• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1.

KUESIONER

GAMBARAN POLA PEMBERIAN ASI DAN MAKANAN PENDAMPING ASI

(MP-ASI) PADA BAYI SERTA PENGETAHUAN IBU DI DESA BUNURAYA KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO,

SUMATERA UTARA

5. Jumlah anggota keluarga :

6. Jumlah Anak :

7. Pendidikan terakhir ibu : 1. Tidak tamat sekolah 4. SMA/SLTA

2. SD 5. Sarjana

1. Menurut ibu, apakah kolostrum (ASI yg pertama kali keluar dan berwarna kekuningan) boleh dibuang?

(2)

c. Setelah dimandikan

3. Menurut ibu, makanan apa saja yang diberikan pada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan?

a. ASI saja b. ASI + MP ASI c. MP ASI

4. Menurut ibu, apakah dengan memberikan ASI eksklusif kepada bayi dapat meningkatkan kecerdasan bayi?

a. Ya

b. Mungkin c. Tidak

5. Menurut ibu, apakah ASI dapat diganti dengan makanan lain? a. Ya

b. Mungkin c. Tidak

6. Menurut ibu, dengan memberikan makanan selain ASI dapat meningkatkan resiko alergi pada bayi?

10. Menurut ibu, apakah memberikan MP ASI terlalu dini dapat menyebabkan kegemukan pada bayi?

a. Ya b. Mungkin c. Tidak

II. Pola pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI

(3)

1. Ya 2. Tidak

12. Apakah anak ibu masih diberikan ASI? 1. Ya

2. Tidak

13. Jika ya, berapa kali kah anak ibu diberikan ASI dalam sehari? ... kali.

14. Berapa lama bayi menyusu kepada ibu? ... menit.

15. Apakah anak ibu sudah diberikan makanan selain ASI (makanan pendamping ASI)?

1. Ya 2. Tidak

16. Jika ya, sejak usia berapakah anak ibu diberikan makanan selain ASI?... bulan.

17. Bentuk makanan apa yang ibu berikan sekarang kepada anak? 1. Makanan saring (Lumat)

2. Makanan giling (Lembek) 3. Makanan keluarga

18. Berapa kali anak ibu diberikan makan dan cemilan dalam sehari? Makan... kali dan cemilan ....kali.

19. Apakah anak ibu sudah diberikan makanan orang dewasa (makanan keluarga)?

1. Ya 2. Tidak

(4)
(5)
(6)

Lampiran 3.

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

41 25 4 2 4 1 2 1 3

42 19 3 1 3 1 2 1 1

43 21 3 1 3 2 2 1 1

44 25 4 2 4 5 2 1 3

45 30 6 4 4 5 2 1 3

46 22 4 2 4 2 2 1 1

47 25 3 1 4 2 2 2 0

48 20 3 1 4 1 2 1 3

49 21 3 1 4 1 2 1 2

50 25 4 2 4 2 2 1 1

51 22 3 1 3 2 2 1 1

52 27 5 3 4 2 2 2 0

53 23 4 2 4 2 2 1 3

54 32 5 3 4 5 2 2 0

55 35 6 4 4 2 2 2 0

56 20 3 1 3 1 2 1 1

57 30 5 3 4 2 2 1 3

58 20 3 1 4 1 2 1 3

59 28 5 3 4 2 2 1 3

60 24 4 2 4 1 2 1 3

61 20 3 1 4 1 2 1 1

62 23 3 1 4 2 2 1 1

(18)
(19)

43 1 1 1 1 2 2 2 belum

44 3 1 1 1 2 1 1 7 bulan

45 3 1 6 1 2 2 2 belum

46 1 2 0 0 belum belum 2 belum

47 0 1 3 1 2 1 2 belum

48 3 1 6 1 2 1 1 6 bulan

49 2 1 1 1 2 0 2 belum

50 2 1 5 1 2 1 2 belum

51 2 1 6 2 2 1 1 7 bulan

52 0 1 1 1 2 1 2 belum

53 3 1 5 1 2 1 2 belum

54 0 1 6 1 2 1 2 belum

55 0 1 6 3 3 2 1 8 bulan

56 1 1 1 1 2 0 2 belum

57 3 1 1 1 2 1 0 belum

58 3 1 1 2 3 1 1 6 bulan

59 3 1 2 1 2 0 0 belum

60 3 1 1 3 3 2 1 8 bulan

61 1 1 3 1 2 1 2 belum

62 2 1 1 1 2 0 2 belum

(20)
(21)

45 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

46 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0

47 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0

48 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0

49 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0

50 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0

51 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1

52 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0

53 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

54 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0

55 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1

56 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0

57 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

58 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0

59 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0

60 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0

61 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0

62 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0

(22)
(23)

6 20.84 18.265 .040 .735

7 20.69 17.125 .346 .713

8 20.59 17.475 .297 .717

9 20.62 17.468 .281 .718

10 21.03 18.225 .057 .733

11 20.44 17.802 .400 .716

12 20.66 16.749 .464 .705

13 20.91 16.733 .411 .708

14 20.50 17.871 .250 .720

15 20.50 18.452 .045 .730

16 20.72 16.531 .492 .702

17 20.66 17.975 .132 .728

18 20.50 17.355 .438 .711

19 20.62 17.661 .227 .721

20 20.59 17.152 .392 .711

(24)

22 20.47 18.386 .087 .728

23 20.56 17.673 .259 .719

24 20.50 18.258 .112 .727

25 20.62 17.532 .263 .719

26 21.12 17.210 .353 .713

27 20.84 17.362 .254 .720

28 20.59 17.475 .297 .717

29 20.62 18.887 -.101 .742

30 20.62 18.887 -.101 .742

Case Processing Summary

N %

C ases

Vali

d 32

10 0.0

Exc

ludeda 0 .0

Tot

al 32

(25)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item

Deleted

Correct ed Item-Total

Correlation

Cronba ch's Alpha if Item

Deleted

2 6.00 5.419 .385 .771

3 5.94 5.351 .432 .764

4 5.88 5.210 .533 .750

11 5.62 6.048 .387 .772

12 5.84 5.168 .578 .744

13 6.09 5.184 .492 .756

16 5.91 5.314 .463 .759

18 5.69 5.770 .430 .765

20 5.78 5.660 .370 .771

26 6.31 5.448 .456 .760

Reliability Statistics

Cronba ch's Alpha

N of Items

(26)
(27)
(28)
(29)

5 6

kapan sebaiknya diberikan ASI pertama kali?

