• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disagregasi Dampak Kebijakan Pembangunan Sektor Pupuk Terhadap Pendapatan Produksi

7.4. Dampak Kebijakan Pembangunan Sektor Pupuk

7.4.4. Disagregasi Dampak Kebijakan Pembangunan Sektor Pupuk Terhadap Pendapatan Produksi

Adanya keterkaitan yang kuat antar sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan suatu sektor dalam perekonomian. Seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dapat diamati melalui dampak pembangunan sektor terhadap perubahan output sektor-sektor produksi lainnya. Dalam analisa kali ini akan diamati bagaimana dampak pembangunan sektor pupuk terhadap kenaikan produksi dalam perekonomian Indonesia yakni produksi di sektor pupuk

itu sendiri, sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, infrastruktur, industri lain, dan jasa-jasa. Selengkapnya hasil simulasi kebijakan yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 45.

Tabel 45. Disagregasi Dampak Kebijakan Industri Pupuk, Infrastruktur dan Pendapatan Rumah tangga Tani Terhadap Hasil Produksi Sektor-Sektor Ekonomi

Kelompok Sektor Produksi Base (milyar rp)

Persentase Perubahan (%)

SIM-1 SIM-2 SIM-3 SIM-4 SIM-5 1. Pertanian 1 237 587 0.0529 0.5150 0.3689 0.1946 -0.3524 - Pertanian tanaman pangan 513 333 0.0609 0.6309 0.5247 0.6443 -0.4062 - Pertanian tanaman lainnya 206 317 0.1411 0.3616 0.4779 -0.0942 -0.9407 - Peternakan 261 666 0.0130 0.4671 0.1672 0.0523 -0.0867 -Kehutanan dan perburuan 56 924 0.0100 0.1686 0.1937 0.1639 -0.0669 -Perikanan 199 347 0.0053 0.5368 0.1696 0.0496 -0.0356 2. Industri Pupuk 168 045 1.3578 -3.6641 0.0218 1.3538 -9.0522 - Pupuk kimia 165 764 1.3539 -3.7120 0.0215 -1.6366 -9.0258 - Pupuk organik 2 281 1.6461 -0.1474 0.0439 218.6746 -10.9740 3.Infrastruktur 1 179 188 0.0027 0.0388 1.5625 0.0218 -0.0181 - Jalan dan Jembatan 138 567 0.0025 0.0523 7.8528 0.0143 -0.0169 - Irigasi 51 198 0.0012 0.2399 13.7194 0.0017 -0.0078 - Konstruksi lainnya 989 423 0.0028 0.0265 0.0525 0.0239 -0.0188 4.Industri lainnya,

pertambangan, listrik dan gas 4 736 670 0.0585 0.1680 0.1056 0.0322 -0.3901 5. Jasa, perdagangan, angkutan

dan pemerintahan 3 640 823 0.0045 0.1943 0.0561 0.0633 -0.0300 Total Produksi 10 962 313 0.0539 0.1481 0.2743 0.0808 -0.3590 Sumber : data diolah

Pendekatan yang digunakan untuk analisa dampak kebijakan terhadap produksi adalah pendekatan supply, yang artinya seberapa besar ketersediaan pupuk mampu menopang jalannya produksi di sektor lain yang terkait langsung, dan kemudian secara simultan sektor lain yang terkait langsung dengan sektor pupuk tersebut akan mempengaruhi jumlah produksi secara sektoral dalam perekonomian. Contoh sederhana dan faktual mengenai aliran dampak ini dapat digambarkan dengan melihat hasil simulasi kebijakan pada pupuk anorganik (SIM-1).

Pada Tabel 45 terlihat bahwa kebijakan untuk meningkatkan subsidi pupuk anorganik (SIM-1) terlebih dahulu akan menaikkan produksi pupuk anorganik itu sendiri yakni sebesar 1.3539 persen dari nilai base. Oleh karena pupuk anorganik digunakan langsung oleh sektor pertanian, misalkan tanaman pangan, dampaknya adalah produksi tanaman pangan semakin bertambah yakni sebanyak 0.0609 persen dari nilai base. Selanjutnya kenaikan produksi tanaman pangan tersebut akan meningkatkan ketersediaan output antara dalam perekonomian, dan bagi sektor-sektor lain yang terkait dengan sektor tanaman pangan seperti industri makanan, minuman dan tembakau dipastikan akan memperbesar permintaan input antaranya dari sektor tanaman pangan guna menaikkan produksi. Akhirnya secara keseluruhan hal ini akan meningkatkan produksi di sektor industri lainnya, pertambangan, listrik, air dan gas yang terlihat meningkat sebesar 0.0585 persen dari nilai base. Begitu seterusnya alur dampak kebijakan subsidi pupuk anorganik tersebut terjadi dalam perekonomian. Sehingga kalau ditotal dalam perekonomian, kebijakan ini akan menyebabkan pertambahan produksi secara menyeluruh sebesar 0.0539 persen dari nilai base.

