• Tidak ada hasil yang ditemukan

DITINGGAL MATI PASANGAN

Dalam dokumen Intervensi Trauma dan Krisis (Halaman 28-33)

Setelah menikah, orang-orang yang penting bagi seorang suami ataupun istri adalah pasangannya, setelah itu anak, teman dan saudara (Johnson & Catalono dalam Lemme, 1995). Seorang suami ataupun istri ini dapat kehilangan orang yang terpenting dalam hidupnya ini (pasangannya) pada awal pernikahan,  pertengahan pernikahan, maupun ketika usia mereka telah tua. Salah satu hal yang dapat menyebabkan seorang suami atau istri kehilangan pasangannya adalah kematian.

Menurut Dayakisni (2003), diantara orang-orang yang tidak menikah (yang  belum menikah, ditinggal pasangan karena bercerai dan juga karena kematian), yang paling kesepian adalah seseorang yang menjadi sendiri karena kematian  pasangannya. Selain itu, dari hasil penelitian Holmes dan Rahe (dalam Calhoun &

Acocella, 1990) terlihat bahwa tingkat kesulitan penyesuaian diri yang paling  besar adalah penyesuaian diri terhadap kematian suami atau istri. Hal ini berarti kehilangan pasangan karena kematian merupakan hal yang paling menyebabkan seseorang mengalami stres. Kematian suami menyebabkan seorang istri menjadi  janda sedangkan kematian istri menyebabkan suami menjadi duda.

Setelah pasangannya meninggal, seorang janda akan menghadapi beberapa dimensi masalah. Bagi beberapa perempuan, penyesuaian mereka terhadap kehilangan suami meliputi

1.  perubahan terhadap konsep diri.

Peran penting perempuan sebagai seorang istri tidak akan ada lagi dalam kehidupan mereka setelah suaminya meninggal dunia. Perempuan yang telah mendefinisikan dirinya sebagai seorang istri, setelah kematian suaminya mengalami kesulitan untuk mendefinisikan dirinya sebagai seorang janda. Oleh karena itu, bagi seorang perempuan, meninggalnya suami berarti

kehilangan orang yang mendukung definisi diri yang dimilikinya (Nock, 1987).

2. Kesulitan Ekonomi

Secara finansial kematian pasangan selalu menyebabkan kesulitan ekonomi walaupun dalam beberapa kasus istri merupakan ahli waris dari suaminya, namun selalu ada biaya yang harus dikeluarkan misalnya untuk biaya dokter dan pembuatan makam (Kephart & Jedlicka, 1991). Bagi seorang janda, kesulitan ekonomi, dalam hal ini pendapatan dan keuangan yang terbatas, merupakan permasalahan utama yang mereka hadapi (Glasser Navarne, 1999). Ketidakhadiran suami sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah  bagi keluarga menyebabkan seorang janda harus mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab sendiri, termasuk mencari nafkah bagi dirinya dan juga anak-anaknya (Suardiman, 2001).

3. Perubahan Fisik 

Dari segi fisik, kematian pasangan menyebabkan peningkatan konsultasi medis, kasus rawat inap di rumah sakit, meningkatnya perilaku yang merusak kesehatan, seperti merokok dan minum-minum, dan meningkatnya resiko kematian pasangan yang ditinggalkan (Santrock, 1995).

Rosenbloom & Whitington (dalam Scannell-Desch, 2003) menemukan  bahwa gizi buruk berhubungan dengan perubahan kebiasaan makan pada  janda. Selain kehilangan teman saat makan, dia juga tidak merasakan lagi suasana yang menyenangkan saat makan bersama suami, dia menjadi tidak  peduli terhadap pemilihan makanan dan kualitas nutrisi. Mereka juga dilaporkan tidak makan sebanyak tiga kali sehari dan makanan mereka adalah makanan yang tinggi kalori dan rendah lemak.

4. Perubahan Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial mereka juga mengalami perubahan. Keluarga dan teman-teman biasanya selalu berada di dekat janda pada masa-masa awal setelah kematian, namun setelah itu mereka akan kembali ke kehidupan

Masalah yang sering muncul adalah tentang hubungannya dengan teman dan kenalannya. Seorang janda sering tidak diikutsertakan dalam suatu kegiatan sosial oleh pasangan menikah lain karena dia dianggap sebagai ancaman oleh para istri (Freeman, 1984).

Perempuan yang menjanda juga mengatakan bahwa mereka sering merasa aneh dan kurang nyaman ketika berada dalam situasi dimana dia harus  bersama-sama dengan orang yang berpasangan, yang menyebabkannya

semakin terpisah dari lingkungan sosialnya (Matlin, 2004).

