• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Pembatalan dan Hapusnya Suatu Perjanjian 1.Pembatalan Suatu Perjanjian

2. Hapusnya Suatu Perjanjian

Dalam Pasal 1381 KUHPerdata disebutkan cara hapusnya perjanjian yaitu sebagai berikut :

a. Pembayaran

Istilah pembayaran tidak selalu harus diartikan terbatas pada pelunasan hutang semata- mata, karena bila ditinjau lebih jauh pembayaran tidak selamanya harus terbentuk sejumlah uang atau barang tertentu. Pembayaran dapat juga dilakukan dengan pemenuhan jasa atau pembayaran dalam bentuk yang tidak berwujud, pembayaran prestasi dapat pula dilakukan dengan melakukan sesuatu.

Timbulnya alasan untuk melakukan pembayaran adalah adanya perjanjian itu sendiri. Pembayaran harus didahului oleh tindakan hukum yang menimbulkan hubungan hukum baik.

Hal ini didukung oleh pendapat yang mengatakan :

“ pembayaran tanpa hutang adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat dipikirkan alasannya atau tidak beralasan sama sekali. Karena secara yuridis, setiap pembayaran didahului dengan penetapan hutang. Maka pembayaran pada dasarnya, adalah perwujudan dari hutang prestasi. Dengan pembayaran prestasi perjanjian hapus dengan sendirinya “

Pihak yang harus melakukan pembayaran adalah yang berkepentingan sendiri yaitu debitur. Jika bertitik tolak dari pasal 1381 KUHPerdata, maka telah ditentukan orang- orang yang dapat melakukan pembayaran yaitu :

1) Debitur sendiri sebagai orang yang berkepentingan 2) Penjamin ( borgtchter )

3) Orang ketiga yang bertidak atas nama debitur

b. Karena Penawaran PembayaranTunai, Diikuti dengan Penitipan

Hal ini ditentukan dalam Pasal 1381 KUHPerdata yaitu penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penitipan hanya mungkin terjadi dalam perjanjian menyerahkan suatu benda bergerak. Oleh karena itu dalam perjanjian yang objek prestasinya melakukan atau tidak melakukan sesuatu maupun dalam penyerahan benda tidak bergerak, penawaran dan penitipan ini tidak mungkin dilakukan.

c. Pembaharuan Hutang ( novasi )

Pembaharuan hutang ini lahir dari persetujuan para pihak, yaitu dengan jalan menghapuskan perjanjian lama dan pada saat yang bersamaan dengan penghapusan tadi, perjanjian tersebut diganti dengan perjanjian baru.

d. Perjumpaan Hutang ( Kompensasi )

Terjadi perjumpaan hutang ( kompensasi ) adalah akibat berjumpanya dua pribadi yang sama- sama berkedudukan sebagai debitur antara satu dengan yang lainnya mewajibkan mereka saling melunasi dan membebaskan diri dari perhutangan.

e. Percampuran Hutang Terjadi Akibat Keadaan Bersatunya Kedudukan Debitur

Dan Kreditur Pada Diri Sendiri

Dengan bersatunya kedudukan debitur dan kreditur pada diri seseorang dengan sendirinya menurut hukum telah terjadi percampuran hutang atau konfusio

dan semua tagihan menjadi hapus seperti yang tersebut dalam Pasal 1436 KUHPerdata.

f. Penghapusan Hutang

Tindakan kreditur membebaskan kewajiban debitur untuk memenuhi pelaksanaan perjanjian. Tindakan pembebasan hutang ini harus dapat dibuktikan dan tidak boleh diduga- duga. Hal yang sangan dibutuhkan dalam pembebasan hutang ialah, adanya kehendak kreditur membebaskan kewajiban debitur untuk melaksanakan pemenuhan perjanjian serta sekaligus menggugurkan perjanjian itu sendiri.

