3.5.2. Unsur-Unsur Beton
a. Air (14 %- 21 %)
1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1999, yaitu :
Air : - barang cair sebagai yg biasa kita minum, untuk mandi,
- barang cair yg terdapat di buah-buahan dsb, - barang cair yg rupanya sebagai air.
2. Syarat-syarat air
1
Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, air yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik atau bahan lain yang bersifat merusak beton dan tulangan.
Perbandingan maksimum antara air dan semen adalah 50 liter per 100 kg atau 20 liter per zak semen. Jumlah air dapat dikurangi sesuai keperluan dengan melihat keadaan cuaca atau
Unsur Beton Agregat Kasar dan Agregat Halus Semen (7% - 15%) Udara (1% - 8%) Air (14% -21%)
Gambar 3.11. Diagram Unsur Beton Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bangunan
kelembaban dari bahan pasir dan split untuk mempertahankan hasil yang homogen dan kekentalan yang dikehendaki.
b. Agregat
1. Pengertian
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2, yaitu : Agregat : butiran-butiran mineral yang dicampurkan dengan
semen portland dan air menghasilkan beton.
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton.
(sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001)
Jadi, agregat merupakan bahan pengisi pada beton, berupa butiran-butiran mineral yang nantinya dicampurkan dengan semen portland dan air.
2. Pembagian Agregat
2
Berdasarkan ukurannya agregat terbagi atas agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir atau partikel-partikel yang lewat saringan # 4 mm atau 5 mm, sedangkan agregat kasar tidak melalui saringan tersebut. Nilai kuat beton yang dicapai sangat ditentukan oleh mutu bahan agregat ini.
Agregat Halus (pasir)
Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, pasir yang digunakan untuk bahan bangunan dipilih yang memenuhi persyaratan berikut:
1. Butiran pasir halus berukuran antara 0,15 – 5 mm
2
Istimawan Dipohusodo. Struktur Beton Bertulang, Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Dept.P.U. 1999.Gramedia: Jakarta
2. Harus keras berbentuk tajam , tidak mudah hancur oleh pengaruh cuaca
3. Tidak boleh mengandung lumpur . 5 % ( persentase berat dalam keadaan kering ). Bila mengandung lumpur . 5 % maka harus dicuci
4. Tidak mengandung bahan organik, garam, minyak dan sebagainya
5. Harus bergradasi dengan baik, yaitu terdiri dari beberapa macam ukuran besar butir sisa diatas saringan dengan lubang 1 mm minimum 95 % x berat.
Penyimpanan pasir di lapangan hendaknya harus memenuhi persyaratan penyimpanan yaitu ditimbun di atas bak berlantai agar
tanah tidak terbawa waktu pengambilan pasir.
Agregat Kasar
Syarat – syarat batu pecah untuk adukan semen antara lain :
1. Harus keras 2. Tidak dipilih
3. Tidak lapuk oleh pengaruh cuaca, harus bersih dari bahan organik dan zat lain yang dapat merugikan kualitas beton.
4. Harus bergradasi baik.
3. Fungsi Agregat Dalam Beton
Didalam beton, agregat, (agregat halus dan agregat kasar) mengisi sebagian volume beton, yaitu 50% - 80%, sehingga sifat-sifat dan mutu agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat dan mutu beton.
Penggunaan agregat dalam beton, yakni :
d. mengurangi susut pengerasan beton,
e. mencapai susunan yang padat pada beton. Dengan gradasi agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang padat,
f. mengontrol workability atau sifat dapat dikerjakan aduk beton.
c. Semen (7 % - 15 %)
1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia 1999 :
Semen : 1 adukan kapur dsb untuk merekatkan batu bata (membuat tembik dsb); 2 sb serbuk (tepung) dari kapur dsb yang dipakai untuk membuat beton, merekatkan batu bata dsb; 3 sb zat kapur yang melekat pada akar gigi.
Semen Portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan.
(sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001)
Jadi, semen merupakan bubuk halus yang menjadi bahan adukan beton yang berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan pembentuk beton tersebut.
2. Bahan Baku Semen
3
Jika bahan Semen Portland itu diuraikan susunan senyawanya secara kimia, akan terlihat jumlah oksida yang membentuk bahan semen itu. Semen dibuat dari bahan-bahan /
3
unsur-unsur yang mengandung oksida-oksida. Unsur-unsur itu kurang lebih seperti yang tercantum pada table berikut :
Jenis bahan Persentase ( % )
Batu kapur ( Cao) 60-65
Pasir Silikat (SiO2) 17-25
Tanah Liat ( Al2O3) 3-8
Biji Besi (Fe2O3) 0.5-6
Magnesia (MgO) 0.5-4
Sulfur (SO3) 1-2
Soda (Na2O +K2O) 0.5-1
3. Jenis Penggunaannya
Ditinjau dari penggunaannya, menurut ASTM semen portland dapat dibedakan menjadi :
a. Jenis I : Semen portland jenis umum, yaitu jenis semen Portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.
b. Jenis II : Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Jenis ini digunakan untuk bangunan tebal-tebal
seperti pilar dengan ukuran besar, tumpuan dan dinding tahan tanah tebal, dan sebagainya.
c. Jenis III : Semen portland dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera dilepas.
d. Jenis IV : Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidrasi serendah-rendahnya. Kekuatannya tumbuh lambat. Jenis ini digunakan untuk banguan beton massa seperti bendungan-bendungan gravitasi besar.
e. Jenis V : Semen portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-bangunan yang kena sulfat, seperti di tanah, atau air yang tingi kadar alkalinya.
d.Udara (1%-8%)
3.5.3. Sifat-Sifat Umum Beton
4
Pada umumnya beton terdiri dari kurang lebih 15% semen, 8% air, 3% udara, selebihnya pasir dan kerikil. Beton harus memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan pemakaian beton tersebut serta kebutuhan, sehingga konstruksi lebih ekonomis.
Sifat umum yang ada pada beton adalah sebagai berikut :
b. Kemampuan dikerjakan / workability
4
Bahwa bahan-bahan beton setelah diaduk bersama, mengahasilkan adukan yang bersifat sedemikian rupa sehingga adukan mudah diangkut, dituang/ dicetak, dan dipadatkan menurut tujuan pekerjaannya tanpa terjadi perubahan yang menimbulkan kesukaran atau penurunan mutu.
Unsur-unsur yang mempengaruhi, yakni :
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran aduk beton,
Penambahan semen ke dalam adukan beton,
Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halus,
Pemakaian butir-butir agregat yang bulat akan mempermudah cara pengerjaan beton.
Cara memadatkan beton dan/ atau jenis alat yang digunakan c. Sifat tahan lama/ durability
Merupakan sifat dimana beton tahan terhadap pengaruh luar selama dalam pemakaian.
d. Sifat kedap air e. Kekuatan beton
Sifat utama yang umumnya harus dimiliki oleh beton. Secara umum kekuatan beton dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : faktor air , semen dan kepadatan.
3.5.4. Keuntungan dan Kelebihan Beton
Beton tersedia dalam bentuk semi cair selama proses pembangunan sehingga memiliki keuntungan antara lain:
a. Hal ini berarti bahwa bahan-bahan lain dapat digunakan kedalamnya dengan mudah untuk menambah sifat yang dimilikinya.
c. Proses percetakan memberikan sambungan antar elemen yang sangat efektif dan menghasilkan struktur yang menerus yang menaikkan efisiensi struktur.
Beton bertulang selain memiliki kekuatan tarik juga memiliki kekuatan tekan dan karena itu cocok untuk semua jenis elemen struktur termasuk elemen struktur yang memilkul beban jenis lentur.