Fre

atau setelah dimandikan 47

74

makanan apa saja yang diberikan pada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan

(30)

ASI saja

apakah ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan bayi?

Fre

apakah ASI dapat diganti dengan makanan lain?

(31)

apakah memberikan makanan selain ASI dapat meningkatkan resiko alergi?

apakah bayi usia 0-6 bulan dapat mencerna makanan padat selain ASI?

Fre

usia berapa bayi sebaiknya diberikan makanan keluarga seperti nasi keras?

(32)

apakah makanan lembek atau dicincang sesuai untuk bayi usia 9-11 bulan?

apakah memberikan MP ASI terlalu dini dapat menyebabkan kegemukan pada

bayi?

apakah memberikan MP ASI terlalu dini dapat menyebabkan kegemukan pada

(33)

Ya

apakah ketika lahir, bayi segera diberikan ASI?

Fre

Apakah anak ibu masih diberikan ASI?

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

alid

pengetahuan * Frekuensi ASI Crosstabulation

(39)
(40)
(41)
(42)

Lampiran 11.

DOKUMENTASI

Gambar 1. Wawancara dengan salah satu responden uji validitas di Desa Tigapanah

(43)

Gambar 3. Berfoto pada waktu proses uji validitas di Desa Tigapanah

(44)

Gambar 5. Wawancara dengan salah satu responden penelitian di Desa Bunuraya

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC Azwar, Saifuddin. 2015. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Banudi, La. 2012. Gizi Kesehatan Reproduksi: Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC BPS RI. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta : BPS. Diakses 27

November 2015; http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf

Dewi, R.K., Pantiawati, Rika., Happinasari, Osiie. 2010. Hubungan Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) dengan Status Gizi pada Balita Usia 6-12 Bulan di Desa Kaliori Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. Bidan Prada: Jurnal Imliah Kebidanan: 48-58. Diakses 13 Januari 2016; http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/Prada/article/view/40

Direktorat Bina Gizi. 2011. Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011: Menuju Perbaikan Gizi Perseorangan dan Masyarakat yang Bermutu. Jakarta: Kemenkes RI. Diakases 03 Februari 2016; http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/08/Buku-Laptah-2011.pdf

Direktorat Bina Gizi. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat 2013.

Jakarta: Kemenkes RI. Diakses 03 Februari 2016;

http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman20Gizi/bk20rencana20kerja20gizi20 FINAL.pdf

Fikawati, Sandra, dkk. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: Rajawali Press.

Handy, Fransisca. 2010. Panduan Menyusui & Makanan Sehat Bayi. Pustaka Bunda: Jakarta.

Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rajawali Press.

Kemenkes RI. 2012. Buku Saku Pegangan Kader POSYANDU. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan tahun 2012. Depkes. go. Id diakses pada tanggal 17 April 2016.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) thaun 2013. Jakarta: Kemenkes RI. Diakses 10 Juni 2015; www.depkes.go.id

Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategi Kementrian Kesehatan RI tahun 2015-2016.

Jakarta: Kemenkes RI. Diakses 03 Februari 2016;

(46)

Kemenkes RI. 2015. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Kementrian Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency), 1997. Depkes. go.id diakses pada tanggal 17 April 2016.

Kristanto, Yonatan; Tri S. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Umur 6-36 Bulan. Jurnal STIKES Volume 6, No. 1, Juli 2013. Diakes 04 Juli 2015; puslit2.petra.ac.id Kumalasari, S.Y., Sabrian, F., Hasanah, O. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungn

dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini. JOM Vol 2 No. 1, Februari 2015. Diakses 09 Februari 2016; http://download.portalgaruda.org

Lumbanraja, Sarma N., 2015. ASI dan Aspek Klinisnya. Medan: USU Press. Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: TIM. Mufida, dkk. 2015. Prinsip Dasar MP ASI untuk Bayi Usia 6-24 Bulan. Jurnal

Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 4: 1646-1651. Diakses 13 Januari 2016; http://download.portalgaruda.org

Nurlinda, Andi. 2013. Gizi dalam Seri Daur Kehidupan, untuk Usia 1-2 Tahun. Jakarta: Andi Publisher.

Prabantini, Dwi. 2010. A to Z Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Andi Publisher. Rohmani, Afiana. 2010. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada Anak

Usia 1-2 Tahun di Kecamatan Lamper Tengah, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional Unimus: 81-87. Diakses 13

Januari 2016;

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/774

Sakti, R. E., Hadju. V., Rochimiwati. S. N. 2013. Hubungan Pola Pemberian Mp-Asi Dengan Status Gizi Anak Usia 6-23 Bulan Di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin: Makassar. Diakses 13 Januari 2016; repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5480

Sari, Khandila. 2010. Pola Pemberian ASI dan MP ASI Pada Anak Tahun 0-2 Tahun Ditinjau Dari Aspek Sosial Ekonomi di Wilayah Pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen Tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: Medan. Diakses 13 Januari; repository.usu.ac.id

(47)

2016. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: Medan. Diakses pada tanggal 18 Agustus 2016; repository.usu.ac.id

Simanjuntak, Elvi N. 2008. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI, MP ASI dan Pola Penyakit Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Dusun III Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Diakses pada tanggal 13 Januari 2016; repository.usu.ac.id

Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Manual & SPSS. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Situmorang, Syafizal Helmi, dkk. 2007. Analisis Data Penelitian Menggunakan Program SPSS. Medan: USU Press.

