BAB IV HASIL PENELITIAN
4.7. Status Gizi Bayi
Status Gizi Bayi
Baik 42 (90%) Lebih 3 (6%) Kurang 2 (4%) Lebih Baik Kurang
Diagram 4.10. Distribusi Status Gizi Bayi Berdasarkan Indeks BB/U
Dari diagram 4.10 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran yang telah
dilakukan terhadap 47 bayi dengan menggunakan indeks BB/U terdapat status gizi
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 4.8. Distribusi Status Gizi Bayi Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Umur
Status Gizi Bayi
Lebih Baik Kurang Jumlah
n % N % n % n %
1 0-6 bl 3 11,11 23 85,18 1 3,70 27 100
2 7-12 bl 0 0 19 95 1 5 20 100
Dari tabel 4.8. dapat dilihat bahwa kelompok umur bayi digolongkan
menurut 2 kelompok umur bayi yaitu umur 0-6 bulan dan 7-12 bulan. dan status
gizi bayi dengan kategori baik lebih tinggi pada usia 0-6 bl yaitu 85,18%
dibandingkan dengan usia 7-12 bulan yaitu 95%.
Tabel 4.9. Distribusi Status Gizi Bayi Berdasarkan Umur dan Pola Pemberian ASI
Umur ASI
Status Gizi Bayi
Jumlah Lebih Baik Kurang
N % n % n % n %
0-6 bulan Eklusif 3 23,1 9 69,2 1 7,6 13 100
Non Eklusif 0 0 14 100 0 0 14 100
7-12 bulan Non Eklusif 0 0 19 95 1 5 20 100
Dari tabel 4.9. dapat dilihat bahwa bayi yang mendapatkan ASI eklusif
hanya 13 orang (100%), dan mempunyai status gizi bayi yang baik sebanyak 9
orang (69,2%). Tetapi pada usia 0-6 bulan yang seharusnya hanya mendapatkan
ASI eklusif , ada juga terdapat 14 orang (100%) yang diberi makanan tambahan.
Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa pada daerah tersebut
banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI eklusif. Dan mayoritas pada usia 4
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
4.7.1. Status Gizi Bayi Berdasarkan Status Gizi Ibu
Tabel 4.10. Distribusi Status Gizi Bayi Berdasarkan Status Gizi Ibu
No
Status Gizi
Ibu
Status Gizi Bayi
Lebih Baik Kurang Buruk Jumlah
n % n % n % n % n %
1 Kurus 0 0 2 100,00 0 0 0 0 2 4,25
2 Normal 3 6,66 38 84,44 3 6,66 1 2,22 45 95,74
Jumlah 3 6,38 40 85,10 3 6,38 1 2,12 47 100,00
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa diantara 2 orang ibu yang kurus yang
mempunyai status gizi bayi yang baik ada 100%. Diantara 45 orang ibu dengan
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pola Konsumsi Ibu
5.1.1. Frekuensi Makan Ibu Menyusui.
Setiap jenis bahan makanan tidak ada satupun yang mengandung semua
zat gizi yang mampu membuat hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh
karena itu setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan. Makanan
sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh (Amanullah, 2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk jenis bahan makanan pokok
semua ibu menyusui mayoritas mengkonsumsi karbohidrat dalam bentuk nasi
dengan frekuensi >1x/hari. Alasan mengkonsumsi nasi sebagai pilihan utama
dikarenakan bahwa nasi merupakan makanan pokok yang dikonsumsi oleh
keluarga secara turun-menurun seperti yang disebutkan oleh Suhardjo (1988) dan
Truswell (1922) yang dikutip oleh Candra (2007) bahwa kebiasaan makan
seseorang bersifat turun-menurun dan kemudahan untuk memperolehnya. Namun
ada juga sebagian responden yang mengkonsumsi mie dan roti, tetapi dikonsumsi
sesekali saja atau sebagai makanan jajanan. Bahan makanan pokok dianggap yang
terpenting didalam suatu susunan hidangan di Indonesia karena bila suatu
susunan hidangan tidak mengandung bahan makanan pokok, tidak dianggap
lengkap dan sering orang yang mengatakan belum makan meskipun perutnya
telah kenyang olehnya. Hal ini didukung menurut Suhardjo, 1988 dalam menu
makanan orang Asia tenggara termasuk Indonesia, umumnya kandungan
karbohidrat cukup tinggi yaitu berkisar antara 70-80%. Bahan makanan sumber
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
karbohidrat ini antara lain padi-padian (serelia) contohnya beras, umbi-umbian
contoh kentang yang merupakan sumber kaya akan energi.
