• Tidak ada hasil yang ditemukan

Doa Pribadi

Dalam dokumen RENUNGAN KELUARGA KRISTIANI TENTANG (Halaman 8-35)

6. Doa Santo Yusuf 7. Doa Penutup 8. Berkat Penutup

Urutan doa dan renungan ini dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi keluarga yang bersangkutan.

Doa dan renungan ini dapat dilaksanakan secara pribadi atau bersama keluarga. Bagi keluarga yang anggotanya terpisah karena tempat tinggal yang berjauhan, doa dan renungan ini dapat dilakukan secara online. Kepala keluarga dapat meminta setiap anggota keluarga untuk bergantian memimpin atau bertugas membacakan renungan atau doa.

Semoga doa dan permenungan Santo Yusuf ini membantu setiap anggota keluarga untuk semakin mengenal, mendalami dan meneladan keutamaan hidup dan iman Santo Yusuf terutama dalam hidup di masa pandemi ini.

Penyusun - Editor

RP. Y Aristanto HS, MSF Sekretaris Eksekutif Komisi Keluarga KWI

DAFTAR ISI

1. Tanda Salib Dan Salam ... 2. Doa Tobat ... 3. Doa Pembuka ... 4. Renungan

4.1. Renungan Hari 1 -18 Februari: “Perantaraan Orang Suci” 4.2. Renungan Hari 2 -19 Februari : “Allah Itu Bapa “

4.3. Renungan Hari 3 -20 Februari : “Allah Putera Penebus Dunia” 4.4. Renungan Hari 4 -21 Februari “Allah Roh Kudus”

4.5. Renungan Hari 5 -22 Februari : “Allah Tritunggal Mahakudus” 4.6. Renungan Hari 6 -23 Februari : “Santa Maria”

4.7. Renungan Hari 7 -24 Februari : “Santo Yusuf”

4.8. Renungan Hari 8 - 25 Februari : “Santo Yusuf, Keturunan Daud”

4.9. Renungan Hari 9 - 26 Februari :”Penjaga Suci Perawan Maria“

4.10. Renungan Hari 10 - 27 Februari “Bapa Pengasuh Anak Allah” 4.11. Renungan Hari 11 - 28 Februari “Pembela Kristus Yang

Setia“

4.12. Renungan Hari 12 - 29 Februari : “Kepala Keluarga Kudus” 4.13. Renungan Hari 13 - 01 Maret : “Yusuf, Pribadi Yang Tulus

Hati “

4.14. Renungan Hari 14 - 02 Maret “Yusuf Yang Murni”

4.15. Renungan Hari 15 - 03 Maret : “Pribadi Yang Bijaksana” 4.16. Renungan Hari 16 - 04 Maret : “Yusuf, Pribadi Yang Berani

dan Teguh”

4.17. Renungan Hari 17 - 05 Maret : “Yusuf, Pribadi Yang Taat” 4.18. Renungan Hari 18 - 06 Maret : “Yusuf, Pribadi Yang Setia” 4.19. Renungan Hari 19 - 07 Maret : “Yusuf, Cermin Kesabaran” 4.20. Renungan Hari 20 - 08 Maret “Yusuf, Teladan Hidup

Sederhana”

4.21. Renungan Hari 21 - 09 Maret : “Yusuf, Teladan Kerendahan Hati”

4.22. Renungan Hari 22 - 10 Maret : “Yusuf, Teladan Para Pekerja” 4.23. Renungan Hari 23 - 11 Maret “Yusuf, Penjaga Perawan Suci” 4.24. Renungan Hari 24 - 12 Maret : “Yusuf, Penopang Keluarga” 4.25. Renungan Hari 25 - 13 Maret : “Yusuf, Penghibur orang yang

mengalami kemalangan” 12 12 12 13 14 15 16 16 17 18 19 20 21 22 22 23 23 24 25 25 26 26 27 27 28 29 29 30