Kelebihan beton antara lain:
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. b. Ekonomi, merupakan pertimbangan yang sangat penting, meliputi:
material, kemudahan dalam pelaksanaan, waktu untuk konstruksi, pemeliharaan struktur, daktilitas, dan sebagainya.
c. Keserasian beton untuk memenuhi kepentingan struktur dan arsitektur. Beton di cor ketika masih cair dan menahan beban ketika telah mengeras. Hal ini sangat bemanfaat, karena dapat mengubah berbagai bentuk.
d. Mampu memikul beban yang berat.
e. Tahan terhadap temperatur yang tinggi (tahan terhadap api yang tinggi).
f. Biaya pemeliharaan yang kecil. g. Mempunyai kekakuan yang tinggi. h. Bahan bakunya mudah didapat.
Kekurangan beton antara lain:
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
b. Kekuatan tarik rendah (sekitar 70 % dari kekuatan tekan), sehingga mudah retak. Meskipun mungkin tidak terlihat tetapi memungkinkan udara lembab masuk melalui retak itu, dan membuat baja tulangan karat.
c. Memerlukan biaya untuk bekisting, perancah (untuk beton cor ditempat) yang tidak sedikit jumlahnya.
d. Kekuatan per satuan berat atau satuan volume yang relatif rendah. Kekuatan beton berkisar antara 5 sampai 10 % kekuatan baja meskipun berat jenisnya kira-kira 30 % dari berat baja. Oleh karena itu, struktur beton membutuhkan berat yang lebih banyak. Alasan inilah yang menjadi dasar mengapa jembatan bentang panjang dibuat dengan sruktur baja.
e. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi f. Daya pantul suara yang besar.
g. Sifat yang tergantung waktu rangkak dan susut.
3.5.5. Klasifikasi Beton
Beton dapat diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam kriteria, seperti berdasarkan berat satuan, kekuatannya, pemakaian, dan sebagainya. Klasifikasi yang umum digunakan adalah berdasarkan berat satuannya dan kekuatannya.
3.5.5.1.Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuannya
Beton Normal Beton Ringan Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuannya
Mempunyai berat satuan 2200
kg/m3sampai 2500 kg/m3 dan
dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa
dipecah
Mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan
tidak lebih dari 1900 kg/m3
Gambar 3.12. Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuan Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bahan 2
3.5.5.2.Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya
3.5.5.3.Klasifikasi Mutu Beton
Kelas Mutu σ bk Kg/Cm2 σ bm dg.s=46 (Kg/cm2) Tujuan Pengawasan terhadap Mutu agregat Kekuatan tekan I B0 - -
Non-strukturil Ringan Tanpa
II B1 K 125 K 175 K 225 -125 175 225 -200 250 300 Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil Sedang Ketat Ketat Ketat Tanpa Kontinu Kontinu Kontinu III K > 225 > 225
> 300 Strukturil Ketat Kontinu
Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya Beton Mutu Normal (Normal Strength Concrete) Beton Mutu Tinggi Beton Mutu Sangat Tinggi Memiliki kekuatan Memiliki kekuatan Memiliki kekuatan
Gambar 3.13. Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bahan 2
3.5.5.4. Peraturan dan Standar Perencanaan Struktur Beton Bertulang di Indonesia
Di Indonesia, peraturan atau pedoman standar mengenai perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang diatur dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI). Perkembangannya dimulai pada Peraturan Beton Indonesia 1955 (PBI 1955), kemudian PBI 1971, dan yang terakhir yakni Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor : SK SNI T-15-1991-03.
Sebagai dasar pelaksanaan pada proyek Pembangunan Gedung Global digunakan peraturan sebagai berikut :
- Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung ( SK SNI T-15-1991-03 ),
- Pedoman Beton 1989,
- Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983,
- Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983,
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia(PUBI – 1989) – NI – 3,
- Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 ( NI – 8 ), - Mutu dan Cara Uji Sement Portland ( SII 0013 – 81 ), - Mutu dan Cara Uji Agregat Beton ( SII – 052 – 80 ), - Baja Tulangan Beton ( SII 0136 – 84 ),
- Peraturan Bangunan Nasional 1978,
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat,
- Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung ( SKBI – 2.3.53.1987 UDC : 699.81.624.04 ).
