• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

Kendala-kendala yang selalu timbul dalam suatu sistem perpajakan adalah bagaimana menciptakan sistem yang dapat menghasilkan suatu pengertian yang baik antara masyarakat sebagai pembayar pajak dan pemerintah selaku pembuat peraturan dan undang-undang perpajakan. Pemerintah selaku fiskus pajak merencanakan dan menggodok undangundang perpajakan atas dasar dan prinsip perpajakan yang seadil-adilnya, yang memliki nilai dan manfaat bagi masyarakat maupun bagi negara itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya selaku perancang dan pembuat undang-undang perpajakan, pemerintah harus membuat peraturan itu sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti. Jika produk peraturan yang dibuat sulit dimengerti oleh masyarakat, otomatis akan timbul suatu bentuk perlawanan pajak, yang cara bentuk dan dalihnya bisa bermacam-macam

Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Peraturan Daerah Nomor 7

Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan, antara lain :26

26 Hasil Wawancara dengan Andi Yan Wahyudi, selaku Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Wilayah IV Kota Medan, tanggal 19 Mei 2015.

1. Kesadaran Hukum Masyarakat Kesadaran hukum tersebut ditunjang oleh pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap produk hukum tersebut. Untuk itu pihak pemerintah telah melakukan sosialisasi dalam bentuk seminar-seminar kepada masyarakat, melalui spanduk-spanduk milik pemerintah yang disebar di tempat-tempat umum, media massa, radio, selebaran maupun dengan menggunakan mobil infokom yang mengitari Kota Medan apabila ada sesuatu yang harus di beritahukan kepada khalayak ramai. Sosialisasi mengenai adanya peraturan ini ada yang dilakukan lewat media massa seperti, radio, koran, mobil infokom, spanduk-spanduk, papan billboard, dsb. Namun animo masyarakat untuk melaksanakan adanya Peraturan Daerah tersebut masih kurang. Padahal dengan adanya Peraturan Daerah ini sangat membantu sekali guna untuk mencegah hal-hal yang tidak dinginkan dan supaya tercipta masyarakat yang teratur dan patuh terhadap aturan. Meskipun sosialisasi telah dilakukan, hal itu tidaklah menjadi jaminan bagi seseorang untuk mematuhi aturan yang telah dibuat tersebut. Sebagian orang yang melakukan pelanggaran karena ketidaktahuan mereka, tetapi sebagian lagi karena ketidak pedulian mereka terhadap peraturan yang ada. Apabila masyarakatnya tidak mempedulikan peraturan yang berlaku maka peraturan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang wajib pajak yang tidak melakukan pelaporan pajak atas usahanya, bahwa peraturan yang dibuat pemerintah memang untuk menciptakan

keteraturan namun kenyataanya usaha yang saya miliki selalu dalam keadaan rugi. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat sebagai Wajib Pajak mengenai peraturan perpajakan adalah dengan mengadakan kegiatan sosialisasi. Sosialisasi dapat diartikan sebagai proses yang menempatkan masyarakat untuk mengetahui dan memahami norma-norma atau nilai-nilai dimana mereka menjadi anggotanya agar dapat berperan sesuai dengan norma-norma atau nilai-nilai tersebut. Dengan kegiatan sosialisasi diharapkan masyarakat sebagai Wajib Pajak dapat memahami dan melaksanakan peraturan perpajakan dengan baik sesuai peran masing-masing. Dalam upaya memperlancar proses pemungutan pajak hiburan terhadap masyarakat atau dunia usaha selaku Wajib Pajak, persiapan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Medan tidak hanya dilakukan pada petugas semata, akan tetapi juga terhadap Wajib Pajak melalui kegiatan sosialisasi. Dengan adanya sosialisasi diharapkan akan terbangun pengertian dan pemahaman terhadap tujuan perlu dilakukan pemungutan pajak hiburan, termasuk peruntukannya. Dengan demikian masyarakat dan dunia usaha selaku Wajib Pajak dapat memahami dan mengerti hakekat dari pemungutan pajak tersebut dan dapat mendukung proses pemungutan pajak hiburan itu sendiri.

