• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Proporsi Berdasarkan Sosiodemografi

Dalam dokumen KARAKTERISTIK PENDERITA THALASEMIA YANG (1) (Halaman 62-77)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1.1. Distribusi Proporsi Berdasarkan Sosiodemografi

Distribusi proporsi penderita Thalasemia berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 - April 2014 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.1 Diagram Bar Proporsi Penderita Thalasemia Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011

April 2014

Berdasarkan Gambar 5.1 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita Thalasemia tertinggi berada pada kelompok umur <15 tahun sebesar 47,8% pada laki-laki dan sebesar 36,3% pada perempuan.

47.8% 36.3% 3.5% 12.4% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Laki-laki Perempuan ≤ 15 Tahun > 15 Tahun

Penderita Thalasemia lebih banyak ditemukan pada umur 11-15 tahun disebabkan gejala klinis Thalasemia dapat diperiksa pada umur 2 tahun, tetapi penderita baru datang berobat pada umur 4-6 tahun karena semakin pucat sehingga mengakibatkan penderita memerlukan transfusi darah secara berkala seumur hidupnya. Apabila penderita Thalasemia tidak dirawat, maka hidup mereka biasanya hanya mampu bertahan 1-8 tahun.18

Hal ini sesuai dengan penelitian Jelvehgari M. (2004) di Kota Tabriz, Iran yang melaporkan bahwa penderita Thalasemia terbanyak pada umur >5 tahun (38%).26 Sesuai juga dengan penelitian yang pernah dilakukan di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2006-2008 oleh Syarifurnama Dewi yang melaporkan bahwa penderita Thalasemia terbanyak pada kelompok umur 6-15 tahun.27

b. Suku

Distribusi proporsi penderita Thalasemia berdasarkan suku yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 - April 2014 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Penderita Thalasemia Berdasarkan Suku di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011–April 2014

Berdasarkan Gambar 5.2 di atas dapat dilihat bahwa penderita Thalasemia tertinggi adalah suku jawa sebanyak 46%. Hal ini sesuai dengan penelitian Peony S. (2004) di RSCM Jakarta dengan desain cross sectional, penderita Thalasemia terbanyak adalah pada suku Jawa.19 Selain itu juga sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di RSUP H. Adam Malik oleh Syarifurnama Dewi tahun 2006-2008 yang melaporkan penderita Thalasemia terbanyak adalah suku Jawa.27

46.0% 21.2% 21.2% 8.0% 2.7% 0.9% Jawa Batak Aceh Melayu Minang Lainnya

c. Agama

Distribusi proporsi penderita Thalasemia berdasarkan agama yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 - April 2014 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Thalasemia Berdasarkan Agama di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011–April 2014

Berdasarkan Gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa penderita Thalasemia tertinggi adalah beragama Islam sebanyak 88,5%. Hal ini sesuai dengan penelitian Peony S. (2004) di RSCM Jakarta penderita Thalasemia terbanyak adalah agama Islam.19 Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di RSUP H. Adam Malik oleh Syarifurnama Dewi tahun 2006-2008.27

88,5% 8,8% 1,8% 0,9% Islam Kristen Protestan Katolik Budha

d. Pendidikan

Distribusi proporsi penderita Thalasemia berdasarkan pendidikan yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 - April 2014 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.4 Diagram Pie Proporsi Penderita Thalasemia Berdasarkan Pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 April 2014

Berdasarkan Gambar 5.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita Thalasemia tertinggi adalah tidak sekolah/tidak tamat SD sebanyak 63,7%. Tingginya proporsi penderita yang tidak sekolah/tidak tamat SD disebabkan karena penderita Thalasemia sebagian masih berumur dibawah 5 tahun. Selain itu juga keadaan penderita Thalasemia yang tidak memungkinkan untuk bersekolah sehingga menyebabkan rendahnya pendidikan penderita Thalasemia.

63,7% 23,0% 8,8% 4,4 Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

e. Daerah Asal

Distribusi proporsi penderita Thalasemia berdasarkan daerah asal yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 - April 2014 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Penderita Thalasemia Berdasarkan Daerah Asal di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011–April 2014 Berdasarkan Gambar 5.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang berasal dari luar kota Medan lebih tinggi yaitu sebesar 74,3%, sedangkan yang berasal dari kota Medan sebesar 25,7%.

Hal ini disebabkan karena RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit rujukan dari proponsi Sumatera Utara, Aceh, Riau, dan Sumatera Barat sehingga memungkinkan penderita Thalasemia yang berobat di rumah sakit ini lebih banyak berasal dari luar kota Medan.