4.26. Renungan Hari 26 - 14 Maret “Yusuf, Harapan bagi orang yang sakit”

4.27. Hari 27 - 15 Maret : “Yusuf, Pelindung mereka yang berada dalam Sakrat Maut”

4.28. Renungan Hari 28 - 16 Maret “Yusuf, Pelindung dari kuasa setan”

4.29. Renungan Hari 29 - 17 Maret : “Yusuf, Pelindung Gereja Suci”

4.30. Renungan Hari 30 - 18 Maret : “Meneladan Keluarga Kudus”

5. Doa Pribadi...

6. Doa Bersama 6.1. Doa Santo Yusuf (Paus Fransiskus)...

6.2. Doa Para Pekerja kepada Santo Yusuf...

6.3. Doa Mohon Pekerjaan...

6.4. Santo Yusuf, Pelindung dan Penjaga Gereja ...

6.5. Permohonan Kepada Santo Yusuf...

6.6. Doa Harian kepada Santo Yusuf...

6.7. Kunjungan kepada Santo Yusuf...

6.8. Doa kepada Santo Yusuf I...

6.9. Doa kepada Santo Yusuf II...

6.10. Santo Yusuf, Teladan Para Pekerja...

6.11. Seruan Kepada Santo Yusuf ( Yohanes XXIII) ...

6.12. Permohonan Melalui Santo Yusuf...

6.13. Doa Paus Leo XIII kepada Santo Yusuf...

6.14. Litani Santo Yusuf...

7. Doa Penutup... 8. Berkat... 31 31 32 33 33 35 35 35 35 36 36 37 37 38 39 39 39 40 40 41 43 43

DOA DAN RENUNGAN

1. Tanda Salib Dan Salam

2. Doa Tobat

(Hening sejenak)

3. Doa Pembuka

(Dapat dipilih salah satu)

Doa Pembuka 1 P : U : P : U : P : U : P : U : P : U :

Dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus Amin.

Semoga kasih karunia Allah senantiasa menyertai kita. Sekarang dan selama-lamanya.

Saya mengaku,

Saya mengaku kepada Allah Yang Maha Kuasa dan kepada saudara sekalian bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa. Saya berdosa. Saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para malaikat dan orang kudus dan kepada saudara sekalian supaya mendoakan saya pada Allah Tuhan kita.

Semoga Allah yang Mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan menghantar kita ke hidup yang kekal.

Amin.

Marilah berdoa bersama,

Allah Bapa yang Mahabaik, Engkau telah mempersiapkan dan memilih Santo Yusuf menjadi suami Maria dan bapa bagi Yesus PuteraMu. Dengan penuh kasih, ia telah mendampingi Maria, mendidik Yesus dalam iman dan keutamaan hidup, dan menunaikan tanggungjawabnya sebagai kepala Keluarga Kudus dengan penuh pengabdian, kesetiaan, keheningan dan kesederhanaan. Semoga melalui doa dan permenungan ini, kami dapat semakin mengenal dan meneladan keutamaan hidupnya dalam hidup kami sehari-hari. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Doa Pembuka 2

Doa Pembuka 3

4. Renungan

(Renungan ini disusun berdasarkan hari 1- 30 secara berurutan)

4.1 Renungan Hari I -18 Februari: “Perantaraan Orang Suci”

Beberapa orang masih bertanya: Mengapa kita, orang katolik, berdoa dan meminta kepada Allah dengan perantaan orang-orang kudus? Bukankah Yesus Kristus adalah satu-satunya Pengantara Allah dengan manusia sebagaimana dikatakan di dalam Kitab Suci: “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Tim 2: 5; Ibr 8: 6 dan 9: 11-14)?

Kita perlu memahami bahwa orang-orang kudus bukanlah “penghalang” bagi kita untuk datang kepada Allah Bapa atau kepada Yesus Kristus atau Roh kepada Kudus. Mereka tidak menjauhkan kita dari Allah. Justru teladan iman mereka mendorong kita untuk semakin dekat dengan satu-satunya pengantara kita yaitu Yesus Kristus.

Ketika Gereja mengatakan bahwa orang-orang kudus adalah perantara kita di hadapan Yesus Kristus, itu tidak berarti bahwa merekalah yang mengabulkan doa dan memberikan mujizat. Merekalah yang mendoakan kita di hadapan Allah, dan Allahlah yang mengabulkan doa mereka untuk kita dan memberikan mujijat kepada kita, “melalui perantaraan” orang-orang kudus ini.