2. Partisipasi dan Laporan dari Masyarakat Kurangnya dukungan masyarakat terhadap program-program yang ada, karena pandangan masyarakat yang berpendapat bahwa pemerintah bertanggung jawab dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, yang seharusnya menjadi tanggung jawab semua pihak di dalam masyarakat. Seperti yang

dikemukakan oleh Kepala Bidang penegakan Perda, yang

menyebutkan bahwa selama ini kami tidak memperoleh data dari masyarakat, siapa dan dimana wajib pajak berada dan melaksanakan usahanya, kami baru melaksanakan penegakkan Perda apabila ada

pelanggaran yang telah dilaporkan ke Pemerintah Daerah.27

3. Koordinasi yang belum optimal diantara masing-masing SKPD dan

antara SKPD dengan pihak eksternal Pemerintah Kota Medan Masih lemahnya usaha-usaha koordinasi dengan instansi terkait dengan personil dilapangan, seperti dengan instansi terkait Hiburan Hiburan Kota, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) serta unsur-unsur masyarakat, karena peranan mereka sangat penting karena dengan adanya kerjasama yang baik diantara mereka maka pengawasan, serta pengontrolan dapat dijalankan dengan baik dan persoalan dapat ditanggulangi. Faktor dukungan ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi pihak Satpol PP, dalam penegakkan Perda ini, seperti yang disampaikan oleh Penyidik Pegawai Negeri

27 Hasil Wawancara dengan Andi Yan Wahyudi, selaku Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Wilayah IV Kota Medan, tanggal 19 Mei 2015.

Sipil (PPNS) Satpol PP yang mangatakan bahwa: pihaknya sebagai aparat yang bertindak dalam penertiban Peraturan Daerah ini, tidak bisa hanya berjalan sendiri tanpa adanya koordinasi dengan pihak atau instansi lainnya. Seharusnya hal ini juga dilakukan oleh instansi terkait serta Kecamatan juga harus berperan aktif guna mengantisipasi

terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini.28

4. Tidak Optimalnya Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

Berdasarkan Peraturan Dearah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2 011 tentang Pajak hiburan pada pasal 84 disebutkan bahwa Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah, sebagai mana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Dengan adanya kewenangan ini merupakan suatu keharusan bagi Aparat Penegak Perda memahami dan menguasai ketentuan Perundangan serta menguasai prosedur dan mekanisme baku / standar yang telah diatur dengan bekal kemampuan seperti ini dan pelaksanaan penegakkan perda secara profesional maka diharapkan fisi dan misi yang ditetapkan akan tercapai.Dalam pelaksanaannya personil dilapangan harus melaksanakan kewenangan ini, namun kenyataannya selama ini personil dilapangan belum mampu mengaplikasikan wewenang tersebut artinya personil dilapangan sebagai salah satu Instansi

Penegak Peraturan Daerah belum bahkan tidak pernah diberi wewenang tersebut yaitu untuk melakukan penindakan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah Pajak ini. Meskipun berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak hiburan ini PPNS diberi kewenangan untuk menindak para pelanggar Peraturan Daerah Pajak ini namun tidak satupun yang terealisasi.

5. Kurangnya Koordinasi dengan Instansi Terkait

Diketahui bahwa lingkungan ektern maupun intern dapat

mempengaruhi kekuatan yang timbul di luar batas-batas organisasi dan memperngaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi. Karenanya perlu dilakukan kerjasama dengan kekuatan yang diperkirakan mungkin timbul. Kerjasama tersebut dapat didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan.Keberhasilan suatu organisasi sangatlah dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menanggapi lingkungan. Dimana tepat tidaknya tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan. Situasi lingkungan yang terjadi saat ini dan adanya masukan yang terkait dengan pertimbangan-pertimbangan kondisi yang dihadapi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Medan harus diantisipasi dan diadaptasikan. Kerjasama dengan isntansi lain yakni instansi teknis diluar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) merupakan wujud daripada karakteristik lingkungan kerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

(DPPKA) yang menjadi salah satu fokus kegiatan koordinasi kerja. Kerjasama dengan instansi lain dapat dijadikan sebagai model yang menjelaskan karakteristik lingkungan kerja Dinas Pendapatan Daerah, karena dengan adanya kerjasama dengan instansi teknis lainnya maka program kerja dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui pemungutan pajak hiburan dapat benar-benar dilaksanakan dan tersosialisasi di masyarakat, serta masyarakat akan lebih tahu tentang perkembangan aturan pemerintah. Melalui kegiatan kerjasama akan didapat teknologi baru, informasi baru untuk dianalisis, diproses, diambil dan disebarkan, karena suatu organisasi dengan kekosongan informasi tidak dapat membuat keputusan yang rasional. Disamping itu dengan adanya hubungan yang harmonis dari masing-masing unit pelaksana di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) sendiri dengan unit-unit teknis pada Instansi terkait lainnya dalam mengantisipasi perkembangan situasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik akan berpengaruh terhadap efektivitas pemungutan pajak hiburan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan. Koordinasi dengan instansi terkait dalam proses pemungutan pajak hiburan masih sangat kurang dilakukan. Instansi terkait yang bekaitan dengan proses pemungutan pajak hiburan di Kota Medan adalah Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (KPTSP) sebagai instansi yang berwenang mengeluarkan izin usaha hiburan Satuan Polisi Pamong Praja yang berwenang mengamankan dan menertibkan

