BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
1.1. LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
Mata kuliah Kerja Praktek merupakan mata kuliah yang wajib diikuti oleh Mata kuliah Kerja Praktek merupakan mata kuliah yang wajib diikuti oleh mahasiswa sarjana strata-1 (S1) dalam memenuhi beban kuliah di Program Studi mahasiswa sarjana strata-1 (S1) dalam memenuhi beban kuliah di Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Sriwijaya. Mata kuliah ini di latar belakangi agar Teknik Arsitektur, Universitas Sriwijaya. Mata kuliah ini di latar belakangi agar mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu dari teori tetapi juga mendapatkan ilmu mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu dari teori tetapi juga mendapatkan ilmu dari praktek yang dilakukan dilapangan. Kemampuan dan pengetahuan dari praktek yang dilakukan dilapangan. Kemampuan dan pengetahuan mahasiswa untuk memahami dan mempelajari kenyataan pengerjaan lapangan mahasiswa untuk memahami dan mempelajari kenyataan pengerjaan lapangan yang dibutuhkan oleh mahasiswa.
yang dibutuhkan oleh mahasiswa.
Kerja Praktek yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Kerja Praktek yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini merupakan salah satu studi nyata pembelajaran untuk menghasilkan respon baru merupakan salah satu studi nyata pembelajaran untuk menghasilkan respon baru yang bernilai positif bagi mahasiswa tentang struktur bangunan proyek lebih yang bernilai positif bagi mahasiswa tentang struktur bangunan proyek lebih terarah dan selanjutnya mahasiswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan terarah dan selanjutnya mahasiswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan suatu proyek pembangu
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan suatu proyek pembangunan. Selain itunan. Selain itu diharapkan pada pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area diharapkan pada pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini dapat menambah Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini dapat menambah pengetahuan
pengetahuan mahasiswa mahasiswa mengenai mengenai tahap tahap perencanaan, perencanaan, penjadwalan, penjadwalan, sertaserta ketetapan dalam suatu proyek yang kemudian dibandingkan dengan teori yang ketetapan dalam suatu proyek yang kemudian dibandingkan dengan teori yang telah di dapat di bangku kuliah.
telah di dapat di bangku kuliah.
Struktur Konstruksi merupakan aspek yang sangat penting dalam pendirian Struktur Konstruksi merupakan aspek yang sangat penting dalam pendirian sebuah bangunan. Seorang arsitek haruslah paham betul struktur apa yang akan sebuah bangunan. Seorang arsitek haruslah paham betul struktur apa yang akan digunakan dan bagaimana pelaksanaan struktur dari bangunan yang didesain. digunakan dan bagaimana pelaksanaan struktur dari bangunan yang didesain. Untuk memahami sistem struktur suatu bangunan dan bagaimana cara Untuk memahami sistem struktur suatu bangunan dan bagaimana cara
dan mengawasi langsung proses pekerjaan konstruksi sebuah bangunan serta dan mengawasi langsung proses pekerjaan konstruksi sebuah bangunan serta membandingkannya dengan teori yang di dapat di bangku kuliah.
membandingkannya dengan teori yang di dapat di bangku kuliah.
Dari latar belakang diatas maka pada kegiatan kerja praktek ini mengamati, Dari latar belakang diatas maka pada kegiatan kerja praktek ini mengamati, menganalisa, dan meninjau pelaksanaan proyek yang dilakukan oleh konsultan menganalisa, dan meninjau pelaksanaan proyek yang dilakukan oleh konsultan pelaksana
pelaksana PT. PT. Rayasurverindo Rayasurverindo Tirtasarana. Tirtasarana. Bagian Bagian yang yang diambil diambil dalam dalam ProyekProyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bag
Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini adalah dengan judul “ian Tengah ini adalah dengan judul “TinjauanTinjauan P
Peelaksanalaksanaaan Pn Peerreencancanaanaan Pn Peekkeerrjjaaaan Sn Strutruktur ktur KKoloolomm, B, B aalok, lok, ddan Plat Lan Plat Lantantaaii P
Prrooyeyek Pk Peemmbbangunan Gangunan Geeddung ung KK antantoor r PPTT. P. Peerrtatammiina na GGAAS AS Arreea a SumaSumateterraa B
Baaggiiaan Sn Seelatlataan dan dan Sn Sumumatateerra Ba Baaggiiaan Tn Teengngaahh””
1.2.
1.2. IDENTIFIKASIDENTIFIKASI I MASALAHMASALAH
Identifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut : Identifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut : 1.
1. Mengetahui tahapan pengerjaan kolom, plat lantai, dan balokMengetahui tahapan pengerjaan kolom, plat lantai, dan balok 2.
2. Menganalisa perbedaan yang ada antara teori dengan penerapannya diMenganalisa perbedaan yang ada antara teori dengan penerapannya di lapangan
lapangan
1.3.
1.3. TUJUANTUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan kerja praktek ini adalah : Adapun tujuan dari kegiatan kerja praktek ini adalah :
Mengetahui dan menganalisis proses kegiatan dalam pelaksanaan pengerjaan Mengetahui dan menganalisis proses kegiatan dalam pelaksanaan pengerjaan struktur kolom, balok, dan plat lantai pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor struktur kolom, balok, dan plat lantai pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah berdasarkan
berdasarkan pengerjaan pengerjaan di di lapangan. Sehingga lapangan. Sehingga dapat dapat mengetahui mengetahui cara cara pengerjaanpengerjaan dari struktur kolom, balok, dan plat lantai itu sendiri.
1.4
1.4
METODOLOGI PENULISAN
METODOLOGI PENULISAN
Pada dasarnya metodologi adalah pengetahuan tentang cara untuk melakukan Pada dasarnya metodologi adalah pengetahuan tentang cara untuk melakukan sesuatu. Jadi metodologi dalam penyusunan laporan berarti suatu cara untuk sesuatu. Jadi metodologi dalam penyusunan laporan berarti suatu cara untuk menyusun laporan. Dalam Penulisan laporan ini digunakan metode pengamatan menyusun laporan. Dalam Penulisan laporan ini digunakan metode pengamatan langsung dan studi literatur yang disesuaikan dengan data yang didapat selama langsung dan studi literatur yang disesuaikan dengan data yang didapat selama kerja praktek. Adapun metodoogi yang digunakan pada penyusunan laporan, kerja praktek. Adapun metodoogi yang digunakan pada penyusunan laporan, antara lain :
antara lain :
a.
a. Metode Pengumpulan DataMetode Pengumpulan Data
-- Data Data Primer Primer : Wawancara : Wawancara dengan pihak dengan pihak project manager project manager dandan tenaga kerja yang ada dalam suatu proyek (mandor) serta dengan tenaga kerja yang ada dalam suatu proyek (mandor) serta dengan dosen pembimbing kerja praktek.
dosen pembimbing kerja praktek.
-- Data Sekunder : Pengumpulan gambarData Sekunder : Pengumpulan gambar – – gambar (foto) keadaan gambar (foto) keadaan atau situasi suatu proyek dan mempelajari gambar
atau situasi suatu proyek dan mempelajari gambar – – gambar gambar proyek yang ada.
proyek yang ada.
b.
b. Metode Studi LiteraturMetode Studi Literatur
Metode ini adalah suatu cara dengan mempelajari literatur atau Metode ini adalah suatu cara dengan mempelajari literatur atau buku
buku – – buku referensi guna membandingkan antara teori dengan buku referensi guna membandingkan antara teori dengan permasalahan
permasalahan yang yang ada ada serta serta beberapa beberapa jurnal jurnal internet internet yang yang dapatdapat membantu dalam pembahasan topik.
membantu dalam pembahasan topik.
c.
c. Metode Studi Observasi LapanganMetode Studi Observasi Lapangan
Studi Observasi Lapangan merupakan proses pengamatan terhadap Studi Observasi Lapangan merupakan proses pengamatan terhadap proses
proses pelaksanaan pelaksanaan struktur struktur Proyek Proyek Pembangunan Pembangunan Gedung Gedung KantorKantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah sehingga dapat merasakan langsung dan Bagian Tengah sehingga dapat merasakan langsung dan mendapatkan perbedaan antara teori dan di lapangan.
d. Metode Konsultasi
Metode Konsultasi dilakukan dengan cara diskusi atau tanya jawab dengan pihak pengawas lapangan (site engineering) selaku pembimbing Kerja Praktek di lapangan, pimpinan proyek, tukang,
logistic, serta dengan dosen pembimbing Kerja Praktek.