Sriningsih, Iis. 2011. Faktor Demografi, Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif. http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas diakses pada tanggal 25 Februari 2016.

Suhartono, Suparlan. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Persoalan Eksistensi dan Hzkikat Ilmu Pengetahuan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Tim Admin HHBF. 2015. Mini Ensiklopedia MP-ASI Sehat. Jakarta: PandaMedia. UNICEF Indonesia. 2012. Ringkasan Singkat Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:

UNICEF. www.unicef.org diakses pada tanggal 18 April 2016.

Wahyuni, Sri. 2010. Pola Pemberian ASI dan Pola Makan Ibu Nifas Yang Mengikuti Tradisi Ketaring di Kecamatan Rundeng Kota Subulussalam. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Medan. Diakses pada tanggal 18 Agustus 2016; repository.usu.ac.id

WHO. 2016. Infant and Young Child Feeding. World Health Organization. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs342/en/ diakses pada tanggal 17 April 2016.

Widodo, Rahayu. 2009. Pemberian Makanan, Suplemen, & Obat pada Anak. Jakarta: EGC.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional, yang bertujuan untuk melihat gambaran pola pemberian ASI, makanan pendamping ASI (MP-ASI) serta pengetahuan ibu pada bayi di desa Bunuraya kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di desa Bunuraya kecamatan Tiga Panah, kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan karena banyaknya ibu memberikan bayinya yang masih berumur dibawah 6 bulan, ASI sekaligus makanan tambahan baik berupa bubur instan maupun susu formula dengan alasan anak masih lapar. Selain itu juga ketidaktepatan pemberian bentuk MP ASI sesuai umur, seperti di berikannya telur rebus dan nasi yang dilumatkan pada bayi yang belum sesuai usianya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Januari-Agustus 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(49)

kecamatan Tiga Panah, kabupaten Karo. Populasi berjumlah 52 orang di dusun 1-4 desa Bunuraya dan 11 orang di dusun 5 Bunuraya Baru, maka total keseluruhan populasi adalah 63 bayi berusia 0-12 bulan.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah bayi usia 0-12 bulan pada saat penelitian dilakukan dan bertempat tinggal di desa Bunuraya kecamatan Tiga Panah, kabupaten Karo. Besar sampel sama dengan populasi (Total sampling) yang berjumlah 63 bayi, dan responden dalam penelitian ini adalah ibu bayi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah identitas responden yang meliputi nama ibu, usia ibu, pendidikan terakhir ibu, nama bayi, tanggal lahir bayi, usia bayi menurut bulan, dan alamat. Selain itu juga data pengetahuan ibu tentang ASI dan MP ASI serta pola pemberiannya.

Data-data tersebut diperoleh melalui teknik wawancara menggunakan kuesioner. Kuesioner pengetahuan ibu adalah pertanyaan yang disusun oleh peneliti dan akan diuji kembali menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

3.4.2 Data Sekunder

(50)

3.4.3 Uji Validitas dan Reabilitas

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang sedemikian rupa agar relevan dengan tujuan penelitian. Untuk itu, kuesioner diujicoba untuk mengetahui validitas dan reabilitasnya. Uji coba dilakukan kepada 32 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan di Desa Tigapanah Kecamatan Tigapanah.

a. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Kuesioner dikatakan valid apabila r hitung > dari r tabel. Kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan tentang pengetahuan ibu tentang ASI dan MP ASI, dengan jumlah responden ujicoba sebanyak 32 orang maka n=32 dan df=30, pada taraf signifikans 5%. Oleh karena itu, diperoleh r tabel = 0,3494. Kuesioner dikatakan valid apabila r hitung > 0,3494. Dari 30 pertanyaan yang diujicoba, terdapat 10 pertanyaan yang memiliki r hitung > 0,3494, maka 10 pertanyaan tersebut dikatakan valid (Lampiran 10)

b. Reabilitas

(51)

hitung sebesar 0,780, yang mana nilai alpha hitung > 0,7. Maka didapatkan kuesioner yang reliabel (Lampiran 10).

3.5Variabel dan Defenisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variablel Terikat/dipengaruhi (Dependent variabel)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pola pemberian ASI dan MP ASI. 2. Variabel Bebas/mempengaruhi (Independent variabel)

Variabel bebas dari penelitian ini adalah Pengetahuan ibu tentang ASI dan MP ASI.

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Pola pemberian ASI adalah tindakan ibu dalam memberikan ASI meliputi frekuensi dan durasi pemberian ASI, serta diberikannya ASI sampai usia 12 bulan. 2. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak dilahirkan sampai bayi usia 6 bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. 3. Frekuensi pemberian ASI adalah kekerapan ibu memberiakan ASI pada bayi dalam 24 jam.

4. Durasi menyusui adalah lamanya bayi menyusu kepada ibu.

(52)

6. Jenis MP ASI adalah jenis makanan pendamping yang diberikan ibu kepada anak meliputi MP ASI lokal atau pabrikan.

a. Makanan pendamping ASI lokal adalah makanan pendamping ASI yang merupakan hasil olahan rumah tangga.

b. Makanan pendamping ASI pabrikan adalah makanan pendamping ASI yang merupakan hasil olahan pabri

7. Bentuk MP ASI adalah tekstur makanan sesuai pertambahan usia.

8. Frekuensi pemberian MP ASI adalah kekerapan ibu memberikan makan pada bayi dalam 24 jam.

9. Usia pertama pada waktu pertam kali ibu memberikan makanan pendamping pada anak.

10.Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang ASI dan makanan pendamping ASI.

