• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

B. Diskusi

Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap perilaku delinkuen pada remaja laki-laki. Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap perilaku delinkuen pada remaja laki-laki. Hasil utama penelitian ini memperlihatkan bahwa ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap perilaku delinkuen pada remaja laki-laki dan hubungan antar variabel adalah negatif. Ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosional remaja akan diikuti dengan semakin rendah perilaku delinkuen. Hasil

66

penelitian ini memperkuat apa yang telah dikemukakan oleh Gottman & DeClaire (1998) bahwa remaja yang cerdas emosinya akan menerima perasaan-perasaan mereka sendiri, mampu memecahkan masalahnya sendiri, lebih banyak mengalami sukses di sekolah maupun dalam hubungannya dengan rekan-rekan sebaya, dan terlindung dari resiko penggunaan obat terlarang juga tindak kriminal. Selain itu, Cooper dan Sawaf menyatakan bahwa seseorang dapat mencapai keberhasilan hidup semaksimal mungkin melalui kecerdasan emosional yang sangat diperlukan terutama pada remaja yang sangat rentan dengan segala tindakan negatif (dalam Djuwarijah, 2002).

Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (r2), sumbangan efektif variabel kecerdasan emosional terhadap perilaku delinkuen sebesar 31,7%. Sedangkan 68,3% lainnya menunjukkan besarnya pengaruh keberadaan variabel lainnya yang menyebabkan perilaku delinkuen pada remaja. Dengan demikian kecerdasan emosional tidak mutlak sebagai sesuatu yang dapat menurunkan perilaku delinkuen pada remaja. Faktor lain tersebut menurut Santrock (1998) yang tidak dikontrol dalam penelitian ini adalah identitas diri negatif, teman sebaya, status sosial ekonomi, peran orangtua dan kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal. Dengan demikian ada begitu banyak faktor yang turut mempengaruhi perilaku delinkuen pada remaja.

Berdasarkan kategorisasi data empirik diperoleh bahwa kecerdasan emosional data penelitian berada pada kategori tinggi sedangkan perilaku delinkuen data penelitian berada pada kategori rendah. Timbulnya emosi yang menyenangkan (positif) maupun yang tidak menyenangkan (negatif) merupakan

67

produk dari pengamatan dari pengalaman individu dengan lingkungan, orang tua, saudara-saudara, serta pergaulan sosial yang lebih luas, sebagai produk lingkungan baik internal maupun eksternal. Kebiasaan remaja (dengan latihan) menguasai emosi-emosi negatif atau yang tidak menyenangkan dapat membuat remaja sanggup mengontrol emosi dalam banyak situasi (Mappiere, 1982). Remaja yang secara emosional cerdas akan mengalami lebih banyak sukses di sekolah dan dalam hubunngan dengan rekan-rekan sebaya. Dengan adanya faktor pelindung tersebut, remaja akan terlindung dari risiko-risiko yang dikhawatirkan oleh orangtua sewaktu individu memasuki masa remaja, seperti obat terlarang, kenakalan, juga kekerasan (Gottman & Declaire, 2003).

C. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran–saran ini diharapkan dapat berguna untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kecerdasan emosional ataupun perilaku delinkuen.

1. Saran Metodologis

a. Mengacu pada nilai koefisien determinasi, menunjukkan perilaku delinkuen dipengaruhi oleh kecerdasan emosional sebesar 31,7% selebihnya perilaku delinkuen pada remaja laki-laki dibentuk oleh variabel lain yang dalam penelitian ini tidak diteliti. Sehubungan dengan hal itu, maka disarankan kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk meneliti perilaku delinkuen

68

dengan mengkaji faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi perilaku delinkuen, seperti peran orangtua ataupun kualitas tempat tinggal.

b. Sebaiknya bagi penelitian selanjutnya berani mencoba dengan metode kualitatif untuk menyelidiki kecerdasan emosional dan perilaku delinkuen ini, supaya didapatkan hasil yang lebih kaya dan lebih mendalam.

