• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

1. Kepada pihak Puskesmas agar memantau pengetahuan ibu serta tindakan pemberian ASI dan MP ASI meliputi usia pertama pemberian ASI, bentuk MP ASI, serta frekuensi makan bayi secara berkala yang dilaksanakan bekerjasama dengan bidan desa.

2. Kepada bidan desa agar lebih aktif memberikan penyuluhan dan pendampingan guna meningkatkan pengetahuan kepada ibu hamil yang akan segera melahirkan agar ketika lahir bayi segera diberi ASI, dilanjutkan dengan penyuluhan dan pendampingan kepada ibu bayi tentang pemberian ASI dan MP ASI ketika pelaksanaan Posyandu setiap bulannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi memerlukan masukan zat-zat gizi yang seimbang dan relatif besar. Jumlah mutlak zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi relatif kecil, tetapi besar bila dihitung per kilogram berat badan. Namun, kemampuan bayi untuk makan dibatasi oleh keadaan saluran pencernaannya yang masih dalam tahap pendewasaan. Oleh karena itu, bayi belum dapat makan makanan padat, yang berserat banyak atau yang membani ginjal. Satu-satunya yang sesuai dan memenuhi kebutuhan gizi bayi selama bulan-bulan pertama adalah ASI ( Maryunani, 2010).

Makanan bayi harus disesuaikan dengan perkembangan saluran pencernaan. Perlu diketahui bahwa, memberikan makanan/zat gizi sebetulnya sudah dimulai sejak janin dalam kandungan terutama pada saat otak mulai berkembang, sehingga kecukupan zat gizi ditujukan kepada ibu yang sedang hamil perlu diperhatikan. Namun seringkali yang terjadi adalah ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi seeperti yang seharusnya dengan berbagai alasan seperti pengetahuan dan lain hal.

Pada usia 6 bulan pertama, bayi hanya diberikan ASI atau dikenal dengan sebutan ASI Eksklusif, karena ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan serta ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh yang sangat berguna bagi kesehatan bayi dan kehidupan selanjutnya.

2.1.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

ASI eksklusif atau menyusui eksklusif menurut World Helath Organization (WHO) adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan (Pusat Data Informasi dan Kemenkes RI dalam Lumbanraja 2015). Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, pengertian ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Kemenkes RI, 2012 dalam Lumbanraja 2015).

Menurut Roesli U dalam Lumbanraja (2015), yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bbur nasi, dan tim. Itu berarti, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain selama 6 bulan yang dilakukan oleh ibu kepada bayinya.

Lama pemberian ASI eksklusif adalah sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai diberi makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun/lebih.

Menurut Maryunani (2010), pemberian ASI Eksklusif memiliki keuntungan sebagai berikut:

1. Nutrisi yang didapatkan bayi akan optimal dari segi kualitas maupun kuantitasnya Bayi yang diberikan ASI eksklusif dapat mencapai pertumbuhan-perkembangan dan kesehatan yang optimal karena mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya seperti lemak, karbohidrat, protein, garam, dan mineral serta vitamin.

Berikut ini adalah komposisi ASI yang sangat penting bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan pada stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu kolostrum, ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, ASI transisi yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI mature yang dihasilkan mulai dari hari kesepuluh sampai dengan seterusnya.

Tabel 2.1 Komposisi Kandungan ASI Kandungan Kolostrum hari

1-3

Transisi Hari 4-10

Asi mature hari 10-dst Energi (Kg kal) Laktosa (gr/100ml) Lemak (gr/100ml) Protein (gr/100ml) Mineral (gr/100ml) Imunoglobulin: IgA (mg/100ml) IgG(mg/100ml) IgM (mg/100ml) Lisosin (gr/100ml) Laktoferin 57,0 6,5 2,9 1,195 0,3 335,9 5,9 17,1 14,2-16,4 420-520 63,0 6,7 3,6 0.965 0,3 - - - - - 65,0 7,0 3,8 1,324 0,2 119,6 2,9 2,9 24,3-27,5 250-270 Sumber: Maryunani, 2010