g. Musnahnya Barang Yang Terhutang

Perjanjian hapus karena musnah atau lenyapnya barang tertentu yang menjadi pokok prestasi yang diwajibkan kepada debitur untuk barang harus sesuai dengan ketentuan lebih lanjut pada Pasal 1444 KUHPerdata.

h. Kebatalan atau Pembatalan

Perjanjian yang dibuat oleh orang- orang yang belum dewasa atau yang ditaruh dibawah pengampunan adalah batal demi hukum dan atas penuntutan yang diajukan oleh atau dari pihak mereka, harus dinyatakan batal semata- mata atas dasar kebelum dewasaan atau pengampuannya itu. Undang- Undang juga menentukan jangka waktu suatu tuntutan pembatalan ini dapat diajukan yaitu 5 ( lima ) tahun yang mulai berlaku :

b) Dalam hal pengampuan, sejak hari pencabutan pengampuan c) Dalam hal adanya paksaan, sejak hari paksaan itu telah berhenti

d) Dalam hal adanya kekhilafan atau penipuan sejak hari diketahuinya

kekhilafan atau penipuan itu

e) Dalam hal kebatalan yang tersebut dalam Pasal 1341 KUHPerdata, sejak

hari diketahuinya bahwa kesadaran yang diperlukan untuk kesadaran itu ada.

i. Lewatnya Waktu

Lewat waktunya akan membebaskan seseorang dari suatu kewajiban. Dalam kaitan antara lampaunya waktu dengan perjanjian, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Membebaskan seseorang dari kewajiban setelah lewat jangka waktu

tertentu sebagaimana yang telah ditetapkan Undang- Undang.

2) Memberikan kepada seseorang untuk memperbolehkan sesuatu hak

setelah lewat jangka waktu tertentu sesuai dengan yang ditetapkan Undang- Undang.

Apabila dianalisis mengenai perjanjian kerjasama sebagai objek penelitian ini dapat juga dilakukan pembatalan atau pemutusan perjanjian oleh para pihak apabila salah satu pihak melanggar ketentuan yang diperjanjikan ataupun salah satu pihak dinyatakan telah melakukan wanprestasi.

F. Akibat Hukum yang Ditimbulkan dari Pembatalan Kerjasama CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decorationdengan Pengguna Jasa Jika Terjadi Wanprestasi yang Dilakukan Oleh Salah Satu Pihak

Batal demi hukum suatu perjanjian terjadi akibat tidak memenuhi syarat obyektif dari sebuah kontrak atau perjanjian. Tiap- tiap pihak yang berjanji untuk memenuhi prestasi kepada pihak lainnya harus pula memperoleh prestasi yang dijanjikan oleh pihak lainnya prestasi dapat dirumuskan secara luas sebagai sesuatu yang diberikan, dan dapat diperjanjikan, atau dilakukan secara timbal balik.

Pada Pasal 1266 KUHPerdata secara khusus memberikan pengaturan tentang syarat batal dalam perjanjian timbal balik. Undang- undang tersebut menentukan bahwa “ syarat yang membatalkan perjanjian timbal balik adalah kalau salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya “. Ketentuan undang- undang ini, terutama Pasal 1266 KUHPerdata adalah merupakan suatu yang menarik perhatian.

Karena pihak- pihak yang berjanji itu harus terikat secara sah. Terikat secara sah adalah menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak.

Dalam perjanjian untuk melakukan jasa- jasa, suatu pihak menghendaki dilakukannya suatu pekerjaan untuk mencapai sesuatu tujuan.

Undang- undang membagi perjanjian untuk melakukan pekerjaan dalam berbagai macam, yaitu : 64

1. Perjanjian untuk melakukan jasa- jasa 2. Perjanjian kerja

3. Perjanjian pemborongan pekerjaan

4. Perusahaan yang melayani jasa untuk berprilaku dan bekerja

sesuai dengan ketentuan hukum perjanjian ( kontrak ) yang berlaku.