3.6Metode Pengukuran

3.6.1 Pengetahuan ibu

(53)

3.6.2 Pola pemberian ASI

Kategori pengukuran pola pemberian ASI terdiri dari frekuensi dan durasi pemberian ASI sampai usia 6 bulan. Frekuensi pemberian ASI dikatakan “Baik” apabila frekuensi pemberian minimal 8 kali, dan “Tidak baik” apabila kurang dari 8

kali. Durasi pemberian ASI minimal 10 menit, sedangkan dikatakan “Tidak baik”

apabila durasi pemberian ASI kurang dari 10 menit. Atau dengan ketentuan :

a. Frekuensi pemberian ASI : Baik = ≥ 8 kali. Tidak baik = < 8 kali. b. Durasi pemberian ASI : Baik = ≥ 10 menit.

Tidak baik = < 10 menit.

3.6.3 Pola pemberian Makanan Pendamping ASI

Pengukuran pola pemberian makanan pendamping ASI terdiri dari usia pertama pemberian, frekuensi dan bentuk makanan. Pada usia pertama pemberian, dikatakan “Baik” apabila usia pertama pemberian >6 bulan dan “Tidak baik” apabila

usia pertama pemberian < 6 bulan. Frekuensi pemberian MP ASI “Baik” apabila

sesuai usia bayi dan masih diberikan ASI, dan “Tidak baik” apabila tidak sesuai usia

bayi. Bentuk makanan “Baik” apabila sesuai usia bayi dan “Tidak baik” apabila tidak

sesuai usia bayi.

Atau dengan ketentuan :

a. Usia pertama pemberian MP ASI : Baik = > 6 bulan

(54)

b. Frekuensi pemberian MP ASI : Baik = usia 6-8 bulan diberikan 2-3 kali sehari dan 1-2 kali makanan selingan; usia 9-12 bulan diberikan 3-4 kali sehari dan 1-2 kali makanan selingan dan ASI terus diberikan.

Tidak baik = selain dari ketentuan diatas

c. Bentuk MP ASI : Baik = usia 6-8 bulan diberikan

makanan lumat, usia 9-11 bulan diberikan makanan lembik dan usia 12 bulan diberikan makanan keluarga dan ASI terus diberikan.

Tidak baik = selain dari ketentuan diatas.

Tabel 3.1 Tabel aspek pengukuran variable

Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala

(55)

3.7Metode Analisa Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya data diolah dengan tahap sebagai berikut: 1. Data editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Data Coding, suatu penyusunan secara sistematis data mentah (data yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolahan data seperti computer.

3. Data entering, memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam mesin pengolahan data.

4. Data cleaning, memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolahan data yang sudah sesuai dengan yang sebenarnya.

5. Data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan program software komputer. Data univariat dianalisa secara deskriptif.

3.7.2 Teknik Analisa Data

3.7.2.1 Analisis Univariat

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penlitian 4.1.1 Geografis

Desa Bunuraya merupakan desa yang terletak di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dengan luas pemukiman 50.000 ha/m2. Desa Bunuraya berbatasan dengan

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kabanjahe. - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mulawari.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Salit. - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Singa.

Gambar 4.1 Peta Desa Bunuraya

(57)

4.1.2 Demografi

4.1.2.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan data, maka dapat diketahui distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Bunuraya, bahwa sebagian besar penduduk berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 1635 orang (51,94%).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin d Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Jenis Kelamin n %

Sumber: Kecamatan Tigapanah Dalam Angka Tahun 2016

4.1.2.2 Status Pekerjaan

Jumlah penduduk berusia >15 tahun menurut status pekerjaan yang terdapat pada Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak yaitu penduduk usia diatas 15 tahun yang bekerja sebanyak 2061 orang (96,3%), sedangkan yang tidak bekerja adalah sebanyak 79 orang (3,7%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penduduk Usia >15 Tahun Berdasarkan Status Pekerjaan di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

Sumber: Kecamatan Tigapanah Dalam Angka Tahun 2016

4.1.2.3 Agama

Frekuensi penduduk berdasarkan agama, terdapat frekuensi yang paling banyak adalah penduduk beragama Kristen Katolik sebanyak 1575 orang (50,03%).

No. Status pekerjaan n %

1. Bekerja 2061 96,3

2. Tidak bekerja 79 3,7

(58)

Untuk frekuensi yang paling sedikit yaitu penduduk beragama Islam sebanyak 253 orang (8,04%) dari jumlah seluruhnya.

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Agama di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah 2016

Sumber: Kecamatan Tigapanah Dalam Angka Tahun 2016

4.1.2.4 Pekerjaan

Data dari tabel distribusi penduduk berdasarkan kelompok pekerjaan, dapat diketahui bahwa pekerjaan sebagian besar penduduk adalah petani yaitu sebanyak 1962 orang (95,19%). Sedangkan frekuensi paling sedikit yaitu kelompok pekerjaan industri rumah tangga sebanyak 17 orang (0,008%).

Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Pekerjaan di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

Sumber: Kecamatan Tigapanah Dalam Angka Tahun 2016

4.2 Gambaran Umum Responden

4.2.1 Usia Ibu

Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan, yang bertempat tinggal di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah, Kabupaten

No. Agama n %

1. Islam 253 8,04

2. Kristen Katolik 1575 50,03

3. Kristen Protestan 1320 41,93

Total 3148 100.0

No. Pekerjaan n %

1. Pertanian 1962 95,19

2. Industri Rumah Tangga 17 0,008

3. PNS/ABRI 60 0,029

4. Lainnya 22 0,01

(59)

Karo. Dari survei maka diketahui usia ibu terbanyak yaitu usia 21-25 tahun (42,9%). Sedangkan yang terendah adalah kelompok usia > 35 tahun yaitu 6,3%.