Dari perbedaan kandungan komposi pada table, kolostrum merupakan komposisi ASI yang paling penting, karena alasan-alasan berikut:

1. Kolostrum ASI pada hari 1-2 istimewa, kaya nutrient (zat gizi, dan antibody)

2. Volume sekitar 30-9-cc/24 jam sesuai kapasitas lambung pada bayi usia tersebut.

3. Mamberi nutrisi dan melindungi dari infeksi.

4. Memberikan imunisasi pertama (kekebalan tubuh): ASI cairan hidup. 5. Dianggap sebagai “cairan emas”, karena mengandung antibody 10-17 x lebih banyak dari ASI Mature Hari ke-1: 800 mgr SIgA/100cc kolostrum, hari ke-2: 600 mgr SIgA/100cc kolostrum, 400 mgr SIgA/100cc kolostrum. Mengandung juga, laxansia yang membersihkan mekonium, growth factor yang membantu mematangkan usus, dan kaya vitamin A yang mencegah kebutaan.

2. Meningkatkan kesehatan bayi

ASI mengandung zat protektif (pelindung) berupa: laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozi, komplemen C3 dan C4, faktor antistreptokokus, antibody, imunitas seluer, dan tidak menimbulkan alergi. Dari berbagai penelitian ditemukan:

1. Infeksi saluran pencernaan

Di Amerika Serikat: 400 meningggal/tahun berkaitan dengan muntaber, 300 diantaranya bayi dengan susu formula. Mencret 17 kali lebih banyak bayi dengan susu formula.

2. Infeksi pernafasan

Kematian berkaitan dengan penyakit pernafasan terjadi 2-5 kali lebih banyak pada bayi dengan susu formula

3. Radang teling otitis media, lebih sering terjadi pada bayi dengan susu formula.

4. Sepsis dan meningitis, 4 kali lebih sering pada bayi dengan susu formula. 5. Juvenile DM: 25% disebabkan tak diberi ASI

6. Lymphoma Maligna, Leukimia, Neuroblastoma: 6-8 kali lebih sering terjadi pada bayi dengan susu formula.

7. Alergi, yaitu serangan alergi lebih dini pada bai dengan susu formula. 8. Penyakit arteri koroner & penyakit jantung iskemik: ASI menghindarkan terjadi pada usia muda.

3. Meningkatkan kecerdasan bayi/anak

ASI memenuhi kebutuhan ASUH (fisik-biomedis) dan ASAH (stimulasi/pendidikan). Kebutuhan ASUH yaitu dimana ASI mengandung zat gizi dengan fungsi spesifik utnuk pertumbuhan otak seperti Long-chain Polyunsaturated Fatty Acid (DHA dan AA) untuk pertumbuhan otak dan retina, Cholesterol utnuk myelinisasi jaringan syaraf, Taurin neutrotransmitter inhibitor dan stabilisator membrane, laktosa utnuk pertumbuhan otak, cholin yang bisa meningkatkan daya ingat serta lebih dari 100 macam enzim.

Kebutuhan ASAH dimana menyusui Eksklusif merupakan stimulasi awal pandangan, belaian, usapan. Kata-kata ibu waktu menyusui memenuhi kebutuhan awal dari pendidikan/kebutuhan stimulasi atau kebutuhan rangsangan.

4. Meningkatkan jalinan kasih sayang (bonding)

Memenuhi kebutuhan ASUH (kebutuhan emosi/kasih sayang), dimana bayi disusui eksklusif, dipijat, sering didekap, dibelai, membuat aman, terlindung dan dicintai. Bonding yang baik merupakan dasar dari terbentuknya secure attachment. Dan bayi tumbuh menjadi manusia yang mencintai sesamanya/spiritual baik (SQ lebih baik). Selain itu, menyusui dini latihan bersosialisasi dini. Emosional stabil (EQ lebih tinggi).

Kesimpulannya adalah, bayi yang mendapat ASI Eksklusif dapat tumbuh menjadi manusia yang lebih sehat, memeiliki kecerdasan intelektual leibih tinggi (IQ tinggi), memiliki kecerdasan emosional/bersosialisasi lebih baik (EQ tinggi) dan memiliki hati nurani spiritual lebih baik (SQ tinggi).