Dalam suatu perjanjian justru yang menarik adalah ketika suatu perjanjian yang telah diperjanjikan dilanggar oleh salah satu pihak yang mengakibatkan

wanprestasi yang berujung pada pembatalan kerjasama antara kedua belah pihak. Sehingga mengakibatkan kerugian oleh salah satu pihak.

64

Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1995, hal 57

Bilamana seseorang melanggar suatu perjanjian betapapun ringannya pelanggaran itu, pihak lainnya dapat menuntut ganti rugi karena ini adalah upaya hukum yang utama bagi pelanggaran perjanjian.

Karena itu didalam pelaksanaan suatu perjanjian jika terjadi permasalahan dimana salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan yang disepakatidalam perjanjian. Akibat hukum yang dialami karena tidak terpenuhinya suatu perikatan adalah penggantian biaya, rugi dan bunga.

Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak yang dirugikan karena wanprestasi.

Tindakan wanprestasi dapat terjadi karena :

1. Kesengajaan

2. Kelalaian

3. Tanpa kesalahan ( tanpa kesengajaan atau kelalaian )

Wanprestasi atau tidak terpenuhinya janji dapat terjadi baik karena sengaja maupun tidak sengaja. Wanprestasi dapat berupa :

1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi

2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna

4. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan

wanprestasi mengakibatkan salah satu pihak dirugikan, oleh karena pihak lain dirugikan akibat wanprestasi tersebut, maka pihak yang melakukan wanprestasi harus menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa tuntutan :

1. Pembatalan kontrak ( disertai atau tidak disertai ganti rugi ) 2. Pemenuhan kontrak ( disertai atau tidak disertai ganti rugi )

Dengan demikian, kemungkinan pokok yang dapat dituntut oleh pihak yang dirugikan adalah pembatalan dan pemenuhan kontrak. Namun jika kedua kemungkinan pokok tersebut diuraikan lebih lanjut, kemungkinan tersebut dapat dibagi menjadi empat ( 4 ), yaitu :65

1. pembatalan kontrak

2. pembatalan kontrak disertai tuntutan ganti rugi

3. pemenuhan kontrak saja

4. pemenuhan kontrak disertai ganti rugi

Hal lain adalah ketika dalam kerugian dapat dimintakan penggantian tidak hanya berupa biaya- biaya yang sungguh- sungguh telah dikeluarkan, akan tetapi juga yang berupa kehilangan keuntungan, yaitu keuntungan yang akan didapat seandainya salah satu pihak tidak melakukan kelalaian atau wanprestasi.

Karena itu isi maupun bentuk perjanjian yang dibuat haruslah tidak bertentangan dengan undang- undang, kesusilaan, dan ketertiban umum serta tidaklah menyimpang dari segala syarat sahnya suatu perjanjian.

65

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2008 ), hal 75

Wanprestasi merupakan suatu istilah yang menunjuk padaketiadalaksanaan prestasi oleh debitur. Bentuk ketiadalaksanaan ini dapat danterwujud dalam beberapa bentuk, yaitu:66

1. Debitur sama sekali tidak melaksanakan kewajibannya.

2. Debitur tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya/melaksanakan kewajibannya tetapi tidak sebagaimana mestinya

3. Debitur tidak melaksanakan kewajibannya pada waktunya. 4. Debitur melaksanakan sesuatu yang tidak diperbolehkan.

Di dalam ketentuan Pasal 1248 KUH Perdata dibuat dengan tujuanuntuk membedakan akibat dari tindakan wanprestasi sebagai akibatkelalaian dalam Pasal 1247 KUH Perdata dan wanprestasi sebagai akibatkesengajaan, yang diwakili dengan “tipu daya “ dalam rumusan Pasal 1248 KUHPerdata. Sepanjang mengenai kewajiban berupa penggantian biaya,kerugian dan bunga, maka tetapberlakunya prinsip sebagai berikut:

1. Kerugian tersebut merupakan akibat cidera janji atau wanprestasi

debitur.

2. Kerugian tersebut haruslah sudah dapat diperkirakan sebelumnya.

3. Kerugian tersebut haruslah merupakan akibat langsung dari cedera janji

debitur.