Lauk- pauk didalam pola makan orang Indonesia berfungsi sebagai teman
makanan pokok yang merupakan sumber zat protein dalam menu sehari-hari ,
dimana protein merupakan salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan tubuh dalam
masa menyusui dan juga untuk pertumbuhan bayi. lauk-pauk yang paling banyak
dikonsumsi ibu menyusui adalah ikan basah setiap harinya karena didaerah ini
ikan basah mudah didapatkan dan harganyanyapun terjangkau untuk semua
lapisan masyarakat, sedangkan untuk mengonsumsi daging dan ayam ibu meyusui
jarang sekali dengan alasan bahwa didaerah tersebut daging tidak setiap hari
dijual, harganya juga mahal.
Menurut Marwati, (2000) bahan makanan ini dianggap sebagai pengiring
makan dari makanan pokok. lauk pauk ini dapat berupa bahan makanan nabati
seperti tempe, tahu. Bisa juga bahan makanan hewani seperti daging, ikan asin,
ikan air tawar, telur dan sebagainya. Jumlah lauk-pauk dalam susunan hidangan
tidak terlalu banyak , berkisar antara 10% sampai 20%, walaupun demikian
keberadaan lauk-pauk ini tetap penting karena merupakan teman makanan pokok.
untuk sayur-sayuran paling banyak dikonsumsi bayam dengan alasan mudah
didapat bahkan kadang-kadang tidak perlu membelinya karena mudah ditanam di
perkarangan rumah. Sayuran merupakan bahan makanan yang berfungsi sebagai
sumber utama dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh pada masa menyusui.
Beberapa orang ibu menyusui tertentu kadang menggunakan sayur ini sebagai
teman makanan pokok. Sayuran tersaji dalam bentuk kuah. disamping itu ada juga
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
sering dikonsumsi adalah pisang karena harganya terjangkau, mudah didapat, dan
bahkan dapat ditanam di pekarangan rumah. Pada jenis buah-buahan tidak semua
ibu-ibu menyusui mengkonsumsinya setiap hari, karena ibu-ibu menyusui
mempunyai anggapan bahwa buah-buahan bukan merupakan makanan pokok
yang penting yang setiap hari harus ada. dan juga alasan ekonomi. untuk
serba-serbi, yang paling banyak dikonsumsi adalah susu sebanyak 10 orang dengan
alasan karena masih menyusui.
Frekuensi makan dalam satu hari pada umumnya tiga kali yaitu pagi, siang
dan malam. biasanya diantara makan pagi dan makan siang ada makanan selingan
demikian pula halnya diantara makan siang dan makan malam.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu makan biasanya 3 kali dalam
sehari, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sarapan pagi
Sarapan pagi biasanya ibu mengkonsumsi nasi dengan lauk ikan atau telur, dan
sebagian kecil ibu menambah menu sarapan dengan segelas teh manis dan hanya
sebagian kecil juga yang mengkonsumsi susu.
Makanan siang
Makan siang ibu terdiri dari nasi, sayur, lauk dan sebagian kecil yang
mengkonsumsi buah setiap harinya. konsumsi nasi rata-rata 1 piring dan
kebanyakan ibu mengkonsumsi sayur yang direbus atau ditumis, seperti bayam,
terong, dan sebagian kecil ibu yang mengkonsumsi sayuran bersantan. untuk
lauknya ibu mengkonsumsi ikan basah seperti dencis, gembung, dan tongkol yang
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Sebagian kecil ibu mengkonsumsi buah seperti pisang, pepaya, dan sebagian kecil
ibu yang mengkonsumsi susu dan menggemari cemilan seperti susu, keripik, dan
roti.
