• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Kasus Celah Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal

HASIL PENELITIAN

4.4 Distribusi Kasus Celah Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal

Berdasarkan hasil penelitian, dari 61 rekam medis didapatkan data jumlah pasien penderita celah yang berasal dari daerah kota sebanyak 18 orang (29,51%).

Distribusi kasus celah pada pasien yang berasal dari daerah kota yang terbanyak yaitu dari Kota Medan terdapat 2 orang (11,11%) menderita celah bibir, 5 orang (27,78%) menderita celah langit, 4 orang (22,22%) menderita celah bibir dan langit-langit. Pasien celah yang paling sedikit yaitu berasal dari Kota Pematang Siantar dan Kota Tebing Tinggi yang masing-masing terdapat 1 orang (5,56%) menderita celah bibir dan langit-langit. Distribusi kasus pasien celah yang berasal dari daerah kota secara lengkap dapat dilihat di tabel 5 dan diagram 3.

1

Infancy/Bayi (0-1 th) Early Childhood/ Anak-anak Awal (1-3 th) Play Age/ Usia Bermain (3-6 th) School Age/ Usia Sekolah (6-12 th) Adolescence / Remaja (12-19 th) Early Adulthood/ Dewasa Awal (20-25 th) Adulthood/ Dewasa (26-64 th) Old Age/ Lansia (65+)

Tabel 5. Distribusi Kasus Pasien Celah yang Berasal dari Daerah Kota (n=18)

Daerah Tempat Tinggal

Kasus Celah Bibir Celah

Langit-langit

Diagram 3. Distribusi Kasus Pasien Celah yang Berasal dari Daerah Kota (n=18)

Berdasarkan hasil penelitian, dari 61 rekam medis didapatkan data jumlah pasien penderita celah yang berasal dari daerah kabupaten yaitu sebanyak 43 orang (70,49%). Distribusi kasus celah pada pasien yang berasal dari daerah kabupaten yang terbanyak yaitu dari Kab. Deli Serdang dengan jumlah pasien 4 orang (9,30%)

0

menderita celah langit dan 6 orang (13,95%) menderita celah bibir dan langit-langit. Pasien celah yang berasal dari kabupaten yang paling sedikit yaitu dari Kab.

Serdang Bedagai, Kab. Mandailing Natal, Kab. Nias Selatan, Kab. Aceh Tenggara (Aceh), Kab. Aceh Timur (Aceh) dengan jumlah pasien masing-masing 1 orang (2,33%) menderita celah bibir dan langit-langit dan Kab. Humbang Hasundutan dengan jumlah pasien 1 orang (2,33%) menderita celah langit-langit. Distribusi kasus pasien celah yang berasal dari kabupaten secara lengkap dapat dilihat di tabel 6 dan diagram 4.

Tabel 6. Distribusi Kasus Pasien Celah yang Berasal dari Daerah Kabupaten (n=43)

Daerah Tempat Tinggal

Kasus Celah Bibir Celah

Langit-langit

Diagram 4. Distribusi Kasus Pasien Celah yang Berasal dari Daerah Kabupaten (n=43)

0 2 4 6 8

CB CL CBL

Kab. Deli Serdang Kab. Batu Bara

Kab. Labuhan Batu Kab. Tapanuli Tengah

Kab. Asahan Kab. Langkat

Kab. Serdang Bedagai Kab. Toba Samosir

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian di RSUP H. Adam Malik dari tahun 2012 sampai 2015, terdapat 107 kasus celah orofasial yang meliputi celah bibir, celah langit-langit dan kombinasi celah bibir dan langit-langit. Dari 107 kasus, hanya 61 rekam medis yang dapat dijadikan data penelitian. Hal ini disebabkan 46 rekam medis tidak dapat ditemukan.

Menurut Tolarova, morfogenesis fasial dimulai dengan migrasi sel-sel neural crest ke dalam regio fasial, kemudian dilanjutkan dengan remodeling matriks ekstraseluler, proliferasi dan differensiasi sel-sel neural crest untuk membentuk jaringan otot dan pengikat, penggabungan antar komponen dan pada bibir atas terjadi fusi antara prosesus maksilaris dengan prosesus nasalis medialis pada minggu ke-6 kehamilan. Pembentukan palatum primer dari prosesus nasalis medialis dan pembentukan palatum sekunder dari prosesus palatal kiri dan kanan terjadi pada masa 8-12 minggu kehamilan. Gen-gen yang telah diketahui menjadi penyebab terjadinya celah bibir dan langit-langit diantaranya adalah IRF6 (merupakan gen yang berpengaruh dalam sindrom Van der Woude), P63, PVRL1, TGFA, TBX22, MSX1, FGFR1 dan SATB. Mutasi pada IRF6, MSX1 dan FGFR1 umumnya terkait dengan kelainan gigi dan celah langit-langit yang terjadi lebih dari satu kali di dalam suatu silsilah keluarga. Menurut Murray, gen-gen yang telah ditemukan mempunyai interaksi dengan paparan asap rokok dan menyebabkan timbulnya celah bibir dan langit-langit adalah TGFA, MSX1, TGFB3, RARA, P450, GST dan EPHX.1,11

Berdasarkan hasil penelitian kasus celah yang paling banyak terjadi yaitu kombinasi celah bibir dan langit-langit dengan jumlah pasien 31 orang (50,82%), diikuti dengan celah langit-langit 24 orang (39,34%) dan yang paling sedikit yaitu celah bibir yang berjumlah 6 orang (9,84%). Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian Shafi dkk di Pakistan, yaitu dari 123 pasien, terdapat 56 pasien (45%) menderita celah langit-langit, 44 pasien (36%) menderita kombinasi celah bibir dan

langit-langit dan 23 pasien (29%) menderita celah bibir. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Dian Erlianda di RSAB Harapan Kita menunjukkan kasus kombinasi celah bibir dan langit-langit merupakan kasus celah yang paling banyak yaitu 50,5%.