Diskusi tanya jawab dengan pihak Konsultan Arsitektur terhadap proses perencanaan beberapa proyek yang direncanakan dan dirancang.
1.5
SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar sistematika penulisan dalam penyusunan laporan ini dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Menguraikan secara umum latar belakang dengan spesifikasi topik pembahasan yang diambil, permasalahan yang akan dibahas, tujuan dari pembahasan topik yang diambil, ruang lingkup pembahasan, metodologi pembahasan yang digunakan dan sistematika penulisan laporan.
BAB II. GAMBARAN UMUM PROYEK
Berisi tentang gambaran umum Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah yang meliputi lokasi, kondisi fisik, serta profil proyek dan berisi tentang latar belakang proyek.
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
Memberikan uraian tentang definisi dan fungsi dari pekerjaan Struktur yang diambil yaitu meliputi pengerjaan kolom, balok, dan plat lantai, berdasarkan data yang diperoleh dari literatur yang berkenaan dengan topik yang akan dibahas.
BAB IV. PEMBAHASAN (PELAKSANAAN PEKERJAAN)
Berisi pembahasan tentang tinjauan pelaksanaan pengerjaan struktur kolom, balok, dan plat lantai dengan membandingkan keadaan yang sebenarnya di lapangan dan apa saja kendala – kendala yang diperoleh pada saat pelaksanaan proyek tersebut.
BAB V. PENUTUP
Berisikan kesimpulan dari pembahasan pekerjaan dan perbandingan antara teori – teori yang diperoleh pada literatur dengan praktek dilapangan.
1.6 Kerangka Berfikir
Permasalahan
Adanya perbedaan antara teori dan pkatek dalam pelaksanaan pekerjaan Kolom, Balok, dan Plat Lantai.
Ruang lingkup
Pelaksanaan pekerjaan Kolom dan Balok, pengejaan plat lantai ,
Tujuan
Mengetahui proses pekerjaan Struktur bangunan yang meliputi pekerjaan Kolom, Balok, dan Plat Lantai. o Mengetahui perbedaan antara teori dan praktek
Data dengan metode : Studi pustaka Observasi lapangan Konsultasi Mahasiswa Arsitektur Ilmu Praktek Teori
Bangku Kuliah Kerja Praktek
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK
2.1. LOKASI
Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini di dirikan diatas tapak yang terletak di Jl. AKBP Cek Agus No.10 Palembang yang lebih dikenal dengan simpang golf. Batas - batas tapak sebagai berikut :
o Sebelah Utara : Berbatasan langsung dengan pom bensin Pertamina o Sebelah Barat : Berbatasan langsung dengan lapangan golf
o Sebelah Timur : Berbatasan langsung dengan Ruko
o Sebelah Selatan : Berbatasan langsung dengan Rusunawa Polda SumSel
2.2. DATA
–DATA PROYEK
A. DATA ADMINISTRATIFSecara umum, Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah yang sedang
dibangun dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nama Proyek : Pembangunan Gedung KantorPT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah
Pemilik Proyek : PT.Pertamina GAS
Lokasi Proyek : Jl. AKBP Cek Agus No.10 Palembang Perencana : Diksa Intertama Consultant
Pengawas : PT. Rayasurverindo Tirtasarana Kontraktor : PT. Positive Media
B. DATA FUNGSIONAL Luas Lahan : 3.899,50 m²
Luas Bangunan : 3.048,00 m², yang terdiri dari:
Gedung kantor : 868,40 m²
Gedung SPO : 841,90 m²
Gedung Serbaguna : 504,00 m²
Fasilitas Lingkungan Masjid : 181,30 m²
Selasar : 652,50 m²
Peruntukan Bangunan : Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), dan Fasilitas
Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan, dan Sumatera Bagian Tengah.
C. DATA TEKNIS
SITE LOKASI
Bangunan ini berada di kawasan fasilitas PT. Pertamina, pendidikan, dan permukiman penduduk. Batas - batas tapak sebagai berikut :
Gambar 2.1. Lokasi Proyek Sumber :maps.google.com
o Sebelah Barat : Berbatasan langsung dengan lapangan golf o Sebelah Timur : Berbatasan langsung dengan Ruko
o Sebelah Selatan : Berbatasan langsung dengan Rusunawa Polda SumSel
Gambar 2.2. Denah Lantai Dasar Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Gambar 2.5. Tampak Belakang Gambar 2.4. Tampak Depan Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Gambar 2.6. Tampak Samping Kanan Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Gambar 2.7. Potongan A-A Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
2.3 GAMBARAN PROYEK
2.3.1. Bekisting dan Pengecoran Kolom
Bekisting dan pengecoran kolom lantai atas dilakukan pada : Lama Pelaksanaan : 3 hari
Jumlah Kolom : 20 buah (50 cm x 50 cm x 400 cm) Gambar 2.8. Potongan B-B
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
KETERANGAN :
2.3.2.Bekisting dan Pembesian Plat Lantai dan Balok Lantai Atas
Bekisting serta pembesian plat lantai dan balok lantai atas dilakukan pada : Lama Pelaksanaan : 3 hari
Jumlah Kolom : 20 buah (50 cm x 50 cm) Gambar 2.9. Pengecoran Kolom Lantai Atas
Gambar 2.10. Denah Lantai Atas Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
2.4 STRUKTUR DAN PERSYARATAN UMUM
Dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan, terdapat struktur organisasi pelaksanaan proyek. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak mengalami kendala dalam pembagian tugas, sehingga setiap individu paham ada tugas nya masing-masing. Dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah, pada tahap pelaksanaan seluruh pekerjaan diserahkan kepada kontraktor, yaitu PT. Rayasurverindo Tirtasarana.
Pihak yang terkait dalam pembangunan proyek terdiri dari empat pihak yang terkait, dan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kegiatan yang terkait tersebut adalah :
a. Pemberi tugas atau pemilik proyek (owner) b. Konsultan perencana
c. Konsultan Pengawas d. dan Kontraktor Pelaksana
Agar pelaksanaan proyek tersebut dapat berjalan dengan lancar, diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antara pihak-pihak terkait ini.
Masing-Gambar 2.11. Gambar Bekisting dan Pembesian Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Gambar 2.12. Gambar Pengecoran Plat Lantai Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
a. Pemberi Tugas atau Pemilik Proyek (owner)
Pemberi tugas adalah yang memberikan tugas kepada pihak perencana untuk mendesain suatu proyek yang diinginkan. Pihak pemberi tugas pada proyek ini yakni pihak PT. Pertamina GAS.
b. Konsultan Perencana
Tim yang diberi tugas untuk mendesain tugas yang diberikan oleh owner . c. Konsultan Pengawas dan Kontraktor
Pada bagian konsultan pengawas dan kontraktor diberi tanggung jawab untuk mengawasi kerja para pekerja dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan di lapangan. Konsultan pengawas dan kontraktor pada bangunan ini bertanggung jawab pada pengerjaan konstruksi, utilitas dan pengerjaan yang lainnya.
2.4.1. Konsultan Perencana
Konsultan konstruksi adalah orang atau lembaga yang secara profesional memberikan nasehat-nasehat, pelayanan atau platihan tentang hal-hal yang berhubungan dengan konstruksi. Secara fungsional konsultan terbagi menjadi konsultan perencana, konsultan pengawas, konsultan manajemen konstruksi dan sebagainya. Berdasarkan bidang disiplinnya, konsultan perencana dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Konsultan Perencana, mencakup site planning , economic planning , dan lain lain.
b. Konsultan Perancang, mencakup building design, city design, enviromental design, dan lain-lain.
c. Konsultan Teknik, mencakup struktur, arsitektural, mekanikal, dan lain-lain. Sebuah Biro Konsultan Perencana dikepalai oleh seorang arsitek kepala yang berkedudukan sebagai pimpinan dan membawahi para ahli lain (ahli struktur, ahli mekanikal elektrikal, ahli lingkungan) serta bekerja sama secara terpadu untuk menangani sebuah proyek dari awal hingga akhir.