Tabel 4.5 Distribusi Ibu Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Usia (Tahun) n %

1 <20 13 20,6

2 21-25 27 42,9

3 26-30 13 20,6

4 31-35 6 9,7

5 >35 4 6,3

Total 63 100

4.2.3 Pendidikan

Pada tabel 4.6 pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh ibu adalah SMA/SLTA/SMK dengan jumlah 45 orang (71,4%), dan yang terendah adalah diploma dengan jumlah 1 orang (1,6%).

Tabel 4.6 Distribusi Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Tingkat Pendidikan n %

1 Tidak tamat sekolah 2 3,2

2 SD 0 0

3 SMP/SLTP 13 20,6

4 SMA/SLTA/SMK 45 71,4

5 Diploma 1 1,6

6 Sarjana 2 3,2

Total 63 100

4.2.3 Pekerjaan

(60)

Tabel 4.7 Distribusi Ibu Menurut Pekerjaan di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah terbanyak adalah responen yang memiliki anak <2 yaitu sebanyak 48 orang (76,2%) dan yang terendah adalah ibu yang memiliki anak >2 yaitu sebanyak 14 orang

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga yang dimiliki ibu adalah ≤4 sebanyak 48 orang (76,2%), dan terendah adalah ≥4 sebanyak 15 orang (23,8%).

(61)

4.2.6 Usia dan Jenis Kelamin Bayi

Berdasarakan tabel 4.10 dapat dilihat distribusi jenis kelamin berdasarkan usia bayi, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa bayi dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada bayi dengan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 34 bayi (54%). Bayi ibu yang terbanyak yaitu pada usia kurang dari 6 bulan, dengan jumlah 28 bayi (44,4%) yang terdiri dari 14 bayi (22,2%) berjenis kelamin laki-laki dan 14 bayi (22,2%) berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Berdasarkan Usia Bayi di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Usia Bayi (bulan) Jenis Kelamin Total

4.3 Pola Pemberian ASI

4.3.1 Pemberian Susu Botol Setlah Dilahirkan

Pada tabel 4.11 dapat dilihat distribusi frekuensi ibu berdasarkan tindakan pemberian ASI segera dilahirkan. Dari 63 orang ibu, hanya 1 orang (1,6%) yang tidak memberikan bayinya susu botol namun segera memberikan kolostrum.

(62)

4.3.2 Pemberian ASI berdasarkan usia bayi

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat frekuensi bayi yang masih diberikan ASI berdasarkan usia. Pada bayi <6 bulan, ada 26 bayi (92,9%) masih diberikan ASI dari 28 bayi. Ada 15 bayi (68,1%) bayi usia 6-8 bulan masih diberikan ASI, dari 22 bayi. Bayi usia 9-11 bulan terdapat 9 bayi (75%) masih diberikan ASI dari 12 bayi. Sedangkan bayi usia 12 bulan, sebanyak 1 bayi masih diberikan ASI.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Bayi Masih Diberikan ASI Berdasarkan Usia Bayi di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Usia Bayi

(bulan)

Masih Diberikan ASI Total

Ya Tidak

n % n % n %

1 <6 26 92,9 2 7,1 28 100

2 6-8 15 68,1 7 31,8 22 100

3 9-11 9 75 3 25 12 100

4 12 1 100 0 0 1 100

4.3.3 Frekuensi Pemberian ASI

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat distribusi frekuensi pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Ada 23 bayi (88,5%) usia 0-6 bulan yang diberikan ASI sebanyak lebih dari 8 kali dalam sehari, 3 bayi (11,5%) diberikan ASI kurang dari 8 kali dalam sehari.

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Frekuensi Pemberian ASI n %

1 ≥8 kali 23 88,5

2 <8 kali 3 11,5

(63)

4.3.4 Durasi pemberian ASI

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat distribusi frekuensi durasi pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan. Jumlah bayi 0-6 bulan seluruhnya adalah 28 bayi (44,4%) dari 63 bayi yang diteliti. Dari 28 bayi, terdapat 18 bayi (64,3%) yang diberikan ASI lebih dari 10 menit, 8 bayi (28,6%) yang diberikan ASI selama kurang dari 10 menit, dan ada 2 bayi usia 0-6 bulan yang tidak diberikan ASI.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Durasi Pemberian ASI di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Durasi pemberian ASI n %

1 <10 menit 8 30,8

2 ≥10 menit 18 69,2

Total 26 100

4.4 Pola Pemberian MP ASI (Makanan Pendamping ASI)

4.4.1 Pemberian MP ASI

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa terdapat 49 bayi (77,8%) yang sudah diberikan MP ASI, sedangkan 14 bayi (22,2%) belum diberikan MP ASI. Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Ibu yang Sudah Memberian MP ASI Pada Bayi 0-12

Bulan di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Sudah diberikan MP ASI n %

1 Ya 49 77,8

2 Tidak 14 22,2

Total 63 100

4.4.2 Usia Pertama Pemberian MP ASI

(64)

orang (7,9%) memberikan MP ASI sejak bayi berusia 2 bulan, 6 orang (9,5%) sejak usia 3 bulan, 1 orang (1,6%) sejak usia 4 bulan, 5 orang (7,9%) sejak usia 5 bulan dan 19 orang (30,2%) sejak usia 6 bulan. Maka dapat disimpulkan, terdapat 31 bayi (49,2%) yang diberikan MP ASI kurang dari 6 bulan, sedangkan 19 bayi (30,2%) diberikan MP ASI pada usia 6 bulan atau lebih dan 13 bayi (20,6%) belum diberikan MP ASI.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Usia Pertama Pemberian MP ASI di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