P : U :

P : U :

Marilah berdoa bersama,

Bapa yang Mahabaik, Santo Yusuf dengan segala kerendahan hati dan ketaatan melaksanakan kehendakMu bahkan ketika kehendakMu itu berbeda dengan apa yang ia pikirkan dan rencanakan. Semoga melalui teladannya, kami semakin belajar untuk mencari, mendengarkan, menaati dan melaksanakan kehendakMu, yang kadang berbeda dengan kehendak dan rencana kami. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Marilah berdoa bersama,

Bapa yang Mahabaik, Engkau menempatkan Keluarga Kudus dalam hidup sederhana di Nazareth dan hidup dari pekerjaan Yusuf sebagai tukang kayu. Ajarilah kami, sesuai dengan tanggungjawab masing-masing, untuk bekerja dengan tekun dan penuh pengabidan demi kepentingan hidup seluruh keluarga sehari-hari. Semoga pekerjaan kami semakin menguduskan kami dan menjadi persembahan yang baik bagiMu dan bagi sesama kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Kepengantaraan ini sama dengan apa yang dilakukan oleh Bunda Maria pada pesta pernikahan di Kana. Melihat bahwa mereka kekurangan anggur, Bunda Maria diam-diam meminta Putranya untuk melakukan sesuatu dengan mengatakan: “Mereka kehabisan anggur.” Walaupun saatNya belum tiba, namun atas permintaan Bunda Maria, Yesus melakukan mukjizat. Dan itu adalah mujijat yang pertama (Yoh. 2, 1-12).

Santo Thomas dari Aquino dalam bukunya Suma Teologi (Bagian II-III-83) mengatakan bahwa: “orang-orang kudus di surga membantu para peziarah dengan doa-doa mereka dan membantu para peziarah untuk semakin sempurna dalam cinta kasih. Semakin dekat dengan Allah, doa-doa mereka semakin didengarkan. Maka sudah layak, menurut ketetapan Allah, yang di atas mengalir kepada yang di bawahnya, seperti pendaran udara yang bersinar karena sinar matahari. Senada dengan itu, Santo Hieronimus menulis dalam bukunya Contra Vigilantium: Jika dalam kehidupannya di dunia ini para rasul dan para martir, yang masih harus memikirkan keselamatan diri mereka sendiri, dapat mendoakan orang lain, terlebih lagi ketika mereka telah menerima mahkota abadi, kemenangan dan sukacita.

Semoga kita dengan penuh iman berdoa bersama Santo Yusuf dan memohon doanya untuk kepentingan kita yang masih berziarah di dunia ini.

4.2. Renungan Hari 2 -19 Februari : “Allah Itu Bapa “

Injil Matius menunjukkan kepada kita pribadi pertama dari Allah Tritunggal yang kita dengan nama “Bapa”. Nama “Bapa” menjadi “nama Allah” yang dikenalkan oleh Tuhan Yesus dan dengan menyebut Allah sebagai Bapa, kita menyatakan diri sebagai anak-anakNya. Tuhan Yesus menggambarkan Bapa sebagai Penyelenggara kehidupan (Mat 6:32); Bapa mengampuni dosa, mendengarkan setiap anaknya, memberkati dan murah hati. Ia tidak pernah meninggalkan kita. Dan Bapa itu hanya satu sebagaimana dikatakan: “ Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu yaitu Dia yang di sorga” (Mat 23,9).

Figur Bapa surgawi ini sedikit banyak erat kaitannya dengan pengalaman Yesus akan bapa duniawinya yaitu Santo Yusuf. Keutamaan-keutamaan Bapa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus juga tidak jauh dari kebapaan Santo Yusuf. Kedekatan relasiNya dengan Bapa juga mencerminkan kedekatan relasi Yesus dengan Santo Yusuf.

St. Yohanes Chrisostomus, dalam Matth, Hom. V.3; PG 57-58 mengatakan bahwa Santo Yusuf telah dipanggil oleh Allah untuk melayani secara langsung pribadi dan misi Yesus dengan menjalankan peran sebagai bapa. Dengan cara ini, ia bekerja sama sepanjang waktu dalam misteri besar penebusan dan ia sungguh-sungguh “pelayan keselamatan”.

Paus Yohanes Paulus, Seruan Apostolik Redemptoris Custos no.8 juga mengungkapkan: kebapaan Santo Yusuf diwujudkan secara nyata dengan menjadikan dirinya sendiri seorang pelayanan dan persembahan untuk melayani misteri inkarnasi dan misi penebusan; Santo Yusuf melaksanakan tanggungjawabnya sebagai bapa legal atas Keluarga Kudus dengan pemberian diri total melalui hidup dan perkerjaannya.

Menjadi permenungan bagi kita: Bagaimana kita mengalami Allah sebagai Bapa jika kita tidak mengenal bapa kita sehari-hari? Marilah kita mohon supaya kita mampu mengenal figur Allah Bapa melalui bapa duniawi kita. Dan semoga bapa-bapa keluarga semakin mampu mencerminkan figur Bapa Surgawi.