pelaksanaan Peraturan Daerah dan Camat sebagai pengemban pelimpahan sebagian kewenangan walikota di wilayah kecamatan. Hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang pendapatan yang mengatakan “Selama kurun waktu Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2014 tidak pernah dilakukan pertemuan dengan Instansi terkait seperti KPTSP, Satuan Polisi Pamong Praja dan Camat untuk membicarakan pengelolaaan pajak hiburan”.Akibat dari kurangnya koordinasi antara Instansi terkait seperti dikemukakan di atas maka tidak diperoleh informasi yang akurat tentang berapa jumlah pengusaha hiburan yang telah memiliki ijin usaha dan berapa yang belum memiliki ijin usaha. Selain itu, tidak ada tindakan dari instansi penegak Peraturan Daerah yaitu Satuan Polisi Pamong Praja terhadap pengusaha hiburan yang tidak memiliki izin usaha, bahkan tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan karena tidak memiliki informasi data tentang itu

6. Lemahnya Sikap Pelaksana

Faktor sikap pelaksana sangat berpengaruh terhadap efektifitas pemungutan pajak hiburan. Jika petugas pemungut setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan pemungutan pajak hiburan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses pemungutan pajak hiburan akan mengalami banyak masalah. Komitmen seorang pemimpin juga berpengaruh dalam pelaksanaan sebuah kebijakan,

pimpinan mempunyai peran yang bisa memberikan disposisi terhadap pelaksanaan kegiatan. Sikap dan peran aktif pimpinan di suatu daerah menjadi penting, sebab berjalan atau tidaknya sebuah kebijakan salah satunya adalah adanya komitmen dari seorang pemimpin yang bisa memperlancar jalannya implementasi kebijakan.

Dukungan para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program. Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi proses pemungutan pajak hiburan sehingga dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan

pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program,

memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi petugas pemungut agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan pemungutan pajak hiburan.

Berdasarkan penelitian terhadap dokumen perpajakan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Medan bahwa sikap pelaksana program kebijakan pemungutan pajak hiburan masih kurang maksimal. Hal ini terbukti dengan kurangnya upaya dari pelaksana program untuk memutahirkan data objek pajak hiburan, demikian juga dalam penetapan pajak hiburan tidak berdasarkan

kemampuan bayar dari wajib pajak hiburan. Hal serupa juga terjadi

pada penentuan target penerimaan pajak hiburan, dimana

penentuannya tidak berdasarkan atas kajian dan analisis terhadap potensi riil yang ada, melainkan atas dasar realisasi tahun sebelumnya, sehingga peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui penerimaan pajak hiburan masih dirasakan kurang

Berkaitan dengan sikap pelaksana, profesionalitas petugas pemungut sangat menentukan efektifitas pemungutan pajak hiburan. Untuk melaksanakan tugas sebagai pemungut pendapatan dilapangan membutuhkan tingkat pengalaman yang tinggi dan komunikasi yang baik. Hal ini disebabkan peran petugas pemungut dilapangan berhubungan langsung dengan masyarakat (wajib pajak) maka keadaan mentalitas aparat yang cukup bagus sangat diperlukan untuk mencapai target penerimaan pendapatan yang maksimal.

Untuk mengatasi hambatan tersebut Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Medan mengadakan orientasi secara berkala. Orientasi lapangan yang diberikan berbentuk

pengarahan–pengarahan lapangan yangbertujuan untuk memotivasi

para aparat pemungut pajak untuk memperbaiki kinerjanya di lapangan sehingga memenuhi target yang diharapkan. Hasil dariorientasi di lapangan belum seluruhnya menunjukkan dampak yang positif, sebab para aparat membutuhkan penyesuaian terhadap berbagai tugas yang

diembannya dan dapat dimungkinkan tidak semua aparat dapat memahami materi orientasi secara komperhensif.

