dicat dengan cat tembok yang tidak luntur. Berwarna putih dan terang. Langit‐langit terbuat dari bahan multipleks, dipasang rapat. Tinggi langit‐langit antara 2,70 ‐ 3,30 meter dari lantai. Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang. Harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang terbuat (dipasang) sebelum pemasangan langit – langit. Semua stop kontak dan sakelar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 m dari lantai. Suhu diusahakan ( 22 – 25 )0 C dan kelembapan ( 50 – 60 ) %. Pencahayaan 300 – 500 lux, meja operasi 10.000 – 20.000 lux. Ventilasi sebaiknya menggunakan AC window untuk setiap ruang operasi dengan pemasangan minimal 2m dari lantai.
Arah udara bersih yang masuk kedalam kamar operasi dari atas kebawah.
Semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.
Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat kedalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan keruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka / ditutup.
Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau langit‐ langit.
Dibawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir yang dipasang dibawah lantai.
(2) Ruang Laboratorium
Dinding terbuat dari bahan porselin atau keramik setinggi 1,5 meter dari atas lantai, sisanya dicat dengan warna terang. Tinggi langit‐langit antara 2,70 – 3,30 m dari lantai. Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m. Ambang bawah jendela minimal 1,00 m dari lantai.
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang dan tahan terhadap kerusakan oleh bahan kimia. Semua stop kontak dan sakelar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 m dari lantai. Meja beton dilapisi dengan porselen / keramik dengan tinggi 0,80 / 1,00 m. Meja untuk instrumen elektonik harus tahan getaran.
Dinding ruang dapur, kamar mandi/toilet dilapisi porselen/keramik minimal 1,50 m dari lantai.
Gambar II.6 : Ruang Laboratrium
(3) Ruan Din ata Leb Am Lan dib ole Lan Me / 1 Sem 1,4 (4) Ruan ng Sterilisasi nding dilapisi as lantai, sisan bar pintu min mbang bawah ntai terbuat bersihkan dan eh bahan kim ngit‐langit ter eja beton dila ,00 m. mua stop kon 40 m dari lant ng Radiology Ga Sumbe
i porselin ata nya dicat den nimal 1,20 m d jendela mini dari baha n berwarna te ia. rbuat dari bah apisi dengan p ntak dan sake tai. ambar II.7 : Ru er : PT.Global Ra au keramik s ngan warna te dan tinggi mi mal 1,00 m d n yang kua erang dan ta han multiplek porselen / ker elar dipasang uang Linen ancang Selaras Gambar II.8 Sumber : PT.G setinggi 1,50 erang. nimal 2,10 m dari lantai. at, kedap a han terhadap k atau bahan ramik dengan pada ketingg 8 : Ruang Radi Global Rancang meter dari . air, mudah p kerusakan yang kuat. n tinggi 0,80 gian minimal iology Selaras
a. Ruang X‐Ray
Dinding pasangan batu bata dengan campuran 1PC : 3 PS, bagian dalam dilapisi dengan lempengan timah hitam setebal 1,0 – 1,5 mm (disesuaikan dengan kekuatan pesawat X‐Ray). Sebelum diplester, tebal dinding minimal 1 bata melintang ( ± 30 cm ).
Daun pintu dan kusen bagian dalam dilapisi timah hitam setebal 1,0 – 1,5 mm.
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air serta mudah dibersihkan.
Langit‐langit terbuat dari bahan multiplek dengan ketinggian 2,70 – 3,30 m dari lanati.
Stop kontak khusus untuk pesawat X‐Ray dipasang pada ketinggian 1,40 m dari atas lantai.
Hubungan kekamar gelap cukup melalui sebuah loket. Jendela yang membatasi ruang X‐Ray dengan ruang operator
memakai kaca timah hitam setebal 1,0 – 1,5 mm. Tinggi jendela/ boveenlight 2,10 m dar lantai.
Tembok pembatas antara ruang X‐Ray dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
Pemasangan AC pada ruang pesawat X‐Ray bukan merupakan suatu keharusan tetapi merupakan anjuran agar pesawat tidak cepat rusak.
