• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Divisi Public Relations PT Astra International Tbk Dalam Mengimplementasikan Astranet Sebagai Saluran Komunikasi Internal

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN (Halaman 40-52)

Konsep organisasi (dalam Pace dan Faules, 2005: 78-79) merujuk pada suatu proses pengorganisasian karena menurut Weick, proses pengorganisasian ini menghasilkan organisasi, yang dibentuk dari aktivitas dan proses. Organisasi memiliki struktur, tetapi “bagaimana suatu organisasi bertindak dan tampil ditentukan oleh struktur yang ditetapkan oleh pola-pola reguler perilaku yang saling bertautan. Perilaku yang saling bertatutan ini merupakn suatu sistem yang nyata di suatu organisasi, dan ini merupakan kunci bagi berfungsinya organisasi tersebut.

Organisasi merupakan suatu sistem yang menyesuaikan dan menopang dirinya dengan mengurangi ketidakpastian yang dihadapi. Dengan kata lain, perilaku dalam organisasi dikatakan saling bertatutan jika perilaku seseorang dalam organisasi tersebut bergantung pada perilaku orang lain.

Lebih lanjut, Pendekatan Karl Weick menjelaskan suatu proses mengenai bagaimana organisasi mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan informasi yang kemudian mentrasmisikan kembali informasi tersebut kepada anggota organisasi.

Teori Weick menitikberatkan komunikasi sebagai landasan bagi pengorganisasian dan memberikan sebuah konsep pengorganisasian yang berfokus pada aktivitas dan proses komunikasi. (West dan Turner, 2009: 335)

Pemaparan konsep diatas sesuai dengan aktivitas dan proses yang dilalui oleh divisi internal relations dalam mengimplementasikan Astranet sebagai media komunikasi internal, yang berfokus pada koordinasi yang melibatkan aktivitas dan

proses komunikasi antar divisi. Dalam konteks ini, terdapat dua aktivitas proses yang dilalui oleh divisi internal relations, yakni:

1.Pra implementasi Astranet sebagai media komunikasi internal yang berkonsep one stop stations and services. Pada tahun 2009, divisi public relations PT Astra International Tbk-Head Office memimpin suatu rapat internal yang cukup besar guna melakukan peremajaan Astranet yang pada awalnya hanya memberikan fungsi administratif saja, yakni pengajuan cuti dan claim obat. Rapat ini melibatkan beberapa divisi seperti divisi IT, divisi Corporate Organization and Human Capital Development (CHCD), hingga divisi General Affairs (GA). Divisi public relations terutama divisi internal relations sebagai divisi yang memimpin koordinasi dan jalur komunikasi selama rapat ini memberikan suatu konsep Astranet sebagai one stop services bagi karyawan dalam mencari informasi dan mempermudah proses manajerial perusahaan. Oleh sebab itulah, divisi internal relations berkoordinasi dengan tim IT menyediakan kanal-kanal atau sub menu di Astranet yang dapat dikelola oleh masing-masing divisi. Misalnya, dalam Astranet terdapat informasi mengenai menu makan siang karyawan maka yang menyajikan informasi ini adalah divisi General Affairs (GA).

2. Proses implementasi Majalah Astra yang disajikan secara virtual ke Astranet. Pada awalnya, informasi yang akan ditampilkan di Majalah Astra diperoleh dari beberapa PIC PR Grup Astra yang menaungi 6 lini bisnis Astra serta koordinator wilayah Astra. Para PIC PR di masing-masing Grup Astra ini akan mengirimkan informasi terkait aktivitas perusahaan mereka kepada staff internal relations PT Astra International Tbk-Head Office. Dalam konteks ini, selaras dengan konsep yang dikemukakan oleh Karl Weick dalam Teori Informasi Organisasi bahwa sangat jarang bahwa satu divisi dalam suatu organisasi mempunyai semua informasi penting mengenai perusahaan tersebut. (West dan Turner, 2009: 336) Informasi tersebut berasal dari berbagai macam sumber, yakni dari berbagai divisi di perusahaan maupun anak perusahaan. Kemudian, majalah Astra yang hendak disajikan dalam bentuk virtual ke Astranet membutuhkan koordinasi dengan divisi IT. Jalur koordinasi tersebut melalui beberapa aktivitas dan proses komunikasi yang terjalin antar kedua belah pihak. Dalam konteks ini, individu di divisi internal relations yang berperan sebagai PIC untuk Majalah Astra (A) akan melakukan proses dan aktivitas

