• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian neonatal 16 per 1000 kelahiran hidup. Namun sampai saat ini sasaran tersebut belum tercapai.

Menurut data survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun2007 :

 Angka kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup  Angka kematian Bayi 26,9 kematian/1000 kematian hidup

 Angka kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup

 Angka kematian Ibu Hamil dan saat melahirkan masih mencapai 228/100.000 kelahiran hidup

Padahal sasaran pembangunan menetapkan 2015 angka tersebut harus ditekan hingga mencapai 102 kematian/100.000 kelahiran hidup. Oleh sebab itu, program kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana dilaksanakan secara berkesinambungan dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI, AKN, AKB, dan AKBAL.

BAB II

PEMBAHASAN

(2)

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.

Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa ibunya. (Asfryati, 2003, h.27).

Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya. (dilampirkan oleh Zulkifli dari bambang, 1986, h.9)

2.1 Tujuan

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :

1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.

(3)

2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.

3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.

4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.

5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka

(4)

masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

3.2 Saran

Semoga dengan tersusunnya makalah KIA ini, memberikan manfaat bagi kita semua, dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli dari bambang, 1986, h.9 http://creasoft.wordpress.com http://www.slideshare.net

http://ayubiedary.blogspot.com/2013/04/perkembangan-sistem-pelayanan-kesehatan.html http://kia029.blogspot.com/

(5)

MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT

ADVOKASI, KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK MENDUKUNG UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK

Istilah advokasi lekat sekali dalam profesi hukum, menurut bahasa Belanda, advokasi itu berasal dari kata advocaat atau advocaateur yaitu pengacara atau pembela. Dalam bahasa Inggris, advokasi yaitu berasal dari kata to advocate yang artinya membela.

Dalam konsep pemberdayaan masyarakat dikalangan bawah, advokasi tidak hanya membela atau mendampingi masyarakat bawah, melainkan pula bersama-sama melakukan upaya-upaya perubahan sosial secara sistematis dan strategis.Advokasi mudah sekali dilakukan, asalkan saja advokasi harus terorganisir dengan baik, dan jelas pembagian kerjanya, tak hanya itu saja bila kita siap ber-advokasi maka harus siap pula menanggung

(6)

resiko yang ada karena setiap advokasi selalu ada yang menjadi korban, maksudnya korban disini ialah orang yang terkena masalah.

Proses Advokasi yang Baik Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan dalam suatu perkumpulan atau komunitas dari kesadaran masing-masing anggota dari perkumpulan tersebut untuk memahami realitas dan kemudian menggunakan kekuatannya untuk menantang kekuatan yang dominan melalui perjuangan politik (Craig and Mayo, 1995). Semua orang bisa melakukannya, advokasi merupakan kerja tim/kelompok, ada pembagian tugas yang jelas.Untuk melakukan advokasi, ada 3 konsep terkait yang perlu dicermati, yaitu: legitimasi (siapa yang diwakili oleh organisasi dan bagaimana hubungannya); kredibilitas (seberapa jauh organisasi dapat dipercaya); dan Pertanggungjawaban (bertanggungjawab atas kerjanya).

Adapun proses advokasi yang baik yaitu sbb:

a. Memilih isu yang tepat untuk di advokasikan.

Sebelum memulai penelusuran advokasi, kita harus tau kasus/isu apa yang hendak kita advokasikan, karena dengan memilih isu yang tepat itu merupakan langkah awal kita untuk

memulai pekerjaan.

b. Menentukan tujuan dan target yang akan kita advokasikan Ini penting untuk memandu pelaku advokasi dalam melaksanakan kegiatannya.

c. Melakukan analisis dan mengkaji kasus / isu yang ada. Fokuskan kasus apa yang akan kita advokasikan, analisis kasus dengan baik, riset kembali apabila ada isu/kasus yang bisa memicu/ menimbulkan propaganda arti.

d. Bangunkan opini publik

Mempengaruhi orang banyak dapat dilakukan melalui seminar, media cetak, media elektronik, brosur, spanduk, karena tujuannya adalah agar mendapatkan banyak dukungan oleh orang lain, itu merupakan hal yang penting.

e. Membangun jaringan dan koalisi.

Jaringan dan koalisi dalam gerakan advokasi sangat penting dalam membangun legitimasi publik. Bahwa isu yang diperjuangkan haruslah didukung oleh orang banyak. Carilah organisasi yang memiliki visi perjuangan yang sama. Kalau perlu hubungi tokoh-tokoh masyarakat setempat.

f. Melakukan loby, mempengaruhi dan mendesak kebijakan

Lakukan lobby dengan orang orang yang terkait dengan kasus/isu yang akan diadvokasikan, pengaruhi mereka untuk mendukung kasus yang akan kita teliti.

(7)

g. Refleksi Lakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan karena advokasi sering memberikan hasil yang lain dari apa yang kita perkirakan. Suatu tim diperlukan untuk mengevalusi apa yang telah dicapai dan apa yang tetap harus dikerjakan secara teratur. Refleksi hendaknya digunakan sebagai langkah pertama dalam menganalisa kembali yang nantinya akan membawa kita pada siklus pekerjaan advokasi dan evaluasi yang terus menerus.

Cara Mengelola Informasi yang Ada Dalam Advokasi

Pada saat organisasi berada di lapangan, akan sangat banyak informasi yang ditemui. Namun kemudian, informasi tersebut menjadi tidak berharga karena tidak terdokumentasikan dan terpublikasi. Sehingga, apa pun bentuk informasinya hendaklah harus terdokumentasikan.

Ada beberapa penyebab mengapa fenomena ini terjadi yaitu sebagai berikut:

1.Komitmen organisasi yang kurang kuat.

Dalam sebuah organisasi, jika belum adanya kesadaran akan pentingnya pendokumentasian informasi, tidak aneh jika banyak data yang sudah terdokumentasi sulit diakses karena tercecer. Bahkan, stafnya sendiri tidak mengetahui keberadaan sebuah data tersebut.

2.Implikasi dari tidak pentingnya sebuah informasi

Akibat dari lembaga yang kurang memiliki komitmen, maka sumber daya yang fokus untuk mengelola pun tidak disediakan, karena tentu akan menambah budget dan beban bagi lembaga tersebut.

3. Karena kebudayaan yang sudah melekat erat di Indonesia. Budaya yang sudah melekat dalam diri seorang warga negara Indonesia yaitu lebih banyak bicara daripada mendokumentasikan suatu peristiwa. Sehingga, informasi jarang sekali terdokumentasikan dan dilacak, jika terjadi pergantian karyawan dalam sebuah organisasi. Lalu, jadi sulit untuk melacak apa saja yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Padahal, jika semua informasi didokumentasikan, itu akan memudahkan kerja kita. Sebagai contoh ketika menemui banjir, kita bisa dengan mudah belajar, hal apa saja yang patut menjadi pertimbangan dan yang harus dilakukan seputar informasi banjir. Untuk keluar dari persoalan tersebut, ada beberapa hal yang perlu untuk dilakukan. Komitmen dan peran pimpinan juga menjadi bagian yang sangat penting. Disamping itu juga harus melihat kebutuhan maupun output yang diinginkan, baru kemudian memilih sistem informasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan. Pekerjaan rutin yang terus-menerus

(8)

terkait dari dokumen informasi, pengumpulan informasi, kompilasi data dan informasi akan menjadi sebuah pengetahuan.

