• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Potret Akomodasi Komunikasi Dalam Komunikasi Antarbudaya

2. Divergensi

Divergensi adalah ketika dimana tidak adanya usaha dari pembicara untuk menunjukan persamaan diantara mereka. Atau tidak ada kekhawatiran apabila mereka tidak mengakomodasi satu sama lain.

Terdapat alasan mengapa seseorang tidak menunjukan adanya usaha yaitu ingin mempertahankan identitas budaya dan karena alasan kekuasaan. Hal ini yang terjadi pada Ida selaku informan, ia tetap mempertahankan bahasa kesehariannya, berikut pernyataanya:

“Kalo aku komunikasi sama anak dari sunda ya tetep komunikasi tapi aku tetep pake bahasa Jawa aja karena kalau temen saya ini

80 Hasil wawancara dengan Rini selaku pengurus pondok pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus pada 12 November 2022.

meskipun saya pakai bahasa Jawa ini dia tetep maksud apa yang saya ucapkan jadi ya saya tetep pakai bahasa sehari-hari saya aja.

juga kan dia yang mondok di daerah Jawa jadi saya mikirnya itu dia yang ngikutin saya aja biar pake bahasa Jawa.”81

Merasa bahwa menjadi tuan rumah disuatu wilayah lebih tepatnya alasan kekuasaan, sehingga lawan bicara harus mengikuti bahasa yang sudah ada. Meskipun tetap menggunakan bahasa Jawa dalam komunikasinya informan diatas menganggap bahwa lawan bicaranya akan paham dan maksud dengan apa yang disampaikan sehingga hal tersebut menjadi alasan kuat Ida Untuk tidak menunjukkan adanya suatu usaha dalam proses akomodasi komunikasi.

Terbiasa menggunakan bahasa daerah di lingkungan rumahnya membuat Titin menjadi sulit untuk berpindah atau melakukan akomodasi komunikasi dengan lawan bicaranya. Berikut pernyataan Titin:

“ Aku kalo lagi kumpul lebih banyak diem si mba kalo nyapa mah iya...Nah itu sering aku komunikasinya tetep pake bahasa Sunda kebetulan aku satu kamar juga sama anak sunda gitu mba ,,,tapi kalo misalkan ada temen yang nyuruh pake bahasa Indonesia aja kenapa gitu,,,nah aku disitu pake tapi sedikit-sedikit ,,,,karena gimana yah dirumah pada pake bahasa Sunda ...”82

Karena sudah terbiasa menggunakan bahasa daerahnya di lingkungan rumah membuat Titin cenderung sulit untuk menggunakan bahasa lain meskipun itu mampu, terlebih ia satu kamar dengan anak dengan kebudayaan yang sama tentunya membuatnnya sering menggunakan bahasa daerah meskipun berada di wilayah pondok jadi terlihat bahwa bahasa yang banyak digunakan oleh informan diatas adalah bahasa Sunda.

Berdasarkan pembahasan diatas, ditemukan bahwa adanya divergensi pada komunikasi antarbudaya antar santri di Pondok Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus. Alasan santri Jawa melakukan divergensi karena kekuasaan wilayah merasa menjadi tuan rumah lalu santri pendatang mau tidak mau harus mampu mengikuti dan memahaminya,

81 Hasil wawancara dengan Ida selaku santri dari Jawa Tengah pada 29 November 2022.

82 Hasil wawancara Titin selaku santri dari Jawa Barat pada 29 November 2022.

alasan lain terlihat pada santri Sunda yang memilih memakai bahasa Sunda karena memang sudah terbiasa dirumah memakai bahasa daerah jadi sangat sulit untuk menghilangkannya.

3. Akomodasi Berlebihan

Akomodasi berlebihan terjadi ketika pembicara beradaptasi secara berlebih pada lawan bicaranya yang dianggap terbatas dalam hal tertentu.