komunikasi dengan individu di divisi IT (B) guna menyajikan Majalah Astra ke Astranet sehingga seluruh karyawan dapat membaca informasi di Majalah tersebut dengan mudah. Proses koordinasi tersebut berjalan pada suatu sistem atau standar baku kinerja perusahaan dimana divisi internal relations (A) akan mengisi URF atau user request form yang tertuju ke divisi IT (B), lalu divisi IT (B) akan memberikan respons balik kepada divisi internal relations. Hal ini selaras dengan konsep yang ada dalam perilaku pengorganisasian, yangmana Weick memberikan kunci teoritis mengenai interaksi ganda (double interect). Artinya, A berkomunikasi dengan B, B memberi respons kepada A, dan A membuat beberapa penyesuaian atau memberi respons balik pada B. Kegiatan komunikasi ini membentuk dasar pengorganisasian.

(Pace dan Faules, 2005: 81)

Fokus utama Karl Weick dalam teori informasi organisasi adalah pertukaran informasi (information exchange) yang terjadi dalam organisasi dan bagaimana anggota organisasi mengambil langkah untuk memahami pertukaran informasi tersebut. Konsep ini sesuai dengan proses pengorganisasian informasi yang dilalui oleh divisi internal relations guna mengelola konten yang ada Astranet agar berada di jalur yang tepat sesuai dengan visi misi perusahaan. Dalam menyajikan informasi di Majalah Astra dan mengelola konten di Astranet, tentunya divisi internal relations melakukan proses pertukaran informasi antar individu maupun antar divisi di PT Astra International Tbk. Misalnya, divisi Corporate Human Capital Development (CHCD) hendak mengkomunikasikan regulasi perusahaan yang baru yang akan disampaikan melalui Astranet, maka divisi ini akan melakukan koordinasi, proses dan aktivitas komunikasi dalam konteks pertukaran informasi dengan divisi internal relations karena salah satu fungsi internal relations adalah mengkomunikasikan kebijakan manajemen perusahaan kepada karyawan. Dengan kata lain, interaksi ganda yang menjadi kunci teoritis perilaku pengorganisasian terjadi juga dalam proses komunikasi antar divisi internal relations dengan divisi CHCD.

Adanya keterhubungan antara divisi lain yang hendak mempublikasikan suatu muatan informasi di Astranet terhadap divisi internal relations yangmana divisi lain akan mengirimkan terlebih dahulu konten tersebut kepada divisi internal relations untuk dianalisis sebelum dipublikasikan di Astranet selaras dengan asumsi kedua dari Teori Informasi Organisasi Karl Weick bahwa informasi yang diterima oleh organisasi berbeda dalam hal ketidakjelasannya (equivocality). Asumsi kedua

mengindikasikan adanya ambiguitas dalam informasi. Ketidakjelasan (equivocality) berarti tingkat ketidakpastian yang dihadapi para anggota organisasi. Dan menurut Weick, adanya pengorganisasian membantu para anggota organisasi untuk mengurangi ketidakpastian informasi yang diperoleh. Ketidakjelasan (equivocality) juga merujuk pada informasi yang rumit, tidak pasti, dan tidak dapat diprediksi.

Untuk mengurangi atau mengatasi ketidakpastian ini, anggota organisasi terlibat di dalam suatu proses komunikasi untuk mencapai kepastian informasi. (West dan Turner, 2009: 340). Dengan demikikan, untuk mencapai kepastian informasi akan konten yang akan dipublikasikan oleh divisi lain ke Astranet, maka divisi yang bersangkutan akan melakukan proses komunikasi dengan divisi internal relations.

Begitu pula dengan divisi eksternal relations dalam mengimplementasikan e-newspaper clipping dan surat pembaca membutuhkan aktivitas dan proses komunikasi serta pertukaran informasi. Namun berbeda dengan divisi internal relations, proses dan pertukaran informasi yang terjalin oleh divisi eksternal relations dalam mengimplementasikan e-newspaper clipping dan surat pembaca tersebut melibatkan individu dalam satu divisi. Dalam konteks ini, atasan akan melakukan transmisi informasi kepada staff bawahan mengenai informasi apa saja yang layak untuk dijadikan sebagai e-newspaper clipping. Lebih lanjut, proses pengorganisasian ini akan menghasilkan suatu struktur sebagaimana yang dikonseptualisasikan oleh Karl Weick bahwa komunikasi merupakan proses penting karena proses itu menghasilkan struktur. Dan Weick memandang struktur sebagai aktivitas yang lebih spesifik lagi, yakni sebagai aktivitas komunikasi. Struktur organisasi ditentukan oleh perilaku-perilaku yang saling bertautan. (Pace dan Faules, 2005: 79)

