BAB II TINJAUAN TEORITIS
B. Konsep Dinar dan Dirham
3. Dinar dan Dirham setelah Kedatangan Islam
Setelah Islam tersiar dan diterima sebagai agama di hampir seluruh
jazirah Arab, dinar dan dirham terus digunakan untuk bertransaksi.35
Begitupun Rasulullah juga menerima dinar dan dirham sebagai alat
pertukaran dan standar ukuran hukum-hukum syar‟i, seperti kadar zakat dan
diyat. Artinya, penerima Rasulullah terhadap mata uang tersebut merupakan sebuah pengakuan dan penerimaan nabi (sunnah taqririyah) atas praktik yang
ada pada saat itu.36
Pada awal penerimaan islam dua mata tersebut diimpor dari Roma (dinar) dan Persia (dirham), karena ketika itu dinar dan dirham merupakan
satuan moneter di kerajaan Roma dan Persia.37 Demikian halnya ketika itu
masa Khulafaur Rasyidin dinar dan dirham masih mengikuti model Romawi
34
Muhaimin Iqbal, Dinar Nomic ; Membangun Keberkahan Usaha dengan Uang yang Adil, h. 83-84.
35
M. Luthfi Hamidi,Gold Dinar; Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan, h. 79-80.
36
Nurul Huda dkk, “Sejarah Dinar”, h. 98. 37
dan Persia. Namun, sedikit demi sedikit terdapat perubahan pola dan
modelnya antara lain sebagai berikut:38
a. Pada masa Abu Bakar uang dinar Hercules dan dirham Persia tetap
digunakan.
b. Umar bin Khattab pada tahun ke 18 H, pendapat lain pada tahun 20 H
dirham islam berhasil dicetak. Namun, masih mengikuti model cetakan Sasanid yang berukiran Kisra dengan tambahan ukiran kalimat Tauhid
dalam jenis Kufi, seperti Basmallah, Bismillah Rabbi, Tahmid, dan
kalimat Muhammad Rasulullah pada sebagian yang lainnya. Ukuran
dirham ketika itu 6 daniq dan ukuran setiap 10 dirham adalah 7 mistqal sebagaimana pada masa Nabi Saw.
c. Model dirham di masa Umar tersebut berlanjut hingga kekhalifahan
Usman bin Affan. Hanya saja dirham di masa Usman dibubuhi tulisan tanggal dan kota tempat pencetakkan dengan huruf bahlawiyah dan salah satu kalimat Bismillah, Barakah, Bismillah Rabbi, Allah, dan Muhammad dengan tulisan Kufi.
d. Model dirham yang dipakai pemerintah Usman diikuti oleh pemerintahan
Ali bin Abi Thalib. Hanya saja dilingkaran dirham pada masa Ali bin Abi
Thalib dituliskan salah satu kalimat Bismillah, Bismillah Rabbi, dan
Raiyallah dengan tulisan Kufi.39
38
Ahmad Hasan, Mata Uang Islami, h. 33. 39
Adapun rujukan yang acapkali digunakan untuk membedakan antara
dinar yang dicetak masa Khulafaurrasyidin dengan Bizantium adalah
ornament kaligrafi Arab yang mencolokkan ukuran beratnya. Namun, pada umumnya gold dinar adalah koin emas 22 karat dengan ukuran setara 1
mistqal atau sama dengan 4,25 gram.40Sedangkan dirham adalah koin perak
yang beratnya mencapai tiga gram perak.41
Sementara model dirham Persia masih dicetak hingga masa daulah bani Muawiyah hanya saja dibedakan dengan gambar dan pedang gubernurnya di Iraq, dan oleh Ziyad dicantumkan nama khalifah. Pencantuman gambar dan nama kepala pemerintah pada mata uang oleh Muawiyah dan Ziyad masih dipertahankan sampai saat ini, termasuk di
Indonesia.42
Meskipun demikian mata uang yang beredar pada waktu itu belum berbentuk bulat seperti uang logam sekarang ini. Barulah ketika zaman Ibnu Zubair uang berbentuk bulat, namun peredaranya terbatas di Hijaz. Pada tahun 76 H Abdul Malik mendirikan percetakan yang di Daar Idjrard, Suq Ahwaj, Sus, Jay, Manadar, Maysan, Ray, dan Abarqudabh. Kemudian dirham dicetak dengan lafaz-lafaz islam yang bergaya tulisan Kufi, namun dirham Persia tidak digunakan lagi. Selang dua tahun kemudian (77 H/697M) Abdul Malik
40
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedia Islam Al-Kamil, (Penerjemah Ahmad Badjeber, dkk (Jakarta : Darus Sunnah, 2013), Cet. 18, h.781.
41
M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar; Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan, h.81-82.
42
Mustafa Edwin N, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, cet.2. (Jakarta : Kencana, 2006), h.246.
mencetak dinar Islami dan meninggalkan pola dinar Romawi.
