• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Pemetaan klorofil-a dan transparansi perairan dari model

4.3.1 Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta musim kemarau

Pemetaan konsentrasi klorofil-a di Teluk Jakarta ini dibagi menjadi 11 kelas yakni antara 0-0.5 mg/m3, 0.5-1 mg/m3, 1-1.5 mg/m3, 1.5-2 mg/m3, 2-2.5 mg/m3, 2.5-3 mg/m3, 3-3.5 mg/m3, 3.5-4 mg/m3, 4-4.5 mg/m3, 4.5-5 mg/m3, dan lebih dari 5 mg/m3. Penggunaan 11 kelas ini bertujuan untuk mempermudah visualisasi konsentrasi klorofil-a secara lebih spesifik karena kedinamisan kondisi perairan Teluk Jakarta. Dalam hal ini yang akan dibahas hanyalah distribusi klorofil-a musim kemarau karena hasil pengujian (uji-t) antara nilai klorofil-a in situ pada musim hujan dengan nilai duga dari model menunjukkan bahwa nilai tengah antara klorofil-a in situ dengan model dugaan berbeda nyata ( 1 2) sehingga

model pendugaan konsentrasi klorofil-a pada musim hujan yang dikembangkan tidak terlalu baik untuk menduga konsentrasi klorofil-a.

Untuk tahun 2004-2006, citra yang digunakan untuk pemetaan digunakan pula dalam pembuatan model. Berikut merupakan distribusi klorofil-a di Teluk Jakarta pada tahun 2004 (Gambar 5).

Gambar 5. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2004 dari model y = 415.8x3 - 304.1x2 + 75.97x - 6.204

Pada 21 Juni 2004, di daerah pesisir Teluk Jakarta bagian barat dan timur, konsentrasi klorofil-a menempati kelas antara 1-1.5 mg/m3 dan 1.5-2 1-1.5 mg/m3 yang diwakili oleh warna biru dan hijau sedangkan di bagian tengah, sebagian besar perairan memiliki konsentrasi klorofil-a antaa 0.5-1 mg/m3 yang diwakili oleh warna biru. Dari gambar terlihat bahwa konsentrasi klorofil-a yang lebih tinggi terdapat di pesisir pantai dan muara sungai, yakni di muara Sungai Cikarang dan Citarum di Teluk Jakarta bagian timur, dan semakin menurun konsentrasinya di laut lepas. Secara umum, konsentrasi klorofil-a paling tinggi di Teluk Jakarta ini terdapat di bagian barat Teluk Jakarta.

Pada tanggal 23 Juli 2004, Teluk Jakarta didominasi konsentrasi klorofil-a pada kisaran 0.5-1 mg/m3 yang diwakili warna biru. Konsentrasi klorofil-a cenderung lebih tinggi pada Teluk Jakarta bagian timur. Pada Teluk Jakarta bagian tengah, konsentrasi cenderung seragam antara 0.5-1 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a semakin rendah di lepas pantai.

Pada tanggal 24 Agustus 2004, konsentrasi klorofil-a relatif bertambah ditandai dengan semakin luasnya wilayah berwarna biru muda dan hijau yang mewakili kisaran klorofil-a pada 1-1.5 mg/m3 dan 1.5-2 mg/m3 terutama pada Teluk Jakarta bagian barat dan timur. Pada muara Sungai Cikarang dan Sungai Citarum di bagian timur Teluk Jakarta terdapat konsentrasi klorofil-a pada kisaran 3-3.5 mg/m3 yang menandakan cukup tingginya kandungan nutrien dari sungai- sungai tersebut. Secara umum, konsentrasi klorofil-a yang tinggi berada di bagian barat Teluk Jakarta.

Pada 9 September 2004, konsentrasi klorofil-a Teluk Jakarta menurun cukup signifikan di mana perairan didominasi oleh kisaran klorofil-a 0-0.5 mg/m3 yang

diwakili warna biru tua. Di muara-muara sungai, nilai klorofil-a cenderung lebih tinggi yakni antara 0.5-1 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a meningkat lagi pada 25 September 2004 di mana Teluk Jakarta didominasi konsentrasi klorofil-a pada kisaran 0.5-1 mg/m3. Namun pada pesisir barat dan timur terdapat konsentrasi klorofil-a dengan kisaran 1-1.5 mg/m3 (warna biru muda) dan 1.5-2 mg/m3 (warna hijau) dengan pola teratur, semakin rendah ke arah laut lepas. Pada 11 Oktober 2004, secara umum distribusi klorofil-a semakin meningkat dari tanggal 25 September 2004 yang divisualisasikan dengan bertambahnya luasan yang

berwarna biru (kisaran klorofil-a 0.5-1 mg/m3) yang mendominasi perairan Teluk Jakarta.