(65)

Berkaitan dengan tabel 4.17, tabel berikut menggambarkan bentuk makanan berdasarkan usia. Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat distribusi frekusni bentuk MP ASI berdasarkan usia bayi. Pada bayi <6 bulan yang berjumlah 28 bayi, terdapat 14 bayi (50%) yang belum diberikan MP ASI, 13 bayi (46,2%) sudah diberikan makanan saring, dan 1 bayi (3,6%) diberikan makanan giling. Bayi usia 6-8 bulan seluruhnya berjumlah 22 bayi, tidak ada yang belum diberikan MP ASI, 17 bayi (77,3%) diberikan makanan saring, 5 bayi (22,7%) diberikan makanan giling dan tidak ada bayi yang diberikan makanan keluarga. Pada bayi usia 9-11 bulan, tidak ada yang belum diberikan MP ASI, 1 bayi (8,3%) masih diberikan makanan saring, 6 bayi (50%) diberikan makanan giling dan 5 bayi (41,7%) sudah diberikan makanan keluarga. Sedangkan bayi usia 12 bulan, sudah diberikan makanan keluarga.

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Bentuk MP ASI Berdasarkan Usia Bayi di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Usia

(66)

Tabel 4.19 Distribusi Kategori Bentuk MP ASI Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No Kategori bentuk MP ASI n %

1 Baik 23 56,1

2 Tidak baik 18 43,9

Total 41 100

Selain dari gambaran tabel diatas, tabel 4.20 adalah gambaran bentuk MP ASI berdasarkan usia, yang dikategorikan baik dan tidak baik. Pada usia 6-8 bulan, terdapat 16 bayi (57,2%) yang diberikan dengan bentuk sesuai usia atau pada kategori baik sedangkan 12 bayi (42,8%) tidak baik. Usia 9-11 bulan terdapat 6 bayi (50%) dengan kategori baik dan 6 bayi (50%) tidak baik. Dan pada bayi 12 bulan, 1 bayi diberikan bentuk MP ASI sesuai usianya.

Tabel 4.20 Distribusi Kategori Bentuk MP ASI Berdasarkan Usia Bayi di Desa Tigapanah Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Usia bayi (bulan)

Kategori bentuk MP ASI Total

Baik Tidak Baik

n % n % n %

1 6-8 16 57,2 12 42,8 28 100

2 9-11 6 50 6 50 12 100

3 12 1 100 0 0 1 100

4.4.4 Frekuensi MP ASI

(67)

sebanyak 3 kali sehari. Sedangkan bayi usia 12 bulan, sudah diberikan makan 3 kali sehari.

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Pemberian Makan Berdasarkan Usia Bayi di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Usia bayi (bulan)

Frekuensi makan Total

1 kali 2 kali 3 kali Belum MP

Berdasarkan 4.22 dapat dilihat distribusi frekuensi pemberian cemilan kepada bayi usia lebih dari 6 bulan. Bayi usia 6-8 bulan, ada 5 bayi (17,9%) yang tidak

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Pemberian Cemilan Berdasarkan Usia Bayi di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

(68)

dikategorikan menjadi 2 yaitu baik dan tidak baik. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.23. Terdapat 22 bayi (53,7%) yang masih diberikan ASI dan frekuensi ASI sesuai usia, sementara 19 bayi (46,3%) tidak.

Tabel 4.23 Distribusi Kategori Frekuensi Pemberian MP ASI Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No Kategori frekuensi ASI n %

1 Baik 22 53,7

2 Tidak baik 19 46,3

Total 41 100

Berdasarkan tabel 4.24 dapat diketahui kategori frekuensi pemberian MP ASI berdasarkan usia bayi 6-12 bulan, yang dibedakan menjadi 2 yaitu baik dan tidak baik. Baik apabila bayi lebih dari 6 bulan masih diberikan ASI, serta frekuensi makan dan cemilan sesuai usia dan tidak baik apabila selain dari ketentuan tersebut. Pada bayi 6-8 bulan terdapat 15 bayi (53,6%) yang diberikan ASI serta frekuensi makan dan cemilan sesuai usia dan 13 bayi (46,4%) tidak. Pada bayi usia 9-11 bulan, terdapat 6 bayi (50%) yang termasuk kategori baik dan 6 bayi (50%) tidak. Pada bayi usia 12 bulan sudah termasuk kategori baik sebanyak.

Tabel 4.24 Distribusi Kategori Frekuensi Pemberian MP ASI Berdasarkan Usia Bayi di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Usia bayi (bulan) Kategori Frekuensi MP ASI Total

Baik Tidak Baik

n % n % n %

1 6-8 15 53,6 13 46,4 28 100

2 9-11 6 50 6 50 12 100

(69)

4.5 Pengetahuan Ibu Tentang ASI dan MP ASI

Gambaran penggetahuan ibu tentang ASI dan MP ASI pada bayi yang dikelompokkan dalam tingkatan Baik dan Kurang dapat dilihat pada tabel 4.25. Berdasarkan tabel 4.25 dapat dilihat distribusi ibu berdasarkan tingkat pengetahuan tentang ASI dan MP ASI, yaitu ibu dengan pengetahuan baik sebanyak 39 orang (31,7%), dan kurang sebanyak 24 orang (38,1%).

Tabel 4.25 Distribusi Ibu Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI dan MP ASI di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Pengetahuan n %

1 Baik 39 61,9

2 Kurang 24 38,1

Total 63 100

(70)

Tabel 4.26 Distribusi Ibu Berdasarkan Pertanyaan Tentang ASI dan MP ASI di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No. Daftar Pertanyan Jawaban

n % ASI eksklusif kepada bayi dapat meningkatkan kecerdasan bayi? dapat mencerna makanan padat selain ASI?