2.4.2. Kontraktor
Kontraktor mempunyai peran sebagai manajer sumber daya yang bertugas mengubah dokumen perencanaan dari konsultan menjadi keluaran-keluaran berupa bangunan fisik. Pemilihan kontraktor dapat dilakukan dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas atau penunjukkan. Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan gambar dan syarat-syarat yang sudah ada, dengan kontrak dan biaya yang disediakan sesuai dengan kesepakatan.
2.4.3. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas bekerja sama dengan konsultan perencana dalam pengawasan proyek agar dicapai hasil yang optimal sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan dalam perencanaan.
Konsultan Pengawas ditunjuk oleh pemilik untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan oleh penyedia barang dan jasa, serta melaksanakan instruksi pengguna barang dan jasa dan konsultan perencana untuk mengawasi dan memperingatkan penyedia barang dan jasa agar melakukan pekerjaan sesuai dengan isi perjanjian
kontrak.
2.5. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
Organisasi proyek adalah gabungan beberapa unsur pelaksanaan pada suatu proyek yang saling berhubungan erat dalam melakukan kegiatan-kegiatannya. Struktur organisasi ini mutlak diperlukan guna menjamin kelancaran dan kesuksesan dari pembangunan suatu proyek. Berikut ini adalah Struktur Organisasi Proyek Gedung Kantor, SPO, Gedung Serbaguna dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina Gas Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
M. Ali Imron Site Manager Joko Priambodo Quantity Surveyor Erie Erlanda Arsitek Ujang Suhaemi MEP Didi Supriatna Drafter Agus Bagiyono Civil Engineer
Pada organisasi proyek site engineering bertugas merencanakan master schedule dan membuat Kurva S di setiap minggunya. Penulis dalam kerja praktek
ini lebih banyak berkonsultasi dan mempelajari cara membuat progress mingguan yang terjadi dilapangan serta membandingkan schedule yang ada dengan kenyataaan pada lapangan.
Tabel 2.1. Struktur Organisasi Pembangunan Gedung Kantor, SPO, Gedung Serbaguna dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina
Gas Area Sumbangsel Dan Sumbagteng. Sumber : Dok. Proyek
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DIAGRAM KAJIAN TEORI
3.1. STRUKTUR
3.1.1. Pengertian Struktur
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tahun 1999, struktur adalah cara bagaimana sesuatu dibangun dan disusun; bangunan. Struktur bangunan dapat diartikan sebagai cara bagaimana suatu bangunan dibangun atau didirikan. Menurut Prof. Benny H. Hoed, struktur adalah bangun (teoritis) yang terdiri atas
Kerja Praktek Stasiun Pengendali Opersi (SPO), GedungProyek Pembangunan Gedung Kantor, Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT.
Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Teori Pelaksanaan
Kajian Teori Pembahasan
Struktur Kolom, Balok, dan Plat Lantai
satu kesatuan.
Berikut ini adalah beberapa pengertian dari struktur :
Menurut Ir. Ign. Benny Puspantoro dalam bukunya yang berjudul “Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Rendah:, struktur bangunan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah adalah struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah. Sedangkan struktur atas adalah bagian bangunan yang berada di atas permukan tanah, terdiri dari 2 bagian, yaitu : rangka bangunan dan rangka
atap.
Menurut Wolfgang Schuller dalam bukunya yang berjudul “Struktur Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi” struktur bangunan adalah susunan berbagai rangka bangunan yang diturunkan dari anatomi komponen
strukturnya.
Menurut Daniel.L.Schodek (Struktur, hal 3) menjelaskan bahwa struktur ialah sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaan dan atau kehadiran bangunan ke dalam tanah. struktur merupakan suatu entitas yang memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami sebagai suatu organisasi unsur-unsur pokok yang ditempatkan dalam ruang yang didalamnya karakter keseluruhan itu mendominasi intelerasi bagian - bagiannya.Menurut Heinz Frick, Sistem Bentuk Struktur Bangunan;hal 154, stuktur merupakan susunan atau pengaturan bagian-bagian gedung yang menerima beban atau konstruksi utama dari gedung tanpa memperdulikan apakah dapat dilihat atau tidak kelihatan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur adalah penggabungan elemen – elemen yang disatukan sedemikian rupa sehingga rangkaian itu secara keseluruhan bisa bekerja sebagai suatu kesatuan dalam menyalurkan beban yang bekerja padanya.
Pelaksanaan tahapan pekerjaan struktur bangunan memerlukan penellitian didapat hasil akhir yang memuaskan sesuai dengan gambar kerjanya dan banngunan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Penyaluran beban yang bekerja pada bangunan ke dalam tanah dan pada umumnya struktur merupakan gabungan dari beberapa elemen yaitu balok, kolom, balok praktis, kolom praktis sloof, dan pasangan bata yang bekerja sebagai satu kesatuan pemikul beban.
Ditinjau dari strukturnya, sebuah bangunan secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Struktur bawah : struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah, yaitu : pondasi
2. Struktur atas : bagian bangunan yang berada di atas permukan tanah, terdiri dari duabagian, yaitu : rangka bangunan dan rangka atap
Struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban – beban. Beban – beban tersebut menumpu di atas titik – titik untuk selanjutnya disalurkan pada bagian tanah bangunan, sehingga beban – beban tersebut akhirnya dapat ditahan. Oleh karena itu, fungsi struktur adalah memberikan kekuatan dan kekakuan yang diperlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami keruntuhan.
Untuk gedung, pada umumnya struktur beton bertulang bagian atas terdiri dari 3 macam elemen utama, yaitu:
a. Plat Lantai. Merupakan elemen struktur beton bertulang yang langsung memikul beban lantai.
b. Balok. Dapat terdiri dari balok anak ( joist ) dan balok induk (beam), atau hanya balok induk saja. Balok berfungsi sebagai pemikul plat dan beban yang berada diatasnya.
c. Kolom. Merupakan elemen struktur yang berfungsi sebagai pemikul balok serta beban lateral pada struktur.
3.1.3 Hubungan Struktur dengan Arsitektur a. Struktur sebagai Faktor Penentu Bentuk
Merupakan hal yang penting dalam sebuah bangunan untuk dapat memikul beban-beban dan gaya-gaya luar dari atap, lantai, dan tembok melalui mekanisme pemikulan beban ke dalam tanah. Struktur sebagai penentu bentuk dapat dilihat dalam kantor pusat bisnis di kota-kota besar di dunia. Bentuk dan skala sebagian besar gedung kantor yang penting telah diputuskan hampir semata-mata ditetapkan oleh pertimbangan jarak antar kolom, efisiensi bagian-bagian bentangan, dan angina. Suatu bangunan harus merupakan suatu paduan yang saling berpautan antara soal-soal rancangan ruang, konsep, dan struktur. Hal ini mengemukakan bahwa sistem structural memberikan suatu kerangka yang mencakup bagi penyatuan semua unsur yang merupakan dasar untuk arsitektur.
b. Struktur sebagai Prinsip yang Mengatur
Stuktur dapat dipikirkan sebagai prinsip perancangan yang mengatur maupun mekanisme pemikulan beban. Dalam hubungan ini, penstrukturan mengan dung arti tindakan menetapkan hirarki dan tatanan sekaligus dari segi perwujudan ruang arsitektural dan tenaga fisik. Salah
satu keputusan awal yang dibuat selama proses perancangan bangunan ialah menetapkan ukuran petak (bay) struktural. Ukuran petak, yang menentukan lokasi kolom, menghasilkan ukuran-ukuran yang tepat tidak saja dari semua bagian struktur, tapi dari semua komponen dan juga sub sistem.
c. Struktur sebagai Tanggapan terhadap Gaya Luar
Sistem struktural terdapat sebagai tanggapan terhadap gaya-gaya luar yang tak terelakkan. Yang penting diantaranya adalah gaya tarik bumi (gravitasi). Salju merupakan beban gravitasi yang berubah-ubah menurut lokasi geografis. Angin dan gempa mempengaruhi bangunan secara berbeda dari beban gravitasi. Angin memiliki potensi untuk menimbulkan beban horisontal, yang cenderung menggeser ke samping. Sebuah bangunan harus membuat suatu mekanisme struktur yang tanggap terhadap semua gaya yang berlaku atasnya. Dalam hubungan ini, semua sistem struktural dapat dianggap sebagai sistem tanggap-gaya tiga-dimensi yang disesuaikan untuk menampung beban-beban luar dari setiap arah.