Dengan demikian, proses yang dilalui oleh divisi internal relations dan eksternal relations dalam mengimplementasikan Astranet sebagai media komunikasi internal sesuai pula dengan asumsi ketiga dari Teori Informasi Organisasi Karl Weick yang memandang bahwa organisasi manusia terlibat di dalam pemrosesan informasi untuk mengurangi ketidakjelasan informasi. Asumsi ketiga dalam teori ini menyatakan bahwa organisasi dimulai dalam aktifitas kerjasama untuk membuat informasi yang diterima agar lebih dapat dipahami. Weick (1979) memandang proses untuk mengurangi ketidakpastian informasi (equivocality) ini sebagai sebuah

aktifitas bersama diantara anggota organisasi. Tentunya, ini bukan merupakan tanggung jawab dari satu orang dalam organisasi saja untuk mengurangi ketidakjelasan informasi tersebut, namun membutuhkan kerjasama antar anggota organisasi. (West dan Turner, 2009: 340)

Teori Pengorganisasian menurut Karl Weick juga menekankan bahwa tugas untuk mengelola informasi dalam jumlah besar adalah sebuah tantangan bagi banyak organisasi. Ketika pilihan untuk saluran-saluran komunikasi meningkat, jumlah pesan yang dikirim dan diterima serta kecepatan untuk mengirim pesan tersebut meningkat pula. Organisasi tidak hanya dihadapkan pada tugas untuk mengartikan pesan yang diterima, tetapi juga menghadapi tantangan untuk menentukan siapa yang harus menerima informasi yang disampaikan oleh organisasi tersebut. (West dan Turner, 2009: 334)

Konsep ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh divisi eksternal relations adalah mengelola informasi mengenai Astra yang begitu besar sehingga publikasi di media masa mengenai Astra pun pastinya banyak. Ketika publikasi berupa pemberitaan mengenai Astra di media masa begitu banyak, maka semakin sulit untuk menentukan berita mana yang layak untuk dijadikan e-newspaper clipping karena tidak mungkin semua pemberitaan mengenai Astra di semua media cetak maupun online dijadikan e-newspaper clipping. Pembaca dari e-newspaper clipping ini adalah level manager keatas yang memiliki jadwal kerja yang padat sehingga waktu mereka untuk membaca e-newspaper clipping pun pastinya terbatas. Oleh sebab itu, divisi eksternal relations harus mampu mensortir pemberitaan mana dari sekian banyak pemberitaan yang ada layak untuk dijadikan sebagai e-newspaper clipping di Astranet.

Hambatan dan tantangan ini diatasi oleh divisi eksternal relations dengan menggunakan strategi pemilihan media dan konten berita. Dari sisi pemilihan media, divisi eksternal relations sudah memiliki data tersendiri mengenai media mana yang menjadi poros berita. Misalnya berita mengenai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), poros berita tersebut berada di media cetak nasional dengan reputasi yang baik seperti salah satu contoh Koran Kompas sehingga berita yang ada di Kompas mengenai RUPS PT Astra International Tbk layak dijadikan sebagai e-newspaper clipping di Astranet. Akan tetapi, meskipun berita mengenai RUPS tersebut disajikan

pula di koran Pos Kota, hal itu tidak dijadikan sebagai e-newspaper clipping karena koran Pos Kota bukan merupakan poros informasi atas berita RUPS tersebut.