15 23,8 48 76,2 63 100

8 Apakah makanan lembek atau dicincang sesuai untuk bayi usia 9-11 bulan?

59 93,7 4 6,3 63 100

9 Usia berapa sebaiknya diberikan makanan keluarga seperti nasi keras?

20 31,7 43 68,3 63 100

10 Apakah memberikan MP ASI terlalu dini dapat menyebabkan kegemukan pada bayi?

14 22,2 49 77,8 63 100

4.5.1 Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pola Pemberian ASI dan MP ASI

(71)

ibu dengan pengetahuan kurang terdapat 11 orang (84,6%) memberikan ASI minimal 8 kali sedangkan 2 orang (15,4%) lagi tidak.

Tabel 4.27 Distribusi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Frekuensi ASI di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No Pengetahuan Frekuensi ASI Total

≥8 kali <8 kali

n % n % n %

1 Baik 12 92,3 1 7,7 13 100

2 Kurang 11 84,6 2 15,4 13 100

Gambaran pengetahuan ibu berdasarkan durasi ASI, terdapat 11 orang (84,6%) dengan pemberian minimal 10 menit dan 2 orang (15,4%) kurang dari 10 menit. Sementara ibu dengan pengtahuan kurang terdapat 6 orang (46,2%) memberikan ASI kurang dari 10 menit.

Tabel 4.28 Distribusi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Durasi ASI di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No Pengetahuan Durasi ASI Total

≥10 menit <10 menit

n % n % n %

1 Baik 11 84,6 2 15,4 13 100

2 Kurang 7 53,8 6 46,2 13 100

(72)

Tabel 4.29 Distribusi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Kategori Bentuk MP ASI di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No Pengetahuan Kategori bentuk MP ASI Total

Baik Tidak baik

n % n % n %

1 Baik 14 51,9 13 48,1 27 100

2 Kurang 9 64,3 5 35,7 14 100

Berdasarkan tabel 4.30 dapat dilihat gambaran pengetahuan ibu berdasarkan frekuensi MP ASI. Pada ibu dengan pengetahuan baik, terdapat 14 orang (51,9%) yang masih memberikan ASI serta frekuensi makan dan cemilan sesuai usia, namun juga banyak yang tidak melakukan yaitu berjumlah 13 orang (48,1%). Sedangkan pada ibu dengan pengetahuan kurang, terdapat 8 orang (57,1%) dengan pemberian baik, dan 6 orang (42,9%) tidak baik.

Tabel 4.30 Distribusi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Kategori Frekuensi MP ASI di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Tahun 2016

No Pengetahuan Kategori Frekuensi MP ASI Total

Baik Tidak baik

n % n % n %

1 Baik 14 51,9 13 48,1 27 100

(73)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pola Pemberian ASI dan MP ASI

5.1.1 Pola Pemberian ASI

ASI merupakan makanan yang sesuai untuk bayi usia 0-6 bulan atau yang disebut dengan ASI eksklusif. Pemberian ASI dapat dilakukan sebaiknya segera dilahirkan agar bayi memperoleh kolostrum yang memiliki manfaat yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 62 orang (98,4%) yang tidak memberikan ASI kepada bayinya segera setelah dilahirkan melainkan memberikan susu botol. Pada ibu yang ada di Desa Bunuraya, ASI yang pertama kali keluar setelah melahirkan biasanya keluar setelah 1 hari. Karena ibu takut bayi lapar karena tidak disusui segera maka bayi harus diberikan susu botol terlebih dahulu lalu setelah ASI keluar maka segera diberikan kepada bayi. Bayi baru lahir harus diberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman lain sejak dilahirkan sampai berusia 6 bulan.

(74)

6-8 bulan sebanyak 7 bayi (11,1%) dan usia 9-11 bulan sebanyak 3 bayi (4,6-8%). Bayi tidak diberikan ASI lagi, pada usia kurang dari 6 bulan karena ASI ibu tidak keluar sejak bayi dilahirkan sehingga harus diberikan susu botol atau makanan tambahan yang menurut ibu dapat mencukupi kebutuhan bayi. Selain itu pada bayi diatas 6 bulan, bayi tidak mau lagi diberikan ASI.

(75)

5.1.2 Pola Pemberian MP ASI

Bayi belum dapat makanan padat, yang berserat banyak atau yang membebani ginjal. Satu-satunya yang sesuai dan memenuhi kebutuhan gizi bayi selama bulan-bulan pertama adalah ASI (Maryunani, 2010). Namun hal ini tidak sejalan apabila dilihat dari hasil penelitian, yang menyatakan bahwa sebanyak 31 orang (49,2%) memberikan MP ASI kepada bayinya kurang dari 6 bulan, dan yang terbanyak adalah ibu yang memberikan bayinya MP ASI sejak usia 3 bulan yaitu sebanyak 6 orang (19%). Salah satu faktor yang menyebabkan bayi diberikan makan kurang dari 6 bulan adalah budaya. Dari penelitian yang dilakukan, masyarakat mengaku bahwa memberikan makan lebih cepat kepada bayi sudah menjadi kebiasaan. Mereka merasa tidak ada yang salah dan bayi sehat-sehat saja, beralasan bahwa anak menangis terus menerus dan menduga bayi menangis karena lapar. Asumsi tersebutlah yang mendorong ibu untuk memberikan MP ASI kurang dari 6 bulan.

(76)

tepat, salah satunya adalah pemberian makanan yang terlalu dini. pemberian makanan terlalu dini dapat menimbulkan gangguan pada pencernaan seperti diare, muntah, dan sulit buang air besar yang dapat mempengaruhi status gizi bayi (Hayati 2009, dalam Wahyuni 2010).