Untuk pemetaan distribusi klorofil-a pada tahun 2005 (Gambar 6) dan tahun 2006 (Gambar 7) ini digunakan sebanyak tiga data citra yang semuanya

Gambar 6. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2005 dari model y = 415.8x3 - 304.1x2 + 75.97x - 6.204

Pada distribusi klorofil-a tahun 2005 di atas, terlihat bahwa terjadi

peningkatan konsentrasi klorofil-a dari tanggal 11 Agustus 2005 ke tanggal 27 Agustus 2005 dan 28 September 2005. Pada tanggal 11 Agustus 2005, konsentrasi klorofil-a cenderung rendah dan perairan Teluk Jakarta didominasi klorofil-a pada kisaran 0-0.5 mg/m3 (warna biru) dan kisaran 0.5-1 mg/m3 (warna biru muda) pada pesisir dan muara sungai. Pada tanggal 27 Agustus 2005, terlihat bahwa luasan wilayah yang diwakili warna biru muda meningkat terutama di bagian tengah Teluk Jakarta. Pada perairan sekitar muara Sungai Cikarang di bagian timur Teluk Jakarta lebih diwakili kisaran klorofil-a 1-1.5 mg/m3 sedangkan pada muara Sungai Cisadane, konsentrasi klorofil-a lebih tinggi sampai kisaran 2.5-3

mg/m3 yang diwakili warna kuning. Pada tanggal 28 September 2005, konsentrasi klorofil-a meningkat lagi, ditandai dengan semakin luasnya wilayah yang diwakili warna biru muda (kisaran 1-1.5 mg/m3) terutama pada Teluk Jakarta bagian timur. Pada muara Sungai Cisadane, konsentrasi klorofil-a sampai pada kisaran 3.5-4 mg/m3 yang diwakili warna oranye.

Gambar 7. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2006 dari model y = 415.8x3 - 304.1x2 + 75.97x - 6.204

Konsentrasi klorofil-a pada 26 Mei 2006 cenderung seragam dan rendah yakni pada kisaran 0.5-1 mg/m3 pada wilayah pesisir dan 0-0.5 mg/m3 secara

yang paling tinggi terdapat pada muara Sungai Cisadane di bagian barat Teluk Jakarta.

Konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Jakarta tanggal 17 Oktober 2006 lebih tinggi dari tanggal 26 Mei 2006 dan 1 Oktober 2006. Adapun yang paling tinggi terdapat di sebelah timur Teluk Jakarta yang sebagian besar perairan diwakili oleh warna biru muda pada kisaran 1-1.5 mg/m3 terutama di bagian muara.

Untuk distribusi klorofil-a tahun 2007 (Gambar 8), tahun 2008 (Gambar 9), dan tahun 2009 (Gambar 10), digunakan perwakilan satu citra untuk masing- masing tahun, di mana citra-citra tersebut tidak digunakan dalam pengembangan model karena tidak tersedianya data in situ.

Gambar 8. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2007 dari model y = 415.8x3 - 304.1x2 + 75.97x - 6.204

Konsentrasi klorofil-a pada tahun 2007 ini terlihat cukup tinggi terutama di bagian timur Teluk Jakarta antara muara Sungai Cikarang dan muara Sungai Ciliwung yang diwakili oleh warna oranye yang menandakan kisaran klorofil-a

3.5-4 mg/m3. Pada muara Sungai Cisadane di bagian barat Teluk Jakarta juga terdapat kisaran klorofil-a ini. Namun secara keseluruhan Teluk Jakarta didominasi konsentrasi klorofil-a 1.5-2 mg/m3 yang diwakili warna hijau.

Gambar 9. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2008 dari model y = 415.8x3 - 304.1x2 + 75.97x - 6.204

Pada 18 Juli 2008 (Gambar 9), kisaran klorofil-a mencapai kisaran 3.5-4 mg/m3 (warna oranye) dan 4-4.5 mg/m3 (warna magenta) yakni pada muara Sungai Cikarang dan Citarum di bagian timur Teluk Jakarta maupun di muara Sungai Cisadane di bagian barat Teluk Jakarta. Pola distribusi konsentrasi

klorofil-a di sini adalah tinggi di bagian pesisir dan semakin rendah di lepas pantai dan secara keseluruhan Teluk Jakarta didominasi konsentrasi klorofil-a 1-1.5 mg/m3.

Gambar 10. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2009 dari model y = 415.8x3 - 304.1x2 + 75.97x - 6.204

Perairan Teluk Jakarta tanggal 2 Mei 2009 (Gambar 10) didominasi oleh warna biru muda dan relatif seragam di mana konsentrasi klorofil-a berada dalam kisaran 1-1.5 mg/m3. Namun tampak jelas pada muara sungai-sungai besar seperti Sungai CIsadane, Citarum, dan Cikarang, konsentrasi klorofil-a jauh lebih tinggi yakni pada kisaran 2-2.5 mg/m3 (warna hijau muda) dan 2.5-3 mg/m3 (warna kuning).

Dokumen terkait