Adapun bentuk-bentuk wanprestasi (cidera janji, ingkar janji) antaralain : 67 1. Debitur tidak tidak menenuhi prestasi sama sekali.

2. Debitur terlambat dalam memenuhi prestasi

66

Gunawan Widjaya, Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata, Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, hal 357

67

Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan, ( Bandung : Mandar Maju, 1994 ), hal 11

Berdasarkan ketiga bentuk-bentuk wanprestasi tersebut di atas, kadang-kadang menimbulkan keraguan pada waktu debitur tidak memenuhi prestasi, apakah termasuk tidak memenuhi prestasi sama sekali atau terlambat dalam memenuhi prestasi. Apabila debitur sudah tidak mampu memenuhi prestasinya, maka ia termasuk bentuk yang pertama tetapi apabila debitur masih mampu memenuhi prestasi ia dianggap sebagai terlambat dalam memenuhiprestasi.

Bentuk ketiga, debitur memenuhi prestasi tidak sebagaimanamestinya atau keliru dalam memenuhi prestasinya, apabila prestasi masihdapat diharapkan untuk diperbaiki, maka ia dianggap terlambat tetapiapabila tidak dapat diperbaiki lagi ia sudah dianggap sama sekali tidakmemenuhi prestasi.

Karena seperti diketahui bahwa wanprestasi tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja pada waktu debitur tidak memenuhi prestasi. Baik bagi perikatan yang ditentukan waktunya maupun yang tidak ditentukanwaktunya. Sebab pada perikatan dengan ketentuan waktu, waktu yangditentukan tidak merupakan jangka waktu yang menentukan.

Sedangkanpada perikatan yang tidak ditentukan waktunya, biasanya dipakai asassebagaimana patutnya. Asas ini juga tidak memuaskan karena ukuransebagaimana patutnya tidak sama bagi setiap orang.Oleh karena itu ada upaya hukum lain yang lebih baik untukmenentukanadanya wanprestasi yaitu dengan pernyataan lalai (IngebrekeStelling). 68

68

Anggraeni E.K, Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian),(Semarang : Badan Penerbit UNDIP,2003), hal 22

Pernyataan lalai berarti pemberitahuan atau pernyataan dari krediturkepada debitur yang berisi ketentuan yang menyatakan pada saat kapan selambat-lambatnya kreditur minta pemenuhan prestasi yang harusdilakukan debitur.

Sedangkan fungsi dari pernyataan lalai, adalah merupakan upayahukum untuk menentukan kapankah saat mulai terjadinya wanprestasi.Kemudian mengenai sifat pernyataan lalai ada 2 (dua) yaitu :

1. Mempunyai Sifat Declaratif

Artinya bahwa pernyataan lalai dipergunakan untuk menyatakan telahadanya wanprestasi. Jadi merupakan pernyataan bahwa wanprestasitelah terjadi.

2. Mempunyai sifat Constitutif

Artinya bahwa pernyataan lalai dipergunakan untuk menyatakan akanadanya wanprestasi. Jadi pernyataan lalai ini merupakan syarat untukterjadinya wanprestasi.

Sebagai akibat terjadinya wanprestasi, maka debitur harus :

1. Mengganti kerugian

2. Benda yang dijadikan obyek dariperikatan sejak saat tidak

dipenuhinyakewajiban menjadi tanggung jawab daridebitur

3. Jika perikatan itu timbul dari perjanjian yang timbal balik, kreditur dapat minta pembatalan (pemutusan) perjanjian.

Di samping Perusahaan harus bertanggung gugat tentang hal-haltersebut di atas, maka apa yang dapat dilakukan oleh kreditur menghadapidebitur yang wanprestasi itu.