Prinsip-Prinsip Yang Harus Dipegang Dalam Beradvokasi

Tujuan advokasi adalah melakukan perubahan, dalam melakukan perubahan selalu akan terjadi pro-kontra, resistansi dan konflik, tegasnya tidak ada faktor yang pasti untuk keberhasilan advokasi.Beberapa prinsip prinsip dibawah ini bisa dijadikan pedoman dalam

melakukan advokasi, yaitu sebagai berikut:

a. Realitas

Memilih isu dan agenda yang realistis, jangan buang waktu kita untuk sesuatu yang tidak

mungkin tercapai.

b. Sistematis

Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat, kemas informasi semenarik mungkin dan

libatkan media yang efektif.

c. Taktis

Advokasi tidak mungkin bekerja sendiri, jalin koalisi dan aliansi terhadap sekutu. Sekutu dibangun berdasarkan kesamaan kepentingan dan saling percaya.

d. Strategis

Kita dapat melakukan perubahan-perubahan untuk masyarakat dengan membuat strategis jitu agar advokasi berjalan dengan sukses.

e. Berani

Jadikan isu dan strategis sebagai motor gerakan dan tetaplah berpijak pada agenda bersama. Strategi Advokasi dalam Pemberdayaan Masyarakat

Strategi advokasi di dalam pemberdayaan masyarkat dapat kita bagi dalam tiga strategi yaitu

sebagai berikut:

1. Strategi mikro

Yaitu penghubung sosial masyarakat atau penghubung klien dengan sumber-sumber di lingkungan sekitar. Adapun teknik yang dapat dilakukan adalah menjalin relasi kerjasama dengan profesi-profesi kunci, membangun kontak-kontak antara klien dengan lembaga-lembaga pelayanan sosial, mempelajari kebijakan-kebijakan dan syarat-syarat serta proses pemanfaatan sumber daya yang ada di dalam masyarakat.

2. Strategi mezzo

Yaitu mediator, maksudnya disini adalah mewakili dan mendampingi kelompok-kelompok formal atau organisasi guna mengidentifikasi masalah sosial yang dihadapi secara bersama dalam merumuskan tujuan, mendiskusi solusi-solusi secara potensial, monitoring dan

(9)

mengevaluasi rencana aksi. Teknik yang dapat dilakukan, antara lain, bersikap netral, tidak memihak, dan pada saat bersamaan percaya bahwa kerjasama yang dibuat dapat berjalan serta mendatangkan manfaat. Kemudian memfasilitasi pertukaran informasi secara terbuka di antara pihak yang terlibat, mengidentifikasi manfaat kerjasama yang timbul, menggali kesaman-kesamaan yang dimiliki oleh pihak terlibat konflik, mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan menangani berbagai hambatan komunikasi.

3. Strategi makro

Yaitu sebagai aktivis dan analis kebijakan. Advokasi berperan sebagai aktivis sosial, maka harus terlibat langsung dalam gerakan perubahan sosial dan aksi sosial bersama masyarakat. Wujud riil dari peran sebagai aktivis sosial adalah meningkatkan kesadaran publik terhadap masalah sosial, ketidak-adilan, memobilisasi sumber daya masyarakat untuk merubah kondisi-kondisi yang buruk dan tidak adil, melakukan lobi dan negosiasi agar terjadi perubahan di bidang hukum, termasuk melakukan class action.

Pilihan strategi juga ditentukan oleh pendekatan advokasi yang dipilih. Dalam teori advokasi, ada tiga pendekatan utama (Miller and Convey, 1997), yaitu:

1. Pendekatan untuk kepentingan umum (advocacy for).

Untuk melakukan pendekatan ini, harus menggunakan kaum professional dan pelobi yang ahli untuk melakukan advokasi, karena sistem politiknya terbuka dan adil. Sehingga, semua orang bisa mempengaruhi kebijakan publik. Masyarakat miskin dan kelompok kalangan bawah hanya tidak memiliki kesempatan untuk ini, sehingga para professional hukum bisa

melakukannya untuk mereka;

2. Pendekatan tindakan yang dilakukan warga negara (advocacy with). Pendekatan menekankan pada adilan sistem pengambilan keputusan politik dan ketidak-seimbangan kekuasaan yang ada di dalamnya. Sehingga, diperlukan tindakan masyarakat selaku warga negara untuk mendesakkan kepentingannya dalam penentuan kebijakan publik

dan ;

3. Pendekatan transformasi (advocacy by).

Pendekatan ini dilakukan melalui pendidikan untuk mengembangkan alat berpikir kritis. Banyak sekali kendala yang dihadapi dalam melakukan pekerjaan sosial ini karena salah satunya ialah lembaganya merupakan sistem sosial yang selalu merendahkan kelompok minoritas tertentu. Dengan memberikan respon yang baik kepada semua orang yang datang ke lembaga secara adil akan mengurangi diskriminasi.

Strategi pemberdayaan mengharuskan adanya komitmen yang kuat untuk mempertahankan dan meningkatkan pelayanan adil yang efektif dan juga konfrontasi terhadap penilaian negatif

(10)

yang sudah meresap. Menurut Solmon kebanyakan orang bergerak dalam tiga tingkatan perkembangan:

Pengalaman positif dalam awal kehidupan keluarga yang memberikan kepercayaan serta kompetensi dalam interaksi sosial dan memperkuat kemampuan untuk mengatur hubungan relasi sosial dan menggunakan institusi sosial untuk mencapai kompetensi sehingga dapat menerima dan melaksanakan dengan baik peranan sosial yang bernilai. Halangan kekuatan tidak secara langsung mempengaruhi setiap tingkatan. Pengalaman negative sejak dini akan mengurangi kepercayaan dalam interaksi sosial yang kemudian akan mengurangi pencapaian tingkatan kedua dan merintangi pertumbuhan kapasitas untuk melaksanakan peranan sosial yang bernilai pada tingkatan ketiga.

Menurut Solmon, karena pekerjaan sosial lebih mengkonsentrasikan pada pengubahan individu bukan pengubahan institusi maka melemah menghadapi rintangan kekuasaan. Tujuan pemberdayaan adalah membantu klien untuk melihat diri mereka sendiri sebagai causal agents dalam menemukan solusi masalahnya, pekerjaan sosial harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang nantinya dapat digunakan masyarakat, serta pekerjaan sosial sebagai sesame dan partner dalam mencari pemecahan masalah yang terjadi.

Peranan advokasi yang terbaik dalam penberdayaan adalah:

Konsulltan sumber daya menghubungkan klien dengan sumber daya dengan cara yang dapat meningkatkan self system dan kemampuan memecahkan masalah. Sensitier membantu klien memperoleh pengetahuan tentang dirinya. Guru / trainer mangajarkan proses dan ketrampilan yang memungkinkan klien menyelesaikan tugas spesifik.

