mendukung atau menghalangi munculnya perilaku. Perceived behavioral control dapat diukur dengan menggunakan skala perceived behavioral control yang terdiri dari dua indikator yaitu control beliefs dan power of control beliefs. Dari hasil skala perceived behavioral control tersebut, dapat dilihat tingkat perceived behavioral control yang dimiliki subjek melalui hasil kali skor kedua aspek diatas. Jika semakin tinggi skor skala yang

diperoleh, maka semakin kuat perceived behavioral control yang dimiliki subjek untuk menampilkan perilaku menggunakan jasa fitness. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor skala yang diperoleh, maka semakin lemah

perceived behavioral control yang dimiliki subjek untuk menampilkan perilaku menggunakan jasa fitness.

3.3 POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Azwar (2010), populasi merupakan kelompok subjek yang akan

(52)

harus memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang sama sehingga dapat dibedakan

dengan kelompok subjek yang lain. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah

para peminat olahraga yang belum pernah menggunakan jasa fitness di Kota Medan.

3.3.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, yang terdiri dari beberapa anggota

populasi. Penggunaan sampel dalam penelitian didasari atas pertimbangan

efisiensi sumber daya berupa waktu, tenaga, dan dana. Oleh karena itu, subjek

penelitian hanya diambil dari sampel dalam populasi bukan populasi secara

keseluruhan (Azwar, 2010). Sampel tentunya harus merepresentasi populasi atau

memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh populasinya.

Agar mendapatkan sampel yang benar-benar merepresentasikan

populasinya maka dibutuhkan teknik khusus yang disebut teknik pengambilan

sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah non-probability sampling. Non-probability sampling merupakan suatu cara pengambilan sampel yang tidak diketahui berapa besarnya peluang yang akan

menjadi sampel dalam penelitian ini. Alasan peneliti menggunakan teknik non-probability sampling dikarenakan tidak diketahui berapa banyak populasi yang tidak menggunakan jasa fitness. Metode sampling yang akan digunakan adalah

purposive sampling. Metode ini merupakan salah satu teknik non-probability sampling dimana peneliti mengambil sampel yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian (Azwar, 2010). Ketika hendak memberi skala

(53)

apakah sampel belum pernah menggunakan jasa fitness, sejauh mana pengetahuan sampel terhadap fitness center, serta bagaimana pandangan sampel terhadap kesehatan. Hal ini dilakukan untuk menguji apakah sampel memiliki

kriteria yang harus dipenuhi. Adapun kriteria tersebut adalah:

• Sadar akan gaya hidup dan fisik yang sehat

• Belum pernah menggunakan jasa fitness

• Memiliki informasi tentang fitness center

Sebelum pembuatan skala, dilakukan teknik elisitasi salient belief dengan menggunakan sampel kecil sekitar 20 orang untuk mengetahui belief mereka terhadap jasa fitness. Kemudian, sampel besar diambil untuk mengisi skala data

penelitian. Secara tradisional, statistik menganggap jumlah sampel lebih dari 60

orang sudah cukup banyak (Azwar, 2010). Namun, supaya didapatkan data

statistik yang lebih akurat maka peneliti memutuskan untuk mengambil sampel

sebanyak 100 orang peminat olahraga di Kota Medan.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Franciss (2004) mengemukakan bahwa variabel dalam theory of planned behavior merupakan konstruk psikologis internal. Setiap variabel prediktor dapat diukur secara langsung yaitu dengan menanyakan subjek secara langsung

tentang sikapnya secara keseluruhan, ataupun secara tidak langsung yaitu dengan

menanyakan subjek berdasarkan aspek variabel secara spesifik. Oleh karena itu,

(54)

pengumpulan data dilaksanakan dalam dua tahap yaitu elisitasi salient belief dan skala Likert.

Elisitasi salient belief dilakukan untuk mengkonstruk belief yang umum mengenai penggunaan jasa fitness pada populasi penelitian. Hasil dari elisitasi

salient belief tersebut nantinya menjadi dasar untuk menyusun skala penelitian. Kemudian, skala disusun untuk mengungkap keyakinan subjek mengenai

perilaku menggunakan jasa fitness. Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa konstrak atau konsep psikologis yang dapat

diungkap secara tidak langsung melalui indikator- indikator perilaku yang

diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2007).