7. Personil dan Beban Kerja

Personil dilapangan merupakan penegak Peraturan Daerah khusus Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak iburan di Kota Medan, tentu membutuhkan personil yang cukup agar terlaksana penegakkan Perda tersebut. Namun kenyataanya personil yang ada dirasa belum memadai karena pekerjaan yang banyak (tidak sebanding) hal ini berdasarkan wawancara dengan Kabid Penegak Perda personil dilapangan bahwa untuk petugas yang ada, memang masih dirasa belum cukup, bahkan ada beberapa anggota yang harus membagi waktu untuk dapat berperan serta dalam penegakkan Perda. Karena personil di personil dilapangan tidak semua diturunkan ke lapangan karena ada beberapa orang yang harus berada di kantor-kantor tertentu dan Rumah-rumah dinas seperti Walikota, Wakil Wakil Walikota dan Seretaris Daerah. Berdasarkan hal tersebut diatas ternyata jumlah personil yang ada memang tidak mencukupi karena banyaknya tugas dan pembagian kerja, oleh karena itu jumlah personil menjadi kendala terbesar dalam proses penegakkan Perda di Kota Medan Tidak seimbangnya antara beban kerja dan personil yang mengakibatkan personil dilapangan harus memilah-milah masalah yang harus di atasi. Keterbatasan kualitas dan profesionalisme yang dimiliki personil masih kurang, seperti dalam hal pembagian kerja, kedisiplinan,

tanggungjawab. Seperti yang dikemukakan oleh, Kabid Penegakkan Perda bahwa dalam pembagian kerja di Instansi ini belum terkordinir dengan baik sehingga banyak pekerjaan mereka yang tumpang tindih.Kekurangan personil di instansi ini juga akan berdampak pada pemerataan pelaksanaan tugas ke seluruh wilayah Kota Medan yang sangat luas . Dalam pelaksanaan penegakkan Perda Nomor 7 Tahun 2011 ini sangat dipengaruhi juga oleh luasnya wilayah kerja. Sebagaimana diketahui bahwa wilayah Kota Medan 21(dua puluh satu) Kecamatan yang lokasinya yang sangat jauh dari pusat pemerintahan apalagi pada Kecamatan yang ditempuh dengan kendaraan roda 4 selama 2-3 Jam perjalanan.

8. Lemahnya Penegakan Hukum

Peraturan Daerah adalah produk hukum Pemerintah Daerah yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh aparat Pemerintah Daerah dan seluruh masyarakat daerah. Selama ini Peraturan Daerah tentang Pajak hiburan di Kota Medan belum dapat ditegakkan dengan baik. Hal ini dikarenakan oleh lemahnya sanksi hukum yang diberikan kepada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya.Pelaku usaha hiburan sebagai wajib pajak akan sangat menentukan keberhasilan pemungutan pajak hiburan di Kota Medan, terutama menyangkut kepatuhan mereka atas kewajiban mereka sebagai Wajib Pajak hiburan. Tingginya kepatuhan wajib pajak hiburan memenuhi kewajibannya akan sangat mendukung kelancaran pemungutan pajak hiburan, sebaliknya

rendahnya kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya akan dapat menghambat kelancaran pemungutan pajak hiburan.

B. Upaya dalam mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

Pajak Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap pembangunan, namun kenyataanya dalam penegakan Perda ini masih juga di temui hambatan sehingga jumlah Pajak Daerah yang akan di pungut seringkali tidak sesuai dengan jumlah wajib pajak dan jumlah target yang telah di tentukan. Untuk itu agar wajib pajak tidak melalaikan kewajibannya maka personil selaku instansi pemerintah yang memiliki tugas menegakkan Perda bekerjasama dengan DPPKAD Kabupeten Hiburan Kota berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi hambatan tersebut agar wajib pajak mau menyetorkan pajaknya dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut : 29

1. Sosialisasi Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 7 Tahun 2011 Salah satu cara

pembinaan wajib pajak adalah sosialisasi produk hukum termasuk di dalamnya Peraturan Daerah (PERDA) ini. Hal tersebut tidak dapat dilaksanakan secara sekaligus akan tetapi bertahap dan berkesinambungan, sehingga masyarakat akan memahami arti pentingnya ketaatan dan kepatuhan terhadap produk hukum tersebut. Program sosialisasi merupakan salah satu program pengenalan yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat, supaya

masyarakat mengetahui mengenai proses hukum yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga terbentuk pengetahuan dan pemahaman tentang Peraturan Daerah tersebut dalam diri masyarakat. Di samping itu, hal ini dilakukan pemerintah karena ingin merubah perilaku masyarakat. Salah satu cara sosialisasi peraturan daerah ini adalah pertemuan yang dilaksanakan di tingkat Kota Medan dan Kecamatan serta Hiburan dimana sosialisasinya hanya dilaksanakan 2 kali sosialisasi semenjak Perda Tentang Pajak Daerah ini dikeluarkan dan juga pesertanya belum mencakup keseluruhan artinya masih beberapa Nagari dan Kecamatan saja. Hal ini terbukti dari penelitian yang penulis lakukan, dimana dari beberapa anggota masyarakat yang penulis temui, menyatakan tidak mengetahui kalau ada Peraturan Daerah yang mengatur tentang pajak daerah, hanya orang-orang yang tertentu saja dan itupun merupakan perangkat negeri dan pegawai pemerintah serta beberapa masyarakat yang mengetahui tentang Peraturan Daerah dan itupun hanya secara umum