Pelanggan dapat menuntut salah satu dari 5(lima) kemungkinan sebagai berikut :69

1. Dapat menuntut pembatalan atau pemutusan perjanjian

2. Dapat menuntut pemenuhan perjanjian

3. Dapat menuntut pengganti kerugian

4. Dapat menuntut pembatalan dan pengganti kerugian

5. Dapat menuntut pemenuhan dan pengganti kerugian

Sedangkan pernyataan lalai ada yang diperlukan dan ada yang tidakdiperlukan mengingat adanya bentuk wanprestasi:

1. Apabila perusahaan tidak memenuhi prestasi sama sekali, maka

pernyataan lalai tidak diperlukan, pelanggan langsung minta ganti kerugian.

2. Dalam hal perusahaan terlambat memenuhi prestasi, maka pernyataan

lalai diperlukan, karena debitur dianggap masih dapat berprestasi

3. Kalau perusahaan keliru dalam memenuhi prestasi, Hoge Raad

berpendapat pernyataan lalai perlu, tetapi Meijers berpendapat lain apabila karena kekeliruan debitur kemudian terjadi pemutusan perjanjian yang positif, pernyataan lalai tidak perlu.70

Pemutusan perjanjian yang positif adalah dengan prestasi debituryang keliru itu menyebabkan kerugian kepada milik lainnya dari kreditur.

Lain halnya pemutusan perjanjian yang negatif, kekeliruan prestasi tidakmenimbulkan kerugian pada milik lain dari kreditur, maka pernyataan lalaidiperlukan.

69

Salim H.S, Hukum Kontrak, ( Jakarta : Sinar Grafika,2003 ), hal 33

70

Ibid: hal 14

Bila dihubungkan dalam perjanjian yang dilakukan oleh CV. Bintang

Mandiri in7 Wedding Organizer& Decoration di medan dengan pengguna jasa

yang berkaitan dengan perjanjian akad dan resepsi suatu pernikahan. Maka saat

seorang calon pengguna jasa wedding organizer mengajukan untuk memakai jasa

yang telah disediakan mereka secara otomatis telah menyetujui syarat- syarat yang ditentukan yang diberikan oleh wedding organizer itu tersebut.

Kesepakatan yang telah diambil sebagai perlindungan masing- masing pihak apabila terjadi kelalaian dalam hubungan kerjasama tersebut telah dandituangkan dan dijelaskan kedalam suatu kontrak perjanjian, yang bertujuan untuk menjamin dan melindung kedua belah pihak.

Namun sering kali hambatan- hambatan yang ditemui pada proses pelaksanaan perjanjian mengalami kendala, diantaranya adalah ketidaksesuaian

harapan pengguna jasa dengan apa yang dikerjakan oleh pihak wedding organizer

dalam hal yang diperjanjikan.

Contohnya pertama adalah ketika dalam hal yang diperjanjikan pengguna jasa meminta segala hal sesuai dengan keinginannya dalam hal apapun itu termasuk dalam penyewaan gedung yang diinginkan oleh pengguna jasa, akan

tersebut karena terdapat hambatan yang dialami oleh pihak wedding organizer. Ketidaksesuaian antara kesepakatan yang sudah disetujui bersama dengan kenyataan pada pelaksanaannya tidak berjalan dengan baik.Ketidaksesuaian itu diluar perencanaan yang telah disetujui oleh pihak pengguna jasa, sehingga terjadi kegelisahan terhadap pengguna jasa. Sehingga pihak pengguna jasa bisa saja membatalkan perjanjian yang telah disepakati karena ketidaksesuai yang didapat dalam perjanjian tersebut.

Dalam contoh ini akibat hukum yang ditimbulkan tidaklah begitu

berdampak karena tidak adanya kerugian yang didapat oleh pihak wedding

organizer maupun pengguna jasa karena tahap awal dari sebuah perjanjian sudah gagal didapati oleh pihak wedding organizer tersebut sehingga akibat hukum yang diperoleh hanya pembatalan kontrak dari perjanjian tersebut.