Kalau pesawat X‐Ray yang dipasang dalam ruangan ini dilengkapi dengan fasilitas untuk penyinaran tembus (fluoroscopy) tanpa layar monitor, maka ruangan ini hanya kedap cahaya dan perlu dipasang lampu merah.
Daya listrik yang diperlukan untuk pesawat X‐Ray disesuaikan dengan jenis pembangkit X‐Ray.
b. Kamar Gelap
Boveenlight diusahakan memakai gorden warna hitam. Langit‐langit terbuat dari multipleks dengan tinggi 2,70–3,30
m dari lantai.
Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m. Semua stop kontak dan sakelar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 m dari lantai.
Pencahayaan pada kamar gelap yang konvesional dan relatif kecil dilengkapi lampu dengan kekuatan 15 watt dan diberi selongsong (kapp) yang dilengkapi dengan filter tertentu, missal : Wratten 6 B.
Perlu adanya persediaan air bersih dan exhouse fan dengan pemasangan yang kedap cahaya.
Jika dipasang film fast bok (hatch), maka pemasangan harus menjamin bahwa sinar‐X dan cahaya tidak dapat masuk ke kamar gelap.
(5) Ruang Pendingin
Luas / besar ruang minimal dapat menyimpan bahan pangan untuk kebutuhan selama 3 hari. Suhu didalam ruang pendingin antara –100 C – 50 C. Dilengkapi rak untuk menyimpan bahan makanan, dengan tinggi rak paling bawah antara 20 – 25 cm dari lantai. Bebas tikus dan serangga khususnya kecoa. (6) Ruang Radioisotop / Ruang Isolasi
Ruang radioisotop / ruang isolasi harus terpisah dengan ruang tunggu pasien.
(7) Kamar Mayat
Dinding dilapisi porselin atau keramik.
Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang.
Letaknya dekat dengan bagian pathologi atau bagian laboratorium.
Mudah dicapai dari ruang perawatan, UGD dan ruang operasi. Dilengkapi dengan ruang ganti pakaian petugas dan toilet. Dilengkapi dengan perlengkapan dan bahan‐bahan untuk
pemulasaraan jenazah serta meja untuk memandikan mayat. Dilengkapi dengan tempat penyimpanan jenazah bila perlu,
ditambah lemari pendingin unuk menyimpan jenazah.
Dilengkapi ruang tunggu dan ruang untuk menyolatkan jenazah.
B. Rumah Sakit Pendidikan
1. Pengertian Rumah Sakit Pendidikan
Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit Umum Pemerintah kelas A dan kelas B yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya. (UU No.44 Th.09 tentang RS).
Rumah Sakit Pendidikan merupakan Rumah Sakit Umum pemerintah kelas A atau B yang digunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medis oleh Fakultas kedokteran. Salah satunya persyaratan wajib dalam standar Pendidikan Kedokteran yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional adalah Fakultas Kedokteran harus memiliki Rumah Sakit Pendidikan. Saat ini perkembangan Rumah Sakit Pendidikan berjalan dengan cepat dan semakin banyaknya fakultas kedokteran swasta dan pemerintah yang didirikan serta semakin banyaknya pendidikan dokter muda dan residensi. Untuk menjaga mutu proses pendidikan di Rumah Sakit, perlu dikembangkan standar dan kriteria rumah sakit pendidikan di Indonesia. Selain sebagai rumah sakit pendidikan yang menjadi tempat belajar bagi mahasiswa lintas jurusan, rumah sakit ini nantinya juga menyediakan layanan untuk masyarakat umum.
Hasil yang diperoleh dari penelitian Agung P. Sutiyoso berupa konsep RS Pendidikan dan instrumen akreditasi RS Pendidikan dengan penekanan pada ditetapkannya Lima Komponen untuk menilai suatu RS Pendidikan, sebagai penjabaran komponen inti pendidikan dokter berupa sumber daya manusia dan lingkungan profesi yang terdiri dari lingkungan akademi dan lingkungan profesional. Kelima komponen tersebut adaiah Sumber Daya Manusia, Organisasi dan Pendanaan, Sarana dan Fasilitas. Kegiatan Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian serta Evaluasi.