Perempuan yang menjanda mungkin akan merasa tidak tertarik ataupun tidak nyaman dalam situasi sosial dimana dulunya dia diterima. Hubungan dengan teman mungkin akan rusak atau mengalami perubahan, terutama jika hubungan itu ada karena ada kaitannya dengan pasangan yang telah meninggal (Belsky, 1990), misalnya seorang janda mungkin tidak akan mengikuti lagi perkumpulan istri-istri di tempat suaminya bekerja dahulu. Dia harus membangun hubungan sosial yang baru dan mencari teman baru (Barrow, 1996).

5. Dukungan Emosional

Secara emosional, janda yang telah kehilangan suaminya juga kehilangan dukungan dan pelayanan dari orang yang dekat secara intim dengannya (Barrow, 1996).

Selain itu, ada beberapa perempuan yang seolah-olah merasakan tanda dan gejala terakhir dari penyakit suaminya, ada yang mengenakan pakaian suaminya agar merasa nyaman dan dekat dengan suaminya, dan beberapa lainnya tetap memasak dan mengatur meja untuk suaminya walaupun suaminya itu telah meninggal (Heinemann dalam Nock,1987). Beberapa janda mengatakan mereka tetap melihat dan mendengar suaminya selama setahun. Mereka merasa marah pada suaminya karena telah meninggalkannya, dan mencari-cari atau mengharapkan nasehat dari suaminya selama beberapa waktu (Caine dalam Nock, 1987).

DUKUNGAN SOSIAL

Kehilangan pasangan serta banyaknya masalah yang muncul menyebabkan masa menjanda ini menjadi masa krisis. Seperti halnya masa krisis lainnya, dalam menjalani masa menjanda ini seorang janda sangat membutuhkan dukungan social (Lemme, 1995).

Kehilangan pasangan serta banyaknya masalah yang muncul menyebabkan masa menjanda ini menjadi masa krisis. Seperti halnya masa krisis lainnya, dalam menjalani masa menjanda ini seorang janda sangat membutuhkan dukungan social (Lemme, 1995).

Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun  bantuan dalam bentuk lainnya yang diterimanya individu dari orang lain

ataupun dari kelompok (Sarafino, 2002).

Dukungan sosial yang dibutuhkan seseorang dapat berasal dari keluarga, teman, perkumpulan di tempat kerja, dan dari anggota kegiatan-kegiatan yang diikutinya (Lopata dalam Craig, 1996).

Ada lima bentuk dukungan sosial yang dapat diterima oleh individu (Sarafino, 2002)., yaitu : 1. Dukungan emosional 2. Penghargaan 3. Instrumental 4. Informasi 5. Dukungan kelompok

Kelima bentuk dukungan social inilah yang nanti digunakan untuk mengukur dukungan sosial yang diterima individu. Hal yang paling penting dari suatu dukungan sosial adalah individu memiliki teman berbicara, memiliki seseorang untuk memberikan nasehat, memiliki seseorang untuk menghibur dan membangkitkan semangat. Kematian pasangan yang dialami seorang janda menyebabkannya harus mengatasi masalah seorang diri.

kehilangan pasangannya jika dibandingkan pria. Dalam perbandingan dengan kelompok usia muda, lansia menyadari bahwa kematian adalah bagian dari  proses kehidupan yang normal. Sebagian lansia lebih sedikit takut akan kematian dibandingkan individu yang lebih muda dan lebih khawatir akan kematian individu yang dicintainya dari pada diri mereka sendiri.

Akan tetapi kesadaran akan kematian tidak berarti bahwa pasangan yang telah ditinggal pasangannya menemukan kemudahan dalam menyesuaikan diri terhadap kehilangan. Kehilangan pasangan menimbulkan efek yang merugikan wanita meninggal lebih awal dari pada pasangan  barunya, dan kehidupan lebih cenderung memiliki masalah kesehatan yang

serius seperti : isolasi social, bunuh diri atau gangguan jiwa). Selain itu kehilangan pasangan menuntut reorganisasi total fungsi keluarga. Hal ini terutama sulit untuk mencapai kepuasan ,karena kehilangan telah menghilangkan sumber emosional dan ekonomiyang dibutuhkan untuk  beradaptasi terhadap perubahan. Bagi wanita, hal ini berrati perpindahan dari saling ketergantungan dan aktivitas kehidupan keluarga bersama-sama menjadi sendiri-sendiri atau berhubungan dengan sekelompok lansia yang tidak terikat. Sementara bagi pria, kehilangan pasangan berarti kehilangan  pendamping, secara umum seperti kehilangan penghubung ke keraba,

keluarga, dan dunia social.

Adapaun akibat dari pria yang ditinggalkan pasangan antara lain: 1. Bunuh diri

2. Kehilangan kemandirian mobilitas 3. Kesepian 4. Isolasi social 5. Kehilangan kontrol 6. Depresi 7. Bingung 8. Perasaan hampa

Dalam dokumen Intervensi Trauma dan Krisis (Halaman 28-33)

Dokumen terkait