Strategi yang dilakukan oleh divisi eksternal relations ini pun selaras dengan pemahaman yang dikonseptualisasikan oleh Richard Daft dan Robert Lengel (1984) mengenai “kekayaan informasi” untuk memberikan gambaran mengenai banyaknya masukan yang dihadapi oleh organisasi. Kedua tokoh ini menekankan bahwa media baru telah memberikan peluang bagi organisasi untuk mengakses informasi dalam jumlah besar, tetapi kemudian anggota organisasi dihadapkan pada tugas untuk mengurangi pesan-pesan yang banyak tersebut. (West dan Turner, 2009: 342)

Hambatan serta cara untuk mengatasinya sebagaimana yang dipaparkan diatas sesuai dengan konsep Weick mengenai lingkungan informasi pada suatu organisasi yang menyatakan bahwa organisasi atau anggota organisasi tidak dapat memproses semua informasi yang ada sehingga organisasi dihadapkan pada suatu tugas untuk menyeleksi informasi yang berarti dan penting. Pada dasarnya, organisasi memiliki dua tugas utama dalam mengelola sumber informasi yakni (1) Organisasi harus menginterpretasikan informasi eksternal yang ada dalam lingkungan informasi tersebut, dan (2) Organisasi harus mengoordinasikan informasi untuk membuatnya bermakna bagi anggota-anggota organisasi guna mencapat tujuan organisasi. (West dan Turner, 2009: 341)

Dalam mengimplementasikan Astranet sebagai media komunikasi berbasis cyber-PR, divisi internal relations dan eksternal relations membutuhkan bantuan dari individu lain, baik dalam satu divisi maupun antar divisi. Peran divisi internal relations yang menyajikan Majalah Astra dalam bentuk virtual ke Astranet tidak bisa dilakukan secara mandiri. Dalam konteks ini, divisi internal relations memiliki interdependensi dengan divisi lain yakni divisi IT karena divisi internal relations hanya berperan untuk menyajikan konten atau materi nya saja namun untuk realisasi secara praktis guna mentransmisikan konten Majalah Astra tersebut, secara teknis dibutuhkan konektivitas dengan divisi IT.

Hal ini sesuai dengan kunci teoritis dari Teori Sistem Umum. Karl Weick menggunakan Teori Sistem Umum untuk mempelajari dan menggambarkan bagaimana sebuah organisasi mengelola informasi. Teori Sistem Umum secara spesifik berguna untuk memberikan suatu pemahaman bahwa adanya saling

keterhubungan yang terjadi antara berbagai unit organisasi. Organisasi terdiri atas departemen atau divisi, tim, atau kelompok yang berbeda. Meskipun antar divisi dalam organisasi berfokus pada tugas mandiri, tujuan organisasi sebagai satu kesatuan organisasi membutuhkan pemenuhan dan integrasi informasi yang jelas antar divisi tersebut. Oleh sebab itu, organisasi bergantung pada gabungan informasi sehingga antar anggota organisasi dapat membuat penyesuaian yang penting untuk mencapai tujuan. Anggota dalam organisasi mungkin saja membutuhkan informasi tambahan dari orang lain dalam organisasi tersebut atau mereka juga mungkin perlu untuk mengirimkan informasi kepada divisi lain maupun orang lain dalam organisasi tersebut. (West dan Turner, 2009: 337)

Konsep ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa terdapat konektivitas antara divisi internal relations dengan divisi lain di PT Astra International Tbk. Jika divisi lain ingin menampilkan suatu publikasi baik berupa artikel ataupun jenis publikasi lainnya, yang berhubungan dengan corporate identity dan corporate culture, maka divisi yang bersangkutan perlu terlebih dahulu mengirimkan konten tersebut ke divisi internal relations guna memastikan konten tersebut sudah berada di jalur komunikasi yang sesuai dengan visi misi perusahaan. Hal ini dikarenakan divisi internal relations memiliki peran untuk mengelola konten di Astranet sebagai media komunikasi internal.

Kunci teoritis Karl Weick yang menyatakan bahwa organisasi bergantung pada gabungan informasi juga sesuai dengan proses yang dilalui oleh divisi internal relations dalam mengumpulkan berbagai informasi untuk dijadikan suatu muatan konten yang informatif di Majalah Astra. Dalam proses pengumpulan informasi tersebut, divisi internal relations PT Astra International Tbk bekerja sama dengan berbagai PIC PR (Person In Charge-Public Relations) Grup Astra dan koordinator wilayah (KORWIL) Grup Astra di seluruh Indonesia. Hal ini dikarenakan divisi internal relations tidak memiliki keseluruhan informasi mengenai aktivitas yang dilakukan oleh 182 anak perusahaan yang tersebar di 6 lini bisnis. Oleh sebab itu, guna memaksimalkan informasi yang akan diinformasikan di Majalah Astra, divisi internal relations membutuhkan pertukaran informasi antar PIC dan Korwil Grup Astra yang sudah dibentuk, juga dalam naungan divisi internal relations PT Astra International Tbk sebagai holding company.