Dibandingkan dengan kebijakan subsidi pupuk anorganik (SIM-1), kebijakan yang mulai berpihak pada pembangunan industri pupuk organik ternyata lebih besar dampaknya terhadap peningkatan produksi secara sektoral dalam perekonomian. Seperti yang dipaparkan dalam Tabel 45, kebijakan tersebut mampu mendorong jumlah ketersediaan pupuk organik hingga 218.67 persen dari nilai base, sehingga menyebabkan pertumbuhan produksi di sektor pertanian meningkat sebesar 0.1946 persen, terutama produksi pada sektor tanaman pangan yang bertambah sebanyak 0.6443 persen. Sesuai dengan alur dampak sebelumnya,

kebijakan ini juga mampu menaikkan produksi di sektor industri lain, pertambangan, listrik, air dan gas yang lebih tinggi dibandingkan kebijakan pupuk anorganik (SIM-1) yakni sebesar 0.0322 persen dari nilai base.

Kebijakan pengalihan subsidi pupuk ke pembangunan sektor infrastruktur (SIM-3) mempunyai dampak yang paling tinggi terhadap produksi jika diamati dari sisi supply, karena mampu menaikkan produksi sektor pertanian sebesar 0.3689 persen, industri pupuk sebesar 0.0218 persen, infrastruktur itu sendiri sebesar 1.5625 persen, industri lainnya, pertambangan, listrik, air dan gas sebesar 0.1056 persen, serta sektor jasa-jasa sebesar 0.056 persen dari nilai base. Apabila dibandingkan dengan sektor pupuk (anorganik dan organik), output dari sektor infrastruktur ini memang lebih banyak permintaannya. Semua sektor produksi menggunakan infrastruktur sebagai input antaranya. Infrastruktur merupakan

enabler jalannya proses produksi dari semua sektor ekonomi. Biasa disebut juga

infrastruktur tersebut merupakan roda penggerak ekonomi yang mampu menjalankan perekonomian dengan lebih baik. Tanpa adanya infrastruktur aktivitas produksi di sektor-sektor lain tidak akan berjalan baik. Misalkan jalan dan irigasi menjadi salah satu faktor input antara yang utama juga untuk meningkatkan output produksi. Bukan hanya pada proses produksinya saja, termasuk untuk pasca produksi, setiap sektor ekonomi membutuhkan infrastruktur. Karena seluruh faktor inilah mengapa kebijakan pembangunan infrastruktur menjadi lebih besar dampaknya dibandingkan kebijakan pembangunan sektor pupuk.

Fakta menunjukkan bahwa adanya pencabutan subsidi pupuk (SIM-5) dapat menyebabkan penurunan produksi di seluruh sektor ekonomi. Mulai dari

sektor pertanian, industri, pertambangan, listrik, gas, jasa perdagangan, dan sebagainya, semua terlihat menurun jumlah produksinya. Pertama yang terlihat menurun paling besar adalah ketersediaan pupuk itu sendiri dalam perekonomian yakni sebesari 9.05 persen dari nilai base. Kemudian output dari sektor industri lain, pertambangan, listrik, gas dan air sebesar 0.3901 persen, selanjutnya output pertanian sebesar 0.3524 persen, dan terakhir sektor-sektor jasa sebesar 0.0300 persen. Dengan demikian terbukti kembali bahwa kebijakan pencabutan subsidi sangat kontradiktif bagi pengembangan perekonomian Indonesia.

Dalam melakukan simulasi kebijakan pengalihan subsidi pupuk ke rumah tangga (SIM-2), pendekatan yang lebih relevan digunakan adalah demand side, dalam hal ini disimulasikan apakah kenaikan pendapatan rumah tangga karena mendapatkan stimulus dari pengalihan subsidi pupuk akan menyebabkan permintaan untuk berproduksi atau konsumsi yang meningkat. Hasil simulasi yang disajikan pada Tabel 45 menunjukkan bahwa efek konsumsi masih terlihat lebih besar terutama untuk permintaan konsumsi terhadap komoditi di sektor pertanian yakni sebesar 0.5150 persen dari nilai base. Berikutnya yang meningkat juga adalah komoditi di sektor industri dan jasa masing-masing sebesar 0.0585 persen dan 0.0045. Sedangkan penurunan produksi di sektor industri pupuk lebih banyak disebabkan karena adanya pengalihan subsidi pupuk tersebut, bukan karena penurunan efek konsumsi dari rumah tangga tani.

Dokumen terkait