3.6. Baja Tulangan 1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1999, yaitu :
Bertulang : ada tulanganya; memakai (mempunyai) tulang; beton - , beton yg memakai rangka besi.
Baja tulangan adalah jenis baja yang dipakai untuk tulangan beton yang harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pasal 3.7.
(sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2)
Jadi, (baja) tulangan merupakan rangka besi yang dipakai pada beton bertulang.
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja secara baik didalam sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang fungsinya untuk menahan gaya tarik yang ada didalam sistem. Untuk keperluan penulangan tersebut digunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis menguntungkan.
2. Jenis - Jenis Baja Tulangan
5
Baja tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos dan batang yang diprofil. Yang dimaksud dengan batang polos adalah batang prismatis berpenampang bulat, persegi, lonjong dan lain-lain
dengan permukaan licin. Yang dimaksud dengan batang yang diprofil adalah batang prismatis atau dipuntir, yang permukaannya diberi rusuk-rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 kali diameter pengenalnya.
Jenis-jenis baja tulangan, yakni : baja polos, baja isteg, baja ulir, baja ransome, baja silang bertordir. Beberapa diameter yang dipakai pada baja tulangan, yakni : Ø 6mm, Ø 8mm, Ø 10mm, Ø 12mm, Ø 13mm, Ø 14mm,
5
Departemen PU dan Tenaga Listrik, DirJen Ciptakarya. Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 1971, N.I. – 2 . Bandung.
Ø 16mm, Ø 19mm, Ø 22mm, Ø 25mm, Ø 28mm, dan Ø 32mm. Panjang baja tulangan ± 12 meter.
3.7.Beton Mixed 3.7.1. Pengertian
6
Beton mixed merupakan beton yang komponen-komponen penyusunnya telah siap untuk dicampur/ diaduk pada alat pengaduk. Komponen-komponen penyusunnya (semen, agregat, dan pasir) ditakar dengan komposisi tertentu, sehingga pengawasan terhadap mutu beton menjadi sangat ketat
3.7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Beton Ready Mixed
7
Penggunaan beton ready mixed mempunyai kekurangan dan kelebihan tersendiri yang perlu diketahui dan diatasi. Beberapa alasan dalam pemilihan beton ready mixed, yakni :
Perbandingan biaya antara beton dicampur dilapangan ( site-mixing ) dengan beton ready mixed.
Minimnya tempat di lokasi untuk meletakkan alat pencampur di lapangan dan tempat untuk menimbun agregat serta material lainnya.
Pengecoran dalam jumlah yang besar juga membutuhkan fasilitas produksi yang besar pula.
3.7.2.1. Instalasi Beton Ready Mixed
8
Ada 2 jenis utama dari instalasi beton Ready Mixed, yaitu :
1. Instalasi Penakar Kering
Pada jenis instalasi ini bahan yang ditakar dimasukkan ke dalam truk pencampur untuk dicampur dan diangkat ke lapangan. Air ditambahkan ke dalam truk pencampur sewaktu masih di instalasi, tetapi beberapa supplier beton menambah air ketika truk telah tiba dilapangan.
2. Instalasi Penakar Basah
Pada jenis ini semua bahan ditakar dan dimasukkan langsung kedalam alat pencampur (terdiri atas suatu pan mixer dengan tenaga penggerak atau alat campur dengan pengaduk menerus). Beton dicampur rata sebelum dimasukkan ke dalam kendaraan lain untuk diangkut ke lapangan.
Instalasi ready mix memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap kualitas beton, salah satu alasannya adalah karena petugas penakaran dapat memeriksa beton sebelum dicurahkan ke dalam truk pencampur.