Makan malam
Makan malam ibu biasanya sama dengan menu makan siang. Ibu menyusui
beranggapan bahwa makan yang baik itu apabila sudah ada nasi, ikan sudah
cukup. sayuran, buah-buahan dan makanan pelengkap lainnya tidak begitu
diperhatikan.
5.1.2. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Ibu Menyusui
Kebutuhan energi terutama dipenuhi oleh bahan makanan pokok. Sebagian
besar wilayah Indonesia, bahkan makanan pokok itu adalah beras (nasi), 70-80%
dan seluruh energi untuk keperluan tubuh kebanyakan berasal dari karbohidrat
(Sediaotama, 1991).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi secara langsung
adalah konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang cukup akan membentuk status
gizi yang baik dan sebaliknya.
Ibu menyusui membutuhkan zat gizi yang cukup untuk kebutuhan ibu dan
juga untuk bayi yang disusuinya. Bila seseorang kekurangan energi yang
berlangsung lama akan mengakibatkan penurunan berat badan, dan jika
berkelanjutan akan mengakibatkan keadaan gizi kurang. pada keadaan gizi kurang
akan mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan badan.
Menurut Khomsan (2004) frekuensi makan perhari merupakan salah satu
aspek kebiasaan makan. frekuensi makan akan dapat menjadi penduga tingkat
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar. sesuai dengan
pendapat di atas, pada tingkat konsumsi energi pada ibu terdapat konsumsi energi
yang defisit. Hal ini disebabkan karena rendahnya frekuensi makan seperti tidak
menambah konsumsi dari energinya dari porsi semula sebelum menyusui untuk
memenuhi kebutuhan energinya, disamping itu menu makanan mereka sederhana
dan sering tidak lengkap misalnya tanpa buah.
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena paling erat
hubungannya dengan proses-proses kehidupan. protein terutama dipenuhi dari
makanan lauk-pauk seperti ikan, daging, tekur, susu. hal inilah yang menyebabkan
perlunya tingkat konsumsi energi dan protein yang cukup pada masa menyusui.
konsumsi ibu yang cukup pada sumber protein diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan bayi akan protein lengkap yang mendukung pertumbuhan bayi
(Sediaoetama, 1991).
Pada diagram 4.7. dapat dilihat bahwa 90% tingkat konsumsi protein ibu
menyusui baik. Tetapi masih ada 4% tingkat konsumsi protein ibu menyusui yang
defisit. Konsumsi zat gizi protein yang tidak cukup kemungkinan disebabkan
kurangnya kemauan ibu menyusui untuk mengkonsumsi lauk-pauk dalam jumlah
yang cukup dan masih kurangnya kemauan dan ketidaksanggupan ibu menyusui
dalam mengkonsumsi susu serta sebagian dari ibu masih belum mengkonsumsi
makanan secara bervariasi terutama yang mengandung protein. sesuai dengan
penelitian Turhayati (2006) bahwa konsumsi kalori berkorelasi positif terhadap
kesehatan ibu dan janin. konsumsi energi dan protein lebih dari 70% AKG
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Hal tersebut tidak mengherankan menurut survey yang dilakukan oleh
Kardjati. Dkk (1989), dari Kabupaten Sidoarjo dan Madura dari Jawa Timur
menunjukkan bahwa masukan energi dan zat gizi sangat rendah untuk semua
wanita dari semua daerah. tidak ada perbedaan antara wanita hamil, tidak laktasi
dan wanita laktasi. dengan perkataan lain, meskipun kebutuhan zat gizinya
meningkat pada kehamilan dan laktasi, konsumsi makananya tidak meningkat (Sri
Kardjati, 1985).
5.2. Pola Konsumsi Bayi 5.2.1. Jenis Makanan Bayi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk jenis makanan yang sering
dikonsumsi bayi adalah yang mengandung karbohidrat seperti bubur sun, nasi.