Strategi advokasi dan pemberdayaan yang terbukti menarik dalam hari yang lalu yaitu penindasan kaum kaya terhadap kaum miskin karena dicurigai sebagai pencuri bebebarapa kilogram randu kering. Keprihatinan terhadap penindasan kaum miskin ini membuat berbagai kalangan media begitu serius menyoroti kasus ini, untuk mendukung kaum miskin tersebut dan untuk melihatkan bahwa ada ketidak-adilan hukum yang terjadi pada hukum di Indonesia sekarang ini.

Advokasi di kembangkan sebagai bagian dari gerakan mengeluarkan orang yang mungkin tidak bersalah atau bahkan orang yang telah lama ditahan di institusi tersebut. Beberapa bentuk pelaksanaannya jika tidak hati hati akan membuat orang tergantung pada keahlian pekerja sosial advokasi tersebut.

(11)

Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan merubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas.Menurut Absori, advokasi di bidang hukum dapat dilakukan melalui berbagai upaya. Sayangnya, pra-peradilan dalam berbagai kasus korban penculikan, kekerasan, dan salah tangkap, serta gugatan class action hingga kini belum menunjukan hasil yang signifikan.

Dalam melakukan teknik advokasi yang baik diperlukan kerjasama tim/kelompok yang solid, yang memegang erat prinsip-prinsip bersama, mempunyai visi bersama atau kepentingan

bersama dan fokus untuk memecahkan masalah.

Dalam melakukan advokasi, diperlukan dukungan yang banyak dari masyarakat kalau perlu pakai media-media yang efektif untuk membuat masyarakat semakin mendukung kita Organisir dengan baik segala bentuk advokasi, cari informasi sebanyak-banyaknya dan kelola jangan sampai menimbulkan arti yang propaganda karena itu dapat membahayakan, hati-hati dalam beradvokasi, teliti lagi dan libatkan masyarakat banyak.

Upaya Kesehatan ibu dan anak

 Melakukan pembinaan dalam upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga berencana berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku melalui monitoring dan evaluasi untuk mendapatkan pelayanan yang optimal serta peningkatan pengawasan dan akuntabilitas.

 Melakukan pembinaan dalam upaya Perbaikan Gizi Masayarakat berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku melalui monitoring dan evaluasi untuk mendapatkan pelayanan yang optimal serta peningkatan pengawasan dan akuntabilitas.

 Membantu melakukan pengendalian program perbaikan gizi masyarakat.

 Membantu melakukan pengendalian program penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.

 Melaksanakan dukungan dan kerja sama dengan organisasi profesi kesehatan melalui pertemuan, fasilitasi kegiatan untuk menjamin peningkatan kinerja.

(12)

 Melakukan koordinasi dan konsultasi pelaksanaan kegiatan dengan instansi terkait agar terjalin kerja sama yang baik.

(13)

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT ( PUSKESMAS)

1.DEFENISI

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan seluruh puskesmas di Indonesia. Upaya kesehatan wajib meliputi upaya promkes, upaya kesehatan ibu dan anak termasuk KB, upaya perbaikan gizi, upaya kesehatan lingkungan, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2P), dan upaya pengobatan dasar. 2. FUNGSI

Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, berencana, terarah dan terpadu. Pusat Kesehatan Masyarakat (PusKesMas) adalah sarana unit fungsional kesehatan terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai fungsi utama menjalankan upaya pelayanan kesehatan untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama menggerakkan pogram promosi kesehatan, penanggulangan

dan pencegahan penyakit menular (P2M).

Menurut rangkuman dari berbagai sumber informasi, ada 3 (tiga) fungsi utama yang diemban puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target sasaran masyarakat di wilayah kerjanya, yakni sebagai berikut :

1) Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar

menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program

pembangunan di wilayah kerjanya

2) Pusat Pemberdayaan Masyarakat:

Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat : Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk

(14)

hidup sehat Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan Ikut Menetapkan menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

3) Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh, terpadu

dan berkesinambungan (kontinyu) mencakup :

Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan masyarakat.

3. SEJARAH PERKEMBANGAN PUSKESMAS

Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Saat itu masih dilakukan oleh pemerintah penjajahan Belanda pada abad ke 16 peristiwa upaya pemberantasan dianggap sebagai sejarah mula perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia.Kejadian lain selanjutnya tentang wabah kolera pada awal abad ke-20 masuk di Indonesia tepatnya tahun 1927 dan tahun 1937 yaitu wabah kolera eltor di Indonesia kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia.

Sejak dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.Selanjutnya bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut

dilaksanakan lagi.

Dokter Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di Indonesia, pada tahun 1851 mendirikan sekolah dokter Jawa. Kemudian sekolah ini terkenal

(15)

dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School).Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah tersebut mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga medis yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.Pada sisi lain pengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah berdirinya Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Laboratorium ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi. Tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes ini dengan melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi massal. Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah

memperoleh suntikan vaksinasi.

Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda pada tahun 1925, melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya tersebut ini menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat, di kebun, selokan, kali bahkan di pinggir jalan padahal mereka mengambil air minum juga dari kali. Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi

lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk.

Untuk memulai upaya kesehatan masyarakat, saat itu Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia. Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena.

(16)

Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas.Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956 ini oleh dr. Y. Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan

program kesehatan.

Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih 8 desa wilayah pengembangan masyarakat yaitu Inderapura (Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini.

Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo yang mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C.Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut, Departemen Kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan)

menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan, di kotamadya atau kabupaten.

Kegiatan pokok puskesmas mencakup :

1. Kesehatan ibu dan anak

(17)

3. Gizi

4. Kesehatan lingkungan

5. Pencegahan penyakit menular

6. Penyuluhan kesehatan masyarakat

7. Pengobatan

8. Perawatan kesehatan masyarakat

9. Usaha kesehatan gizi

10 Usaha kesehatan sekolah

11 Usaha kesehatan jiwa

12 Laboratorium

13 Pencatatan dan pelaporan [soepri] 4. WILAYAH KERJA

Puskesmas harus bertanggung jawab untuk setiap masalah kesehatan diwilayah kerjanya walaupun wilayah kerjanya itu mempunyai lokasi yang berkilo-kilo meter dari puskesmas. Dengan azas inilah puskesmas dituntut untuk mengutamakan penegahan penyakit . Dengan demikian puskesmas dituntut secara aktif terjun kemasyarakat dan bukan puskesmas menunggu kunjungan masyarakat saja

Wilayah kerja puskesmas bisa didasarkan , area kecamatan, faktor kepadatan penduduk, luas wilayah, keadaan goegrafidan keadsaan infra struktur lainnya yang bisa untuk pertimbangan untuk pembagian wilayah kerja puskesmas.

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagiaan wilayah puskesmas ditetapkan oleh BUPATI KEPALA DAERAH.

