• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.2 Dislipidemia .1 Definisi

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Bays, 2011).

Dislipidemia bukan penyakit, lebih tepat disebut sebagai kekacauan metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit dan ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular (Bays, 2011).

Dislipidemia biasanya tidak menimbulkan gejala, kadar LDL tinggi dapat menyebabkan xantelasmakelopak mata, arcus cornea dan penumpukan LDL pada

tendon achilles, siku dan tendon lutut serta sendi metakarpofalangealis, dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Trigliserida tinggi (>1000mg/dl) dapat menyebabkan pankreatitis akut(Bays, 2011).

Berikut ini adalah tabel nilai lipid dari laboratorium Prodia di Indonesia Tabel 2.1 Nilai Lipid

Komponen Lipid Batasan (mg/dl) Klasifikasi Kolesterol Total < 200 Yang diinginkan

200 – 239 Batas tinggi > 240 Tinggi Kolesterol LDL < 100 Optimal 100 – 129 Mendekati optimal 130 – 159 Batas tinggi 160 – 189 Tinggi > 190 Sangat tinggi Kolesterol HDL < 40 Rendah > 60 Tinggi Trigliserida < 150 Normal 150 – 199 Batas tinggi 200 – 499 Tinggi > 500 Sangat tinggi Prodia, 2015

Dari berbagai penelitian jangka panjang di negara-negara barat, yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular (PKV), dikenal patokan kadar kolesterol sebagai berikut :

Tabel 2.2Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV)

Diinginkan Diwaspadai Berbahaya ( mg/dl ) ( mg/dl ) ( mg/dl ) Kolesterol Total < 200 200 – 239 > 240 Kolesterol LDL - Tanpa PKV < 130 130 - 159 > 160 - Dengan PKV < 100 Kolesterol HDL > 45 36 – 44 < 35 Trigliserida - Tanpa PKV < 200 200 - 399 > 400 - Dengan PKV < 150 250 - 499 > 500 (Bahri. 2004) 2.2.2 Klasifikasi Dislipidemia

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit (Grundy, 2006): 1. Dislipidemia primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat

menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.

2. Dislipidemia sekunder, yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan tertentu seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit hati obstruktif, kehamilan, anoreksia nervosa dan profiria akut intermiten. Hipertrigliseridemia

disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, miokard infark, disglobulinemia, sindrom nefrotik, kelainan autoimun, dan kehamilan.

2.2.3Penyebab Dislipidemia

Penyebab dislipidemia dibagi 2, yaitu (AACE, 2015): A. Dislipidemia Primer

Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya. Kelainan ini biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer meliputi:

• Hiperkolesterolemia poligenik • Hiperkolesterolemia turunan • Dislipidemia remnan

• Hiperlipidemia kombinasi turunan • Sindroma kilomikron

• Hipertrigliseridemia turunan • Peningkatan kolesterol HDL • Peningkatan apolipoprotein B B. Dislipidemia Sekunder

Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang mendasari.Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti diperlihatkan oleh tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.3Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder

Lipid Penyebab

↑ Kolesterol total dan kolesterol LDL - Hipotiroid - Sindrom nefrotik - SLE, multiple myeloma

- Progestin, pengobatan anabolik streroid

- Penyakit hati obstruktif, sirosis

- Protease inhibitor pada pengobatan infeksi HIV

↑ Trigliserida dan kolesterol VLDL - Gagal ginjal kronik - DM tipe 2

- Obesitas - Alkohol - Hipotiroid

- Obat anti hipertensi (Tiazid, Beta Bloker)

- Terapi koertikosteroid (↑ steroid Endogen akibat stres berat)

- Estrogen oral, kontrasepsi oral, kehamilan

- Very low fat diet

(AACE, 2015)

2.2.3 Penatalaksanaan Dislipidemia

Penatalaksanaan dislipidemia dibagi menjadi: A. Terapi Non Farmakologi

Komponen-komponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi pengurangan asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik. Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia bawaan (genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau

hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, penanganan terapinya dengan pengaturan makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006).

Terapi non farmakologis meliputi: 1. Terapi diet

Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan.Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi.Penilaian pola makan penting untuk menentukan pola dan keberhasilan terapi diet.

Tabel 2.4 Terapi perubahan pola hidup dengan pola diet

Nutrient Recomended Intake

Total fat 25%-35% of total calories Saturated fat Less than 7% of total calories trans-fatty acids Zero or as low as possible Polyunsaturated fat Up to 10% of total calories Monounsaturated fat Up to 20% of total calories

Carbohydrate 50% to 60% of total calories, especially from whole grains, fruits and vegetables Fiber 25-30 g/day (soluble forms such as psyllium

at 10-25 g) Plant strerols 2 g/day

Protein Approximately 15% of total calories Cholesterol Less than 200 mg/day

Total calories (energy) Balance energy intake and expenditure to maintain desirable body weight/prevent weight gain.

2 Latihan jasmani

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan.

Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap : 1) Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit

2) Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maksimal (220 - umur) selama 20-30 menit .

3) Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik.

B. Terapi Farmakologi

Obat anti-dislipidemia adalah obat yang ditujukan untuk memperbaiki kadar lemak di dalam darah, dapat diberikan langsung bila terdapat kelainan dislipidemia primer. Pemberian obat anti-dislipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak merespon (Illingworth, 2007).

Bila terapi non-farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan bermacam-macam obat anti-dislipidemik tergantung dari jenis dislipidemia yang kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari pada obat obat tersebut dalam mempengaruhi kolesterol HDL, trigliserida,

fibrinogen, kolesterol LDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping dari pada obat-obat tersebut .

Saat ini didapat beberapa golongan obat dislipidemia (ACC/AHA, 2013):

1) Golongan statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor : lovastatin, pravastatin, fluvastatin, simvastatin, atrovastatin, rosuvastatin, pitavastatin)

2) Derivat asam fibrat (gemfibrozil, fenofibrat) 3) Asam nikotinat (niacin)

4) Golongan resin (sequestran)

5) Kolestrol absorbsi inhibitor (ezetimibe)

Kadang kala kadar kolesterol dan trigliserida meningkat secara progresif pada kehamilan tetapi merupakan kontra indikasi pengobatan dengan niacin dan ezetimibe (ACC/ AHA, 2013)

2.2.4Komplikasi Dislipidemia

Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam komplikasi, antara lain:

1. Aterosklerosis

2. Penyakit jantung koroner

3. Penyakit serebrovaskular seperti stroke 4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya

Dokumen terkait