2.1.2 Waktu pemberian ASI

Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, sebaiknya ibu memberikan ASI-nya pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama 2 hari pertama sesudah lahir, beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi setiap atau sesudah 4 jam, yang paling baik adalah membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari ketiga setelah lahir, sebagian besar bayi meyusu setiap 2-3 jam (Bahiyatun 2008, dalam Lumbanraja 2015).

Bayi sebaiknya diberikan ASI secara tidak terjadwal atau menurut kemauan bayi, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus memberikan ASI kepada bayinya bila bayinya menangis bukan karena penyebab lainnya (bayi buang air kecil, dan lain-lain) atu ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik bagi bayi, karena isapan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Menyusui dengan tidak terjadwal atau sesuai kebutuhan bayi akan mencegah banyak masalah yang berpotensi muncul (Soetjiningsih, dalam Lumbanraja (2015).

2.1.3 Alasan yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif

Sampai saat ini factor-faktor yang mempengaruhi tidak berhasilnya seorang ibu memberiakn ASI eksklusif pada bayinya sudah banyak diketahui namun penelitian hanya berdasarkan survey dan pengambilan data yang dilakukan pada satu waktu pada sampel ibu yang memiliki anak usia dibawah 2 tahun.

Adapaun beberapa alas an yang membuatibu tidak memberikan ASI eksklusif adalah (Haryani dan Sitourus IA 2014 dalam Lumbanraja 2015):

1. Kebutuhan ekonomi yang meningkat, sering menjadi factor utama ibu harus bekerja, sehingga pemberian ASI eksklusif tidak dapat sepenuhnya dilakukan.

2. Tidak adanya dukungan keluarga yaitu ibu, mertua dan suami.

3. Ibu tidak mempunyai pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif atau beranggapan bahwa susu formula lebih baik dan lebih praktis dari ASI.

4. Ibu tidak percaya diri atau ibu merasa ASI tidak mencukupi. 5. Ibu tidak mampu mengatasi masalah dalam pemberian ASI. 6. Kepercayaan dan tata nilai yang ada disekitar ibu.

7. Kemalasan ibu atau kurangnya ketekunan dan kesabaran dalam berlatih menyusui.

8. Kurangnya usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan. 9. Kekhawatiran tubuh menjadi gemuk.

2.2 Makanan Pendamping ASI

Pada masa balita, kecukupan gizi sangat penting bagi kesehatan balita, dimana seluruh pertumbuhan dan kesehatan balita erat kaitannya dengan balita yang sedang tumbuh. Masa balita disebut “golden period” atau masa keemasan, dimana terbentuk dasar-dasar kemampian keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental dan intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral (Maryunani, 2010). Setelah 6 bulan pertama, bayi baru diberikan makanan pendamping ASI. Berbagai makanan pendamping ASI diolah sesuai dengan tahap perkembangan bayi/anak, dari lumat (misalnya: bubur susu/saring) kemudian lembek (misalnya: nasi tim), selanjutnya padat. Pada saat tahap pemberian makanan setengah padat, konsistensi makanan harus halus, bebas gumpalan sehingga mudah ditelan. Pemberian makanan harus disesuaikan dengan kemampuan serta perkembangan saluran pencernaannya. Tahapan pemberian makanan juga harus diberikan sesuai anjuran, tidak boleh dipercepat karena dapat menyebabkan kerusakan saluran cerna. Demikian juga pada saat bayi sudah harus mulai makan makanan padat (paling

lambat 7-8 bulan), jangan sampai pemberiannya ditunda, oleh karena dapat menjadi penyebab bayi sulit makan makanan padat, sulit mengunyah, menolak makanan padat atau muntah.

Pada saat usia 12 bulan, bayi, sekarang sebagai anak kecil, mulai dilatih diberi makanan yang sama dengan makanan anggota keluarga yang lain. Namun apabila anak menunjukkan kesulitan mengunyah, upayakan memperlunak makanan. Penggunaan bumbu yang merangsang mulut atau mengakibatkan diare perlu dihindarkan.