4.3. Renungan Hari 3 -20 Februari : “Allah Putera Penebus Dunia”

“Pusat hidup iman kita adalah Yesus Kristus. Ia sungguh Allah dan sungguh manusia dalam satu pribadi. Ia adalah Firman Allah yang menjadi manusia (Yoh 1,14); Ia esa dan menjadi pengantara antara Allah dan manusia (1 Tim 2:5); dan ia adalah satu-satunya yang mempunyai sabda hidup yang kekal (Yoh 6:68). Ia adalah satu satunya jalan menuju kepada Bapa dan tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Yesus (bdk. Yoh 15:5). Ia menjadi jalan keselamatan bagi semua orang, seperti dikatakan: “tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis 4:12). Dan dengan mengenal Putera kita mengenal Bapa sebagaimana nampak dalam dialog Tuhan Yesus dengan Filipus :”Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Dan Yesus menjawab: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (lih. Yoh 14:8-9). Allah tidak pernah begitu dekat dengan manusia dan manusia tidak pernah begitu dekat dengan Allah sebagaimana nampak dalam Figur Yesus Kristus pada peristiwa misteri inkarnasi.

Santo Yusuf dan Bunda Maria menjadi pribadi yang pertama terlibat, bersentuhan dan mengalami dengan begitu dekat arti dari “Firman menjadi daging ini.” Firman Allah hadir ke dunia dalam cara yang sangat manusiawi; lahir dan besar sebagaimana proses hidup manusia. Sungguh terberkatilah Santo Yusuf dan Bunda Maria.

Menjadi permenungan bagi kita: Berinspirasi pada hidup Santo Yusuf, bagaimana kita dapat bertumbuh dalam iman akan Yesus Kristus? Apakah kita merasa dekat dengan Tuhan, seperti halnya Maria dan Yusuf? Apakah kita membangun kedekatan dengan Yesus dan mengenal identitas Yesus sesungguhnya seperti mereka? Semoga kita dapat bertumbuh dalam pengenalan dan kesatuan dengan Tuhan kita Yesus Kristus melalui perantaraan Santo Yusuf.

4.4. Renungan Hari 4 -21 Februari “Allah Roh Kudus”

Katekismus Gereja Katolik (KGK) no. 687 mengatakan: “Tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah, selain Roh Allah” (1 Kor 2:11). Roh yang mewahyukan Allah itu, membuat kita mengenal Kristus, SabdaNya yang hidup, tetapi Ia tidak berbicara tentang diriNya sendiri. Ia yang “bersabda melalui para nabi”, membuat kita mendengarkan Dia secara tidak langsung, bila Ia mewahyukan Sabda kepada kita dan mempersiapkan kita, menerimaNya dalam iman. Roh Kebenaran yang “mengungkapkan” Kristus bagi kita, tidak berbicara “dari diriNya sendiri” (Yoh 16:13). Sikap rendah hati yang ilahi ini menjelaskan mengapa “dunia tidak dapat menerima-Nya, karena ia tidak melihatNya dan tidak mengenalNya”, sedangkan mereka yang percaya kepada Kristus mengenal-Nya, karena Ia menyertai mereka (Yoh 14:17).”

Di awal Injil Matius, peran Roh Kudus itu ditunjukan oleh Malaikat ketika ia menampakkan diri kepada Yusuf dalam mimpi: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil menerima Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” (bdk. Mat 1:20). Roh Kudus berkarya dan terlibat dalam proses Friman menjadi daging. Yusuf mengakui dan mempercayai akan karya Roh Kudus ini dalam diri Maria. Karena itu, sesudah bangun dari tidurnya, ia segera berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya (Mat 1:24).

Roh Kudus bekerja dalam diri kita maupun dalam peristiwa hidup sehari-hari. Roh Kudus berkarya dengan caraNya yang kadang tidak dapat kita pahami. Ia juga memampukan kita menerima kehendak Allah dan melaksanakannya (bdk. Fil 2:13). Roh Kudus yang diberikan Allah kepada kita bukanlah roh ketakutan, tetapi roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Tim 1:7).

Marilah kita mohon rahmat kepada Allah melalui Santo Yusuf supaya kita bertumbuh dalam iman akan karya Roh Kudus dan melakukan apa yang dikatakan oleh Roh Kudus kepada kita.