Contoh kedua adalah ketika segala yang diperjanjikan dalam perjanjian telah sesuai dengan keinginan pengguna jasa akan tetapi terdapat halangan lain yaitu pembatalan perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh pengguna jasa

kepada pihak wedding organizersecarasepihak yang tentunya dapat merugikan

pihak wedding organizer.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan pembatalan adalah putusnya hubungan antara calon pengantin sebelum terjadinya pelaksanaan pernikahan,

sehingga hal tersebut tentunya berdampak pada pihak wedding organizer yang

mengurus segala keperluan yang dilakukan untuk pernikahan tersebut, pembatalan terjadi bukanlah atas kemauan kedua belah pihak akan tetapi karena telah terjadi sesuatu diluar kemauan kedua belah pihak.

Akan tetapi karena pembatalan yang dilakukan itu berakibat hukum pada

pihak wedding organizer maka pengguna jasa haruslah mengganti kerugian yang

telah didapat oleh pihak wedding organizer tersebut.

Perbuatan itu telah termasuk dalam wanprestasi, maka pihak pengguna

jasa haruslah mengganti segala kerugian yang telah didapat oleh pihak wedding

organizer tersebut.

Karena pada surat perjanjian kerjasama yang telah disepakatioleh CV.

Bintang Mandiri in7 Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasanya

dalam hal ini konsumen jelas disebutkan pada pasal 4 di surat perjanjian

kerjasama CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration bahwa

jika terjadi pembatalan yang dilakukan oleh pihak pertama maka pihak kedua berhak mendapatkan 50 % ( lima puluh persen ) dari biaya kegiatan yang telah disepakati, namun apabila pihak kedua yang melakukan pembatalan, maka pihak pertama berhak mendapat ganti rugi 50 % ( lima puluh persen )dari biaya kegiatan yang telah disepakati.

Dengan demikian jelas adanya pergantian biaya yang harus ditanggung oleh salah satu pihak yang melanggar atau lalai dalam perjanjian yang telah disepakati bersama.

Hal lain adalah ketika segala sesuatu telah berjalan dengan semestinya dan sudah direncanakan, pihak wedding organizer dalam hal ini tidak dapat memenuhi perjanjian kontrak yang dimaksud, bukan karena ada faktor kelalaian melainkan karena ada unsur keadaan memaksa didalamnya atau biasa disebut force majeure,

bencana alam yaitu, banjir, kebakaran, gempa bumi dan hal- hal lain yang memaksa seseorang tidak dapat memenuhi prestasinya, ketentuan tersebut juga telah dituangkan kedalam kontrak untuk memberikan batasan kepada pihak wedding organizer dengan pengguna jasa untuk mengetahui batasan apa saja yang menjadi ketentuan dalam force majeure dalam kontrak perjanjian kerjasama ini.

Contoh berikutnya adalah ketika suatu perjanjian telah dapat terlaksana dengan baik akan tetapi pihak pengguna jasa belumlah menunaikan tugasnya dalam hal pelunasan pembayaran jasa seperti yang ada pada kontrak perjanjian tersebut. Karena pada dasarnya dalam setiap perjanjian kerjasama yang

dilaksanakan wedding organizer memberikan kelonggaran pada setiap pengguna

jasa untuk tidak secara langsung membayar biaya yang akan diperoleh melainkan dibayar dengan tiga tahap, tahap pertama adalah pembayaran uang muka agar terjadinya kesepakatan antara kedua belah pihak, sedangkan tahap kedua pembayaran yang dilakukan guna memenuhi keperluan pernikahan sementara itu tahap ketiga adalah pelunasan bagi pengguna jasa.

Semua pengaturan tahap- tahap tersebut dimasukkan kedalam surat perjanjian kerjasama yang dibuat oleh pihak wedding organizer dengan pengguna jasa agar masing- masing pihak tidak melanggar kesepakatan yang telah ditentukan. Karena apabila pihak pengguna jasa tidak memenuhi kewajibannya dalam membayar biaya yang telah disepakati maka akan menimbulkan kerugian bagi pihak pemberi jasa dalam hal ini wedding organizer.