3.1.4. Perencanaan Struktur
Struktur merupakan suatu kesatuan dan rangkaian beberapa elemen yang dirancang agar mampu menerima beban luar maupun berat sendiri tanpa mengalami perubahan bentuk yang melewati batas persyaratan (PBBI, 1971). Struktur yang direncanakan harus mampu menahan beban, baik vertikal (beban mati dan beban hidup) maupun beban horizontal (beban angin dan beban gempa) yang direncanakan, dan berat sendiri bangunan tanpa mengalami perubahan bentuk yang terjadi.
utama yaitu struktur bawah ( sub structure) dan struktur atas (upper structure).
A. Perencanaan Struktur Bawah ( Sub Structure)
Struktur bawah ( sub structure) merupakan bagian struktur yang mempunyai fungsi meneruskan beban ke tanah pendukung (PBBI, 1971). Perencanaan struktur bagian bawah harus benar-benar optimal, sehingga keseimbangan struktur secara keseluruhan dapat terjamin dengan baik dan ekonomis. Selain itu, beban seluruh struktur harus dapat ditahan oleh lapisan tanah yang kuat agar tidak terjadi penurunan diluar batas ketentuan, yang dapat menyebabkan kehancuran/gagal struktur. Salah satu bagian dari struktur bawah tersebut adalah pondasi. Pondasi ini merupakan bagian konstruksi yang memikul bangunan tersebut serta menyalurkan semua beban konstruksi ke tanah dasar pada kedalaman tertentu, dimana terdapat lapisan tanah keras yang mampu menahannya. Jenis pondasi yang digunakan harus mempertimbangkan berbagai hal berikut:
a. Beban total yang bekerja pada struktur. b. Kondisi tanah di bawah bangunan.
c. Faktor biaya.
B. Perencanaan Struktur Atas (Upper Structure)
Struktur atas (upper structure) merupakan bagian struktur yang berfungsi menerima kombinasi pembebanan, yaitu beban mati, beban hidup, berat sendiri struktur, dan beban lainnya yang direncanakan (PBBI, 1971). Selain itu struktur bangunan atas harus mampu mewujudkan perancangan arsitektur sekaligus harus mampu menjamin segi keamanan
dan kenyamanan. Oleh karena itu, bahan-bahan yang digunakan dalam bangunan ini mempunyai kriteria perancangan, antara lain:
a. Kuat. b. Tahan api.
c. Awet untuk pemakaian jangka waktu yang lama. d. Mudah didapat dan dibentuk.
e. Ekonomis (mudah pemeliharaannya).
3.2. KOLOM
3.2.1. Pengertian Kolom
Menurut SK SNI T-15-1991-03 memberikan definisi kolom, yaitu komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidakditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil, sedangkan komponen struktur yang menahan beban aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga dinamakan pedestal.
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 mengenai Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, kolom adalah struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melebihi 3 yang digunakan terutama yang mendukung beban aksial tekan. Kolom adalah batang struktural vertikal yang kaku dan relatif ramping, serta dirancang untuk menopang beban tekan yang diberikan pada ujung – ujung batang. Kolom merupakan elemen struktur vertikal pada rangka bangunan yang menyalurkan beban dari atas secara aksial dan
mentransfer gaya tersebut ke pondasi.
Kolom merupakan elemen struktur vertikal pada rangka bangunan yang menyalurkan beban dari atas secara aksial dan mentransfer gaya tersebut ke baja. Pada pembahasan kali ini, kolom yang akan dibahas berupa kolom beton
3.2.2. Klasifikasi Kolom Beton Bertulang
Kolom diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangnya, cara pembebanan, posisi beban pada penampang dan panjang kolom dan hubungannya
dengan dimensi lateral.
Secara garis besar jenis kolom beton bertulang terbagi 2, yaitu :
1. Kolom Bersengkang (tied colomn)
Kolom dengan penampang melintang persegi dan bundar dengan 4 buah tulangan longitudinal minimum, dengan sengkang yang berbentuk lingkaran tertutup mengelilingi tulangan longitudinal setiap jarak 12 sampai 18 inchi atau sepanjang kolom
2. Kolom Spiral
Kolom yang memiliki sengkang berbentuk spiral mengelilingi sekitar 6 tulangan minimum dengan jarak spiral 3-4 inchi, kolom ini sering digunakan pada daerah dengan tingkat kerawanan gempa yang tinggi karena kolom spiral mempunyaidaktalitas yang besar dan ketahanan pada keadaan kelebihan tegangan, bahkan jia penutup beton telah mengelupas.
A. Dimensi Kolom
Rumus untuk menghitung dimensi kolom struktur beton, yakni : F = (L1 x L2) x P x n
S Keterangan :
F = (b x d) penampang melintang kolom struktur (cm²)
L1 x L2 = luas lantai/ atap yang didukung oleh kolom struktur (m²)
P = beban per m² lantai yang dipikul (berat sendiri, dinding, plat dan beban hidup)
n = jumlah lantai/ atap yang didukung oeh kolom struktur S = mutu beton
3.2.3. Syarat
–syarat Kolom Beton Bertulang
Syarat – syarat kolom beton bertulang berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, SNI 03-2847-2002, yaitu :
1. Ukuran penampang kolom tidak boleh kurang dari 15cm.
2. Luas tulangan memanjang kolom tidak boleh diambil kurang dari 1% penampang beton, dengan minimum satu batang tulangan di masing –
masing sudut penampang.
3. Dalam segala hal, luas tulangan memanjang kolom tidak boleh diambil lebih dari 6% dari luas penampang beton. Apabila tulangan memajang kolom disambung dengan sambungan lewatan pada stek, maka luas tulangan memanjang maksimum dibatasi sampai 4% dari luas penampang beton yang ada.
4. Tulangan kolom sedapat mungkin harus dipasang simetris terhadap masing
– masing sumbu utama penampang. Pada kolom – kolom yang memikul gaya normal dengan eksentrisitas terhadap titik berat penampang kuran dari 1/10 dari ukuran kolom di arah eksentrisitas itu, tulangan – tulangan memanjang harus disebar merata sepanjang keliling teras kolom.
5. Tulangan memanjang kolom harus diikat oleh sengkang – sengkang dengan jarak maksimum sebesar ukuran terkecil penampang 15 kali diameter baja tulangan memanjang yang tersebar dengan minimum 6mm pada baja lunak dan baja sedang 5mm pada baja keras.
6. Apabila tulangan memanjang kolom disambung lewat tulangan pada stek, maka ujung – ujung batang tidak boleh diberi kait kecuali apabila ditempat itu tersedia cukup ruang sehingga kemungkinan terjadinya sarang – sarang kerikil dapat dianggap tidak ada.
Spasi
Pengikat Spiral Tulangan Pokok Memanjang
Pengikat Sengkang Tulangan Pokok Memanjang Spasi
Sengkang
3.2.4. Jenis kolom beton bertulang
Secara garis besar ada tiga jenis kolom beton bertulang, antara lain:
Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral
Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral, sedemikian rupa sehingga penulangan
keseluruhan membentuk kerangka seperti gambar 3.1
Tulangan pengikat lateral berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh di tempatnya dan memberikan tumpuan lateral sehingga masing-masing tulangan pokok memanjang hanya dapat tertekuk pada tempat di antara dua pengikat. Dengan demikian tulangan pengikat lateral tidak dimaksudkan untuk memberikan sumbangan terhadap kuat lentur penampang tetapi memperkokoh kedudukan tulangan pokok kolom.
Kolom menggunakan pengikat spiral
Bentuknya sama dengan jenis kolom pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus sepanjang kolom seperti tampak pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Kolom Pengikat Sengkang Lateral Sumber : Internet
Gambar 3.3. Kolom Pengikat Sengkang Lateral Sumber : Internet
Gelagar Baja Pipa Baja
Struktur Kolom Komposit
Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi tulangan pokok memanjang.