25,7%

74,3%

Dalam Kota Medan Luar Kota Medan

5.1.2. Distribusi Proporsi Berdasarkan Keadaan Medis Penderita a. Keluhan Utama

Distribusi proporsi penderita Thalasemia berdasarkan keluhan utama yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 - April 2014 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Penderita Thalasemia Berdasarkan Keluhan Utama di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011

April 2014

Berdasarkan Gambar 5.6 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang mengalami pucat lebih tinggi yaitu sebesar 88,5%, sedangkan yang mengalami perut membesar sebesar 11,5%.

Hemoglobin terdiri dari dua protein yang berbeda jenis yaitu alfa dan beta. Jika tubuh tidak cukup memproduksi dua jenis protein ini, maka hemoglobin menjadi tidak matang sehingga tidak dapat mengangkut dan mendistribusikan oksigen yang

88,5% 11,5%

Pucat

cukup ke seluruh tubuh. Eritrosit yang beredar di pembuluh darah menjadi mudah rusak dan pecah sehingga mengakibatkan penderita pucat.12

Perut membesar disebabkan oleh pembengkakan limpa dan hati. Limpa berfungsi membersihkan sel darah yang rusak. Pada penderita Thalasemia, sel darah merah yang rusak sangat berlebihan sehingga kerja limpa dan hati sangat berat, akibatnya limpa dan hati membengkak.21

Kebanyakan penderita Thalasemia datang berobat dengan keluhan pucat, hal ini menunjukkan bahwa penderita dengan keluhan pucat lebih sensitif menunjukkan Thalasemia dengan sensitivitas sebesar 88%.

b. Jenis Thalasemia

Distribusi proporsi penderita Thalasemia berdasarkan jenis thalasemia yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 - April 2014 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Thalasemia Berdasarkan Jenis Thalasemia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 April 2014

Berdasarkan Gambar 5.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita Thalasemia Beta lebih tinggi yaitu sebesar 91,2% dan penderita Thalasemia nonspesifik sebesar 8,8%. Berdasarkan laporan lembaga eijkman, Thalasemia Beta lebih sering ditemukan di Indonesia daripada jenis Thalasemia lainnya.21 Thalasemia Beta masuk ke Indonesia melalui migrasi penduduk dan percampuran penduduk yang mulanya berasal dari Cina Selatan yang disebut Protomelayu. Sedangkan Thalasemia Alfa banyak ditemukan Timur Tengah dan Afrika. Hal ini juga sesuai dengan

91.2% 8.8%

Thalasemia Beta Thalasemia Nonspesifik

penelitian Ganie A. (2004) bahwa prevalensi carrier Thalasemia Beta di Medan sebesar 4,07%.1

Penderita dengan jenis Thalasemia nonspesifik merupakan penderita yang belum menjalani pemeriksaan laboratorium untuk ditentukan jenis Thalasemianya, hal ini dapat terjadi karena masalah tingginya biaya pemeriksaan Thalasemia.

c. Jenis Komplikasi

Distribusi proporsi penderita Thalasemia berdasarkan jenis komplikasi yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 - April 2014 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Penderita Thalasemia Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 April 2014

Berdasarkan Gambar 5.8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita Thalasemia dengan komplikasi jantung dan liver disease yaitu sebesar 62,5% dan infeksi lain sebesar 37,5%. Jantung dan liver disease paling sering terjadi karena

62.5% 37.5%

Jantung dan Liver Disease Infeksi

banyaknya transfusi darah yang diterima penderita sehingga penderita mengalami kelebihan zat besi dan dapat menyebabkan penyakit jantung. Untuk mengatasi kelebihan zat besi, dapat diberikan desferal yang bergubna mengeluarkan zat besi melalui urin dan tinja, namun harganya cukup tinggi. Sehingga, hanya sedikit penderita Thalasemia yang diberikan desferal. Selain itu, terlalu sering menerima transfusi darah juga berdampak tidak baik karena dapat terinfeksi virus-virus seperti hepatitis B dan C yang lolos screening.

5.1.3. Distribusi Proporsi Berdasarkan Status Rawatan Penderita a. Penatalaksanaan Medis

Distribusi proporsi penderita Thalasemia berdasarkan penatalaksanaan medis yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 - April 2014 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi Penderita Thalasemia Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011–April 2014 6.2% 74.3% 19.5% Medikamentosa Transfusi Darah Medikamentosa + Transfusi Darah

Berdasarkan Gambar 5.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita Thalasemia berdasarkan penatalaksanaan medis terbesar adalah transfusi darah sebesar 74% dan terkecil adalah medikamentosa sebesar 6%.