Proses komunikasi yang terjadi antara divisi internal relations dengan divisi lainnya di PT Astra International Tbk guna menyajikan konten di Astranet juga sesuai dengan indikator penting dalam Teori Sistem Umum dalam memahami informasi dalam suatu organisasi. Indikator penting tersebut adalah umpan balik yang diterima oleh organisasi maupun anggota di organisasi tersebut.

Kesalingterhubungan antar tim atau divisi dalam organisasi menghasilkan sebuah siklus komunikasi yang mampu mengurangi ambiguitas atau kebingungan mengenai informasi yang diinginkan dan didapatkan. Tidak ada satu unit pun yang lebih penting dalam organisasi, artinya bahwa tiap unit tergantung pada unit yang lain untuk memperoleh tujuan akhir. (West dan Turner, 2009: 338)

Proses komunikasi yang terjadi tersebut bersifat konvergensi guna mencapai pemahaman bersama (mutual understanding). Divisi Corporate Organization and Human Capital Development Division (CHCD) ketika ingin menyampaikan informasi mengenai kebijakan perusahaan di Astranet, divisi ini akan terlebih dahulu mengirimkan informasi tersebut kepada staff di divisi internal relations guna pemastian, kelayakan dan penyesuaian informasi, kemudian jika staff tersebut merasa kurang yakin, maka ia akan melakukan koordinasi dengan Head of Internal Relations, namun jika sampai pada titik ini masih belum mendapatkan titik temu, maka proses komunikasi dan koordinasi berikutnya akan dilanjutkan ke Head of Public Relations hingga antara divisi internal relations dan divisi Corporate Human Capital Development Division (CHCD) mencapai suatu pengertian bersama (mutual understanding) atas informasi yang akan dipublikasikan ke Astranet tersebut. Proses komunikasi yang terjadi ini sesuai dengan konsep model komunikasi konvergensi.

(Suprapto, 2009: 77-83)

Proses komunikasi layaknya suatu siklus yang terus berputar hingga tercapainya pemahaman yang sama antar kedua belah pihak antara komunikan dan komunikator. Individu A menyampaikan suatu pesan kepada individu B (I1) dan kemudian individu B harus menginterpretasikan atau memahami pesan yang dikirimkan oleh individu A, kemudian memberikan umpan balik kepada individu A (I2). Individu A menginterpretasikan kembali pesan individu B dengan memberikan pesan yang lebih banyak (I3) dan proses ini terus berlanjut (I4 … In) hingga individu A dan individu B berada di suatu titik dimana mereka telah mendapatkan pesan kunci

dan mencapai pemahaman bersama (mutual understanding) terhadap suatu topik yang dibicarakan.

Model komunikasi konvergensi ini pula dapat dikorelasikan dengan hasil penelitian mengenai proses kerja sama dan konektivitas yang terjadi dalam divisi eksternal relatios dalam menyajikan e-newspaper clipping di Astranet.

Divisi eksternal relations memiliki peran untuk menyajikan e-newspaper clipping yang merupakan hasil publikasi dari media masa luar mengenai Astra.

Dalam mentransmisikan dan menyajikan konten tersebut, terdapat proses komunikasi guna mencapai pemahaman bersama yang terjalin antara Head of External Relations dengan staff external relations yang menjadi PIC e-newspaper clipping tersebut, yang saat ini diduduki oleh staff bernama Sutan Mulawarman. Head of External Relations akan memberikan arahan dan kemudian mensupervisi staff bawahan nya untuk memilah informasi mana yang layak untuk dijadikan e-newspaper clipping.

Terdapat dua indikator yang dijadikan penentuan untuk kelayakan tersebut, yakni news value dan besarnya perusahaan Grup Astra yang diberitakan. Dalam konteks ini, terjalin proses komunikasi sebagai suatu konvergensi antara Head of External Relations (A) dengan PIC e-newspaper clipping (B) untuk mencapai pemahaman bersama mengenai berita mana dari yang penting hingga kurang penting yang layak untuk dijadikan e-newspaper clipping (mutual understanding of A and B).