Struktur kolom beton bertulang memiliki persyaratan detail dalam penulangannya, sesuai dengan SK SNI T – 15 – 1991 – 03 yaitu:
1. Jumlah luas penampang tulangan pokok memanjang kolom dibatasi dengan rasio penulangan g antara 0,01 dan 0,08.
2. Penulangan yang lazim dilakukan di antara 1,5% sampai 3% dari luas penampang kolom. Khusus untuk untuk struktur bangunan berlantai banyak, kadang-kadang penulangan kolom dapat mencapai 4%, namun disarankan untuk tidak menggunakan nilai lebih dari 4% agar penulangan tidak berdesakan terutama pada titik pertemuan balok-balok, plat dengan kolom.
3. Penulangan pokok memanjang kolom berpengikat spiral minimal terdiri dari 6 batang, sedangkan untuk kolom berpengikat sengkang bentuk segi empat atau atau lingkaran terdiri dari 4 batang, dan untuk kolom dengan pengikat sengkang berbentuk segitiga minimal terdiri dari 3 batang
tulangan.
4. Jarak bersih antara batang tulangan pokok memanjang kolom berpengikat sengkang atau spiral tidak boleh kurang dari 1,5 diameter besi (d b) atau 40
mm.
Gambar 3.4. Kolom Komposit Sumber : Internet
5. Tebal minimum selimut beton pelindung tulangan pokok memanjang untuk kolom berpengikat spiral maupun sengkang ditetapkan tidak boleh kurang dari 40 mm.
6. Semua batang tulangan pokok harus dilingkup dengan sengkang dan kait pengikat lateral, paling sedikit dengan batang Dimension 10 (D10).
Batasan minimum tersebut diberlakukan untuk kolom dengan tulangan pokok memanjang batang D32 atau lebih kecil, sedangkan untuk diameter tulangan pokok lainnya umumnya sengkang tidak kurang dari batang D12, dan tidak menggunakan ukuran yang lebih besar dari batang D16.
7. Jarak spasi pusat ke pusat (p.k.p) batang tulangan tidak lebih dari 16 kali diameter tulangan pokok memanjang, 48 kali diameter tulangan sengkang, dan dimensi lateral terkecil (lebar) kolom.
8. Tulangan sengkang atau kait pengikat harus dipasang dan diatur sedemikian rupa sehingga sudut-sudutnya tidak bengkok dengan sudut lebih besar dari 135o.
9. Batang tulangan pokok memanjang harus dipasang dengan jarak bersih antaranya tidak lebih dari 150 mm di sepanjang sisi kolom agar dukungan lateral dapat berlangsung dengan baik.
10. Diameter minimum batang untuk penulangan spiral adalah D10, dan umumnya tidak menggunakan lebih besar dari batang D16. Jarak spasi bersih spiral tidak boleh lebih dari 80 mm dan tidak kurang dari 25 mm. Pada setiap ujung kesatuan tulangan spiral harus ditambahkan panjang penjangkaran 1,50 kali lilitan. Apabila memerlukan penyambungan, harus dilakukan dengan sambungan lewatan sepanjang 48 kali diameter dan tidak boleh kurang dari 300 mm, bila perlu diperkuat dengan pengelasan. Keseluruhan penulangan spiral harus dilindungi dengan selimut beton paling tidak setebal 40 mm,yang dicor menyatu dengan beton bagian inti 11. untuk berbagai jumlah
= 150 mm pengikat tambahan = 150 mm maksimum 150 mm 14 batang 12 batang 12 batang 10 batang 8 batang 8 batang 6 batang 6 batang 4 batang
12. tulangan pokok terlihat seperti gambar
3.2.4. Prosedur Pekerjaan Kolom Beton Bertulang
1. Pekerjaan Tulangan Kolom
Dalam buku Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Kolom adalah sebagai berikut :
Marking sepatu kolom sebagai batas bekisting kolom
Pasang sepatu kolom pada tulangan utama dan tulangan sengkang Masukkan besi atau tulangan kolom
Pengkaitan antara stek kolom dan besi kolom Pasang sengkang pada tulangan kolom
Besi siap dipasang bekistin
2. Pekerjaan Bekisting Kolom
Pasangan badan bekisting kolom sesuai dengan marking yang sudah ada Pemasangan kepala dan badan bekisting kolom
Gambar 3.5.Susunan Penulangan Kolom Sumber : Internet
Bekisting diteliti kelurusannya dengan teodolith
3. Pekerjaan Pengecoran Kolom
Pengecoran dilakukan dengan bucket dan di hubungkan dengan pipa tremi Lakukan pemadatan dengan vibrator
Bongkar badan bekisting sehingga meninggalkan kepala bekisting kolom Hasil pengecoran mulus, tidak keropos, dan tidak nge-plint
3.3. BALOK
3.3.1.
Pengertian Balok
Balok adalah batang dengan posisi horizontal dari rangka atau frame struktural yang memikul beban yang berasal dari dinding atau dari atap bangunan. Balok juga merupakan bagian dari struktur suatu bangunan yang berfungsi sebagai pengekang/ pengikat dari sistem struktur bangunan.
Dalam perencanaan, suatu balok dapat mempunyai bermacam – macam ukuran atau dimensi sesuai dengan jenis beban yang dipikul oleh balok tersebut.
3.3.2.
Syarat
–syarat Balok Beton Bertulang
Secara umum dimensi suatu balok, yakni b < h. Pemilihan lebar suatu balok mempengaruhi terhadap gaya yang bekerja di dalam balok tersebut, lebar balok yang di pakai, yakni b = ½ h sampai ⅔ h. Secara umum penentuan tinggi suatu balok, yakini h= 1/10h sampai h= 1/15h dari bentang kedua kolom.
B
H
Pemasangan ring balok maksimum 4 meter dari sloof, idealnya 3 meter.
A. Dimensi Balok
Rumus untuk menghitung dimensi balok struktur beton, yakni : Menghitung tinggi balok Menghitung lebar balok
atau
3.3.3. Klasifikasi balok
Balok dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk, susunan tulangnya dan teknik pelaksanaannya. Berdasarkan teknik pelaksanaanya, perencanaan suatu balok dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Balok Persegi
H = 1/10 s/d ¼ L
H = 1/10 s/d ¼ L
B = ½ s/d⅓ H (≥12cm)
Gambar 3.6. Ring Balok Sumber : Internet
Ket:
H – tinggi balok (cm) B – tebal balok (cm)
perencanaanya balok ini dapat dibagi menjadi dua jenis penulangan yaitu tunggal dan rangkap terlihat seperti gambar 3.6.a dan 3.6.b.
b. Balok L dan T
Merupakan suatu balok yang apabila dalam pelaksanaannya dan perancangan dihitung sebagai suatu struktur yang monolit (menyatu), maka balok ini disebut dengan nama balok L dan atau balok T (Dipohusodo, 1999) terlihat seperti gambar 3.7.
a. Balok penulangan tunggal
b.Balok penulangan rangkap
Gambar 3.7. Balok Penulangan Tunggal dan Rangkap Sumber : Internet
Gambar 3.8. Penulangan Balok L dan T Sumber : Internet
Menurut PBBI 1971 N.I.-2, adapun syarat-syarat perencanaan balok yaitu: - Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih. - Untuk semua jenis baja tulangan, diameter batang tulangan untuk balok tidak
boleh diambil kurang dari 12 mm.
- Tulangan tarik harus disebar merata di daerah tarik maksimum dari penampang.
- Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan tarik pokok.
- Pada balok harus senantiasa dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil lebih dari 30 cm, sedangkan di bagian-bagian balok dimana sengkang-sengkang bekerja sebagai tulangan geser, jarak sengkang-sengkang-sengkang-sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 tinggi balok.
Sistem plat dan girder (balok) dapat pula digunakan sebagai elemen struktur yang membentang secara horisontal. Untuk bentang yang pendek, biasanya hanya digunakan hirarki satu tingkat saja. Untuk bentang struktur
Gambar 3.9. Jenis – Jenis umum sistem struktur yang membentang horizontal
3.3.4.
Prosedur Pekerjaan Balok
1. Pekerjaan Bekisting Balok
Balok Penyangga di persiapkan Bodeman di pasang diatas balok suri Pemasangan bekisting kontak pipi
Pemasangan skoor
Bekisting balok siap di pakai
2. Pekerjaan Pembesian Balok
Besi disiapkan dan di bersihkan dari kotoran
Penulangan balok di kerjakan berdekatan dengan bekisti ngnya
Rangka tulangan yang tidak cukup panjang disambung dengan tulangan
ekstra
Tulangan positif (bagian atas) di simpulkan Tulangan negatif (bagian bawah) di simpulkan Tulangan di masukkan kedalam bekisting
3.4.
