• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI : PENUTUP

2.4 Disiplin Kerja

4. Iklim organisasi

Iklim organisasi adalah suatu penyampaian keterbukaan atau perasaan seorang pegawai dalam suasana lingkungan kerja, yang berguna untuk mengevaluasi seluruh masalah yang ada di lingkungan kerja agar tujuan organisasi tercapai. Iklim organisasi juga bentuk perilaku atau karakteristik pegawai agar berani mengutarakan pendapat demi kenyamanan bersama.

Peneliti menggunakan 4 indikator yang mengikutinya yaitu : Norma, nilai dominan, aturan, dan iklim organisasi untuk mengukur Budaya Organisasi Pegawai Kantor Desa Sencalang Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.

pada peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati. Sedangkan kerja adalah segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkannnya, hal ini akan mendukung tercapainya tujuan organisasi, pegawai dan masyarakat.”

Hamali (2016:214) “Disiplin kerja adalah sesuatu kekuatan yang berkembang didalam tubuh karyawan/pegawai dan dapat menyebabkan penyesuaian diri dengan sukarela pada keputusan peraturan dan nilai tinggi dari pekerjaan dan perilaku.”

Wijaya (2015:291) “Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.”

Nuraini (2013:106) “Disiplin mengandung arti cara serta gaya hidup, teratur, kendali sebagai kemampuan dari kesadaran akan keyakinan, identitas dan tujuan akan nilai-nilai tertentu yang telah membudaya dalam diri seseorang.”

Ditinjau dari pedapat beberapa para ahli bahwa dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah usaha untuk menanamkan nilai dalam menciptakan suatu sikap patuh pada aturan-aturan kerja dan bertanggung jawab penuh pada tugasnya atau pekerjaannya

2.4.2 Fungsi Disiplin Kerja

Menurut Afandi (2016;3) fungsi disiplin adalah:

1. Menata kehidupan bersama dalam suatu organisasi.

2. Membangun dan melatih kepribadian yang baik.

3. Pemaksaan untuk mengikuti peraturan organisasi.

4. Sanksi atau hukuman bagi yang melanggar disiplin.

Maka dari itu, fungsi disiplin kerja adalah sebagai pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin didalam lingkungan ditempat seseorang itu berada.

2.4.3 Macam-Macam Bentuk Disiplin Kerja

Adapun macam-macam bentuk disiplin pada organisasi menurut Afandi (2016;7) adalah:

1. Disiplin preventif

Disiplin preventif adalah disiplin pencegahan agar terhindar dari berbagai pelanggaran peraturan yang terdapat dalam organisasi, yang ditujukan untuk mendorong pegawai agar berdisiplin diri dengan menaati dan mengikuti berbagai standar dan peraturan yang telah ditetapkan.

2. Disiplin korektif

Disiplin korektif merupakan disiplin yang dimaksudkan untuk mengenai pelanggaran terhadap aturan-aturan yang berlaku dan memperbaikinya untuk masa yang akan dating dan mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku dalam perusahaan.

3. Disiplin progresif

Disiplin progresif merupakan pemberian hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran yang berulang. Dilaksanakan disiplin progresif ini untuk mengambil hukuman yang lebih berat atau pemutusan hubungan kerja.

2.4.4 Faktor-Faktor Displin Kerja

Adapun menurut Afandi (2016;10) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai atau karyawan suatu organisasi, diantaranya adalah:

1. Faktor kepemimpinan

Kepemimpinan seorang pemimpin/atasan faktor utama dalam organisasi dan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawainya, Karena pemimpin dijadikan panutan oleh para bawahaannya yang harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan.

2. Faktor sistem penghargaan

Penghargaan sejatinya sangat diperlukan untuk membuat pegawai memiliki kedisiplinan kerja yang tinggi dalam menaati peraturan serta menyelesaikan pekerjaannya. Dengan adanya penghargaan pegawai merasa dihargai akan hasil kerjanya oleh atasan dan rekan kerja.

3. Faktor kemampuan

kemampuan adalah salah satu yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan para pegawai dengan tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan. Hal ini berarti bahwa tujuan harus sesuai dengan kemampuan pegawai bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.

4. Faktor balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan para pegawai, karena balas jasa akan memberikan kepuasan.

5. Faktor keadilan

Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan terciptanya kedisiplinan pegawai yang baik dan pegawai selalu merasa disamakan statusnya dengan pegawai lainnya tanpa adanya pilih kasih atau pandang bulu. Pemimpin di tuntut untuk tegas,adil dan jujur.

6. Faktor pengawasan melekat

Pengawasan melekat adalah tindakan nyata paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan seseorang pegawai. Dengan adanya pengawasan berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi prilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan pretasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya

7. Faktor sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam kedisiplinan pegawai. Dengan sanksi hukuman yang semakin ketat dan berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan, sikap, dan perilaku indisipliner pegawai akan berkurang. Sanksi hukuman harus diterapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua pegawai supaya hukuman itu tetap mendidik perilakunya.

8. Faktor ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap pegawai yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan dan pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman akan disegani dan diakui kepemimpinannya.

Sebaliknya apabila pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum pegawai yang indisipliner pegawai semakin banyak melanggar peraturan karena mereka beranggapan bahwa peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi.

9. Faktor hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama pegawai, akan menciptakan kedisiplinan yang baik. Hubungan-hubungan baik bersifat vertical maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship, dan cross relationship hendaknya harmonis.

2.4.5 Indikator-Indikator Disiplin Kerja

Menurut Melayu S.P Hasibuan, (2017:194), indikator-indikator disiplin kerja adalah sebagai berikut:

1. Kehadiran di tempat kerja 2. Ketaatan pada perauran kerja 3. Ketaatan pada standar kerja 4. Tingkat kewaspadaan tinggi 5. Bekerja etis

Dokumen terkait