Untuk kota besar wilayah kerja puskesmas bisa hanya satu kelurahan, sedangkan puskesmas di ibu kota kecamatan bisa senagai tempat pelayanan rujukan dari puskesmas kelurahan yang juga mempunyai fungsi koordinasi Sasaran penduduk setiap wilayah puskesmas rata-rata 30 000 jiwa. Luas wilayah yang masih dianggap efektif mempunyai ratio 5km sedangkan luas wilayah yang dipandang optomal mempunyai ratio / jari wilayah 3 km 5.STRUKTUR ORGANISASI

Sebelum membicarakan struktur organisasi, sebaiknya yang dibahas terlebih dahulu adalah Kegiatan Puskesmas. Hal tersebut dikarenakan, struktur organisasi dibentuk untuk mewadahi berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas. Bisa jadi antara Puskesmas satu dengan Puskesmas lainnya akan sangat berbeda, sesuai dengan kegiatan dan beban kerja Puskesmas.

(18)

Dalam Buku Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, telah diberikan pola struktur organisasi Puskesmas yang dapat dijadikan acuan, yang terdiri dari : Kepala Puskesmas, Tata Usaha, Unit Pelaksana Teknis Fungsional dan Jaringan Pelayanan Puskesmas. Struktur tersebut tidak mengikat, dan masing – masing Kabupaten/Kota dapat menyusun sesuai kebutuhannya dengan tetap memperhatikan fungsi – fungsi dan tujuan dari dibentuknya Puskesmas.

Dalam bab ini, tidak akan dibahas mengenai struktur organisasi ideal yang seharusnya dimiliki oleh Puskesmas, tapi akan dibahas mengenai beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan struktur organisasi Puskesmas. Hal – hal tersebut diantaranya, adalah :

1. Struktur yang dibentuk hendaknya memperhatikan kegiatan, beban kerja dan tanggung jawab masing – masing Puskesmas. Jadi, bisa berbeda antar Puskesmas satu dengan lainnya. Selama ini kita mengenal struktur organisasi linear untuk Puskesmas secara umum. Pada Puskesmas tertentu, misalnya Puskesmas dengan rawai inap, organisasi linear mungkin akan menyulitkan, karena benar – benar akan memisahkan antara kegiatan dalam gedung dan luar gedung, walaupun masih ada garis koordinasi. Padahal, kedua kegiatan ini hendaknya saling mendukung.

Disamping itu, keterbatasan jumlah tenaga di Puskesmas juga akan menyulitkan bila struktur linear masih dipertahankan. Dalam hal ini, mungkin struktur organisasi matriks lebih memungkinkan. Struktur ini akan lebih fleksibel dalam mengefisienkan tenaga yang tersedia. 2. Syarat personil yang menduduki struktur organisasi. Kepala Puskesmas. Dalam Keputusan Menteri nomor 128/ 2004, disebutkan bahwa syarat Kepala Puskesmas adalah sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat. Hal tersebut masuk akal karena kegiatan Puskesmas sebagian besar adalah kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.

Tapi tidak boleh dilupakan bahwa Puskesmas adalah pelaksana kegiatan komprehensif yang tidak mengkotak – kotakkan antara pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan. Dua kegiatan yang saling mendukung dan berkaitan satu sama lain. Ada keputusan yang diambil berdasar surveylans epidemiologi maupun situasi medis. Sehingga, sosok Kepala Puskesmas di sini diharapkan orang yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan ketrampilan kesehatan masyarakat, tapi juga mengetahui tentang penyakit dan medis tehnis. Sehingga dapat ditegaskan bahwa untuk menjadi Kepala Puskesmas diharapkan adalah seorang dokter atau sarjana kesehatan masyarakat yang memiliki latar belakang kegiatan teknis medis dan ilmu penyakit, misalnya perawat. Perawat di sini diharapkan memiliki pendidikan lanjutan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.

(19)

3. Revitalisasi orang kedua Puskesmas. Pada manajemen Puskesmas di awal berdirinya, kita mengenal orang kedua. Tidak disebutkan apakah orang kedua ini wakil Kepala Puskesmas atau tidak, tapi dia memegang peran penting untuk membantu Kepala Puskesmas dalam mengelola Puskesmas. Orang kedua ini juga dibekali dengan pelatihan manajemen Puskesmas untuk orang kedua.

Entah sejak kapan, orang kedua ini menghilang, yang jelas saat ini tidak pernah terdengar lagi. Mereka yang dulu mendapat pelatihan sebagai orang kedua juga sudah banyak yang pensiun. Ketidakberadaan orang kedua ini yang menyebabkan banyak kepemimpinan Kepala Puskesmas menjadi dominan. Hal ini sering berefek kurang baik dalam suatu organisasi bila Kepala Puskesmas terlalu dominan. Fungsi orang kedua ini memang diharapkan mampu menjadi mitra Kepala Puskesmas dalam menyelesaikan beban kerja di Puskesmas.

Orang kedua ini juga berperan dalam perencanaan dan evaluasi di tingkat Puskesmas. Untuk itu seharusnya mereka memiliki kemampuan surveylans yang memadai, disamping kemampuan manajemen serta kepemimpinan. Orang kedua ini bukan saingan Kepala Puskesmas, tapi merupakan mitra kerja untuk membagi beban dan tanggung jawab pengelolaan Puskesmas.

4. Koordinator pada Unit Pelaksana Fungsional Puskesmas. Apabila Puskesmas memiliki jaringan yang berbentuk UPF, maka koordinator di UPF ini sebaiknya pejabat fungsional dan bukan struktural. Ini untuk mengefisienkan kinerja agar lebih tepat sasaran. Juga agar tidak terlalu membebani struktur Puskesmas. Mereka bertanggung jawab kepada

Kepala Puskesmas.

6.STRATIFIKASI PUSKESMAS

Adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja puskesmas, dalam rangka perkembangan fungsi puskesmas sehingga dalam rangka fungsi puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah.Hal ini diharapkan dapat menimbulkan gairah kerja, rasa tanggung jawab dan kreatifitas kerja yang dinamis melalui pengembangan falsafah mawas diri

Tujuan dari Strafikasi Puskesmas adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat pengembangan fungsi puskesmas secara berkala dalam rangka pembinaan dan pengembanganya. Adapaun Tujuan khusus dari stratifikasi adalah :

1. Umum

Mendapatkan gambaran tentang tingkat pengembangan fungsi puskesmas secara berkala

dalam rangka pembinaan dan pengembanganya.

(20)

a. Mendapatkan gambaran secara menyeluruh perkembangan puskesmas dalam rangka

mawas diri

b. Mendapatkan masukan untuk perencanaan puskesmas dalam waktu mendatang c. Mendapatkan informasi tentang masalah dan hambatan pelaksanaan puskesmas sebagai masukan untuk pembinaan lebih lanjut

Sasaran dari stratifikasi puskesmas adalah :

1. Puskesmas tingkat kecamatan

2. Puskesmas tingkat ke;urahan ( puskesmas pembantu )

3. Unit-unit kesehatan lain

4. Pembinaan peran serta masyarakat

Ruang lingkup stratifikasi puskesmas dikelompokan dalam empat aspek yaitu: 1. Hasil kegiatan puskesmas dalam bentuk cakupan dari masing-masing kegiatan

2. Hasil dan cara pelaksanaan manajemen puskesmas

3. Sumber daya yang tersedia di puskesmas

4. Keadaan lingkungan yg mempengaruhi hasil kegiatan puskesmas

Dalam jangka panjang, pola pembinaan melalui stratifikasi puskesmas akan terus ditingkatkan ruang lingkupnya sehingga meliputi seluruh kegiatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas dalam wilayah kejanya termasuk kegiatan adalah rangka membina usaha

kesehatan swasta.