Penderita Thalasemia lebih banyak mendapat transfusi darah karena hemoglobin penderita Thalasemia tidak cukup memproduksi protein alfa atau beta sehingga mengakibatkan hemoglobin yang dibentuk menjadi berkurang dan sel darah merah mudah lisis. Hal ini menyebabkan penderita Thalasemia membutuhkan transfusi darah terus-menerus.1

Hal ini sesuai dengan penelitian Jelvehgari M. (2004) di kota Tabriz, Iran, yang melaporkan bahwa penderita Thalasemia terbesar menjalani penatalaksanaan medis berupa transfusi darah.26

b. Lama Rawatan

Lama rawatan rata-rata penderita Thalasemia yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 – April 2014 adalah 3,38 hari (3 hari) dengan 95% Confidence Interval 3,07-3,69 hari.Standart Deviation (SD) adalah 2,74 hari dengan lama rawatan paling singkat 1 hari dan paling lama 13 hari.

Penderita Thalasemia diharuskan tirah baring karena penderita Thalasemia harus menjalani transfusi darah untuk mengganti sel-sel eritrosit yang telah rusak karena hemoglobin penderita Thalasemia tidak cukup memproduksi protein alfa atau beta sehingga mengakibatkan hemoglobin yang dibentuk menjadi berkurang dan sel darah merah mudah rusak.21

c. Sumber Biaya

Distribusi proporsi penderita Thalasemia berdasarkan sumber biaya yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 - April 2014 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.10 Diagram Pie Proporsi Penderita Thalasemia Berdasarkan Sumber Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011–April 2014 Berdasarkan Gambar 5.10 di atas dapat di lihat bahwa proporsi penderita Thalasemia yang menggunakan biaya pengobatan dari bukan biaya sendiri lebih tinggi yaitu sebesar 95% dibanding biaya sendiri yaitu 15%. Hal ini disebabkan karena RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit yang menerima layanan jaminan kesehatan pemerintah. Sehingga penderita yang memiliki kartu jaminan kesehatan lebih memilih berobat ke rumah sakit ini.

Biaya pemeriksaan dan perawatan Thalasemia ini cukup mahal, sehingga sering kali penderita mendapat perawatan tidak maksimal. Transfusi darah,

5,3%

94,7%

Biaya Sendiri Bukan Biaya Sendiri

pemberian desferal, dan lain sebagainya membutuhkan biaya cukup tinggi yang tidak mungkin didapatkan dari biaya asuransi, hal ini juga menjadi permasalahan yang besar bagi keluarga penderita Thalasemia.

d. Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi penderita Thalasemia berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 - April 2014 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.11 Diagram Pie Proporsi Penderita Thalasemia Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011–April 2014

Berdasarkan Gambar 5.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita Thalasemia berdasarkan keadaan sewaktu pulang terbesar adalah pulang dengan berobat jalan (PBJ) sebesar 88% dan terendah adalah meninggal sebesar 3,5%.

Penderita yang pulang dengan berobat jalan adalah penderita yang diperbolehkan untuk dirawat di rumah, akan tetapi harus melakukan kontrol kembali ke rumah sakit. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri yaitu penderita dengan

87,6% 8,8% 3,5% PBJ PAPS Meninggal

alasan tidak ada yang menjaga di rumah sakit dan penderita yang memilih untuk dirawat di pelayanan kesehatan lain.

Thalasemia merupakan penyakit yang akan dibawa penderita sejak dari lahir hingga tua. Thalasemia tidak dapat disembuhkan tetapi penderitanya dapat memperbaiki kualitas hidupnya melalui transfusi darah secara teratur.

Sebanyak 3,5% (4 orang) penderita Thalasemia yang meninggal. Keempat penderita tersebut meninggal karena komplikasi jantung dan liver disease pada umur 6 tahun, 14 tahun, 11 tahun dan 12 tahun. Hal ini dapat terjadi karena penderita tidak diberikan medikamentosa berupa desferal yang berguna mengatasi kelebihan zat besi akibat transfusi darah, namun tidak diberikan karena tingginya biaya desferal tersebut.

Salah satu penderita Thalasemia yang ekstrim mampu bertahan hidup hingga sekarang berumur 31 tahun, penderita ini berjenis kelamin perempuan dan berasal dari luar kota Medan.

Dalam dokumen KARAKTERISTIK PENDERITA THALASEMIA YANG (1) (Halaman 62-77)

Dokumen terkait