2. Melakukan Penertiban Terhadap Pelanggar Perda Nomor 7 Tahun

2011Penertiban dilakukan dalam rangka meningkatkan ketaatan masyarakat terhadap peraturan, tetapi tindakan tersebut hanya terbatas pada tindakan peringatan dan penghentian sementara kegiatan yang melanggar Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya. Sedangkan putusan final atas pelanggaran tersebut merupakan kewenangan instansi atau pejabat yang berwenang. Program-program penertiban yang dibuat oleh pemerintah Hiburan bersama dengan pihak legislatif yaitu DPRD Kota

Medan, yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 merupakan produk hukum daerah yang memiliki kekuatan hukum, dimana adanya sanksi yang dapat diberikan kepada para pelanggarnya. Dan selanjutnya program-program tersebut akan diterapkan dalam masyarakat oleh pihak pemerintah Hiburan melalui instansi terkait yang ada, yang memiliki wewenang terhadap yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Dalam penegakkan PERDA ini personil dilapangan mempunyai program antara lain: tindakan pengamanan dan penertiban serta pembinaan bagi yang melanggar Peraturan Daerah. Operasi penertiban yang dilakukan oleh aparat terkait terbagi dua bentuk: operasi mandiri yang dilakukan oleh instansi itu sendiri dan operasi gabungan dengan instansi yang lain. Operasi gabungan dilaksanakan oleh tim koordinasi seperti SK4, Polisi, dan instansi yang terkait dengan permasalahan ini dimana sebelum pelaksanaannya diadakan terlebih dahulu pertemuan koordinasi untuk menentukan waktu pelaksanaan operasi atau razia, lokasi yang akan dirazia, dan hal-hal yang akan mendukung terlaksananya operasi tersebut. Untuk operasi gabungan waktunya hanya diketahui oleh tim koordinasi itu sendiri karena bersifat rahasia, maka untuk pelaksanaan operasional di lapangan dilakukan oleh petugas gabungan antara Satuan Polisi Pamong Praja dan pihak-pihak terkait lainnya. Hal ini seperti yang dikemukakan Kepala Bidang Penegakkan Perda yang menyatakan bahwa : Dalam pelaksanaan razia ini kita bagi dalam dua bentuk yaitu operasi mandiri dan operasi gabungan dengan instansi lainnya seperti tim SK4, Polisi. Selanjutnya penertiban terhadap pelanggaran Perda Nomor 7 Tahun 2011

dapat dilihat pada penertiban Pajak hiburan yang digunakan oleh konsumen hampir di sepanjang jalan umum. Penertiban ini dilaksanakan bagi yang melanggar artinya pajak hiburan yang sudah habis batas waktu kontraknya sehingga pengguna papan hiburan tersebut harus membuka iklannya namun kenyataanya selama ini pengguna papan hiburan ini kurang memperhatikan kedispilinan dan juga ada beberapa oknum yang kurang bertanggung jawab memakai fasilitas umum untuk mengiklankan hiburannya tanpa melalui prosedur (membayar pajak hiburan) sehingga terjadi kecurangan yang merugikan daerah sehingga demi ketertiban dan penegakan Perda Kota Medan bertindak tegas dengan membuka paksa setiap hiburan yang menyalahi peraturan yang ada

3. Meningkatkan SDM Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam hal ini

personil Satpol PP Hiburan Hiburan Kota melalui pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Hiburan maupun Pemerintah Provinsi sebagaimana yang dijelaskan oleh Kabid Penegakkan Perda bahwa untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuan personil, kami mengirimkan anggota sampai ke tingkat provinsi, meskipun dalam keterbatasan dana yang ada, kami berusaha untuk mengirimkan personil kami tersebut guna menunjang kelancaran tugas yang akan kami laksanakan. Berdasarkan keterangan diatas ternyata Satpol PP juga berusaha meningkatkan keahlian personilnya salah satunya mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi.

4. Mengoptimalisasikan Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah agar keterangan tersebut lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi

atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan

sehubungan dengan tindak pidana;

Dokumen terkait