Gambar-gambar dinar lama diubah dengan tulisan Islam, seperti Allahu Ahad, Allah
Baqa. Sejak itulah umat islam memiliki dinar dan dirham islam yang secara
resmi digunakan sebagai mata uangnya.43
Nilai tukar dinar dan dirham itu relative stabil dalam jangka waktu yang panjang dengan kurs dinar dan dirham 1 : 10. Pada saat itu pula
perbandingan emas – perak 1 : 7, sehingga 1 dinar 20 karat setara dengan 10
dinar 44 karat. Reformasi moneter pernah terjadi di masa Abdul Malik yaitu merubah dirham menjadi 15 karat dan pada saat yang sama dinar dikurangi berat emasnya dari 4,25 gram. Setelah reformasi moneter Abdul Malik ukuran-ukuran nilai adalah satu dinar 4,25 gram, satu dirham 3,98 gram, satu uqiyya 40 dirham, satu mistqal 22 karat, satu liter 12 uqiyya setara dengan 90
mistqal, satu qist 8 liter setara dengan setengah sha’, satu qafiz 6 sha’ setara
seperempat artaba, satu wasq 60 sha’ satu jarib 4 qafiz. Kemudian, di zaman
Ibnu Fakih (298 H), nilai dinar menguat menjadi 1:17, namun kemudian stabil
pada kurs 1:15.44
Pada tahun 1972-1834 M kurs 1 : 15 ini berlaku di Amerika. Berbeda dengan langkah yang diambil Abdul Malik dengan reformasi moneternya Amerika yang tetap mempertahankan kurs ini walaupun di Negara-negara Eropa nilai mata uang emas menguat pada kisaran kurs 1 : 15,5 sampai 1 :
43
Ibid.,h. 247. 44
16,6 Walhasil mata uang emas mengalir keluar dan mata uang perak mengalir masuk ke Amerika. Kejadian ini dikatakan oleh Thomas Gresham (1519-1579M) sebagai “bad money drives out good money” atau uang kualitas buruk
akan menggantikan uang kualitas baik (Izhar, 2002 dalam Mustafa, 2006).45
Sampai pertengahan abad ke 13 baik di negeri Islam maupun di negeri non Islam, sejarah menunjukkan bahwa mata uang emas secara luas digunakan. Karena sejak awal perkembangannya kaum muslimin banyak melakukan perjalanan perdagangan ke negeri yang jauh. Keanekaragaman mata uang di Eropa kemudian dimulai ketika Republik Florence di Italy pada tahun 1252 mencetak uangnya sendiri yang disebut emas Florin, kemudian
diikuti oleh Republik Venesia dengan uangnya disebut Ducat.46
Pada akhirnya abad ke 13 Islam mulia merambah Eropa dengan berdirinya kekhalifahan Usmaniyah dan tonggak tercapai pada tahun 1453 ketika Muhammad Al Fatih menaklukan Konstantinopel dan terjadilah penyatuan dari seluruh kekuasaan Kekhalifahan Usmaniyah. Selama tujuh abad dari abad ke 13 sampai awal abad 20, penggunaan dinar dan dirham meliputi seluruh wilayah kekuasaaan Usmaniyah yang meliputi tiga benua
yaitu Eropa bagian selatan dan timur, Afrika bagian utara dan sebagian Asia.47
45 Ibid.,h. 248. 46 Ibid.,h. 248. 47
Muhaimin Iqbal, Dinar Nomic ; Membangun Keberkahan Usaha dengan Uang yang Adil, h. 85.
Pada puncak kejayaannya kekuasaan Usmaniyah abad 16 dan 17 membentang mulai dari Selat Gibraltar di bagian barat (pada tahun 1553) mencapai di bagian Atlantik di Afrika Utara) sampai sebagian kepulauan nusantara di bagian timur, kemudian dari sebagian Autria, Slovakia dan Ukraine di bagian utara sampai Sudan dan Yemen di bagian selatan. Apabila ditambah dengan masa kejayaan Islam sebelumnya yaitu mulai dari awal kenabian Rasulullah SAW (610) maka secara keseluruhan dinar dan dirham adalah mata uang modern yang dipakai paling lama (14 abad) dalam sejarah
manusia.48
Adapun standar berat dinar dan dirham yang menjadi acuan adalah mengikuti Hadist Rasulullah SAW riwayat Abu Daud …. “Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk
Madinah.” Sehingga dalam hukum islam, dinar yang dipergunakan adalah
setara 4,25 gram emas 22 karat dengan diameter 23 milimeter. Sedangkan dirham setara dengan 2,975 gram perak murni. Standar ini telah ditetapkan
pada masa Rasulullah dan telah dpergunakan oleh World Islamic Trading
Organizaion (WITO) hingga saat ini.49