Plat Lantai
3.4.1.
Pengertian Plat Lantai
Plat atau slab adalah elemen tipis yang menahan beban – beban transversal melalui aksi lentur ke masing – masing tumpuan. Beban yang umumnya bekerja pada plat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Plat dapat ditumpu diseluruh
tepinya atau pada titik – titik tertentu (misalnya oleh kolom) atau tumpuan menerus dan titik.
Adapun kegunaan dari plat lantai yaitu :
a. Memisahkan ruang bawah dan atas. b. Menahan beban yang bekerja padanya.
d. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah. e. Meredam suara dari ruang atas atau dari ruang bawah.
Dimensi Plat Lantai
Rumus untuk menghitung plat lantai struktur beton, yakni : Untuk plat lantai struktur beton bertulang :
≥ 12cm untuk lantai; ≥ 8cm untuk atap
Untuk plat lantai kantilever :
Teori pertama tentang plat beton bertulang diturunkan berdasarkan asumsi yang identik dengan bangunan kayu ditransmisikan dari lantai kayu ke balok anak, ke balok induk, ke kolom. Sistem plat lantai-balok-kolom beton bertulang dianggap serupa. Distribusi bebannya sedemikian rupa, sehingga
defleksi lajur plat yang orthogonal adalah sama.
3.4.2. Tipe Plat Lantai
Adapun tipe-tipe plat lantai ( slab) yaitu :
a. Sistem Plat Slab
Plat slab adalah tipe plat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-kolom tanpa balok-balok (Dipohusodo, 1999). Sistem ini digunakan bila bentangan tidak besar dan intensitas beban tidak terlalu berat. Tebal plat slab pada umumnya antara 125-250 mm dan untuk bentangan 4,5-7,5 m.
H = 1/30 L s/d 1/35
bersilangan, dengan jarak yang relatif rapat yang menumpu pada plat atas (Dipohusodo, 1999). Sistem ini dimaksudkan untuk mengurangi beban sendiri plat dua arah yang tergantung konfigurasi. Sistem grid dua arah ini cukup efisien dilaksanakan pada bentang 9-12 m.
c. Sistem Plat dan Balok
Sistem ini dari slab menerus yang ditumpu balok-balok monolit yang umumnya ditempatkan pada jarak sumbu 3-6 m. Tebal plat ditetapkan berdasarkan pertimbangan struktur yang mencakup aspek keamanan terhadap bahaya kebakaran. Aplikasi ketinggian baloknya dibatasi oleh jarak langit-langit yang tersedia. Sistem ini bersifat kokoh dan sering digunakan untuk menunjang sistem lantai yang tidak beraturan, misalnya lantai dasar atau ruang terbuka yang umumnya menerima beban besar akibat adanya taman-taman di atasnya ataupun fungsi arsitek lainnya.
d. Sistem Lajur Balok
Sistem ini serupa dengan balok plat, tetapi balok-balok menggunakan balok dangkal yang lebih besar. Sistem ini semakin banyak diterapkan pada bangunan yang mementingkan tinggi antar plat. Pada sistem ini balok lajur tidak perlu dihubungkan dengan kolom interior atau kolom eksterior. Plat diantara balok lajur dapat didesain sebagai elemen yang memiliki momen inersia bervariasi dengan memperhitungkan penebalan balok. Alternatif lain adalah dengan menempatkan balok-balok anak membentang diantara balok-balok lajur. Sistem ini menghemat pemakaian cetakan.
Gambar 3.10. Mekanisme Transfer beban pada suatu sistem struktur
3.4.3.
Syarat
–Syarat Plat Lantai
Menurut SNI 03-2847-2002, yaitu :
1. Kecuali apabila tebal minimum plat tidak ditentukan oleh pembatasan tulangan, syarat kekakuan, syarat lebar retak, syarat dalam ketahanan dalam kebakaran; maka dalam segala hal plat tidak boleh diambil kurang dari 7cm untuk plat dan 12cm untuk plat lantai.
2. Dalam segala hal tulangan plat, termasuk tulangan pembagi, tidak boleh diambil kurang dari pada yang diperlukan untuk memikul susut dan perubahan suhu. Luas tulangan ini harus diambil minimum 0,25% dari
luas beton yang ada.
3. Pada plat – plat dimana tulangan pokoknya hanya berjalan dalam satu arah, maka tegak lurus pada tulangan pokok tersebut harus dipasang tulangan pembagi.
4. Pada plat – plat yang dicor setempat, diameter dari batang tulangan pokok dari jenis baja lunak dan baja sedang harus diambil minimum 8mm dan dari tulangan pembagi minimum 6mm. Pada penggunaan batang tulangan dari jenis baja keras, diameter dari batang tulangan pokok harus diambil minimum 5mm dan dari tulangan pembagi minimum 4mm.
5. Pada plat – plat yang lebih tebal dari 25cm senantiasa harus dipasang tulangan atas dan tulangan bawah disetiap tempat. Ketentuan ini tidak berlaku pada pondasi telapak.
3.4.4.
Prosedur Pekerjaan Plat Lantai
1. Pekerjaan Bekisting Plat Lantai Siapkan balok penyangga
Tentukan sumbu dan elevasi balok dengan cara memakai titik acuan elevasi (yang ada pada kolom) lalu di ukur dengan meteran untuk mendapatkan tinggi balok yang memadai
Plywood di persiapkan dan di paku di atasnya Pengecekan dengan waterpass
2. Pekerjaan Pembesian Plat Lantai
Lakukan pengukuran jarak sumbu ke sumbu tulangan Pasang lapisan tulangan pertama, kemudian di ikat Pemasangan lapisan tulangan kedua, dan di ikat
Pasang support atau ganjalan – ganjalan (support tradisi, gelgas, rak atau
garis)
Pasang penahan jarak minimal 2 per m² bekisting atau lantai kerja
3. Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Bekisting di bersihkan dari sisa – sisa kotoran
Beton dari ready mix dari concrete mixer truck dilakukan pengujian slump Setelah nilai uji slump memenuhi syarat, beton ready mix dituangkan dari
concrete mixer ke dalam bucket dalam concrete pump truck
Sambungan antara beton lama dengan beton baru di siram dengan calbond
(super bonding agent)
Setelah beton ready mix keluar dari pipa baja kemudian di rat akan dengan
penggaruk
Gunakan concrete vibrator untuk memadatkan beton
Adukan diratakan dengan kayu perata sesuai dengan tinggi peil yang di
tentukan.
Setelah 3 hari, bekisting plat lantai dapat dibongkar, sedangkan bekisting
3.5. BETON
3.5.1.
Pengertian Beton
Nawy dalam buku Teknologi Beton (Ir. Tri Mulyono, M.T. : 2003 : halaman 3) mendefinisian beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. Menurut SNI 03-2847-2002 tentang TATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG, beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidrolik yang lain,
agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat.
Beberapa pengertian beton menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia
SNI
03-2847-2002, yaitu :
Beton : bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus,
agregat kasar, semen Portland dan air.
Beton bertulang : beton yang mengandung batang tulangan dan
direncanakan berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya.
Beton tak bertulang : beton yang tidak mengandung batang tulangan. Beton pra-tekan: beton bertulang di dalam mana telah ditimbulkan
tegangan-tegangan intern dengan nilai dan pembagian yang sedemikian rupa hingga tegangan-tegangan akibat beban-beban dapat dinetralkan sampai suatu taraf yang diinginkan.
Beton pra-cetak : bagian-bagian beton bertulang atau tak bertulang yang
dicetak dalam kedudukan yang lain dari pada kedudukan akhirnya di dalam konstruksi.
Beton :campuran dari agregat halus dan agregat kasar (pasir, kerikil, batu
pecah, atau jenis agregat lain) dengan semen, yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan tertentu
Jadi, beton didapat dari percampuran bahan-bahan agregat halus
dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau semacam bahan lainnya,
dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air
sebagai pembantu reaksi kimia selama proses pengerasan dan
perawatan beton berlangsung. Agregat halus dan kasar, disebut
sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan komponen utama
beton.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu beton, yakni :
Mutu bahan batuan,
Jenis / mutu semen,
Faktor air semen,
Gradasi / susunan butir bahan batuan,
Pelaksanaan pembuatan beton.