Truk pencampur merupakan alat campur yang dapat membongkar isinya hingga jatuh bebas dan dipasang diatas chasis suatu truk. Dimensi truck yakni : panjang 8m, lebar 2,5m dan tinggi 3,5m dengan berat sekitar 24 Ton. Truck dengan tiga sumbu roda yang mampu membawa muatan sebesar 5-6 m3 beton, merupakan truck yang paling sering dipakai.
8
3.7.2.2.Syarat-Syarat untuk Beton Ready Mixed
9
Adapun syarat-syarat beton ready mixed pada pelaksanaan proyek pembangunan gedung, yakni :
1. Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang dibuat dilapangan berlaku juga untuk Beton Ready Mix, baik mengenai persyaratan semen, agregat, air, maupun admixture, testing beton, slump dan sebagainya,
2. Diisyaratkan agar pemesanan Beton Ready Mix dilakukan pada supplier Beton Ready Mix yang sudah terkenal stabilitas mutunya., kontinuitas penyediaannya dan mempunyai/ mengambil material-material dari tempat tertentu yang tetap dan bermutu baik,
3. Direksi/ Konsultan Pengawas akan menolak setiap Beton ready Mix yang sudah mengeras dan menggumpal untuk tidak digunakan dalam pengecoran. Usaha-usaha yang menghaluskan/ menghancurkan Beton Ready Mix yang sudah mengeras atau menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan,
4. Rekanan harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier Beton Ready Mix jaminan tentang mutu beton, stabilitas mutu, dan kontinuitas pengedaan dan jumlah/ volume beton yang digunakan,
5. Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang diisyaratkan, walaupun disuplai oleh Perusahaan Beton Ready Mix, tetap merupakan tanggung-jawab sepenuhnya dari Rekanan,
6. Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 (tiga) jam, yaitu terhitung sejak dituangkannya air ke campuran beton kedalam truk ready mix di plant/ pabrik sampai selesainya beton ready mix tersebut dituangkan dicor, tidak dapat digunakan atau dengan perkataan lain akan ditolak. Segala akibat biaya yang ditimbulkan menjadi beban dan resiko Rekanan.
3.7.3. Tahapan Dalam Pencampuran dan Uji Beton Mixed
10
Adapun tahapan-tahapan dalam pembuatan/ Pencampuran beton uji, yakni :
a. Menyiapkan bahan-bahan pembentuk beton (semen, agregat, air) untuk dilakukan pencampuran. Perbandingan campuran semen diukur dengan menggunakan alat timbangan
b. Pelaksanaan pencampuran, mencampur bahan-bahan dasar dengan menggunakan alat pengaduk (molen),
c. Melakukan pengujian dengan “Slump”.
Uji Slump
Tes Beton sebelum dilakukannya pengecoran baik untuk plat lantai, kolom, balok dan plat tangga
1. Mobil molen masuk ke dalam site projek
2. Mengambil sample beton secukupnya dan dimasukkan kedalam gerobak atau angkung
3. Mengecek kekentalan beton dan mencari nilai slam pada beton yang telah dipesan dengan menggunakan kerucut abram, dan pengecekan angka slam yang telah ditentukan oleh konsultan perencana dan kesepakatan antara owner, pihak-pihak terkait lainnya. Projek Asrama haji ini memiliki spek slam 12 ± 2 berarti angka slam berkisar antara 10 s/d 14, apabila tes beton tidak memenuhi spek yang telah diminta yaitu 12 ± 2 atau melebihi angka maka mobil dipulangkan dan diganti dengan mobil berikutnya, sebaliknya apabila pengetesan beton OK maka mobil siap untuk melakukan pengecoran pada bangunan blok 1 dan blok 2 (kode area projek) berapa
yang akan dilakukan pengecoran.