Pelaksanaan Stratifikasi

1. Mencakup seluruh aspek puskesmas meliputi puskesmas pembantu, puskesmas keliling, hasil pembinaan peran serta masyarakat misal posyandu.

2. Kegiatan stratifikasi mencakup:

a. pengumpulan data

b. pengolahan data

c. analisa masalah dan penentuan langkah penanggulangan.

3. Melaksanakan setahun sekali secara menyeluruh dan serentak di semua puskesmas dan bertahap sesuai dengan jenjang administrasi sampai ke pusat.

(21)

Dilaksanakan sendiri oleh masing-masing puskesmas dan merupakan kegiatan mengukur kemampuan penampilan puskesmas dalam rangka mawas diri. Dengan tujuan agar kepala puskesmas dan staf mengetahui kelemahan dan masalah yang dihadapi untuk berusaha memperbaikinya.

b. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati II / Kandep

Menghimpun laporan hasil stratifikasi puskesmas untuk diolah dan di analisa sehingga mendapatkan gambaran keadaan dan fungsi masing-masing puskesmas dalam wilayahnya

dalam rangka pembinaan dan pengembangannya.

c. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati I / Kanwil / Pusat Menghimpun laporan hasil stratifikasi dari masing-masing dinas kesehatan dati II untuk diolah dan dianalisa sehingga mendapatkan gambaran tingkat perkembangan fungsi puskesmas di wilayah masing-masing kabupaten kodya (propinsi) dalam rangka pembinaan dan pengembangannya tahun yang akan datang.

4. Menentukan Strata puskesmas dengan pendekatan kuantitatif untuk mengukur variabel

5. Penetapan waktu kegiatan

a. Tingkat Puskesmas

1) Pengumpulan data Desember – Januari

2) Pengolahan data Awal Februari

3) Peninjauan Dinkes DT II Januari-Februari

4) Konsultasi kabupaten Akhir Februari

5) Analisa masalah, rencana Awal Maret

penanggulangan, penyusun laporan

6) Laporan ke Dati II Pertengahan Maret

b. Dati II

1) Pengumpulan data/rekap Maret-April

2) Checking on the spot Pertengahan April

3) Analisa masalah, menyusun rencana Akhir April

penanggulangan

4) Kirim ke propinsi dan kirim umpan Permulaan Mei

balik ke puskesmas

c. Dati I

1) Pengumpulan laporan / rekapitulasi Mei

2) Analisa masalah dan menyusun rencana Mei-Juni

(22)

4) Kirim umpan balik ke dati II Permulaan Juli

d. Pusat

1) Penerimaan laporan/rekapitulasi dan Juli

rencana penanggulangan masalah

2) Pertemuan evaluasi pelaksanaan Agustus

stratifikasi 27 propinsi di pusat

3) Pengelolaan data dan analisa masalah Agustus

4) Distribusi laporan yang bersangkutan Akhir Agustus

5) Menyusun rencana penanggulangan September

6) Kirim umpan balik ke hasil stratifikasi Oktober

Nasional

Tahap-Tahap Stratifikasi

Dilakukan dalam 3 tahap, sebagai berikut :

1. Tahap I

Pendataan dan pemetaan dalam tiga kelompok strata I, II, dan III

2. Tahap II

Analisa hasil pendataan dan pemetaan serta sektor-sektor yang menghambat dan menunjang

3. Tahap III

Rencana pemecahan masalah pada semua tingkat yaitu rencana kerja atau rencana pembinaan untuk meningkatkan kemampuan puskesmas berdasar hasil analisa dan masalah yang dijumpai di semua tingkat.

Manfaat stratifikasi

1. Bagi Puskesmas

Mendapat gambaran tingkat perkembangan prestasi kerja secara menyeluruh sehingga dapat diambil berbagai upaya untuk memperbaikinya dalam rangka mawas diri.

2. Bagi dinas kesehatan dati II

a. Mendapat gambaran prestasi kerja puskesmas dalam wilayah dati II yang bersangkutan tiap tahun

b. Mengetahui masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan puskesmas yang disebabkan

oleh sumber daya maupun lingkngan

c. Menentukan langkah serta bantuan yg diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi

(23)

d. Mendapat gambaran mengenai kemampuan managemen tiap puskesmas wilayah Dati II

3. Bagi dinas kesehatan dati I / Kanwil Propinsi

Mendapat gambaran mengenai masalah dan hambatan yangg dialami oleh dinkes dati I Kandep selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas di wilayah kerjanya yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh Dinas dati I/Kanwil propinsi melalui

penyusunan rencana tahunan

4. Depkes Pusat

Mendapat gambaran mengenai masalah dan hambatan yg dialami dinkes dati I/Kanwil selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas di wilayah kerjanya yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh pusat antara lain melalui penyusunan rencana tahunan

7.Perencanaan Mikro (Micro Planning)

Perencanaan mikro tingkat puskesmas adalah penyusunan rencana tingkat puskesmas untuk 5 tahun, termasuk rincian tiap tahunnya.

Tujuan umum

Meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh puskesmas, sehingga dapat meningkatkan fungsi puskesmas.

Tujuan khusus

1. Tersusunnya rencana kerja puskesmas untuk jangka waktu lima tahun secara tertulis. 2. Tersusunnya rencana kerja tahunan puskesmas, sebagai penjabaran rencana kerja lima tahunan.

Ruang lingkup

1. Rencana yang mencakup seluruh kegiatan pokok puskesmas.

2. Dibatasi sesuai dengan masalah yang dihadapi, dengan memperhatikan prioritas, kebijaksanaan, dan strategi yang telah ditetapkan oleh pusat, Dati I dan Dati II.

Perencanaan yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang disususn secara sistematis, dengan urutan sebagai berikut:

1. Perumusan tujuan dan sasaran

2. Perumusan kebijaksanaan dan langkah-langkah

3. Perumusan kegiatan

(24)

Penyusunan rencana pelaksanaan (Plan of Action) Penyusunan POA yang perlu diperhatikan adalah : a. Penjadwalan, meliputi:

 Penentuan waktu

 Penentuan lokasi dan sasaran  Pengorganisasian

b. Pengalokasian sumber daya meliputi:

 Dana: sumber dana, besarnya, dan pemanfaatannya  Jenis dan jumlah sarana yang diperlukan

 Jumlah dan tenaga yang diperlukan

8.Lokakarya Mini Puskesmas

Tujuan

Terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.

Tujuan Khusus

 Diketahuinya hasil kegiatan puskesmas bulan lalu

 Disampaikannya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan & berbagai kebijakan serta program.

 Diketahuinya hambatan/masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu.  Dirumuskannya cara pemecahan masalah.