Sehingga akibat hukum yang diperoleh dari wanprestasi yang dilakukan pihak pengguna jasa tersebut adalah penuntutan ganti kerugian. Apabila tidak bisa

diselesaikan dengan cara itikad baik maka pihak pemberi jasa dalam hal ini wedding organizer dapat memilih jalur di pengadilan untuk menyelesaikan secara hukum.

Dengan alasan salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, maka pihak lainnya dalam kontrak tersebut dapat membatalkan kontrak yang bersangkutan, akan tetapi pembatalan tersebut tidak boleh dilakukan begitu saja melainkan haruslah dilakukan lewat pengadilan.

Mengingat tidak adanya prosedur khusus untuk pembatalan suatu kontrak oleh pengadilan, maka pembatalan tersebut harus ditempuh lewat prosedur gugatan biasa, yang sangat panjang, berbelit dan melelahkan sehingga, campur tangan pengadilan dalam hal memutuskan kontrak, yang semula ditunjukkan untuk melindungi pihak yang lemah atau tidak berdosa dalam suatu kontrak, akhirnya malah merugikan semua pihak.

Berdasarkan berbagai kekurangan itulah penyelesaian sengketa atau masalah yang sedang dihadapi oleh pihak- pihak yang mengikatkan dirinya dalam sebuah perjanjian lebih memilih menyelesaikan sengketa yang dihadapi di luar pengadilan.

Dengan demikian banyak pihak yang dalam pembatalan suatu kontrak mengambil jalur iktikad baik. Jika tidak didapati iktikad baik oleh salah satu pihak yang melanggar kontrak barulah mengambil jalur pengadilan.

Karena salah satu prinsip mendasar pada ilmu hukum kontrak adalah prinsip perlindungan kepada pihak yang dirugikan akibat adanya wanprestasi dari pihaklain dalam kontrak yang bersangkutan.71

71

Yahya Harahap, BeberapaTinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997 ), hal 240- 247

Dalam hubungan ini, telah dipersoalkan, apakah perjanjian itu sudah batalkarena kelalaian salah satu pihak atau terpaksa dibatalkan. Maksudnya batalkarena kelalaian salah satu pihak adalah perjanjian yang dilakukan tidaklah sesuaidengan yang diperjanjikan sedari awal. Sedangkan maksud dari terpaksa dibatalkan adalah karena segala hal yang diperjanjikan tidak dapat dipenuhi dandijalankan dengan baik oleh salah satu pihak. Karena itu pihak yang bersangkutan lainnya dapat membatalkan perjanjian tersebut secara terpaksa.

Hapusnya perjanjian / perikatan juga diatur dalam Bab IV Buku IIIKitab Undang-Undang Hukum Perdata mulai dari Pasal 1381, yang merupakanketentuan yang bersifat memaksa karena ketentuan tersebut merupakan suatuketentuan yang menentukan kapan suatu kewajiban dilahirkan, tidak dariperjanjian melainkan juga oleh undang-undang menjadi berakhir.

Membicarakan akibat dari perjanjian kita tidak bisa lepas dari ketentuanPasal 1338 dan Pasal 1339 KUH Perdata, yang membawa arti penting tentangmaksud para pihak, maka kita harus berpaling pada ketentuan Pasal1338 dan Pasal 1339 KUH Perdata.

Pasal 1339 menyebutkan :

“ persetujuan tidak hanya mengikat apa yang dengan tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan, undang- undang “.

Karena seperti yang telah dijelaskan bahwa oleh hukum kontrak diberikan hak untuk melakukan terminasi kontrak (dengan berbagai konsekuensinya ) kepada pihak yang dirugikan oleh tindakan wanprestasi, akan tetapi untuk menjaga keseimbangan, kepada pihak yang telah melakukan wanprestasi juga diberikan hak- hak perlindungan tertentu.

Perlindungan hukum kepada pihak yang melakukan wanprestasi tersebut

Dokumen terkait