• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktur Bina Kesehatan Ibu Harapkan BOK Dukung Pencapaian MDG5

Makalah Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak

F. Direktur Bina Kesehatan Ibu Harapkan BOK Dukung Pencapaian MDG5

Target MDG 5, khususnya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), merupakan salah satu target MDGs yang memerlukan perhatian khusus. Diperlukan upaya-upaya terobosan dan inovatif untuk mengejar pencapaian target MDG 5 tersebut pada tahun 2015. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) menjadi salah satu dukungan pembiayaan yang diharapkan dapat difokuskan pada upaya pencapaian target MDG 5. Demikian disampaikan oleh Direktur Bina Kesehatan Ibu dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA di hadapan Tim Pengelola BOK Dinas Kesehatan Provinsi se-Indonesia pada Pertemuan Evaluasi BOK 2012 dan Sosialisasi BOK 2013 di Hotel Garden Palace Surabaya tanggal 29 Januari 2013.

Dari tahun ke tahun, secara nasional kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi cenderung semakin membaik. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi. Cakupan kunjungan antenatal minimal empat kali (K4) mencapai 90,18% dan cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (Pn) mencapai 88,64%.

Namun demikian, masih ditemukan disparitas derajat kesehatan ibu, baik antar wilayah maupun antar sosial ekonomi. Terjadinya disparitas tersebut antara lain disebabkan oleh faktor geografis khususnya di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan, belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan obat-obatan yang terjangkau, keterbatasan tenaga kesehatan dalam hal jumlah, jenis, mutu, distribusi, retensi, serta masih adanya hambatan finansial masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi termasuk KB yang disediakan oleh Pemerintah.

Tantangan lain program penurunan AKI adalah masih besarnya proporsi kehamilan/kelahiran pada usia terlalu muda dan terlalu tua. Berdasarkan kajian tindak lanjut hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, lebih dari 30% kematian ibu terjadi pada ibu usia di

bawah 20 tahun dan ibu usia di atas 35 tahun. Kemudian lebih dari 10 persen kematian ibu terjadi pada ibu dengan lebih dari 4 anak.

Tantangan penurunan AKI ini telah ditangkap dan menjadi perhatian serius Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Oleh karena itu pada Rapat Terbatas Kabinet yang dilaksanakan di Kementerian Kesehatan pada tanggal 1 Agustus 2012, Presiden memberikan Instruksi agar Kementerian Kesehatan bersama lintas sektor terkait merumuskan strategi dan rencana aksi untuk mempercepat penurunan AKI.

Menindaklanjuti Instruksi Presiden tersebut, Direktorat Bina Kesehatan Ibu bersama lintas program dan lintas sektor terkait telah merumuskan sasaran strategis dalam upaya percepatan penurunan AKI, yaitu:

1. Menyediakan pelayanan KIA di tingkat desa sesuai standar,

2. Menyediakan fasyankes di tingkat dasar yang mampu memberikan pertolongan persalinan sesuai standar selama 24 jam 7 hari seminggu,

3. Seluruh Puskesmas Perawatan, Puskesmas PONED dan RS PONEK 24 jam 7 hari seminggu berfungsi sesuai standar,

4. Terlaksananya rujukan efektif pada kasus komplikasi,

5. Penguatan Pemda Kabupaten/Kota dalam tata kelola desentralisasi program kesehatan (regulasi, pembiayaan, dll),

6. Meningkatkan kemitraan lintas sektor dan swasta, serta

7. Meningkatkan perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat melalui pemahanan dan pelaksanaan P4K serta Posyandu.

Dalam mewujudkan sasaran strategis tersebut, untuk tahun 2013 Direktorat Bina Kesehatan Ibu bersama lintas program dan lintas sektor terkait juga telah merumuskan target rencana aksi pada tahun 2013, yaitu:

1. Penyediaan 2.000 Poskesdes

3. Pelaksanaan supervisi fasilitatif kepada Bidan Di Desa di 465 kabupaten/kota

4. Penyediaan sarana dan prasarana persalinan bagi 2.070 Puskesmas

5. Pelatihan PONED bagi 397 tenaga kesehatan

6. Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP) di 398 kabupaten/kota (kumulatif)