Menurut Maryunani (2010), pengaturan makan untuk bayi dan balita berbeda dengan pengaturan pada orang dewasa karena pada masa ini bayi dan anak masih dalam pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat 2 (dua) tujuan pengaturan makan untuk bayi dan balita, yaitu:

1. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk pemeliharaan dan/atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan dna perkembangan fisik dan psikomotor, serta melakukan aktivitas fisik.

1. Untuk mendidik kebiasaan makan yang baik, menyukai dan menentukan makanan yang dibutuhkan.

Menurut Maryunani (2010) mengutip pendapat Titi, tujuan upaya gizi pada bayi dan balita ada 3 (tiga), yaitu:

1. Tujuan fisiologis

Memberikan kalori dan zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dan balita untuk bergerak, tumbuh dan berkembang.

2. Tujuan Psikologis

Memberikan kepuasan kepada bayi dan balita menikmati makanan yang diberikan.

3. Tujuan Edukatif

Mendidik keterampilan mengonsumsi makanan, membina kebiasaan waktu makan/jadwal makan (sarapan, makan siang dan makan sore/malam), serta mebina selera terhadap makanan yang baik, khususnya yang merupakan selera dan kebiasaan keluarga. Kemudian hal-hal yang perlu diperhatikan untuk makanan bayi dan balita (Maryunani,2010), yaitu:

1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur.

2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera terhadap makan.

3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan faali bayi/balita.

4. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.

2.2.1 Pengertian makanan pendamping ASI

Makanan tambahan adalah makanan selain ASI dan susu formula. Makanan tambahan berupa makanan pelengkap disamping ASI, yang dikenal dengan istilah makanan pendamping ASI (Winarno, 1987 dalam Nurlinda 2013). Menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia (2005), makanan pendamping air susu ibu (MP ASI) adalah makanan bergizi disamping ASI yang diberikan kepada bayi berusia 6 bulan

keatas atau berdasarkan indikasi medik sampai anak berusia 24 (dua puluh empat) bulan untuk mencapai kecukupan gizi.

Seiring dengan pertumbuhan bayi, kebutuhan akan energi, protein, dan zat gizi lainnya pun makin bertambah. Suatu saat, kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh ASI saja sehingga perlu makanan lain untuk memenuhi kekurangannya. Jika makanan tambahan tidak diberikan setelah bayi membutuhkannya, pertumbuhan akan terhambat. Zat-zat gizi lebih banyak diperlukan dari makanan tambahan terutama dalam memenuhi kebutuhan energy, zat besi, zink dan vitamin A (Widodo, 2009).

Seiring dengan penelitian yang terus berkembang, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan IDAI mengeluarkan kode etik yang mengatur agar bayi wajib diberi ASI eksklusif (ASI saja tanpa tambahan apa pun, bahkan air putih) sampai umur minimum 6 bulan. Setelah umur 6 bulan, bayi mulai mendapat makanan pendamping ASI (MPASI) berupa bubur susu, nasi tim, buah dan sebagainya. WHO juga menyarankan agar pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun, dengan dilengkapi makanan tambahan (Prambantini, 2010). Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan keputusan baru Menkes sebagai penerapan kode etik WHO. Keputusan tersebut mencantumkan soal pemberian ASI eksklusif (Permenkes nomor 450/Menkes/SK/IV/2004).

Meskipun makanan tambahan diberikan, ASI harus menjadi makanan utama pada tahun pertama bayi dan menjadi makanan penting pada tahun kedua. Pemberian ASI sebaiknya dilakukan dua tahun atau lebih. Menurut Sakti dkk (2013) yang mengutip pendapat Bogue, pemberian MP ASI yang kurang tepat digolongkan pada pemberian MP ASI pada umur < 6 bulan dan pemberian MP ASI yang tepat digolongkan pada anak

yang diberikan MP ASI pada umur ≥ 6 bulan. MP ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Oleh karena itu, pengenalan adan pemberian MP ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak (Maryunani, 2010). ). Berikut adalah pola makan anak:

Tabel 2.2 Pola makan pada anak.