2. Saran Praktis

a. Mengingat ternyata kecerdasan emosional memberi pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku delinkuen, diharapkan orangtua dapat memberikan empati dan dapat membantu remaja mengatasi perasaan- perasan negatif, yang juga merupakan latihan bagi remaja dalam menangani emosi.

b. Diharapkan agar orangtua dapat menjaga kualitas hubungan dengan remaja karena hubungan timbal balik secara aktif antara remaja dan orangtua yang berkualitas memungkinkan remaja untuk mengembangkan potensi dirinya terutama dalam hal ini kecerdasan emosional remaja.

c. Diharapkan guru senantiasa mengingatkan siswa untuk selalu menjaga perilaku dan pergaulan agar tidak terjerumus pada hal-hal negatif dan membina siswa untuk menjadi seorang yang cerdas secara emosi, misalnya dengan tidak melakukan kekerasan terhadap siswa.

d. Sebaiknya guru tidak hanya melakukan transfer pengetahuan, atau mengembangkan intelek siswa saja, akan tetapi dapat menjadi contoh dan sahabat bagi siswa misalnya dengan menampilkan perilaku yang baik seperti berkata-kata yang sopan, menjaga wibawa, dan lain sebagainya.

69

e. Diharapkan remaja dapat menjaga sikap dan perilaku agar terhindar dari perbuatan-perbuatan negatif, seperti mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah yang mengarah pada hal positif misalnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dari sekolah atau bergaul dengan teman-teman yang bisa saling mendukung dan menguatkan dalam kebaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Azwar, S. (2004). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________ (2004). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bynum, J. E., & Thompson, W. E. (1996), Juvenile Delinquency: A Sociological Approach (3rd ed.). Boston: Allyn & Bacon.

Djuwarijah (2002). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Agresivitas Remaja. Psikologika (Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia No. 13 Tahun VII.

Goleman, D. (2001). Kecerdasan Emosional ; alih bahasa, T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

___________ (2001). Walking Through Emotional Intelligence. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

___________ (2000). Working With Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosi untuk Meraih Puncak Prestasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Hadi, S. (2000). Metodology Research. (Jilid 1). Yogyakarta : Andi Offset

______ (2000). Metodology Research (Jilid 2). Yogyakarta: Andi Offset.

Hadisuprapto, P. (1997), Juvenile Delinquency: Pemahaman dan Penanggulangannya. Bandung : Cutra Aditya Bakti.

Hurlock, E. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Ifham, A. (2002). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kewirausahaan pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi, 3 (2), 89-111. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Kartono, K. (2006). Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kelly, B. T., Loeber, R., Keenan, K. & DeLamatre, M. (1997). Developmental Pathways in Boys’ Discruptive and Delinquent Behavior. Office of Juvenille Justice and Delinquency Prevention. diakses pada tanggal 5 nopember 2007, dari http://www.ncjrs.gov/pdfflies/165692.pdf

Kurniawan, I. N. (1998). Kecenderungan Berperilaku Delinkuen pada Remaja ditinjau dari Orientasi Religius dan Jenis Kelamin. Psikologika, 6 (III), 55-65.

Mappiere, (1982). Psikologi Remaja. Surabaya : Penerbit Erlangga.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (1999). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mu’tadin, Z. (2002) Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja. diakses pada tanggal 21 nopember 2007, dari http://www.e-psikologi.com/remaja/250402.htm

Prawitasari, J. E. (1998). Kecerdasan emosi. Buletin Psikologi, 3 (1), 21-31.

Indonesian Nutrition Network. (2007). Perilaku Bermasalah Remaja Muncul Lebih Dini. Diakses pada tanggal 22 september 2007, dari http://www.duniaguru.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id =229

Saman, A. (2004). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Sosial Remaja di Sekolah. Jurnal Intelektual, 2 (1).

Santrock, J. W. (1998). Adolescence. (7th ed). Boston: McGraw-Hill.

Sari, M. Y. (2005). Kecerdasan Emosi dan Kecenderungan Psikopatik pada Remaja Delinquen di Lembaga Pemasyarakatan. Jurnal Psikodinamik Vol. 7, No. 1. (54-67).

Sarwono, S. W. (2003), Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Siegel, S. (1997). Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT. Gramedia.

Steinhart, D. J. (1996). Status Offenses. 6 (3). diakses pada tanggal 5 nopember 2007, dari http://www.futureofchildren.org/usr_doc/vol6no3ART7.pdf.

Sugiarto, Siagian D., Sunaryanto, L.T., Oetomo, D.S. (2003). Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suryabrata, S. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Yudiani, E. (2005). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Masa Kerja dengan Penjualan Adaptif. Psikologika. No. 19

Yusuf, S (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Dokumen terkait