(25)

Lokakarya mini puskesmas diselenggarakan dalam 2 tahap yaitu:

1. Lokakarya mini bulanan yang pertama

Lokakarya mini bulanan yang pertama merupakan lokakarya penggalangan tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan puskesmas (RPK).

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama adalah sebagai berikut: a. Masukan (input):

1). Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab staf dan kewenangan puskesmas.

2). Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan dengan puskesmas. 3). Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action/POA).

b. Proses

1). Inventarisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan lapangan/daerah binaan. 2). Analisis beban kerja tiap petugas.

3). Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan.

4). Penyusunan rencana kegiatan (POA) puskesmas tahunan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK).

c. Keluaran (output)

1). Rencana kegiatan (POA) puskesmas tahunan.

2). Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA. 3). Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

2. Lokakarya mini bulanan rutin

Lokakarya bulanan puskesmas diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari lokakarya mini bulanan yang pertama. Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA puskesmas, yang dilakukan setiap bulan secara teratur.Fokus utama lokakarya mini bulanan rutin adalah ditekankan kepada masalah pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan antara hal-hal yang direncanakan, pelaksanaannya serta hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan berdayaguna.

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan puskesmas adalah sebagai berikut: a. Masukan (input):

(26)

1). Laporan hasil kegiatan bulan lalu.

2). Informasi tentang hasil rapat di kabupaten/kota. 3). Informasi tentang hasil rapat di kecamatan.

4). Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru. b. Proses

1). Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan menggunakan PWS.

2). Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan.

3). Merumuskan alternatif pemecahan masalah. c. Keluaran (output)

1). Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan. 2). Rencana kerja bulan yang baru.

9. SUPERVISI PUSKESMAS

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program kegiatannya. Sehingga perlu didukung oleh kemampuan manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian. Penerapan manajemen pergerakan pelaksanaan dilakukan melalui forum pertemuan yang dikenal dengan Mini Lokakarya atau Lokakarya Mini.Pada dasarnya ruang lingkup Lokakarya Mini ini sendiri meliputi dua hal pokok, yakni : 1) Lintas program. Yang berfungsi untuk memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.

Tujuan dari lokakarya mini lintas program yang dilakukan intern puskesmas ini bertujuan untuk : a) meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskemas, termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Kelurahan;

b) mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK);

c) meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan sesuai

perencanaan RPK

d) mengkaji pelaksanaan RPK yang telah disusun, memecahkan masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.

(27)

2) Lintas sektor. Dilakukan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.

Tujuan dari pelaksanaan lokakarya mini lintas sektor yang dilakukan per tiga bulanan, yakni :

a) memperoleh kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan

b) mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahkan masalah yang terjadi serta menyusun upaya

pemecahan masalah dalam bentuk rencana kerjasama.

Dalam pelaksanaannya proses manajemen puskesmas ini belum terlaksana dengan baik, dimana dari beberapa puskesmas yang dilakukan supervisi pelaksanaan lokakarya mini ini masih ditemukan kurangnya pemahaman yang benar tentang pelaksanaan lokakarya mini ini. Puskesmas masih belum memedomani secara benar pelaksanaan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor. Hal ini dapat dilihat dari dokumen yang mencatat tentang pelaksanaan lokakarya mini (notulen rapat) dan laporan lokakarya mini serta susunan acaranya. Sehingga diharapkan dengan dilakukannya supervisi lokakarya mini yang masih akan dilaksanakan hingga tanggal 2 November 2011 mendatang, Puskesmas dapat memperoleh pemahaman yang benar tentang pelaksanaan Lokakarya Mini dan pada supervisi ke depannya Puskesmas telah mampu mengaplikasikannya dalam pelaksanaan Lokakarya Mini baik lintas program maupun lintas sektor secara benar sesuai dengan pedoman yang ada. Kegiatan supervisi ini sebagai bentuk kepedulian dari Kemitraan AIPMNH dan Pemerintah Kota Kupang dalam peningkatan proses manajemen puskesmas yang diharapkan dapat menghasilkan perencanaan yang berkualitas dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

10. SISTEM PENCATATAN / PENDOKUMENTASIAN

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang ditetapkan melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data SP2PT berupa Umum dan demografi, Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok Puskesmas.

Menurut Yusran (2oo8) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu)dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem pelaporan ini ini diharapkan

(28)

mampu memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi, guna mendukung manajemen kesehatan.

TUJUAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) adalah agar semua data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

• Tujuan Umum

Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yg menunjang.

• Tujan Khusus

1. Sebagai dasar penyusunan perencanaan tingkat Puskesmas.

2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas (Lokakarya mini) 3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas

4. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas

JENIS PENCATATAN TERPADU PUSKESMAS

Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung.

1. Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas

Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data yang diperoleh dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam gedung puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini menggunakan: family folder, kartu indek penyakit, buku register dan sensus harian.

2. Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas

Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti Kegiatan progam yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan Pelaporan ini menggunakan kartu

register dan kartu murid.

Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang disebut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau kota setiap awal bulan, kemudian ke Dinas Kesehatan kabupaten atau kota mengolahnya dan mengirimkan umpan baliknya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan Pusat. Umpan balik tersebut harus dikirimkankembali secara rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan puskesmas tidak punya kewajiban lagi mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan Pusat tetapi dinkes

(29)

kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke Departemen Kesehatan Pusat.

JENIS PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS

Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain: 1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu. 2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi 3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam. Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu:

• LB1, berisi data kesakitan

• LB2, berisi data kematian

• LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll

• LB4, berisi data obat-obatan

PROSEDUR PENGISIAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU

PUSKESMAS (SP2TP)

Prosedur pengisian SP2TP, yaitu:

1. formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan. 2. pada formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program. 3. penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data yang ada. 4. hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas. 5. didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf

pengelola program bersangkutan.

6. data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam pertangungjawaban akhir

minimal 2 tahun.

7. semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.

11. PELAYANAN TERPADU MASYARAKAT

Sistem informasi pelayanan puskesmas terpadu dibuat dengan latar adanya kebutuhan dan kesulitan untuk mendapatkan informasi yang relevan, dapat dipercaya, lengkap, tepat waktu mudah dipahami dan dapat diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka di analisis kembali kebutuhan-kebutuhan, masalah-masalah yang ada untuk di rancang kembali sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan khusus dari penelitian tahap 2 ini adalah mengintegrasikan sistem informasi puskesmas antar puskesmas yang berbeda yaitu puskesmas kecamatan dengan puskesmas kelurahan. Sedangkan tujuan secara detailnya dari penelitian ini adalah menganalisis sistem informasi puskesmas yang berjalan;

(30)

mengidentifikasi setiap kelemahan-kelemahan yang terjadi; mengidentifikasi setiap kebutuhan informasi yang diperlukan; mengembangkan dan merancang sistem informasi puskesmas secara terpadu.