4.5. Renungan Hari 5 -22 Februari : “Allah Tritunggal Mahakudus”

Pikiran duniawi kita tidak mampu mengenal Allah Tritunggal. Namun iman akan Yesus Kristus dan percaya pada pengajaranNya kita mengenal Allah Tritunggal itu: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kita yang lahir dari iman akan Yesus Kristus. Kita menjadi manusia rohani yang dapat mengenal dan percaya akan Allah Tritunggal itu walaupun bagi kita Allah Tritunggal tetaplah sebuah misteri iman. Kita tidak akan pernah dapat memahami dan mengetahui segala sesuatu tentang Allah, karena “Allah itu tidak akan menjadi Allah, jika orang itu memahamiNya”, kata Santo Agustinus.

Walaupun Allah Tritunggal adalah misteri, namun Allah menyatakan misteri itu kepada kita. Maka penting bagi kita untuk memahami, mengenal

dan mengalaminya. Santo Atanasius mengatakan bahwa sangat baik bagi kita untuk mendalami isi tradisi kuno, doktrin dan iman Gereja Katolik mengenai Allah Tritunggal ini, seperti yang diwartakan oleh para rasul dan diteruskan oleh para bapa gereja. Terlebih lagi pada masa sekarang ini, di mana roh kegelapan membingungkan kita dengan aneka ajarannya dengan tujuan untuk menjauhkan banyak orang dari iman. Pengenalan akan Allah Tritunggal itu dapat kita dalami sekarang ini secara mendasar melalui Katekismus Gereja Katolik.

Rasul Paulus dalam 1 Kor 2:14-16 mengatakan : “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?” Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.

Setiap berkat diberikan kepada kita dalam nama Bapa, melalui Anak, di dalam Roh Kudus, terutama dalam sakramen-sakramen yang kita rayakan. Dengan berkat, Allah Tritunggal berkenan melibatkan kita dalam misteriNya dan terlibat dalam hidup kita sehari-hari.

Melalui pengalaman imannya, Santo Yusuf mengenal Allah Tritunggal ini. Malaikat menunjukkan kepada Santo Yusuf bahwa Yesus adalah Immanuel “Allah yang menyertai” (Mat 1:23), orang majus yang menyebut Yesus sebagai Raja dan menyembahNya (Mat 2:2), di Bait Allah, Yusuf juga mendengarkan bagaimana Yesus menyebuat Allah sebagai Bapa :”Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di rumah BapaKu?” Dari keterlibatannya dalam rencana keselamatan dan dari pengalaman hidup bersama dengan Yesus, Santo Yusuf mengenal dan bersentuhan dengan misteri Allah Tritunggal.

Menjadi permenungan bagi kita: Bagaimana kita mengalami Allah sebagai Bapa, Putera dan Roh Kudus dalam pengalaman iman sehari-hari? Semoga Santo Yusuf menganugerahi kita rahmat kekuatan untuk bisa mengenal misteri Allah Tritunggal : Bapa, Putera dan Roh Kudus.

4.6. Renungan Hari 6 -23 Februari : “Santa Maria”

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah “mengadili” Ular, Hawa dan Adam. Dalam salah satu putusanNya kepada ular, Allah menyatakan : “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya: keturunannya akan meremukan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya”( Kej 3:15).

Permusuhan yang ditetapkan oleh Allah ini bukanlah permusuhan antara dua orang atas kejadian tertentu; juga bukan konflik atau pertengkaran untuk mencari pendamaian antara kedua belah ini. Permusuhan ini adalah

permusuhan yang tak terdamaikan dan berlangsung terus menerus antara “kuturunan ular” dan “keturunan wanita”. Siapakah wanita itu dan keturunannya? Tentunya jawaban kita terletak pada figur Bunda Maria dan Tuhan Yesus dimana sejarah dosa ditebus menjadi sejarah rahmat. Tradisi gereja juga menggambarkan figur Bunda Maria yang menginjak kepala ular.

Maria menjadi figur pribadi yang taat kepada Allah ketika ia berani menerima kehadiran Anak Allah dalam rahimnya. Ia adalah perempuan yang melawan setan. Ia mengalahkan setan dengan ketaatan dan kesediaannya. Iapun membesarkan dan mendidik Yesus, turut merasakan penolakan di Nazareth dan konflik Yesus dengan orang-orang Farisi dan ahli Kitab. Iapun dengan setia mendampingi Tuhan Yesus dalam penderitaanNya sampai wafat di kayu salib. Bunda Maria turut serta merasakan dan mengalami pergumulan yang dialami oleh Yesus, Anaknya dalam melawan kuasa dosa. Ia menjadi figur wanita yang “menang” melawan kuasa setan.