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 4

skala yaitu skala intensi, skala sikap, skala norma subjektif, dan skala perceived behavior control.

1. Skala intensi

Skala ini bertujuan untuk melihat intensi subjek sebagai kesimpulan apakah

subjek akan menampilkan perilaku ataupun tidak. Disusun atas 4 aspek yang

mempengaruhi intensi yakni action, context, time, dan target. Skala ini akan terdiri dari aitem dengan 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dan

(55)

Ragu-Ragu (R) 2 untuk pilihan jawaban Tidak Setuju (S), 1 untuk pilihan

[image:55.595.134.513.223.396.2]

jawaban Sangat Tidak Setuju (STS).

Tabel 1. Blue Print Skala Intensi Sebelum Uji Coba Aspek-Aspek Komponen No. Aitem Jumlah

aitem

Bobot

Intensi

Target 1,2,3 3 25%

Context 4,5,6 3 25%

Action 7,8,9 3 25%

Time 10,11,12 3 25%

Total 12 100%

2. Skala Sikap

Skala ini disusun berdasarkan proses elisitasi salient belief mengenai keyakinan subjek terhadap konsekuensi menggunakan jasa fitness. Dari proses elisitasi didapatkan beberapa beliefs dan kemudian disusun menjadi skala sikap yang terdiri dari 2 aspek sikap menurut Ajzen (2005), yaitu outcome evaluation dan behavioral beliefs. Skala sikap ini menggunakan skala model Likert yang terdiri dari 10 aitem yang dibagi menjadi 5 aitem pada

masing-masing aspek. Aitem pada aspek behavioral beliefs terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N),

(56)

(STS). Skala disajikan dalam bentuk pertanyaan favourable (mendukung) atau unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari skor 1 sampai 5 . Bobot penilaian untuk pernyataan favourable yaitu: SS=5, S=4, N=3, TS=2, STS=1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan

[image:56.595.116.521.308.422.2]

unfavourable yaitu: SS=1, S=2, N=3, TS=4, STS=5.

Tabel 2. Blue Print Skala Sikap Sebelum Uji Coba

Aspek-Aspek Komponen Favourabel UnfavourabelTotalBobot

Sikap

Outcome Evaluation 1,2,3,5,6 4,7 7 50%

BehavioralBeliefs 1,2,3,5,6 4,7 7 50%

Total 10 4 14 100%

3. Skala Norma Subjektif

Skala ini disusun berdasarkan proses elisitasi mengenai gambaran

dukungan sosial terhadap penggunaan jasa fitness. Dari hasil elisitasi dibentuklah skala norma subjektif yang terdiri dari 2 aspek menurut Ajzen

(2005) yaitu normative believ

Gambar

gambar berikut ini.
Tabel 1. Blue Print Skala Intensi Sebelum Uji Coba
Tabel 2. Blue Print Skala Sikap Sebelum Uji Coba
Tabel 3. Blue Print Skala Norma Subjektif Sebelum Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Buku panduan pelaksanaan dan penulisan ini diterbitkan agar dapat dipakai oleh para mahasiswa dan dosen pembimbing di jurusan Teknik untuk pelaksanaan, menyiapkan dan

Penulis menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 dan Microsoft Accsess, suatu program berbasis Windows yang memiliki banyak kelebihan, seperti adanya objek-objek yang mudah dalam

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Melalui Penulisan ilmiah ini, penulis berusaha menjelaskan bagaimana operator-operator yang ada dalam C++ dapat digunakan pada tipe data matriks. Dengan melakukan operator

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Dengan menggabungkan tag-tag HTML dan skrip ASP maka data-data yang ada dalam database dapat diakses untuk kemudian disajikan dalam halaman web. Dalam merancang sebuah web

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Program aplikasi MP3 Player dan Video Player ini, merupakan sarana hiburan untuk para pengguna komputer yang menginginkan komputer lebih dari sekedar alat kerja melainkan juga