Usia Pola makan

0-6 bulan ASI saja.

6-9 bulan ASI + Makanan pendamping ASI (MP-ASI). Contohnya, bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek. 9-11 bulan ASI + MP-ASI yang lebih padat.

Contohnya, bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek.

1-2 tahun Makanan keluarga/makanan yang dicincang atau dihaluskan 3-4 kali sehari.

2-3 tahun Makanan keluarga + makanan selingan 2 kali sehari. Sumber: Buku pegangan kader Posyandu, 2012.

Pemberian MP ASI diberikan kepada anak sejak usia 6 bulan karena dengan ASI saja (jumlah dan komposisi ASI mulai berkurang) tidak mampu mencukupi kebutuhan anak. Maksud pemberian MP ASI adalah agar anak memperoleh cukup energy, protein, vitamin, dan mineral untuk tumbuh dan berkembang secara normal (Zakariah 1998, dalam Nurlinda 2013). Maksud lain adalah membiasakan anak pada berbagai macam makanan bergizi, mudah dicerna dengan berbagai macam rasa, bentuk, dan nilai gizi (Nurlinda, 2013).

Pemberian makanan tambahan pada umur yang terlalu dini lebih sulit dilakukan dan juga dapat membahayakan bayi. Bayi dapat mengalami alergi terhadap salah satu zat gizi (misalnya, muncul eksim), terhambatnya penyerapan zat besi dan gizi lainnya dari

ASI, kegemukan, dan rentan terhadap bahan-bahan tambahan makanan (pengawet, perasa, pewarna) maupun faktor kebersihannya (hygiene). Akan tetapi penundaan pemberian makanan padat juga tidak baik karena kebutuhan gizi bayi tidak tercukupi sehingga dapat menghambat pertumbuhan, kecerdasan, dan imunitasnya terhadap penyakit (Widodo, 2009).

Pemberian makanan tambahan sebelum usia enam bulan (4-6 bulan) baru diberikan bila memang ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi lagi. Hal ini ditandai dengan pertambahan berat badan bayi yang kurang meskipun pemberian ASI sudah tepat dan bayi sering munim ASI, tetapi tampak lapar (Widodo, 2009). Pemberian Usia MP ASI yang terlalu dini mempunyai risiko kesehatan oleh karena secara fisiologis bayi belum siap untuk menerimanya. Bayi akan mudah terkena diare dan penyakit-penyakit lain. Selain itu akan menurunkan intensitas dan frekuensi pengisapan ASI, sehingga asupan ASI pun menjadi berkurang, padahal ASI mengandung hampir semua zat gizi dan zat kekebalan yang penting untuk bayi (Rohmani, 2010).

Berdasarkan Widodo (2009) kriteria makanan tambahan yang baik adalah sebagai berikut:

1. Makanan yang menyediakan energi, protein, vitamin, mineral (terutama vitamin A, vitamin C, zat besi, seng, kalsium, dan asam folat).

2. Makanan yang bersih, tidak mengandung bahan kimia berbahaya, dan nyaman (tidak terlalu pedas, asin, dan bau amis).

2.2.2 Alasan menunda pemberian MP ASI

Ilmu medis terus berkembang seiring bertambahnya riset-riset terbaru. Beberapa hasil riset belakangan ini menegaskan bahwa MP ASI sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 6 bulan. Menurut Purbantini (2010), ada beberapa alasan mengapa harus menunda memberikan makanan padat sampai bayi berusaia 6 bulan:

1. ASI adalah makanan satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan bayi hingga berumur 6 bulan.

ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna. ASI dirancang khusus untuk pencernaan bayi yang sensitif. Protein dan lemak pada ASI lebih mudah dicerna oleh bayi. ASI mengandung paling tidak 100 bahan yang tidak ditemukan dalam susu sapi dan tidak dapat dibuat di laboratorium. Pada bulan-bulan pertama, pada saat bayi dalam kondisi rentan, ASI eksklusif membantu melindungi bayi dari diare, sindrom SID (sudden infant death) atau kematian mendadak, infeksi telinga, dan penyakit infeksi lainnya. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang baik pada 6 bulan pertama, bahkan pada umur lebih dari 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi biasanya membutuhkan lebih banyak zat besi dan zinc (seng) daripada yang disediakan di dalam ASI. Pada saat inilah, nutrisi tambahan dapat diberikan melalui makanan padat.