Di atas salib, Tuhan Yesus menyerahkan Maria kepada Yohanes sebagai ibunya: “Ibu inilah anakmu “ dan menyatakan kepada Yohanes: “Itulah ibumu”. Tuhan Yesus menyerahkan ibunya kepada kita untuk melindungi kita, gereja, dari kuasa dan pengaruh dan kuasa setan. Dengan penuh kepercayaan, Paus Yohanes Paulus II, yang memiliki devosi kuat kepada Maria Suci mengatakan: Totus Tuus Maria! Aku semua milikmu Maria!

Santo Yusuf membangkitkan kasih dan devosi kita kepada Bunda Maria. Marilah kita meminta rahmat kepada Santo Yusuf untuk datang ke Maria dan menerimanya sebagai Bunda kita, yang melindungi kita dari kuasa dan pengaruh setan.

4.7. Renungan Hari 7 -24 Februari : “Santo Yusuf”

Pada abad-abad pertama, dengan berpangkal pada Kitab Suci, para bapa gereja melihat Santo Yusuf sebagai pribadi yang merawat dan melindungi Gereja. Santo Yusuf menjadi pelindung Gereja sama seperti ia telah melindungi Maria. Santo Yusuf menjadi perawat gereja, sama seperti ia telah merawat dan mendidik Yesus. Santo Yusuf sebagai pelindung gereja ini diungkapkan oleh Paus Pius IX dalam dekret Quemandmodum Deus dan ditegaskan oleh Paus Yohanes Paulus dalam Redemptoris Custos.

Tempat Santo Yusuf sangat istimewa dalam iman katolik. Ia dipilih secara khusus oleh Allah untuk terlibat begitu dekat dengan misteri inkarnasi, berbeda dengan orang kebanyakan. Peran Yusuf sebagai “bapa legal” bagi Yesus, lebih dari sekedar bapa dalam arti hukum tetapi bapa dalam arti relasi dan fungsi. Dan karena ikatan perkawinannya dengan Maria, Santo Yusuf pun mempunyai tempat yang luhur sebagaimana Gereja menempatkan Bunda Maria. Tempat Santo Yusuf berbeda dengan orang-orang kudus lainnya.

Namun nampaknya devosi kepada Santo Yusuf tidakah begitu populer dalam hidup beriman. Figurnya menempel kuat dalam Keluarga Kudus dan tidak kelihatan sebagaimana santo dan santa lain. Namun sesungguhnya Devosi kepada Santo Yusuf itu agung dan unggul. Santa Teresa dari Avila berkata: “Aku menjadikan Santo Yusuf yang mulia sebagai pembela dan tuanku. Dan aku mempercayakan diriku kepadanya ... aku mendapatkan lebih banyak dari yang kuminta..” (Buku tentang Kehidupan, Bab 6, no.6). Marilah kita menghormati Santo Yusuf dan menempatkannya sebagai pelindung dan pendidik bagi kita, orang beriman.

4.8. Renungan Hari 8 - 25 Februari : “Santo Yusuf, Keturunan Daud”

Ketika malaikat mendatangi Yusuf dalam mimpi, ia menyapa Yusuf sebagai anak Daud: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka “ (Mt 1:20-21). Dalam awal tulisannya, Matius juga memberikan sederet nama dalam silsilah untuk menunjukkan bahwa Yusuf adalah keturunan Daud. Lukas dengan cara berbeda menunjukkan identitas Yusuf sebagai keturunan Daud ini: “Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazareth, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria” (Luk 1:26-27).

Peran Yusuf, sebagai keturunan Daud, itu mau menggarisbawahi identitas Yesus sebagai anak Daud, anak Abraham (Mat 1;1). Yesus terhubung dengan Daud karena Yusuf menjadi bapa legalNya. Pentingnya Yusuf sebagai keturunan Daud (garis raja) ini mau menunjukkan tergenapinya nas-nas dalam Kitab Suci Perjanjian Lama tentang Raja Damai yang muncul dari keturunan Daud.

Sebagai keturunan Daud, Yusuf adalah pribadi yang unggul di antara banyak pribadi yang disebut dalam silsilah itu. Nama-nama leluhurnya adalah pribadi yang bergumul di dalam rahmat dan dosa. Dan nama Yusuf tampil cemerlang sebagai pribadi yang mendapat kehormatan untuk menerima keturunan yang terpuji dan dinantikan dalam sejarah.

Kita dapat merenungkan bagaimana hidup Santo Yusuf, yang walaupun

Dalam dokumen RENUNGAN KELUARGA KRISTIANI TENTANG (Halaman 8-35)

Dokumen terkait