7. Distribusi dokter SpOG dan SpA ke 22 RS kabupaten/kota

8. Penyediaan Unit Transfusi Darah (UTD) di 22 RS kabupaten/kota

9. Pengembangan pedoman operasional rujukan kasus maternal dan neonatal di 19 provinsi

10. Orientasi kader kesehatan tentang tanda bahaya dan peran mereka dalam P4K di 932 Puskesmas

11. Pelaksanaan kelas ibu hamil di 7.458 Puskesmas (kumulatif)

12. Pelatihan KB pasca persalinan bagi tenaga kesehatan di 681 Puskesmas Perawatan dan RS Kabupaten/Kota

13. Penyediaan alat dan obat kontrasepsi di 60.077 fasilitas pelayanan kesehatan (kumulatif)

BOK diharapkan dapat berperan dalam pencapaian sasaran strategis dan target rencana aksi tahun 2013 tersebut, di antaranya terkait penyediaan Poskesdes, BOK dapat dimanfaatkan untuk operasional Poskesdes seperti ATK dan fotokopi serta transport kegiatan luar gedung seperti kunjungan rumah, pelacakan, dan menghadiri pertemuan di Puskesmas.

Terkait pelaksanaan supervisi fasilitatif program kesehatan ibu, dana BOK dapat dimanfaatkan untuk transport bagi bidan koordinator di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau bidan koordinator Puskesmas untuk melaksanakan supervisi fasilitatif. BOK juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan AMP, baik untuk pelacakan kasus kematian, otopsi verbal, transport peserta pertemuan AMP, dan konsumsi peserta pertemuan AMP.

Orientasi kader kesehatan tentang tanda bahaya dan peran mereka dalam P4K juga dapat dilaksanakan dengan dukungan dana BOK, meliputi transport petugas dan peserta,

konsumsi petugas dan peserta, serta penggandaan media KIE. BOK juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, yang meliputi transport petugas, konsumsi petugas dan peserta Kelas Ibu Hamil, serta penggandaan media penyuluhan/KIE.

Di luar kegiatan tersebut, BOK tetap memberikan fleksibilitas kepada daerah untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan lain sesuai kondisi dan kebutuhan lokal, sepanjang bersifat promotif-preventif dan mendukung pencapaian target MDG 5.

Menutup penyajian, Direktur Bina Kesehatan Ibu mengharapkan seluruh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota mendukung dan melaksanakan Instruksi Presiden untuk mempercepatan penurunan AKI. Selanjutnya Direktur Bina Kesehatan Ibu juga mengharapkan seluruh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan analisis permasalahan kesehatan setempat dan menetapkan prioritas permasalahan setempat, agar perencanaan kegiatan dan anggaran termasuk BOK bisa lebih fokus dan lebih berdaya ungkit dalam pencapaian target MDGs dan program-program kesehatan.

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

1. Pengertian Program KIA

Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut

pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.

2. Tujuan Program KIA

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat

melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk

menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya

derajat

kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang

merupakan

landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :

 Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi

kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam

upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan

sebagainya.

 Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu,

dan Karang

Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.

 Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.

 Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki,

bayi dan anak balita.

 Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak

prasekolah,

terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya. 3. Prinsip Pengelolaan Program KIA

Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan serta

mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan

pokok :

 Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik

serta jangkauan yang setinggi-tingginya.

 Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan

pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.

 Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.

Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

4. Pelayanan dan jenis Indikator KIA a. Pelayanan antenatal :

Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya

sesuai dengan standar pelayanan antenatal.

Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari : 1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur Tekanan darah

3. Pemberian Imunisasi TT lengkap 4. Ukur Tinggi fundus uteri

5. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

b. Pertolongan Persalinan

Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat :

1. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu

bidan dan perawat.

2. Dukun bayi :

Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan yang

dinyatakan lulus.

Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun . 2. Anak lebih dari 4

3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih dari 10 tahun

4. Tinggi badan kurang dari 145 cm

5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

6. Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kengenital.

7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.

Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi .

Risiko tinggi pada kehamilan meliputi : 1. Hb kurang dari 8 gram %

2. Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg

3. Oedema yang nyata 4. Eklampsia

5. Perdarahan pervaginam 6. Ketuban pecah dini

7. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu. 8. Letak sungsang pada primigravida

9. Infeksi berat atau sepsis 10. Persalinan prematur 11. Kehamilan ganda 12. Janin yang besar

13. Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.

14.Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.