Curing
(pematangan) beton, yaitu perawatan beton
untuk dapat mencapai kekuatan yang diinginkan.
Pada penggunaan sebagai sebagai komponen struktural bangunan,
umumnya beton diperkuat dengan tulangan baja sebagai bahan yang
dapat bekerjasama dan mampu membantu kelemahannya, terutama
pada bagian yang menahan gaya tarik. Struktur beton tersebut lazim
3.5.2. Unsur-Unsur Beton
a. Air (14 %- 21 %)
1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1999, yaitu :
Air : - barang cair sebagai yg biasa kita minum, untuk mandi, - barang cair yg terdapat di buah-buahan dsb,
- barang cair yg rupanya sebagai air.
2. Syarat-syarat air
1
Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, air yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik atau bahan lain yang bersifat merusak beton dan tulangan.
Perbandingan maksimum antara air dan semen adalah 50 liter per 100 kg atau 20 liter per zak semen. Jumlah air dapat dikurangi sesuai keperluan dengan melihat keadaan cuaca atau
Unsur Beton Agregat Kasar dan Agregat Halus Semen (7% - 15%) Udara (1% - 8%) Air (14% -21%)
Gambar 3.11. Diagram Unsur Beton Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bangunan
kelembaban dari bahan pasir dan split untuk mempertahankan hasil yang homogen dan kekentalan yang dikehendaki.
b. Agregat
1. Pengertian
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2, yaitu : Agregat : butiran-butiran mineral yang dicampurkan dengan
semen portland dan air menghasilkan beton.
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton.
(sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001)
Jadi, agregat merupakan bahan pengisi pada beton, berupa butiran-butiran mineral yang nantinya dicampurkan dengan semen portland dan air.
2. Pembagian Agregat 2
Berdasarkan ukurannya agregat terbagi atas agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir atau partikel-partikel yang lewat saringan # 4 mm atau 5 mm, sedangkan agregat kasar tidak melalui saringan tersebut. Nilai kuat beton yang dicapai sangat ditentukan oleh mutu bahan agregat ini.
Agregat Halus (pasir)
Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, pasir yang digunakan untuk bahan bangunan dipilih yang memenuhi persyaratan berikut:
1. Butiran pasir halus berukuran antara 0,15 – 5 mm
2
Istimawan Dipohusodo. Struktur Beton Bertulang, Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Dept.P.U. 1999.Gramedia: Jakarta
2. Harus keras berbentuk tajam , tidak mudah hancur oleh pengaruh cuaca
3. Tidak boleh mengandung lumpur . 5 % ( persentase berat dalam keadaan kering ). Bila mengandung lumpur . 5 % maka harus dicuci
4. Tidak mengandung bahan organik, garam, minyak dan sebagainya
5. Harus bergradasi dengan baik, yaitu terdiri dari beberapa macam ukuran besar butir sisa diatas saringan dengan lubang 1 mm minimum 95 % x berat.
Penyimpanan pasir di lapangan hendaknya harus memenuhi persyaratan penyimpanan yaitu ditimbun di atas bak berlantai agar
tanah tidak terbawa waktu pengambilan pasir.
Agregat Kasar
Syarat – syarat batu pecah untuk adukan semen antara lain : 1. Harus keras
2. Tidak dipilih
3. Tidak lapuk oleh pengaruh cuaca, harus bersih dari bahan organik dan zat lain yang dapat merugikan kualitas beton.
4. Harus bergradasi baik.
3. Fungsi Agregat Dalam Beton
Didalam beton, agregat, (agregat halus dan agregat kasar) mengisi sebagian volume beton, yaitu 50% - 80%, sehingga sifat-sifat dan mutu agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat dan mutu beton.
Penggunaan agregat dalam beton, yakni :
d. mengurangi susut pengerasan beton,
e. mencapai susunan yang padat pada beton. Dengan gradasi agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang padat,
f. mengontrolworkability atau sifat dapat dikerjakan aduk beton.
c. Semen (7 % - 15 %) 1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia 1999 :
Semen : 1 adukan kapur dsb untuk merekatkan batu bata (membuat tembik dsb); 2 sb serbuk (tepung) dari kapur dsb yang dipakai untuk membuat beton, merekatkan batu bata dsb; 3 sb zat kapur yang melekat pada akar gigi.
Semen Portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan.
(sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001)
Jadi, semen merupakan bubuk halus yang menjadi bahan adukan beton yang berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan pembentuk beton tersebut.
2. Bahan Baku Semen
3
Jika bahan Semen Portland itu diuraikan susunan senyawanya secara kimia, akan terlihat jumlah oksida yang membentuk bahan semen itu. Semen dibuat dari bahan-bahan /
3
unsur-unsur yang mengandung oksida-oksida. Unsur-unsur itu kurang lebih seperti yang tercantum pada table berikut :
Jenis bahan Persentase ( % )
Batu kapur ( Cao) 60-65 Pasir Silikat (SiO2) 17-25 Tanah Liat ( Al2O3) 3-8 Biji Besi (Fe2O3) 0.5-6 Magnesia (MgO) 0.5-4 Sulfur (SO3) 1-2 Soda (Na2O +K2O) 0.5-1
3. Jenis Penggunaannya
Ditinjau dari penggunaannya, menurut ASTM semen portland dapat dibedakan menjadi :
a. Jenis I : Semen portland jenis umum, yaitu jenis semen Portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.
b. Jenis II : Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Jenis ini digunakan untuk bangunan tebal-tebal
seperti pilar dengan ukuran besar, tumpuan dan dinding tahan tanah tebal, dan sebagainya.
c. Jenis III : Semen portland dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera dilepas.
d. Jenis IV : Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidrasi serendah-rendahnya. Kekuatannya tumbuh lambat. Jenis ini digunakan untuk banguan beton massa seperti bendungan-bendungan gravitasi besar.
e. Jenis V : Semen portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-bangunan yang kena sulfat, seperti di tanah, atau air yang tingi kadar alkalinya.
d.Udara (1%-8%)
3.5.3. Sifat-Sifat Umum Beton 4
Pada umumnya beton terdiri dari kurang lebih 15% semen, 8% air, 3% udara, selebihnya pasir dan kerikil. Beton harus memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan pemakaian beton tersebut serta kebutuhan, sehingga konstruksi lebih ekonomis.
Sifat umum yang ada pada beton adalah sebagai berikut : b. Kemampuan dikerjakan / workability
4
Bahwa bahan-bahan beton setelah diaduk bersama, mengahasilkan adukan yang bersifat sedemikian rupa sehingga adukan mudah diangkut, dituang/ dicetak, dan dipadatkan menurut tujuan pekerjaannya tanpa terjadi perubahan yang menimbulkan kesukaran atau penurunan mutu.
Unsur-unsur yang mempengaruhi, yakni :
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran aduk beton, Penambahan semen ke dalam adukan beton,
Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halus,
Pemakaian butir-butir agregat yang bulat akan mempermudah cara pengerjaan beton.
Cara memadatkan beton dan/ atau jenis alat yang digunakan c. Sifat tahan lama/durability
Merupakan sifat dimana beton tahan terhadap pengaruh luar selama dalam pemakaian.
d. Sifat kedap air e. Kekuatan beton
Sifat utama yang umumnya harus dimiliki oleh beton. Secara umum kekuatan beton dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : faktor air , semen dan kepadatan.
3.5.4. Keuntungan dan Kelebihan Beton
Beton tersedia dalam bentuk semi cair selama proses pembangunan sehingga memiliki keuntungan antara lain:
a. Hal ini berarti bahwa bahan-bahan lain dapat digunakan kedalamnya dengan mudah untuk menambah sifat yang dimilikinya.
c. Proses percetakan memberikan sambungan antar elemen yang sangat efektif dan menghasilkan struktur yang menerus yang menaikkan efisiensi struktur.
Beton bertulang selain memiliki kekuatan tarik juga memiliki kekuatan tekan dan karena itu cocok untuk semua jenis elemen struktur termasuk elemen struktur yang memilkul beban jenis lentur.
Kelebihan beton antara lain:
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. b. Ekonomi, merupakan pertimbangan yang sangat penting, meliputi:
material, kemudahan dalam pelaksanaan, waktu untuk konstruksi, pemeliharaan struktur, daktilitas, dan sebagainya.
c. Keserasian beton untuk memenuhi kepentingan struktur dan arsitektur. Beton di cor ketika masih cair dan menahan beban ketika telah mengeras. Hal ini sangat bemanfaat, karena dapat mengubah berbagai bentuk.
d. Mampu memikul beban yang berat.
e. Tahan terhadap temperatur yang tinggi (tahan terhadap api yang tinggi).
f. Biaya pemeliharaan yang kecil. g. Mempunyai kekakuan yang tinggi. h. Bahan bakunya mudah didapat.
Kekurangan beton antara lain:
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
b. Kekuatan tarik rendah (sekitar 70 % dari kekuatan tekan), sehingga mudah retak. Meskipun mungkin tidak terlihat tetapi memungkinkan udara lembab masuk melalui retak itu, dan membuat baja tulangan karat.
c. Memerlukan biaya untuk bekisting, perancah (untuk beton cor ditempat) yang tidak sedikit jumlahnya.
d. Kekuatan per satuan berat atau satuan volume yang relatif rendah. Kekuatan beton berkisar antara 5 sampai 10 % kekuatan baja meskipun berat jenisnya kira-kira 30 % dari berat baja. Oleh karena itu, struktur beton membutuhkan berat yang lebih banyak. Alasan inilah yang menjadi dasar mengapa jembatan bentang panjang dibuat dengan sruktur baja.
e. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi f. Daya pantul suara yang besar.
g. Sifat yang tergantung waktu rangkak dan susut.
3.5.5. Klasifikasi Beton
Beton dapat diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam kriteria, seperti berdasarkan berat satuan, kekuatannya, pemakaian, dan sebagainya. Klasifikasi yang umum digunakan adalah berdasarkan berat satuannya dan kekuatannya.
3.5.5.1.Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuannya
Beton Normal Beton Ringan Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuannya
Mempunyai berat satuan 2200 kg/m3sampai 2500 kg/m3 dan
dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa
dipecah
Mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan
tidak lebih dari 1900 kg/m3
Gambar 3.12. Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuan
3.5.5.2.Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya
3.5.5.3.Klasifikasi Mutu Beton
Kelas Mutu σ bk Kg/Cm2 σ bm dg.s=46 (Kg/cm2) Tujuan Pengawasan terhadap Mutu agregat Kekuatan tekan I B0 - -
Non-strukturil Ringan Tanpa
II B1 K 125 K 175 K 225 -125 175 225 -200 250 300 Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil Sedang Ketat Ketat Ketat Tanpa Kontinu Kontinu Kontinu III K > 225 > 225
> 300 Strukturil Ketat Kontinu
Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya Beton Mutu Normal (Normal Strength Concrete) Beton Mutu Tinggi Beton Mutu Sangat Tinggi Memiliki kekuatan Memiliki kekuatan Memiliki kekuatan
Gambar 3.13. Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bahan 2
3.5.5.4. Peraturan dan Standar Perencanaan Struktur Beton Bertulang di Indonesia
Di Indonesia, peraturan atau pedoman standar mengenai perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang diatur dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI). Perkembangannya dimulai pada Peraturan Beton Indonesia 1955 (PBI 1955), kemudian PBI 1971, dan yang terakhir yakni Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor : SK SNI T-15-1991-03.
Sebagai dasar pelaksanaan pada proyek Pembangunan Gedung Global digunakan peraturan sebagai berikut :
- Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung ( SK SNI T-15-1991-03 ),
- Pedoman Beton 1989,
- Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983,
- Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983,
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia(PUBI – 1989) – NI – 3,
- Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 ( NI – 8 ), - Mutu dan Cara Uji Sement Portland ( SII 0013 – 81 ), - Mutu dan Cara Uji Agregat Beton ( SII – 052 – 80 ), - Baja Tulangan Beton ( SII 0136 – 84 ),
- Peraturan Bangunan Nasional 1978,
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat,
- Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung ( SKBI – 2.3.53.1987 UDC : 699.81.624.04 ).
3.6. Baja Tulangan 1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1999, yaitu :
Bertulang : ada tulanganya; memakai (mempunyai) tulang; beton - , beton yg memakai rangka besi.
Baja tulangan adalah jenis baja yang dipakai untuk tulangan beton yang harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pasal 3.7.
(sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2)
Jadi, (baja) tulangan merupakan rangka besi yang dipakai pada beton bertulang.
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja secara baik didalam sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang fungsinya untuk menahan gaya tarik yang ada didalam sistem. Untuk keperluan penulangan tersebut digunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis menguntungkan.
2. Jenis - Jenis Baja Tulangan
5
Baja tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos dan batang yang diprofil. Yang dimaksud dengan batang polos adalah batang prismatis berpenampang bulat, persegi, lonjong dan lain-lain
dengan permukaan licin. Yang dimaksud dengan batang yang diprofil adalah batang prismatis atau dipuntir, yang permukaannya diberi rusuk-rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 kali diameter pengenalnya.
Jenis-jenis baja tulangan, yakni : baja polos, baja isteg, baja ulir, baja ransome, baja silang bertordir. Beberapa diameter yang dipakai pada baja tulangan, yakni : Ø 6mm, Ø 8mm, Ø 10mm, Ø 12mm, Ø 13mm, Ø 14mm,
5
Departemen PU dan Tenaga Listrik, DirJen Ciptakarya. Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 1971, N.I. – 2 . Bandung.
Ø 16mm, Ø 19mm, Ø 22mm, Ø 25mm, Ø 28mm, dan Ø 32mm. Panjang baja tulangan ± 12 meter.
3.7.Beton Mixed 3.7.1. Pengertian
6
Beton mixed merupakan beton yang komponen-komponen penyusunnya telah siap untuk dicampur/ diaduk pada alat pengaduk. Komponen-komponen penyusunnya (semen, agregat, dan pasir) ditakar dengan komposisi tertentu, sehingga pengawasan terhadap mutu beton menjadi sangat ketat
3.7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Beton Ready Mixed
7
Penggunaan beton ready mixed mempunyai kekurangan dan kelebihan tersendiri yang perlu diketahui dan diatasi. Beberapa alasan dalam pemilihan beton ready mixed, yakni :
Perbandingan biaya antara beton dicampur dilapangan ( site-mixing ) dengan beton ready mixed.
Minimnya tempat di lokasi untuk meletakkan alat pencampur di lapangan dan tempat untuk menimbun agregat serta material lainnya.
Pengecoran dalam jumlah yang besar juga membutuhkan fasilitas produksi yang besar pula.
3.7.2.1. Instalasi Beton Ready Mixed
8
Ada 2 jenis utama dari instalasi beton Ready Mixed, yaitu : 1. Instalasi Penakar Kering
Pada jenis instalasi ini bahan yang ditakar dimasukkan ke dalam truk pencampur untuk dicampur dan diangkat ke lapangan. Air ditambahkan ke dalam truk pencampur sewaktu masih di instalasi, tetapi beberapa supplier beton menambah air ketika truk telah tiba dilapangan.
2. Instalasi Penakar Basah
Pada jenis ini semua bahan ditakar dan dimasukkan langsung kedalam alat pencampur (terdiri atas suatu pan mixer dengan tenaga penggerak atau alat campur dengan pengaduk menerus). Beton dicampur rata sebelum dimasukkan ke dalam kendaraan lain untuk diangkut ke lapangan.
Instalasi ready mix memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap kualitas beton, salah satu alasannya adalah karena petugas penakaran dapat memeriksa beton sebelum dicurahkan ke dalam truk pencampur.
Truk pencampur merupakan alat campur yang dapat membongkar isinya hingga jatuh bebas dan dipasang diatas chasis suatu truk. Dimensi truck yakni : panjang 8m, lebar 2,5m dan tinggi 3,5m dengan berat sekitar 24 Ton. Truck dengan tiga sumbu roda yang mampu membawa muatan sebesar 5-6 m3 beton, merupakan truck yang paling sering dipakai.
8