Selain itu, penelitian Neville pada tahun 2002 juga menunjukkan hasil yaitu 25%

pasien menderita celah bibir, 30% menderita celah langit-langit dan 45% menderita kombinasi celah bibir dan langit-langit.30

Hasil penelitian menunjukkan dari 61 pasien kasus celah bibir, celah langit-langit dan kombinasi celah bibir dan langit-langit-langit-langit, terdapat 47,54% pasien berjenis kelamin laki-laki dan 52,46% pasien berjenis kelamin perempuan. Distribusi kasus berdasarkan jenis kelamin yaitu celah bibir pada laki-laki 6,56% dan pada perempuan 3,28%, celah langit-langit pada laki-laki 14,75% dan pada perempuan 24,59%, kombinasi celah bibir dan langit-langit pada laki-laki 26,23% dan pada perempuan 24,59%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mossey di mana prevalensi terjadinya celah bibir pada laki-laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 3:2, sementara celah langit-langit lebih tinggi pada perempuan. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dari penelitian Albery di mana pria cenderung lebih sering menderita kelainan celah bibir dan langit-langit. Pada kasus autosomal resesif, apabila kedua orang tua normal namun ada yang menjadi pembawa gen abnormal dan kelainan terkait kromosom X, maka wanita dengan gen abnormal tidak akan menunjukkan kelainan, sementara pria dengan gen abnormal akan menunjukkan kelainan.30

Hasil penelitian menunjukkan dari 61 pasien kasus celah bibir, celah langit-langit dan kombinasi celah bibir dan langit-langit-langit-langit di RSUP H. Adam Malik, hanya 30 pasien yang dilakukan pembedahan. Hal ini disebabkan beberapa hal yaitu pasien diminta pulang paksa oleh orang tua, pasien belum dapat dilakukan pembedahan dan beberapa pasien meninggal sebelum dilakukan pembedahan dikarenakan memiliki sindrom atau kelainan bawaan lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Wong dan Häag, 35% dari pasien celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit memiliki kelainan bawaan yang lain dan terdapat 200 jenis sindrom yang dapat menyertainya.4 Selain

itu, beberapa pasien belum dapat dilakukan pembedahan karena beberapa alasan seperti BBLR, belum cukup umur dan pasien dalam kondisi yang kurang baik.

Berdasarkan hasil penelitian, dari 30 pasien yang dilakukan pembedahan, pasien bayi yang dibedah 5 orang (16,67%), pasien yang tergolong masa anak-anak awal berjumlah 12 orang (40%), pasien anak-anak usia bermain berjumlah 6 orang (20%), pasien anak-anak usia sekolah 2 orang (6,67%), pasien remaja 1 orang (3,33%), pasien yang tergolong dewasa awal 3 orang (10%), pasien dewasa 1 orang (3,33%), tidak ada pasien yang tergolong lansia. Hal ini berbeda dari penelitian yang dilakukan Jilly Natalia Loho di RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado di mana 73%

pasien dilakukan pembedahan pada usia 0-4 tahun.3 Berdasarkan hasil penelitian di RSUP H. Adam Malik, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat masyarakat di Sumatera Utara yang kurang memiliki kesadaran tinggi untuk memperbaiki masalah celah bibir, celah langit-langit dan kombinasi celah bibir dan langit-langit.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan kasus celah bibir, celah langit-langit dan kombinasi celah bibir dan langit-langit yang dirawat di RSUP H. Adam Malik sebagian besar berasal dari kabupaten (70,49%) dan sisanya berasal kota (29,51%). Hal ini dapat dikarenakan sebagian besar penduduk daerah kabupaten memiliki tingkat sosial ekonomi yang lebih rendah daripada di daerah kota. Pasien dari daerah kota paling banyak berasal dari Kota Medan dengan jumlah pasien 11 orang dari 61 orang dengan distribusi kasus celah bibir 2 orang (3,28%), celah langit-langit 5 orang (8,20%) dan kombinasi celah bibir dan langit-langit 4 orang (6,56%). Pasien dari daerah kota yang paling sedikit berasal dari Kota Pematang Siantar dan Kota Tebing Tinggi dengan jumlah pasien masing-masing 1 orang (1,64%) dengan kasus celah bibir dan langit-langit. Hal ini dapat dikarenakan RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit rujukan yang terletak di Kota Medan dan penduduk di Kota Medan memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya pembedahan sedini mungkin bagi penderita celah. Pasien dari daerah kabupaten paling banyak berasal dari Kab. Deli Serdang dengan jumlah 10 dari 61 orang dengan distribusi kasus celah langit-langit 4 orang (6,56%) dan kombinasi celah bibir dan langit-langit 6 orang (9,84%). Pasien dari daerah kabupaten yang paling sedikit

berasal dari Kab. Serdang Bedagai, Kab. Mandailing Natal, Kab. Nias Selatan, Kab.

Aceh Tenggara (Aceh), Kab. Aceh Timur (Aceh) dengan jumlah pasien masing-masing 1 orang (1,64%) menderita celah bibir dan langit-langit dan Kab. Humbang Hasundutan dengan jumlah pasien 1 orang (1,64%) menderita celah langit-langit. Hal ini dapat dikarenakan letak Kabupaten Deli Serdang masih berdekatan dengan Kota Medan, sehingga pasien rujukan dari Deli Serdang lebih banyak dari kabupaten lain.

BAB 6

Dokumen terkait