Hasil wawancara dengan informan ahli menambahkan suatu temuan baru bahwa ternyata hasil e-newspaper clipping dan surat pembaca yang dipublikasikan oleh staff eksternal relations akan dianalisis oleh Head of Public Relations, yakni Bapak Yulian Warman dan Head of External Relations harus mensupervisi dan memastikan bahwa e-newspaper clipping tersebut sudah harus muncul di Astranet setiap pagi dari hari Senin hingga Jumat sebelum jam 9 pagi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dalam konteks pola komunikasi internal, terdapat dua pembahasan yang menjadi indikator teoritis, yakni:

1. Pola komunikasi internal yang terjadi di divisi public relations PT Astra International Tbk dalam mengimplementasikan Astranet

Sebagaimana yang dijelaskan mengenai teori sistem umum Weick bahwa dalam suatu organisasi terdapat saling ketergantungan antar unit-unit divisi dalam suatu organisasi. Saling ketergantungan ini melibatkan proses komunikasi antar divisi tersebut yang kemudian akan melahirkan pola komunikasi internal. Terdapat

pola komunikasi horizontal yang terjadi ketika divisi internal relations menyajikan Majalah Astra berbentuk visual di Astranet. Komunikasi horizontal tersebut terjadi antara divisi internal relations dengan divisi IT karena divisi IT yang memiliki wewenang secara teknis untuk menyajikan konten tersebut ke dalam Astranet. Hal ini pun selaras dengan suatu pemikiran bahwa komunikasi secara horizontal menjadi penting karena setiap bagian atau departemen dalam suatu organisasi memiliki tingkat saling ketergantungan yang cukup besar. ( Purwanto, 2006: 42)

Pola komunikasi horizontal juga terjadi ketika divisi lain melakukan koordinasi dan proses komunikasi dengan divisi internal relations guna mempublikasikan suatu konten di Astranet. Jika divisi Corporate Human Capital Development (CHCD) ingin mempublikasikan suatu konten di Astranet maka divisi ini harus berkoordinasi dengan divisi internal relations terkait konten yang akan dipublikasikan tersebut guna konten tersebut tetap berada di jalur komunikasi yang benar sebagaimana dengan visi misi dan kebijakan perusahaan, maka dalam konteks ini terjadi proses komunikasi horizontal antar kedua divisi.

Ketika divisi eksternal relations hendak mengimplementasikan Astranet sebagai media komunikasi internal dengan menyajikan konten e-newspaper clipping dan surat pembaca, maka dalam konteks ini pula terdapat pola komunikasi vertikal (dari atasan ke bawahan) dari Head of External Relations ke staff bawahan nya guna memberikan arahan mengenai berita mana yang layak untuk dijadikan e-newspaper clipping di Astranet. Dalam konteks ini, tugas seorang pemimpin teraktualisasi dengan memberikan instruksi kerja kemudian mensupervisi kinerja yang dilakukan oleh bawahannya tersebut.

Pola komunikasi yang dilakukan oleh Head of External Relations dengan staff bawahannya (PIC e-newspaper clipping) sesuai dengan apa yang dikonseptualisasikan oleh Katz dan Kahn mengenai tujuan komunikasi ke bawah, yakni:

1) Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu

2) Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilakukan 3) Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional 4) Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan

5) Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai

2. Pola komunikasi internal yang terjadi dalam penggunaan Astranet sebagai media komunikasi internal, ditinjau dari fungsi administratif.

Pola komunikasi dari bawahan ke atasan (upward communications) terjadi antar individu dalam divisi public relations ketika individu tersebut melakukan proses komunikasi untuk keperluan administratif, misalnya pengajuan cuti.

Misalnya ketika C hendak melakukan pengajuan cuti maka ia akan melakukan proses komunikasi dengan mengisi user request form (URF) yang ada di Astranet yang akan diterima oleh atasan satu level lebih tinggi yakni Head of External Relations. Kemudian, Head of External Relations akan meneruskan permintaan C tersebut ke atasan berikutnya yakni Head of Public Relations. Artinya, dapat disimpulkan bahwa untuk pola komunikasi internal dalam konteks pengajuan

Misalnya ketika C hendak melakukan pengajuan cuti maka ia akan melakukan proses komunikasi dengan mengisi user request form (URF) yang ada di Astranet yang akan diterima oleh atasan satu level lebih tinggi yakni Head of External Relations. Kemudian, Head of External Relations akan meneruskan permintaan C tersebut ke atasan berikutnya yakni Head of Public Relations. Artinya, dapat disimpulkan bahwa untuk pola komunikasi internal dalam konteks pengajuan

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN (Halaman 40-52)

Dokumen terkait