• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.2. Diskusi

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok ini memperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok. Dari data akhir penelitian didapatkan nilai signifikansi dari korelasi antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok adalah 0,014. Hal ini berarti signifikansi hubungan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok tidak terlalu tinggi. Artinya dukungan orangtua dalam belajar membaca bukanlah faktor yang sangat berpengaruh ataupun memiliki pengaruh yang sangat tinggi dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok.

Dari hasil uji regresi yang penulis lakukan untuk mengetahui sejauh mana kelima bentuk dukungan orangtua dalam belajar membaca memberikan kontribusi terhadap kemampuan membaca didapatkan nilai R Square sebesar 0.234. Hal ini berarti bahwa kelima aspek dukungan orang tua memberikan kontribusi sebesar 23.4% bagi perubahan variabel kemampuan membaca. Dengan demikian terdapat 76.6% aspek lain selain kelima aspek di atas yang tidak terukur dalam penelitian ini, yang dapat memberikan kontribusi untuk perubahan pada variabel kemampuan membaca.

Secara teori, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah kematangan umum, inteligensi, kemampuan simbolik dan mengenal pola, lingkungan serta emosi ataupun kesukaan dari siswa itu sendiri (Schonell,1961). Meskipun dukungan orangtua dapat diklasifikasikan ke dalam faktor lingkungan dalam hal ini lingkungan rumah, akan tetapi dari hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan orangtua bukanlah faktor yang sangat dominan dalam kemampuan membaca seseorang. Hal ini berarti ada faktor yang lain yang lebih dominan dalam kemampuan membaca yang tidak terukur dalam penelitian ini.

Untuk lebih memperkuat data penelitian, penulis melakukan uji statistik

crosstabs yaitu dengan cara membandingkan skor kemampuan membaca antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Hasilnya didapatkan bahwa tidak ada perbedaan antara skor kemampuan membaca siswa laki-laki dengan siswa perempuan.

Penulis juga melakukan uji oneway anova untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kemampuan membaca dengan tingkat pendidikan orangtua, tingkat pendapatan orangtua dan status pekerjaan dari ibu. Dari hasil uji tersebut didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara ketiga variabel tersebut dengan kemampuan membaca. Dari hasil uji tersebut juga dapat diketahui bahwa ketiga variabel tersebut juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan dukungan orangtua dalam belajar membaca. Sebagai contoh orangtua yang berpendapatan atau berpendidikan tinggi tidak selalu memberikan dukungan yang besar. Anak dari orangtua yang berpendapatan atau berpendidikan tinggi pun tidak selalu memiliki kemampuan membaca yang tinggi dan begitu pula sebaliknya. Status

pekerjaan ibu pun tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan membaca maupun dukungan dalam belajar membaca. Jadi bukanlah sebuah jaminan bahwa anak dari ibu yang bekerja akan memiliki kemampuan membaca yang rendah ataupun sebaliknya.

Dalam penelitian ini penulis juga mendapatkan data bahwa bentuk dukungan yang paling mempengaruhi tingkat kemampuan membaca siswa adalah bentuk dukungan penghargaan dengan besar nilai korelasi (r) hitung sebesar 0,458, disusul kemudian bentuk dukungan jaringan sebesar 0,396, lalu bentuk dukungan informatif sebesar 0,367, bentuk dukungan instrumental 0,356 dan yang paling rendah pengaruhnya terhadap tingkat kemampuan membaca adalah bentuk dukungan emosional dengan nilai korelasi (r) hitung sebesar 0.312.

Penulis berasumsi bahwa dukungan penghagaan dapat membuat seorang anak dapat lebih meningkatkan kepercayaan dirinya dalam belajar membaca. Hal ini memungkinkan seorang anak untuk lebih memperluas bentuk dan variasi dari bacaan yang dibacanya. Seorang anak tidak lagi hanya sekedar membaca buku pelajaran atau sejenisnya tetapi dia juga percaya diri untuk membaca buku cerita, koran, majalah ataupun teks cerita lain yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih. Hal tersebut dapat timbul dari rasa percaya diri anak yang tumbuh baik karena dukungan penghargaan yang diberikan orangtua. Kondisi tersebut pada akhirnya dapat pula meningkatkan kemandirian sang anak dalam belajar membaca sehingga bentuk dukungan emosional menjadi bukan bentuk dukungan yang paling utama untuk meningkatkan kemampuan membaca anak.

Dari hasil kategorisasi dukungan orangtua dalam belajar membaca juga didapatkan bahwa mayoritas orangtua siwa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok memiliki tingkat dukungan yang sedang yaitu sebesar 60%, menyusul dukungan orangtua dengan kategori rendah dan tinggi sebesar 23% dan 17%.

Dari hasil tes kemampuan membaca penulis juga mendapatkan tipe kesalahan membaca yang banyak dilakukan siswa adalah ‘salah ucap’ yaitu sebesar 48,8% , menyusul kemudian adalah ‘diulang’ yaitu sebesar 31,8%, tipe kesalahan ‘hilang’ sebesar 12,4%, tipe kesalahan ‘terselip’ sebesar 6,6%, tipe kesalahan ‘ditolak’ sebesar 0,4% dan tipe kesalahan ‘terbalik’ 0%.

Dalam tes kemampuan membaca didapatkan data skor kemampuan mekanis 99%-100% adalah sebanyak 6 orang. Sebanyak 25 orang memiliki skor kemampuan mekanis 85%-98% dan siswa yang memiliki skor kemampuan mekanis di bawah 85 % yaitu sebanyak 4 orang. Sedangkan untuk skor kemampuan pemahaman didapatkan data bahwa sebanyak 63% siswa memiliki nilai di atas 80% dan sisanya memiliki nilai di bawah 80%.

Dari hasil kategorisasi kemampuan membaca dapat diketahui bahwa mayoritas siswa memiliki kemampuan membaca dengan kategori instruksional yaitu sebanyak 19 orang dengan persentase sebesar 51%, disusul kemudian siswa yang memiliki kemampuan membaca dengan kategori frustrasi adalah sebanyak 13 orang dengan persentase sebesar 40% dan selanjutnya siswa yang memiliki kemampuan membaca dengan kategori independen sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 9% .

Dari hasil penelitian kemampuan membaca ini penulis melihat bahwa tedapat beberapa siswa yang skor kemampuan mekanisnya tinggi tetapi memiliki skor kemampuan pemahaman yang rendah. Hal ini menyebabkan tingkatan atau kategori kemampuan membacanya menjadi turun. Contohnya seorang anak yang memiliki kemampuan mekanis 100% hanya memiliki kemampuan pemahaman sebesar 80%. Sehingga yang awalnya anak tersebut dapat masuk kategori independen tetapi karena skor pemahamannya hanya 80% maka ia menjadi masuk ke dalam kategori instruksional.

Dalam melakukan penelitian ini penulis memiliki keterbatasan dalam hal sampel penelitian yang masih kurang banyak dan juga norma dari alat tes yang digunakan. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa kerapatan dari norma yang ada dalam tes IRI dari Burns ini kurang sempurna. Akan tetapi guna menjaga konsistensi dari alat tes yang digunakan maka penulis tetap berpegang pada norma tersebut dalam mengolah data yang ada.

Dokumen terkait