2. Tujuan dan Fungsi Rumah Sakit Pendidikan
Adapun tujuan Rumah Sakit Pendidikan adalah
1. Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Pendidikan. 2. Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan standar profesi
kedokteran.
3. Meningkatkan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran di Rumah Sakit Pendidikan. Fungsi dari Rumah Sakit Pendidikan sendiri:
1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
4. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan; UURI No.44 Thn 2009.
RS Pendidikan diharapkan memiliki kemampuan pelayanan yang lebih dari RS non Pendidikan terutama meliputi :
1. Penjaminan mutu pelayanan dan keselamatan pasien serta kedokteran berbasis bukti. 2. Penerapan Metode Penatalaksanaan Terapi terbaru. 3. Teknologi Kedokteran yang bertepat guna 4. Hari rawat yang lebih pendek untuk penyakit lsama. 5. Hasil pengobatan dan survival rate yang lebih baik 6. Tersedianya konsultasi staf medis pendidikan selama 24 jam
3. Persyaratan Rumah Sakit Pendidikan
Standar RS Pendidikan ini disusun mengacu pada standar pendidikan kedokteran yang ditetapkan oleh World Fedration of Medical Education (WFME).
a. Kedudukan dan Peran Rumah Sakit Pendidikan
Dalam pelaksanaan pendidikan dokter dan dokter spesialis, yang perlu diperhatikan adalah instituisi pendidikan kedokteran, kolegium ilmu kedokteran dan RS Pendidikan. Kedudukan RS Pendidikan sebagai komponen yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran klinik yang meliputu pengetahuan, kemampuan psikomotor dan perilaku. Seiring dengan pembelajaran klinik peserta didik yang menjamin mutu hasil peserta didik sesuai dengan standar kompetensi, maka tidak semua RS dapat menjadi RS Pendiidikan.
b. Klasifikasi Rumah Sakit Pendidikan • Standar RS Pendidikan Utama
RS Pendidikan Utama adalah RS jejaring Institusi Pendidikan Kedokteran yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik serta peserta didik untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar modul pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan standar Pendidikan Profesi Kedokteran.
• Standar RS Pendidikan Afilasi (Eksilensi)
RS Pendidikan Afiliasi (Eksilensi) adalah RS khusus atau umum dengan unggulan tertentu yang menjadi pusat
rujukan medik tertentu yang merupakan jejaring Institusi Pendidikan Kedokteran yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik untuk memenuhi modul pendidikan tertentu,
• Standar RS Pendidikan Satelit
RS Pendidkan Satelit adalah RS jejaring institusi Pendidikan Kedokteran dan jejaring RS Pendidikan Utama yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi sebagian modul pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan standar Pendidikan Profesi Kedokteran. c. Ruang Lingkup Ruang Lingkup meliputi • Visi, Misi, Komitmen dan persyaratan • Manajemen dan administrasi • Sumber Daya Manusia untuk Program pendidikan klinik • Penunjang Pendidikan
• Perancangan dan Pelaksanaan program pendidikan klinik yang berkualitas.
4. Persyaratan Umum Rumah Sakit Klas B Pendidikan 5
1) Sarana
1) Di tinjau dari geografi rumah sakit harus mempunyai lokasi yang dapat di jangkau oleh masyarakat sekitar.
2) Tersedianya infrastruktur dan fasilitas dengan mudah 3) Tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan di
sekitarnya.
4) Rumah sakit tidak tercemar oleh lingkungan luar rumah sakit
5) Tersedianya luas tanah ± 3,5 ha, cukup untuk perkembangan selanjutnya
5
6) Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat (tata kota yang berlaku)
7) Tata letak unit pelayanan harus mempunyai hubungan fungsional antar unit yang efisien
8) Unit gawat darurat medis harus mudah di capai dari luar, dan mudah di ketahui. Unit rawat jalan harus mudah di capai dari luar dan dapat langsung berhunbungan secara efisien dengan unit‐unit lainyang terkait
9) Unit rawat inap harus berlokasi di daerah yang tenang. 10)Ada pemisahan antara pasien rawat jalan dan rawat inap
dengan jelas
11)Pelayanan penunjang medis dapat langsung berhubungan dengan unit rawat jalan, unit rawat inap, unit gawat darurat dan ICU.