Banyak ibu-ibu yang berangggapan bahwa bayi yang mulai diberikan makanan
yang paling penting adalah yang mengandung karbohidrat dengan alasan agar
bayi kenyang dan tidak rewel, karena tidak cukup bila hanya dengan ASI saja.
Ditemukan pada sebagian bayi yang sudah mendapatkan makanan
tambahan bahwa Asi sudah jarang diberikan. Hal ini disebabkan ibu beranggapan
bahwa bayi sudah mendapatkan kebutuhannya dari makanan yang dimakannya,
sehingga ASI tidak perlu sering diberikan lagi.
5.3. Status Gizi Ibu Menyusui dan Bayi
Status gizi ibu menyusui yang berkunjung ke puskesmas polonia sebagian
besar adalah normal (96%), selebihnya berstatus gizi kurus (4%).
Status gizi ibu sangat mendukung dalam produksi ASI yang baik. Produksi
ASI pada wanita yang gizinya cukup dan pada wanita yang gizinya kurang
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Dari hasil penelitian diketahui status gizi bayi sebagian besar baik (90%)
selebihnya status gizi lebih (6%) dan status gizi kurang (4%). Dari tabel 4.8. dapat
di lihat bahwa status gizi bayi yang baik lebih banyak dijumpai pada kelompok
umur 7-12 bulan yaitu 95% dibanding kelompok umur 0-6 bulan yaitu 85,18%
sedangkan status gizi kurang masing-masing dijumpai pada kelompok umur 0-6
bulan dan 7-12 bulan. berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa status gizi
bayi pada kelompok umur 7-12 bulan lebih baik dibandingkan dengan kelompok
umur 0-6 bulan. Hal ini disebabkan karena pada umur 7-12 bulan bayi sudah
diberikan makanan tambahan.
Pada umur 0-6 bulan, bayi yang berstatus gizi baik adalah 85,18%. dan
pada usia 7-12 bln pada status gizi baik sebanyak 95%. hal ini disebabkan karena
produksi ASI sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, sehingga
harus ditambah dengan makanan tambahan Pada usia 4-6 bl, bayi sudah
mendapatkan makanan tambahan disamping ASI jika kebutuhannya sudah
melampaui jumlah yang didapati dari ASI (Solihin Pudjiadi,1990)
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa para ibu memberikan
makanan tambahan pada bayinya setelah berusia 4 bulan.
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa makanan tambahan yang
diberikan pada bayi diatas 4 bulan berupa nasi tim yang ditambah dengan sayuran
seperti bayam, wortel, tomat dan kentang. Makanan tambahan diberikan 2-3 kali
dalam sehari.
Setelah bayi berusia diatas 10 bulan, kebanyakan bayi diberi makanan
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
yang disiapkan untuk bayi, tetapi disesuaikan dengan menu keluarga dan sangat
jarang bayi yang diberi tambahan susu formula.
Dari berbagai macam status gizi bayi tersebut kebanyakan dari status gizi
ibunya yang normal
5.4.Tingkat konsumsi Energi dan Protein Ibu Menyusui dengan Status Gizi Ibu.
Ibu menyusui yang tingkat konsumsi energinya baik dan sedang
kebanyakan status gizinya normal, yaitu masing-masing 91,66% dan 95,65%.
distribusi ibu yang tingkat konsumsi energinya kurang atau defisit ada juga yang
status gizinya normal yaitu 100%.
Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa semakin baik tingkat
konsumsi energi ibu maka semakin baik pula status gizi ibu tersebut dan demikian
pula sebaliknya.
Pola ibu menyusui yang tingkat konsumsi proteinnya baik dan sedang
kebanyakan status gizinya normal yaitu 97,61% dan 66,66% tetapi ada juga ibu
yang tingkat konsumsi proteinnya defisit status gizinya juga normal, hal ini
dikarenakan ibu tersebut mengkonsumsi terutama karbohidrat tanpa
memperhatikan asupan gizi yang lain seperti ikan atau dengan kata lain
lauk-pauknya.
Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa samakin baik tingkat
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
5.5. Status Gizi Bayi Berdasarkan Status Gizi Ibu
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kebanyakan status gizi bayi
dengan kategori baik berasal dari status gizi ibu yang normal yaitu 88,88%.
Selebihnya ada juga status gizi ibu kurus tapi status gizi bayinya baik yaitu
sebanyak 100%. hal ini bisa disebabkan pola makan bayi tersebut bagus atau
dengan kata lain zat-zat gizinya tercukupi. Jadi jelas status gizi ibu mempengaruhi
status gizi bayi.
Pengelompokan responden menurut status gizi ibu-ibu dan bayi terlihat
bahwa ibu yang status gizinya normal mempunyai bayi yang status gizinya baik
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat konsumsi energi ibu menyusui sebagian besar berada pada kategori
sedang yaitu 48% dan masih ditemukan kategori defisit sebanyak 9%.
2. Tingkat konsumsi protein ibu menyusui sebagian besar berada pada kategori
baik yaitu 90% dan masih ditemukan kategori defisit sebanyak 4%.
3. Pola makan bayi berdasarkan konsumsi energi MP-ASI mempunyai rata-rata
96,50 kal dan rata-rata konsumsi protein MP-ASI sebesar 1,8 gr.
4. Status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT sebagian besar berstatus gizi normal
yaitu 96%.
5. Status gizi bayi sebagian besar berstatus gizi baik yaitu 90%.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat
dikemukakan adalah :
1. Perlunya memberikan penyuluhan dan menyebarkan brosur-brosur tentang gizi
dan pola makan yang baik bagi ibu-ibu menyusui oleh petugas kesehatan agar
ibu lebih mengerti dan memahami sehingga terjadi perubahan perilaku pada
masyarakat.
2. Pihak puskesmas beserta kader kesehatan perlu melakukan penyuluhan yang
rutin pada setiap posyandu terutama pada ibu menyusui tentang pentingnya
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Amanullah, Et al. 2001. Indikator Kesejahteraan Anak, Jakarta : BPS. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta.
Berg. A. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional, Jakarta. Depkes RI. 2002. Memantau Status Gizi Orang Dewasa, Jakarta. Depkes RI. 2005. Klasifikasi Status Gizi Anak Balita, Jakarta. Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi, Jakarta.
Depkes RI. 2005. Pedoman Umum Gizi Seimbang, Jakarta. Depkes RI. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi, jakarta.
Depkes RI. 2006. Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini KLB, Jakarta. Kardjati, S. 1985. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita, Jakarta
Karyadi, d dan Muhilal. 1992. Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan, Jakarta : Gramedia,
Khumaidi M. 1994. Gizi Masyarakat, Jakarta.
Moehji. 1990. Ilmu Gizi, Jakarta; Bharata Karya Aksara.
Perinasia. 1990. Melindungi, Meningkatkan, dan Mendukung Menyusui, Jakarta.
Pudjiadi, Solihin. 2001. Ilmu Gizi klinis Pada Anak, Ed IV, Jakarta : Gaya Baru.
RSCM dan PERSAGI. 1994. Penuntun Diet Anak, Jakarta : Gramedia. Saleh Aikatiri. 1996. Kajian Imunoglobulin di dalam Asi, Surabaya. Sediaoetama, A-D. 2004. Ilmu Gizi, Jakarta.
Soetjiningsih. 1997. Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta. Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta’ EGC.
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Suryani, As’ad. 2002. Gizi Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.