Akomodasi berlebihan menimbulkan miskomunikasi. Walaupun pembicara jelas-jelas berniat menunjukan rasa hormat, pendengar mengaggapnya sebagai hal yang tidak menyenangkan dan tidak menghargai dirinya. Akomodasi berlebihan biasanya menyebabkan pendengar untuk mempersepsikan diri mereka tidak setara. Sebagai contoh, beberapa santri sunda yang menggunakan Bahasa asli mereka atau intonasi berbicara dengan porsi yang sangat berlebihan pada saat berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya. Mahasiswa yang memang berasal dari daerah Pulau Jawa yang sama sekali tidak mengetahui Bahasa yang dipakai hanya mampu menjawab seadanya, dengan mengira-ngira apa yang sebenarnya dibicarakan oleh santri yang berasal dari Sunda tersebut. Hal ini disebut berlebihan karena mahasiswa Sunda melihat respon ketidaktahuan lawan bicaranya,namun tetap saja meneruskan pembicaraan menggunakan Bahasa yang dipakai santri Sunda tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara, informan menunjukkan adanya proses akomodasi berlebihan yang terjadi pada santri di Pondok Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus ketika melakukan proses komunikasi antarbudaya.

Menurut Alviatun:

“Iya mba, ya namanya juga pendatang ya mau ngga mau harus bisa menyesuaikan mba....cuma logat aku itu masih sunda banget juga pernah waktu itu aku salah ngomong, coba-coba pakai bahasa Jawa malahan artinya salah sampai diketawain temenku.”83

83 Hasil wawancara dengan Alviatun selaku santri dari Jawa Barat pada 29 November 2022.

Sebagai pendatang di Pondok Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus, harus mampu menyesuaikan agar lebih nyaman dan mudah ketika berkomunikasi, dengan maksud yang baik ingin menyesuaikan sesuai dengan apa yang ada yang berada wilayah Jawa cenderung memancing individu untuk memaksa bisa sama dengan apa yang dilakukan lawan bicara. Namun, hasilnya tetap saja kelihatan bahwa ia adalah orang dari Sunda, aksen seseorang sangat sulit sekali untuk dihilangkan meskipun dalam pengucapan kalimat sudah lancar bahkan tidak jarang sekali terdapat kata yang salah penempatannya sehingga dapat menimbulkan misskomunikasi.

Melakukan penyesuaian dengan cara mengamati adat, budaya, dan karakteristik seseorang dilakukan oleh salah satu informan, namun ketika proses penyesuaian ia masih menggunakan logat daerahnya dan sempat melakukan kesalahan yang fatal dalam melakukan komunikasi antarbudaya. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Vilda:

” ...selama sebulan itu aku diem dulu mengamati oh anak ini itu sifatnya begini, disini juga kebiasaannya begini baru lah aku ya menyesuaikan secara perlahan ngomongnya juga awalnya bahasa Indonesia karena udah lama disini juga ya akhirnya ngerti lah meskipun belum banyak sama ya logatnta yah mba....nah waktu itu aku lagi jalan sore terus nglewatin ndalem ada Abah terus tanya sampun maem dhereng? aku jawabnya uis,,,waduh langsung semua mata itu menuju ke aku mba dengan lantangnya saya menjawab itu padahal kan itu Jawa kasar... Kalo lagi ngaji tafsir kitab kaya pegon gitu aku mudeng cuma waktu dikitabnya tetep aku tulis artinya itu pake bahasa sunda mba”84

Melakukan penyesuaian namun terlalu berlebihan terlihat pada penjelasan diatas karena aksen seseorang memang tidak bisa dihilangkan secara mudah, karena terlalu ingin menyesuaikan diri ditempat yang baru membuat seseorang cenderung berusaha sangat keras namun, tidak dengan porsi yang secukupnya sehingga membuat kesalahan yang fatal.

Berdasarkan pembahasan mengenai Akomodasi berlebihan aksen menjadi alasan utama seseorang terlihat sekali melakukan penyesuaian

84 Hasil wawancara dengan Vilda selaku santri dari Jawa Barat pada 12 November 2022.