12)Pelayanan penunjang non medis, dapur, laundry, workshop, dapur harus mempunyai pintu keluar tersendiri. 13)Unit atau instalasi yang sering di gunakan dan berhubungan sangat erat di letakan pada tempat yang berdekatan, misalnya ICU/ICCU, laboratorium, radiologi dan IGD.
14)Adanya ketegasan sistem sirkulasi yang ada untuk pengguna di rumah sakit. Perlu analisa lingkungan dan ruang sebagai pembagian zona pengguna dan ruang di rumah sakit.
2) Prasarana
1) Prasarana listrik
a) Kapasitas harus cukup
b) Kualitas arus tegangan dan frekuensi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c) Keandalan penyaluran daya harus tinggi
d) Harus tersedia generator set berkapasitas minimal 40% dari daya kebutuhan.
e) Harus tersedia lampu emergency untuk ruang‐ ruang yang penting.Keamanan dan pengamanan jaringan instalasi listrik tetap terjamin.
2) Prasarana air
a) Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan atau dapat mengadakan pengolahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku b) Tersedia reservoir bawah dan atas c) Jaringan masing‐masing harus baik dan cukup 3) Gas medis a) Mempunyai persedian gas medik yang cukup b) Sistem jaringan distribusi ke masing‐masing ruang yang membutuhkan, dengan sistem sentralisasi 4) Penanggulangan kebakaran a) Tersedia alat pemadam kebakaran yang memadai. b) Pemeriksaan secara berkala terhadap peralatan
kebakaran yang digunakan. 5) Prasarana komunikasi a) Ekstern • Saluran dari perumtel atau SSB • Komunikasi internet b) Intern • Telepon dalam • Nurse call 6) Penangulangan limbah
a) Tersedianya sistem pengolahan limbah padat (Medis, Non medis).
b) Tersedianya pengolahan limbah cair (Medis, Non medis).
Peralatan harus mengikuti pedoman pelayanan rumah sakit kelas B dan kondisi setempat serta memenuhi kriteria yang berkaitan dengan pengembangan rumah sakit yaitu:
a) Peralatan harus dapat dikembangkan secara efisien sesuai dengan pengembangan rumah sakit, misalnya menggunakan module sistem
b) Mempermudah pengelolaan rumah sakit untuk menentukan peralatan sebagai berikut:
a. Peralatan sedapat mungkin disesuaikan dengan kondisi di Indonesia seperti listriknya.
b. Peralatan mudah dioperasikan, mudah pemeliharaanya dan sedapat mungkin hemat dalam pemakaian energi, tanpa mengurangi kemampuan dari peralatan tersebut.
4) Sumber Daya Manusia untuk klas B6
a. Pelayanan Medik Dasar • 12 Dokter Umum & 4 Dokter Gigi b. 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar • 3 Dokter Spesialis c. 12 Pelayanan Medik Spesialis lain • 1 Dokter spesialis d. 13 Pelayanan medik sub spesialis • 1 Dokter spesialis e. Pelayanan Medik Spesialis Penunjang • 2 Dokter Spesialis (dari 4 sub spesialis) f. 7 Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut • 1 Dokter Gigi Spesialis g. Sumber Daya Manusia RS ( 1:1 ) • Keprawatan • Kefarmasian&Gizi 6
• Keterapian Fisik • Keteknisan Medis • Petugas Rekam Medis • Petugas IPSRS • Petugas Pengelola Limbah • Petugas Kamar Jenazah
C. Universitas Negeri Sebelas Maret ( UNS )
1. Sejarah UNS
Universitas Sebelas Maret berdiri sejak 11 Maret 1976, yang awalnya merupakan gabungan dari 5 perguruan tinggi yang ada di Surakarta. Lima Perguruan Tinggi tersebut adalah :
a. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta. b. Sekolah Tinggi Olahraga (STO) Negeri Surakarta.
c. Akademi Administrasi Niaga (AAN) Surakarta
d. Universitas Gabungan Surakarta (UGS) yang merupakan gabungan beberapa Universitas Swasta Surakarta. Dari keempat Universitas Swasta tersebut yang memiliki Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Indonesia Cabang Surakarta
e. Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) Cabang Surakarta di bawah Departemen Hankam.