FOOD FREKUENSI Makanan Frekuensi > 1x /hari 4-5x /mgg 1x / 2-3 mgg jumlah N % n % n % n % A. Makanan Pokok B. Lauk Pauk Hewani C. Lauk Pauk Nabati D. Sayur-sayuran E. Buah-buahan F. Lain-lain
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
Waktu Makan Nama Makanan Bahan Makanan Jenis Banyaknya URT g Pagi Siang Malam
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR : Status Gizi Ibu Menyusui Yg Datang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan Thn 2008
No Nama Ibu Pekerjaan Pend Terakhir Umur BB IMT Kategori
1 kristina IRT SMP 36 52 21,66 Normal
2 Ana IRT SMP 32 55 23,50 Normal
3 Marina IRT SMU 34 50 20,83 Normal
4 Yani IRT SMU 28 52 22,51 Normal
5 Sinta IRT SMP 30 52 22,22 Normal
6 Risa IRT SMU 33 53 21,28 Normal
7 Kasih IRT SMP 31 54 23,07 Normal
8 Leni IRT SMP 35 55 23,50 Normal
9 Riski IRT SMP 29 56 22,48 Normal
10 Fina IRT SMU 35 57 22,89 Normal
11 Irawaty IRT SMP 26 56 23,04 Normal
12 Rina IRT SMU 29 57 23,45 Normal
13 Karol IRT SMP 27 57 23,17 Normal
14 Dewi IRT SMU 30 57 23,17 Normal
15 Sally IRT SMP 29 52 23,11 Normal
16 Devi IRT SMP 32 56 24,24 Normal
17 Ria IRT SMU 28 56 24,24 Normal
18 Yuni IRT SMP 28 58 23,29 Normal
19 Rasti IRT SMP 32 55 23,20 Normal
20 Diah IRT SMP 33 56 22,76 Normal
21 Suci IRT SMU 35 56 23,93 Normal
22 Reni IRT SMP 34 59 23,41 Normal
23 Neli IRT SMP 35 57 23,17 Normal
24 Ani IRT SMP 31 57 23,75 Normal
25 Kasih IRT SMU 34 54 22,78 Normal
26 Yuli IRT SMEA 25 44 18,31 Kurus
27 Hasanah IRT SMA 30 56 23,04 Normal
28 Wiwik IRT SMEA 31 56 22,76 Normal
29 Farida IRT SMEA 28 57 22,89 Normal
30 Neli IRT SD 29 53 22,36 Normal
31 Ruli IRT SMU 30 54 22,78 Normal
32 Nurcahaya IRT SMU 36 54 21,95 Normal
33 Naiboho IRT SMU 37 54 22,22 Normal
34 Ninik IRT SMP 27 57 22,61 Normal
35 Farah IRT SMU 28 58 23,01 Normal
36 Safrida IRT SMU 28 59 23,04 Normal
37 Nila IRT SMU 30 54 23,07 Normal
38 Riris s IRT SMU 30 56 22,22 Normal
39 Suyanti IRT SD 49 59 23,04 Normal
40 Nita IRT SMU 59 59 24,89 Normal
41 Nurrahmi IRT SMP 35 55 21,48 Normal
42 Suhaila IRT SMP 34 60 23,43 Normal
43 Siti IRT SMU 37 57 22,61 Normal
44 Rusti IRT SMU 31 57 22,26 Normal
45 Rini Sundari IRT SMU 23 40 17,77 Kurus
46 Yanti IRT SD 26 56 23,33 Normal
Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR : Jumlah Konsumsi Energi dan Protein Ibu Menyusui
No Nama KK Pekerjaan Total Energi %Energi Total Protein %Protein
1 Rafi Wiraswasta 1459 Kal 52,25 63,4 102,8
2 Ayundi Wiraswasta 2858 Kal 96,75 138,8 212,9
3 Rusli Wiraswasta 2469 Kal 91,95 89,0 150,2
4 Rahmad Wiraswasta 2601 Kal 93,13 87,51 141,9
5 Krisna PNS 2212 Kal 79,20 192 313,1
6 Fadil Buruh 2091 Kal 73,45 91 145,1
7 Ahmad Wiraswasta 2245 Kal 77,42 63,8 99,68
8 Paris Buruh 1827 Kal 66,44 74,1 121,25
9 Andri Wiraswasta 2116 Kal 75,58 84,5 135,8
10 Ferdi Wiraswasta 2823 Kal 99,05 110,4 174,3
11 Suhendra Peg Swasta 2898 Kal 96,36 149,7 174,3