4. Sedikit Sample beton yang tadi sudah diambil dimasukkan ke dalam kerucut abram ( point 3), sisa sample yang berlebihan dimasukkan kedalam slynder beton sebagai benda uji untuk pengetesan di labor
10
(Cleasing Test). Jumlah benda uji tergantung hitungan mobil yang masuk pada hari itu, mulai dari star pengecoran dihitung mobil pertama dst.
5. Pengetesan beton di labor sesuai umru beton yang telah ditentukan yaitu 7, 14, 28 hari. Proyek Asrama Haji mengambil umur beton untuk diambil pengetesan dilabor umur beton sudah mencapai 28 hari( 100 % beton siap
di tes).
6. Pengetesan dilakukan dengan mengetes kekuatan tekan pada beton, yaitu dengan mengoreksi angka yang telah ditentukan, ternyata pengetesan OK maka mutu beton bagus, sebaliknya jika tidak OK maka dilakukan pembobokan beton pada area yang sudah ditentukan.
7. Sebelum dilakukannya pembobokan pada beton, langkah yang harus dilakukan adalah beton diguring langsung di projek dengan membor area yang bermasalah dengan berbentuk slynder dan langsung dilakukan tes tekan, ternyata hasil pengetesan OK maka beton tidak ada masalah dan dilakukan pengisian beton baru pada daerah yang dilakukan pengguringan, tetapi sebaliknya jika ternyata hasilnya tidak OK langkah selanjutnya dilakukan dengan menggunakan hammer test pada area yang sama, yaitu dilakukan penembakan pada beton dengan menggunakan alat hammer bantuan compresor.
8. Setelah dilakukan pengetesan dengan hammer test maka yang harus dikoreksi adalah hasil angka pengetesan yang telah ditentukan oleh projek, Apabila pengetesan OK maka nbeton tidak ada maslah, sebaliknya jika tidak OK langkah terakhir adalah pembobokan beton.
Hal ini bertujuan untuk mengukur tinggi penurunan aduk beton setelah dilepas dari alat “slump” yang digunakan. Tinggi slump menunjukkan derajat mampu dikerjakan dari aduk yang diukur. Slump yang tinggi menunjukkan, bahwa aduk beton terlalu cair, dan sebaliknya. Campuran beton dengan nilai
seperti pada plat lantai, sedangkan nilai slump yang sedang atau tinggi dapat digunakan untuk pekerjaan dengan penampang yang sempit dan tulangan yang rapat seperti pada balok dan kolom
d. Pembuatan dan persiapan benda uji.
e. Perawatan benda uji di dalam Laboratorium.
Setelah satu hari, cetakan dibuka dan benda uji direndam selama 6 hari di dalam bak.
f. Pengujian mutu beton.
Hal ini ditujukan untuk mengetahui mutu kuat suatu beton, sehingga sesuai dengan mutu beton yang diharapkan.
3.7 Pabrikasi Tulangan
11
Pabrikasi tulangan adalah proses pembentukan besi menjadi tulangan yang akan memperkuat beton. Besi yang dipakai dapat berbeda-beda jenis dan ukurannya sesuai dengan besarnya beban yang akan diterima oleh beton. Perlakuan terhadap besi baik berupa pembengkokan, pemotongan dan penyambungan harus benar-benar diperhatikan. Kesalahan dalam perlakuan ini
akan menyebabkan kurangnya kekuatan struktur beton.
3.7.1 Pembengkokan Tulangan
Dalam pembengkokan tulangan harus diperhatikan beberapa hal sesuai dengan ketetapan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, N.I.-2. 1971, yaitu sebagai berikut :
1.Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara yang merusak tulangan itu.
11
Departemen PU dan Tenaga Listrik, DirJen Ciptakarya. Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 1971, N.I. – 2 . Bandung.
2.Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.
3.Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh dibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak ( polos atau diprofilkan ) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850 °C.
6.Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pemanasan di atas 100 °C yang bukan pada waktu di las, maka dalam perhitungan- perhitungan sebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut
yang tidak mengalami pengerjaan dingin.
7.Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali apabila