Pada saat kelahirannya, Universitas Sebelas Maret terdiri dari 9 Fakultas : 1. Fakultas Ilmu Pendidikan 2. Fakultas Keguruan 3. Fakultas Sastra Budaya 4. Fakultas Sosial Politik 5. Fakultas Hukum 6. Fakultas Ekonomi 7. Fakultas Kedokteran 8. Fakultas Pertanian 9. Fakultas Teknik
Pengabungan beberapa perguruan tinggi tersebut, mempunyai satu tujuan yang besar, yakni meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Surakarta. Setelah 5 tahun melakukan konsolidasi, UNS mempersiapkan diri untuk memulai proses perkembangannya. Pembanguan secara fisik dimulai pada tahun 1980. Di bawah kepemimpinan dr. Prakosa, kampus yang semula terletak di di beberapa tempat disatukan dalam suatu kawasan. Lokasi tersebut adalah di daerah Kenthingan, di tepi Sungai Bengawan Solo, dengan cakupan area sekitar 60 hektar. Di daerah Kenthingan inilah, pembangunan kampus tahap pertama berakhir pada tahun 1985. Semua kegiatan , baik kegiatan akademik maupun administrasi pada saat itu tersebar di beberapa tempat di wilayah Kotamadya Surakarta, sedang khusus Fakultas Kedokteran menempati bekas gedung Fakultas Kedokteran PTPN Veteran Cabang Surakarta di Jalan Kolonel Sutarto No. 150 KSurakarta.
2. Visi, Misi dan Tujuan UNS7
a) Visi UNS
“Menjadi pusat pengembangan ilmu, teknologi, dan seni yang unggul di tingkat internasional dengan berlandaskan pada nilai‐nilai luhur budaya nasional”.
b) Misi UNS
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang menuntut pengembangan diri dosen dan mendorong kemandirian mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap;
b. Menyelenggarakan penelitian yang mengarah pada penemuan baru di bidang ilmu, teknologi, dan seni;
c. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat.
c) Tujuan UNS
a. Menciptakan lingkungan yang mendorong setiap warga
7
kampus mau belajar guna mengembangkan kemampuan diri secara optimal;
b.Menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, cerdas, terampil, dan mandiri, serta sehat jasmani, rohani, dan sosial;
c. Melahirkan temuan‐temuan baru di bidang ilmu, teknologi, dan seni yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam masyarakat dan untuk membangun kehidupan yang lebih baik;
3. Fakultas Kedokteran UNS
a. Visi dan Misi
Sebagaimana Fakultas Kedokteran di Indonesia, untuk kegiatan pendidikan mahasiswa menggunakan Rumah Sakit Umum Pusat "Surakarta" yang sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Dr. Moewardi Surakarta yang merupakan Rumah Sakit Pendidikan, berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama Nomor : 544/Men.Kes./SKB/X/81043a/U/1981 324 A Tahun 1981 Tanggal : 23 Desember 1981.
Visi
• Mewujudkan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang mempunyai kualitas dan reputasi tinggi serta kompetitif,
• Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di pasar global • Menjadi Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran
khususnya dalam Ilmu Kedokteran Masyarakat
Misi
• Melaksanakan pendidikan dokter yang bermutu tinggi dan menghasilkan lulusan yang profesional, berorientasi ke depan dan mempunyai kemampuan manajerial.
• Menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran melalui penelitian dasar, klinik dan komunitas untuk menunjang peningkatan kesehatan masyarakat.