Risiko tinggi pada neonatal meliputi :

1. BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram 2. Bayi dengan tetanus neonatorum

3. Bayi baru lahir dengan asfiksia

4. Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir 5. Bayi baru lahir dengan sepsis

6. Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram 7. Bayi preterm dan post term

8. Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang

9. Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

d. Indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi

Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM untuk

pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib dilaksanakan yaitu : 1.Cakupan Kunjungan ibu hamil K4

a. Pengertian :

Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas

kesehatan untuk

mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan frekuenasi kunjungan

minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali . Standar 5 T yang

dimaksud

adalah :

1) Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan 2) Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah

3) Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus 4) Pemberian imunisasi TT

5) Pemberian tablet besi

b. Definisi operasional

Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai

standar K4

disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk sasaran ibu hamil

c. Cara perhitungan

Pembilang : Jumlah ibu hamil yang telah memperoelh pelayanan ANC sesuai

standar K 4

disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penyebut : Penduduk sasaran ibu hamil

Konstanta : 100

Rumus :

Kunjungan = Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4

Ibu hamil K4 x 100 %

Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil

d Sumber data :

1) Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4

diperoleh dari

catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.

2) Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat Statistik

atau BPS

kabupaten atau propinsi jawa timur.

e. Kegunaan

1) Mengukur mutu pelayanan ibu hamil

2) Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan

standar dan

paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai

standar K4

Perkiraan penduduk

3) Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan ibu hamil

1. PERENCANAAN MIKRO Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat instituisional dan merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat messo dari lembaga mendapatkan perhatian, namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan makro ataupun messo. Sesuai dengan apa yang telah dikemukakan pengertian mikro diatas bahwasanya perencanaan-perencanaan yang telah dikemukakan dari perencanaan makro dan messo dijabarkan lagi dalam bentuk pengaplikasian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan penjabaran tersebut tidak dapat bertentangan

dengan perencanaan makro dan messo. Dari contoh perencanaan makro dan messo masalah menurunkan angka status gizi buruk di Indonesia maka saya sebagai bidan dapat membuat perencanaan makro dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan pada unit-unit sederhana seperti polindes atau poskesdes dan menjalankan program kerja yang telah disusun. Jika ditelaah dan dihubungkan lagi dengan profesi sebagai bidan pendidik maka kita dapat menyusun dengan sub-sub materi pokok bahasan untuk membahas lebih jelas lagi mengenai pencegahan status gizi buruk dimasyarakat. Jadi bidan pendidik disini dia lebih berperan pada pengetahuan sesuai dengan teori-teori yang ada untuk tingkat pencegahan dan penanganannya serta perkembangan kurikulum untuk peserta didik yang diharapkan dapat diaplikasikan nantinya dalam masyarakat dimana peserta didik nantinya sebagai calon bidan masa depan sedang bidan dalam artian penyuluhan untuk menurunkan dan mencegah status giizi buruk yang terjadi dimasyarakat dengan menggerakkan kembali poskesdes atau polindes yang awalnya berperan dalam penurunan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak sekarang diarahkan lagi dalam program pemerintah penurunan angka status gizi buruk di Indonesia dengan menggerakkan berbagai organisasi demi tercapainya tujuan dari perencanaan tersebut.

2. Bab II : Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas

A. Pendahuluan

Proses manajemen Perencanaan belum terlaksana dengan baik apabila tidak dilanjutkan dengan pemantauan dan perencanaan ulang. Tindak lanjut bertujuan untuk menilai sampai seberapa jauh pencapaian dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksanaannya pada bulan yang lalu, sekaligus melakukan pemantauan rencana kegiatan Puskesmas; sehingga dapat dibuat perencanaan ulang yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Di samping itu, kita ketahui bersama bahwa keberhasilan pelaksanaan kegiatan Puskesmas memerlukan pengorganisasian dan keterpaduan baik lintas program maupun lintas sektor.

Pengorganisasian dan keterpaduan lintas program, artinya keterpaduan internal Puskesmas, bertujuan agar seluruh petugas mempunyai rasa memiliki dan meningkatkan motivasi dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas.

Tindak lanjut dari perencanaan adalah mengadakan pengorganisasian intern Puskesmas dan pemantauan dilaksanakan melalui Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hasil kegiatan Puskesmas bulan lalu.

b. Disampaikannya hasil rapat dari Kabupaten/Kota,

Kecamatan dan berbagai kebijakan serta program.

c. Diketahuinya hambatan/ masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu.

d. Dirumuskannya cara pemecahan masalah.

e. Disusunnya rencana kerja bulan baru.

Dokumen terkait