2. Memberikan perlindungan yang lebih baik pada bayi terhadap berbagai penyakit Bayi mendapatkan imunitas dari ASI selama mereka disusui, namun kekebalan terbesar didapat selama bayi mendapat ASI eksklusif. ASI mengandung lebih dari 50 faktor imunitas yang sudah dikenal dan mungkin lebih banyak lagi yang masih belum

diketahui. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif dibawah 4 bulan akan mengalami infeksi telinga 40% lebih sedikit ketimbang bayi yang diberi ASI ditambah makanan lain. Kemungkinan terjadinya penyakit pernapasan selama masa kanak-kanak menjadi berkurang bila bayi mendapat ASI eksklusif sedikitnya 15 minggu, dengan catatan tidak diberikan makanan tambahan apapun selama masa tersebut. Pemberian MP ASI terlalu dini bak membuka gerbang masuknya berbagai jenis kuman, apalagi jika disajikan dengan tidak higienis.

3. Memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi agar berkembang menjadi lebih matang.

Pada umur 6-9 bulan, baik secara pertumbuhan maupun psikologis, biasanya bayi lebih siap menerima makanan padat. Makanan padat yang diterimanya sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya mengakibatkan makanan tidak tercerna dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan (gangguan pencernaan, timbulnya gas, konstipasi/sembelit, dan sebagainya).

Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap. Asam lambung dan pepsin dibuang pada saat kelahiran. Jumlah asam lambung dan pepsin baru meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa pada saat bayi berumur 3-4 bulan. Sampai umur sekitar 6 bulan, jumlah enzim amylase yang dihasilkan oleh pankreas belum cukup untuk mencerna makanan kasar. Enzim pencernaan karbohidrat, seperti maltase, isomaltase, dan sukrase belum mencapai tingkat orang dewasa sebelum bayi umur 7 bulan. sebelum umur 6-9 bulan, jumlah lipase dan bile salts juga sedikit sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa.

4. Mengurangi risiko alergi makanan.

Berbagai catatan menunjukkan bahwa memperpanjang pemberian ASI eksklusif dapat memperendah angka terjadinya alergi makanan. Sejak lahir sampai umur antara 4-6 bulan, bayi memiliki apa yang disebut “usus terbuka”. Ini berarti jarak-jarak yang berada di antara sel-sel pada usus kecil akan membuat makromolekul yang utuh –termasuk protein dan bakteri pathogen– dapat masuk kedalam aliran darah. Hal ini dapat menguntungkan bagi bayi yang mendapat ASI eksklusif karena zat antibodi yang terdapat di ASI juga masuk langsung melalui aliran darah. Hal ini juga berarti protein-protein lain dari makanan selain ASI (yang mungkin dapat menyebabkan bayi menderita alergi) dan bakteri pathogen yang dapat menyebabkan berbagai penyakit dapat masuk. Selama 4-6 bulan pertama umur bayi, saat usus bayi masih terbuka, organ pencernaan bayi dilapisi oleh antibodi (lgA) dari ASI. Antibodi ini menyediakan kekebalan pasif yang mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Pada umur sekitar 6 bulan, bayi mulai memproduksi antibody sendiri dan penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama.

5. Membantu melindungi bayi dari bahaya anemia karena kekurangan zat besi.

Pengenalan suplemen zat besi dan makanan yang mengandung zat besi –terutama pada umur 6 bulan pertama– dapat mengurangi efisiensi penyerapan zat besi pada bayi. Bayi yang sehat dan lahir cukup bulan yang diberi ASI eksklusif selama 6-9 bulan menunjukkan kecukupan kandungan hemoglobin dan zat besi yang normal.

Dokumen terkait