• Melaksanakan kurikulum pendidikan dokter yang relevan dan akuntabel sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b. Cara Belajar Resmi Kegiatan Kepaniteraan Fakultas Kedokteran UNS
Bentuk cara belajar secara resminya adalah sebagai berikut: yang dinamakan
a. BST (Bed Side Teaching), di sini kita akan belajar untuk bertindak kepada pasien langsung, tetapi kegiatan ini masih didasarkan modul yang diberikan dosen.
b. CSS (Clinical Science Session), disini kita akan membahas tentang penyakit‐penyakit yang jarang, tetapi tidak ditemukan saat BST, CSS ini dapat dilakukan dengan diskusi.
c. CRS (case Report Session), dalam sesi ini, kita akan mempresentasikan “kondisi pasien” mulai dari keluhan hingga follow‐up nya.
c. Kebutuhan Kepaniteraan Fakultas Kedokteran UNS
Bertolak dari tujuan, kompetensi lulusan, kurikulum pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran disusun dengan beban studi untuk pendidikan akademik sebesar 156 SKS yang dapat ditempuh dalam waktu empat tahun. Sedang untuk pendidikan profesi 53 SKS ditempuh dalam kurun waktu dua tahun.
Selesai pendidikan akademik mendapat predikat Sarjana Kedokteran (S.Ked). Selama mengikuti pendidikan akademik mahasiswa wajib menyusun skripsi, mengikuti Kepaniteraan Umum (Panum) dan Coassisten Muda (Comuda). Skripsi dapat ditempuh setelah semester enam selama 6‐12bulan.
Panum dimaksudkan untuk mengenalkan kegiatan klinik dengan menggunakan alat peraga. Dapat ditempuh dalam semester 7 atau 8. Sedangkan comuda dapat ditempuh setelah mahasiswa dinyatakan lulus Panum. Pada Comuda mahasiswa dihadapkan dengan
Pasien yang telah diketahui diagnosisnya. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Setelah lulus Sarjana Kedokteran mahasiswa diwajibkan melaksanakan Kepaniteraan Klinik di rumah sakit selama 2 tahun.
Kurikulum Lengkap Fakultas Kedokteran disusun bertolak dari Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI). Didalamnya antara lain ditetapkan tujuan umum dan tujuan khusus masing‐masing cabang ilmu, pokok bahasan, metode pembelajaran, kaitan dengan cabang ilmu lain. Masing‐masing cabang ilmu ditetapkan beban studinya secara proporsional agar didapatkan lulusan yang mempunyai kompetensi. Pelaksanaan pembelajaran disusun dalam suatu jadwal yang disusun dengan memperhatikan sekuensial dari berbagai cabang ilmu. Fasilitas‐fasilitas yang mendukung Kepaniteraan klinik antara lain: a) Ruang Diskusi b) Ruang Jaga Co‐ass c) Ruang Istirahat Co‐ass d) R.Seminar e) Perpustakaan f) Laboratoium Mini Kebutuhan Pendidikan dan Penelitian UNS diutamakan dalam 5 penyakit yang sering diderita dan dijumpai oleh masyarakat di Indonesia khususnya di Surakarta. Hal ini ditunjukkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat Surakarta dan sekitarnya. 5 Penyakit yang diutamakan oleh kepaniteraan UNS yaitu:
a. Hypertensi
Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg. Berdasarkan Data Riskesdas 2007 menyebut bahwa hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis. Jumlahnya adalah mencapai 6,8 persen dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.
Hypertensi di masyarakat krg lbh 10%, di Amerika Serikat krg lbh 5 jt penduduk dan di seluruh dunia 1 milyar. Hypertensi memiliki hubunga erat dgn resiko kardioveskuler,dimana pada tekanan darah(TD) kurang lebih yang lebih tinggi maka akan lebih besar pula kemungkinan terjadinya penyakit ginjal, struk, serangan jantung dan gagal jantung. Prevalensi hypertensi akan terus meningkat bila tidak ada parameter untuk melakukan tindakan pencegahan yang efektif. Klasifikasi hypertensi berdasarkan: sevent report of the join nasional community on prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood pressure memasukkan hypertensi dalam klasifikasinya dengan tujuan untuk meningkatkan kewaspadaan pada golongan tersebut. Dengan cara meningkatkan edukasi untuk menurunkan TD dan mencegah terjadinya hypertensi dengan cara memodifikasi kebiasaan hidup.8
b. Diabetes Melitus
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam