BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.2 Diskusi
Penerimaan diri sebagai DV, jika dilihat pengaruh dari masing-masing IV, maka
IV yang signifikan antara lain:
1. Pengaruh keberhasilan dengan arah koefisien negatif
Hurlock (1974) menyatakan bahwa pengaruh keberhasilan adalah ketika
individu mendapatkan keberhasilan baik secara kualitatif maupun kuantitif,
yang dapat menimbulkan penerimaan diri jika keberhasilan yang didapatkan
Dengan demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Hurlock, yaitu
semakin tinggi individu mendapatkan keberhasilan yang tidak sesuai dengan
cita-cita yang diharapkan, maka semakin rendah penerimaan dirinya.
2. Identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri dengan arah
koefisien positif
Hurlock (1974) menyatakan bahwa identifikasi dengan seseorang yang
mempunyai penerimaan diri adalah ketika individu melakukan indentifikasi
dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri yang baik, maka ia akan
memiliki kecenderungan untuk mengembangkan sikap-sikap positif terhadap
kehidupan dan dapat berperilaku dengan cara yang mengarah pada penilaian
yang menguntungkan dirinya. Sesuai dengan pernyataan Hurlock, dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi intensitas individu melakukan indentifikasi
dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri yang baik, maka semakin
tinggi penerimaan dirinya. Adapun bila individu semakin rendah atau jarang
melakukan identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri
yang baik, maka akan semakin rendah penerimaan dirinya.
Pernyataan di atas didukung oleh Calhoun dan Acocella (1990) yang
mengatakan bahwa penerimaan diri akan membantu individu dalam
menyesuaikan diri, sehingga sifat-sifat dalam dirinya seimbang dan
terintegrasi.
Tetapi Hurlock juga menambahkan bahwa identifikasi dapat menjadi kuat
di usia berapa pun, namun yang paling banyak terjadi pada tahun-tahun awal
pribadi sedang diletakkan. Anak Berhadapan Hukum (ABH) yang ada di Panti
Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani masing-masing ditempatkan dalam
rumah yang mendapatkan bimbingan dari orang tua yang berperan sebagai Ibu
dan Ayah. Itu sebabnya lingkungan rumah yang menyediakan anak dengan
baik disesuaikan dengan sumber identifikasi akan kontribusi untuk
pengembangan kepribadian yang sehat. Adapun yang paling sering dipilih
sebagi sumber identifikasi dan penyesuaian diri adalah Ibu, karena memiliki
pengaruh kuat pada anak mengenai pola kepribadian.
3. Konsep diri yang stabil dengan arah koefisien negatif
Hurlock (1974) mengatakan bahwa konsep diri yang stabil adalah ketika
individu tersebut melihat dirinya dengan cara yang sama hampir sepanjang
waktu dan mampu memberikan indivu yang lain gambaran yang jelas tentang
dirinya, karena ia tidak ambivalen tentang dirinya dikemudian hari. Penyataan
Hurlock tersebut bertentangan karena subjek dalam penelitian ini adalah Anak
Berhadapan Hukum (ABH), sehingga sulit ditemukan konsep diri yang stabil.
Untuk masing-masing komponen penerimaan diri (self acceptance) sebagai DV,
maka IV yang signifikan adalah:
1. Tidak ada tekanan emosi yang berat dengan arah koefisien positif
Hal ini sesuai dengan Hurlock (1974) yang menyatakan bahwa tidak ada
tekanan emosi yang berat adalah ketika individu berusaha melakukan yang
terbaik dan berorientasi keluar diri, sehingga individu tersebut menjadi santai
demikian, semakin tinggi ketiadaan tekanan emosi yang berat pada individu,
maka semakin tinggi penerimaan dirinya.
Senada dengan Segal (2001) yang menyatakan bahwa orang yang tidak
dapat menerima emosi berarti tidak dapat menerima dirinya sendiri karena
sering menyalahkan orang lain atas kemarahan yang dirasakannya dan
meyakinkan diri bahwa kesedihan dan kecemasan itu memalukan, apabila
tidak sepenuhnya menerima emosi, kita akan kehilangan kebijaksanaan
membuat keputusan yang tepat untuk bertindak.
2. Pengaruh keberhasilan dengan arah koefisien negatif
3. Harapan yang realistik dengan arah koefisien negatif
Hal ini tidak sesuai dengan Hurlock (1974) yang menyatakan bahwa
harapan yang realistik adalah ketika individu dapat merumuskannya sendiri
daripada membiarkan individu lain mempengaruhinya serta mampu mengenali
keterbatasan serta kekuatannya. Dengan demikian, seharusnya semakin tinggi
harapan yang realistik, maka semakin tinggi penerimaan dirinya.
Senada dengan Cooper (2003) masalah penerimaan diri adalah masalah
yang penting dan serius dalam kehidupan manusia. Penerimaan diri penting
karena merupakan asas untuk membentuk diri yang baik supaya kita dapat
menerima kelebihan dan kekurangan yang ada. Penerimaan diri adalah asas
meningkatkan diri untuk menghadapi cobaan hidup.
4. Perspektif diri dengan arah koefisien positif
Hurlock (1974) menyatakan bahwa perspektif diri adalah memperhatikan
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi perspektif diri individu, maka semakin
tinggi penerimaan dirinya.
5. Bebas dari hambatan lingkungan dengan arah koefisien positif
Hal ini sesuai dengan Hurlock (1974) yang menyatakan bahwa bebas dari
hambatan lingkungan adalah ketika individu dapat memiliki kontrol serta
orang-orang disekitar mendorongnya untuk mencapai keberhasilan. Dengan
demikian, semakin tinggi individu bebas dari hambatan lingkungan, maka
semakin tinggi penerimaan dirinya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah
tingkat kebebasan individu dari hambatan lingkungan, maka semakin rendah
penerimaan dari individu tersebut.
Hurlock (1974) juga membagi dampak penerimaan diri menjadi dua
kategori, yaitu: Pertama, dalam penyesuaian diri. Orang yang memiliki
penerimaan diri, mampu mengenali kelebihan dan kekurangannya. Ia biasanya
memiliki keyakinan diri (self confidence) dan harga diri (self esteem).
Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan Brooks & Golstein (2009) bahwa
penerimaan diri dikaitkan dengan penghargaan diri dan rasa percaya diri.
Selain itu, individu juga lebih dapat menerima kritik demi perkembangan
dirinya. Penerimaan diri yang disertai dengan adanya rasa aman untuk
mengembangkan diri ini memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya
secara lebih realistik sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif.
Dengan penilaian yang realistik terhadap diri, seseorang akan bersikap jujur
dan tidak berpura-pura. Selain itu ia juga merasa puas dengan menjadi dirinya
Kedua, dalam penyesuaian sosial. Penerimaan diri biasanya disertai
dengan adanya penerimaan pada orang lain. Orang yang memiliki penerimaan
diri akan merasa aman untuk menerima orang lain, memberikan perhatiannya
pada orang lain, serta menaruh minat terhadap orang lain, seperti menunjukan
rasa empati dan simpati. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan
diri dapat melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan
orang yang merasa rendah diri sehingga mereka cenderung lebih berorientasi
pada dirinya sendiri (self oriented). Ia dapat mengatasi keadaan emosionalnya
tanpa mengganggu orang lain, serta toleran dan memiliki dorongan membantu
orang lain.
6. Pola asuh di masa kecil yang baik dengan arah koefisien positif
Hal ini sesuai dengan Hurlock (1974) yang menyatakan bahwa pola asuh
di masa kecil yang baik adalah ketika individu mendapatkan pelatihan yang
baik, yang mengarah ke pola kepribadian yang sehat, yang didapat di masa
kanak-kanak. Dengan demikian, semakin tinggi pola asuh di masa kecil yang
baik, maka semakin tinggi penerimaan dirinya dan semakin rendah pola asuh
di masa kecil yang baik, maka semakin rendah penerimaan dirinya.
7. Identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri dengan arah