Manfaat besar yang dimaksud adalah input data hanya dilakukan oleh bagian front office saat pendaftaran, diagnosa dan resep oleh dokter, otorisasi pengeluaran obat oleh bagian apotik, sedangkan proses selanjutnya dilakukan oleh sistem seperti pembuatan laporan, informasi jumlah obat dan informasi lainnya. Sedangkan manfaat secara detail yaitu untuk bagian administrasi dengan terintegrasinya proses layanan manfaat yang diperoleh adalah kemudahan dalam mengakses data dan informasi; mengurangi penggunaan kertas; memaksimalkan pekerjaan; mengurangi tingkat antrian pasien; dan data dan informasi yang mengalir dapat meningkatkan efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan kemudahan dalam penggunaan, pengelolaan yang sederhana, dan pengurangan alur kerja/proses bisnis yang tidak perlu. Bagi dokter dapat mengakses data pasien dari puskesmas yang berbeda. Bila pasien berobat ke puskesmas yang berbeda, dan data pasien pernah di rekam di puskesmas sebelumnya, maka dokter dapat dengan mudah mengakses data pasien sekalipun dari puskesmas yang berbeda tanpa memperhatikan apakah pasien tersebut berasal dari puskesmas yang sama atau berbeda. Hal ini membantu para dokter dalam hal dagnosa yang dibuat lebih tepat atau dengan kata lain menghindari kesalahan dalam melakukan diagnosa penyakit; pemberian obat yang tepat kepada pasien sesuai dengan hasil diagnosanya; memudahkan pengolahan data dan pembuatan informasi dalam bentuk laporan yang berhubungan dengan data pasien serta pengembangannya; membantu dalam pengambilan keputusan sesuai hasil diagnosa; dan efisiensi waktu bagi dokter saat memeriksa pasien.

Sedangkan bagi pasien memudahkan dan membantu pasien pada saat berobat ke puskesmas lain, karena pasien tidak perIu mendaftar lagi bila berobat di puskesmas yang berbeda; pasien tidak perlu menceritakan kembali mengenai historis sebelumnya; dan efisiensi waktu saat berobat, karena data historis telah tersimpan dan mudah di akses.

Hasil akhir dari penelitian ini berupa aplikasi sistem informasi yang terintegrasi antar puskesmas, di bagi menjadi 3 pemakai yaitu petugas front office, bagian poli, dan bagian apotek. Petugas front office berhak mengakses menu pendaftaran yang terdiri dari pendaftaran pasien baru (menggunakan Kartu Keluarga); pendaftaran anggota Keluarga; pendaftaran transaksi kunjungan. Bagian poli dalam hal ini adalah dokter, berhak mengakses transaksi kunjungan per poli; histori transaksi pasien; pendataan diagnosa anamnesa; pendataan diagnosa data pasien; pendataan diagnosa penyakit; pendataan diagnosa resep dokter dan pendataan diagnosa rujukan. Sedangkan bagian apotek dapat mengakses list resep

(31)

hasil transaksi poli dan detil resep yg diberikan. Laporan yang dihasilkan terdiri dari laporan harian kunjungan; laporan harian pasien baru; laporan bulanan penyakit tidak menular; laporan bulanan penyakit menular; dan laporan bulanan data kesakitan. Simpulannya dari penelitian ini adalah sistem ini dibuat secara terintegrasi, sehingga waktu yang digunakan untuk memproses data lebih cepat, mengurangi pemakaian kertas, meminimalkan pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang, banyak input yang sudah di generate oleh sistem, membantu sekali dalam pengambilan keputusan. Saran dari penelitian ini sebaiknya melakukan pengembangan lebih lanjut untuk mengintetrasikan sistem informasi ini antar puskesmas, data ditempatkan terpusat, dan pengembangan untuk seluruh poli yang ada di puskesmas.

(32)

KATA PENGANTAR

Soekidjo Notoatmojo, Prof, Dr. (2007), Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta.

Efendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

http://nomisihaloho12347576.blogspot.co.id/2013/07/makalah-kesehatan-masyarakat.html

Makalah Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak

Leave a reply

Makalah bagus novyastuti Kas mirip dengan AGS Ilmu Kesehatan kertas kemitraan dan meningkatkan kesehatan dan anak (mtsh) merupakan upaya agar orang tua tidak pergi layanan kesarana mana bayi kesehatan Asker mirip dengan pada Februari untuk menentukan rasa perawatan kesehatan bagi anak bawah prosesnya harus berlangsung antara kulit bayi dengan kulit dan menyusui salah satu aspek sosial yang berkaitan dengan dan kesehatan Anak.

Kas mirip dengan DES aspek sosial yang terkait dengan kesehatan dan anak dalam situasi perkotaan atau pedesaan cukup baik dan masalah makalah pelayanan kesehatan ibu dan anak

layanan kertas KB KIA pada anak usia dini dipandang sebagai kebidanan kesehatan dan anak program (KIA) Kas mirip dengan untuk upaya kesehatan dan anak adalah upaya yang

berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan hamil melahirkan menyusui perawatan kesehatan bayi pada anak anak Dionne ilmu umum baik Kas mirip dengan IMD adalah memberikan perawatan kepada anak anak dengan bayi pada payudara atau rahim dan

menempel pada kulit kulit bayi (kontak kulit) kebijakan induk dan program untuk anak anak dengan baik manajemen Kas mirip dengan Wii bahaya penyakit terhadap pelayanan

kesehatan pelayanan kesehatan kesehatan dan anak untuk membawa dan anak kesehatan pelayanan kesehatan dan anak manajemen perawatan kesehatan Cash mirip dengan pengantar cache memori mirip dengan tahun tentang kesehatan kesehatan dan anak yang selanjutnya disingkat Kia adalah pelayanan kesehatan dan anak.

Termasuk pelayanan kesehatan dan anak GO ID sukoharjokab Kas mirip dengan untuk pelayanan kesehatan dan anak satu cakupan pelayanan kesehatan prenatal layanan perawatan prenatal yang dipantau oleh kunjungi wanita hamil kesehatan sistem informasi dan bayi Kas mirip dengan kegiatan sistem informasi komputer dan bayi kesehatan berbasis evaluasi

(33)

program kesehatan dan anak puskesmas dengan metode kertas pencarian terkait untuk

kesehatan dan anak Dapatkan dokumen pada layanan kesehatan anak artikel paper pelayanan kesehatan masyarakat sel kertas pelayanan kesehatan masyarakat untuk download dokumen masyarakat.

Kesehatan pelayanan Kesehatan makalah rumah sakit kertas masyarakat miskin pelayanan Kesehatan mendokumentasikan pelayanan kesehatan masyarakat pada tahun Doc pada perawatan kesehatan bayi baru lahir.

. Masalah Kesehatan Anak Indonesia

Kesehatan adalah satu masalah yang harus diperhatikan dengan serius. Dan memang selama ini pemerintah tidak pernah main-main dengan segala kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan anak. Beberapa kasus kesehatan anak yang akhirnyanya menjadi KLB atau Kasus Luar Biasa hingga akhirnya pemerintah mengeluarkan keputusan untuk wajib mendapatkan imunisasi tertentu di wilayah tersebut, itu merupakan satu sebagian kecil dari banyak kasus masalah kesehatan anak Indonesia yang langsung ditangani oleh pemerintah.

Berikut ini adalah daftar beberapa masalah kesehatan anak Indonesia: 1. Gizi Buruk

Pemahaman orang tua akan pentingnya pemenuhan gizi bagi anak masih belum maksimal terutama pada orang tua di daerah. Minimnya pendidikan serta tingginya kepercayaan masyarakat terhadap mitos membuat masalah gizi buruk ini menjadi agak susah untuk ditangani. Dan tentu saja, faktor kemiskinan memegang peranan penting pada masalah kesehatan anak Indonesia ini.

2. ASI

Apapun alasannya, ASI tetap yang terbaik bagi bayi dan anak. Namun sayangnya, tidak banyak orang tua yang sadar dan mengetahui bahwa ASI bisa membantu anak untuk memiliki sistem kekebalan tubuh yang prima sehingga banyak orang tua yang cenderung memilih untuk memberikan susu formula bila dibanding dengan memberikan ASI bagi anak mereka. Tenaga kesehatan, baik itu bidan, dokter, dll memegang peranan penting untuk bisa mensosialisasikan tentang pentingnya ASI bagi kesehatan anak Indonesa.

3. Imunisasi

Walaupun masih terjadi pro dan kontra di masyarakat tentang arti pentingnya imunisasi, namun yang perlu digaris bawahi adalah imunisasi merupakan salah satu upaya orang tua untuk mengantisipasi anak mereka supaya tidak terpapar beberapa jenis penyakit.

4. Kekurangan Zat Besi

Bisa dibilang hampir sebagian besar anak Indonesia kekurangan zat besi karena sebenarnya sejak usia 4 bulan bayi harus diberi tambahan zat besi. Namun tidak semua orang

(34)

tua menyadari dan mengetahui masalah ini. Kekurangan zat besi atau yang terkadang disebut dengan defisiensi zat besi akan berdampak bagi pertumbuhan anak di kemudian hari. Oleh karena itu, ini merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian orang tua.

5. Kekurangan Vitamin A

Mata adalah salah satu indera yang berperan penting bagi masa depan anak. Kekurangan vitamin A bisa menyebabkan berbagai masalah penyakit mata yang tentu saja bila tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan kebutaan. Oleh karena itu, sebaiknya sejak hamil ibu sudah harus mulai memperhatikan asupan vitamin A sesuai dengan kebutuhan.

6. Kekurangan Yodium

Ini merupakan masalah klasik bagi kesehatan anak Indonesia. Banyak ditemukan anak Indonesia yang kekurangan yodium sehingga menderita penyakit pembengkakan kelenjar gondok. Seorang ibu yang pada saat hamil menderita penyakit pembengkakan kelenjar gondok secara otomatis akan melahirkan bayi yang kekurangan yodium.

B. 20 Provinsi Masih Miliki Masalah Kesehatan Ibu Dan Anak

Sebanyak 20 provinsi masih memiliki masalah besar untuk kesehatan ibu dan anak sehingga Indonesia diperkirakan tidak dapat memenuhi target MDG untuk penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) jika tidak dilakukan intervensi. Provinsi-provinsi itu menjadi prioritas dalam pembinaan kesehatan ibu dan anak. Untuk daerah yang menyumbangkan jumlah kematian ibu dan bayi paling besar akan dilakukan intervensi melalui Program EMAS.

Program EMAS atau Expanding Maternal and Neonatal Survival bertujuan untuk menurunkan 25 persen jumlah kematian ibu dan anak melalui penguatan pada kualitas pelayanan kesehatan yang akan dijalankan di enam provinsi yang menyumbangkan jumlah kematian dan anak terbesar yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Sedangkan 20 provinsi yang memiliki masalah kesehatan ibu dan anak tinggi adalah Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Papua dan Papua Barat.

Kebijakan operasional dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi akan menggunakan pendekatan layanan berkelanjutan. Layanan berkelanjutan diberikan sejak bayi masih berada dalam kandungan hingga 1.000 hari pertama kehidupan bayi. Untuk melaksanakan program tersebut, Kementerian Kesehatan juga melakukan perbaikan fasilitas

(35)

kesehatan seperti meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 rumah sakit (PONEK) dan 300 puskesmas/balkesmas (PONED) dan fasilitas swasta. Selain itu, juga dilakukan penguatan sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit.

Sejak tahun 2011, Pemerintah juga menjalankan program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang membebaskan biaya bersalin bagi ibu hamil yang tidak memiliki asuransi kesehatan, dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka kematian ibu di Indonesia masih sebesar 228 per 100 ribu kelahiran hidup, masih cukup jauh dari target MDG sebesar 102 per 100 ribu kelahiran hidup. Penyebab utama kematian pada ibu adalah perdarahan dan eklampsia (50 persen kasus) dan 45 persen sisanya disebabkan oleh penyebab tidak langsung seperti infeksi, penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus dan epilepsi. C. Kematian Ibu dan Anak di Indonesia

Kematian ibu dan anak di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga. Diperkirakan tak kurang dari 9.500 ibu meninggal saat melahirkan serta 157.000 bayi dan 200.000 anak balita meninggal setiap tahun. Seyogianya, penurunan angka kematian dijadikan tolok ukur keberhasilan kinerja kepala daerah.

Pemerintah memang berupaya menurunkan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan angka kematian balita (AKBA) lewat berbagai program, tetapi penurunannya lambat. Tanpa perhatian khusus, diperkirakan penurunan AKI tidak bisa mencapai target Tujuan Pembangunan Milenium. Terkait AKB dan AKBa secara nasional menunjukkan penurunan signifikan. Namun, di wilayah Indonesia bagian timur, yakni Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, kematian anak justru meningkat.

Di Papua, terutama di daerah pedalaman, kematian ibu melahirkan, bayi, dan anak balita, menjadi ancaman serius. AKI di Papua 362 per 100.000 kelahiran hidup, di atas angka nasional 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Papua pun tertinggi di Indonesia, 41 per 1.000 kelahiran hidup, jauh lebih tinggi daripada angka nasional 34 per 1.000 kelahiran hidup.

Di Halmahera Utara, Maluku Utara, AKI dan AKB meningkat. Jika tahun 2009 tercatat 5 ibu melahirkan dan 6 bayi meninggal, tahun 2011 ada 10 ibu melahirkan dan 29 bayi meninggal. Yang menurun hanya kematian anak balita. Dari 30 anak balita di tahun 2009 menjadi 11 anak balita tahun 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Puskesmas merupakan suatu pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakatdan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya

Dalam melaksanakan langkah-langkah SBMR maka tenaga kesehatan dituntut untk fokus pada langkah yag dilakukan dalam memberikan pelayanan, melakukan tindakan

Tujuan pemberdayaan adalah membantu klien untuk melihat diri mereka sendiri sebagai causal agents dalam menemukan solusi masalahnya, pekerjaan sosial

Secara keseluruhan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang diberikan oleh bidan di Puskesmas Johan Pahlawan masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak

Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan

2 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Magelang Utara mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam melaksanakan pelayanan,

Ketimpangan Pelayanan Kesehatan dalam Kebijakan Akreditasi Akreditasi puskesmas dapat dikatakan sebagai upaya untuk melakukan refor- masi pengelolaan puskesmas, terutama mendorong