Selain itu, pengenalan akan MP ASI juga dilakukan bertahap. Mulai dari makanan saring atau makanan lumat, yaitu usia 6-8 bulan seperti bubur beras encer, bubur tepung atau nasi yang dilumatkan, kemudian pada usia 9-11 bulan beralih menjadi makanan giling atau makanan lembek, kemudian pada usia 12 bulan barulah bayi diberikan makanan keluarga. Menurut hasil penelitian, terdapat 31 orang (49,2%) yang memberikan makanan saring kepada bayinya, 12 orang (19%) memberikan makanan saring dan 6 orang (9,5%) diberikan makanan keras. Namun apabila ditinjau dari segi usia, banyak ibu yang memberikan bentuk MP ASI yang tidak sesuai dengan usia bayinya.

(77)

sehingga bayi yang seharusnya diberikan bubur yang digiling, justru diberikan bubur tepung instan sebagai penggantinya.

Selain daripada bentuk MP ASI, frekuensi pemberian MP ASI juga harus bertahap sesuai dengan usia. Selain tetap diberikan ASI, pada bayi usia 6-8 bulan, bayi sebaiknya diberikan makan sebanyak 2-3 kali sehari dan cemilan 1-2 kali, pada usia 9-11 bulan dan 12 bulan semakin meningkat yaitu 3-4 kali makan dalam sehari dan cemilan sebanyak 1-2 kali (Buku pedoman KIA, 2015). Menurut hasil penelitian, ada 1 orang (3,6%) yang memberikan bayinya 1 kali makan yaitu pada rentang usia 6-8 bulan, terdapat 22 orang (78,6%) yang memberikan bayinya makan sebanyak 2 kali sehari pada usia 6-8 bulan dan 4 orang (14,2%), dan pada usia 9-11 bulan terdapat 2 orang (16,7%) memberikan bayinya makan sebanyak 2 kali dan 10 orang (83,3%) memberikan sebanyak 3 kali, sementara pada bayi usia 12 bulan sudah diberi akan sebanyak 3 kali. Selain itu juga ditemukan ibu yang belum memberikan MP ASI pada bayi yang berusia lebih dari 6 bulan, yaitu sebanyak 1 orang.

(78)

terdapat 6 orang (50%) yang memberikan frekuensi MP ASI dengan baik dan 6 orang (50%) lainnya tidak.

MP ASI yang baik menurut buku KIA (2015) Kemenkes RI, haruslah padat energi, protein dan gizi mikro (zat besi, zinc, kalsium, Vit. A, Vit.C, dan folat), tidak berbumbu tajam, tidak menggunakan gula, garam, penyedap rasa, pewarna dan pengawet, mudah ditelan dan disukai adanak serta tersedia lokal dan harga terjangkau. Oleh karena itu, sebaiknya ibu memberikan MP ASI buatan lokal daripada pabrikan agar dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan bayi, lebih hygienis serta harga terjangkau. Namun apabila ibu merasa repot untuk membuat MP ASI, bayi juga dapat diberikan MP ASI buatan pabrik namun harus tetap memperhatikan tanggal kadaluwarsa.

(79)

ibu di Desa Bunuraya sudah cukup baik namun masih kurang bervariasi karena kurangnya ketersediaan bahan makanan lain disekitar ibu. Selain itu, alangkah lebih baik apabila dari awal pengenalan makanan tambahan, bayi sudah diberikan makanan buatan ibu.

Kemudian dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa ada ibu yang memberikan makanan keluarga seperti halnya yang dimakan oleh ibu kepada bayinya sebelum usia 12 bulan yaitu sebanyak 19 orang (30,2%), dan yang terbanyak diberikan sejak usia 7 bulan dan 8 bulan yaitu masing-masing sebanyak 6 orang (9,5%). Ibu beralasan bahwa bayinya tidak mau diberikan bubur lagi, jika diberikan bubur akan dimuntahkan atau dijadikan mainan oleh bayi sehingga ibu beralih memberikan makanan keluarga. Atau ada ibu yang memberikan makanan yang seharusnya dimakan oleh ibu kepada bayi dengan cara menyuapkan makanan ibu kepada bayinya.

5.2 Pengetahuan Ibu Tentang ASI dan MP ASI

(80)

mayoritas responden yang memiliki pengetahuan buruk tentang pemberian ASI Ekslusif, yang mengakibatkan kecenderungan untuk tidak memberikan ASI ekslusif atau memberikan MP ASI terlalu dini.

Sebagian besar ibu masih menggunakan pemahaman yang turun temurun berkembang di masyarakat, yang tidak sesuai dengan ilmu yang berkembang saat ini. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suhartono (2008), yang mengatakan bahwa sumber pengetahuan yang kedua adalah berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Sementara pihak-pihak pemegang otritas tersebut adalah orangtua, guru, ulama atau orang yang dituakan. Memiliki pengetahuan yang baik atau cukup, akan membawa ibu dalam memberikan ASI dan MP ASI sesuai usia, sehingga mampu mendukung pertumbuhan bayi yang optimal.

(81)
(82)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pola pemberian ASI di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo berdasarkan hasil penelitian yang terdiri dari frekuensi dan durasi pemberian ASI adalah dari 26 ibu dengan bayi usia 0-6 bulan, terdapat 88,55% yang memberikan ASI minimal 8 kali dalam sehari, dan terdapat 69,2% yang memberikan bayinya ASI minimal 10 menit.

2. Pola pemberian MP ASI di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo berdasarkan hasil penelitian terdiri dari bentuk dan frekuensi. Pada kategori bentuk terdapat 56,1% dari 41 bayi yang diberikan bentuk MP ASI baik atau sesuai usianya, sedangkan kategori frekuensi makan terdapat 53,7% dengan frekuensi makan sesuai usianya.

3. Pengetahuan ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo berdasarkan hasil penelitian dibedakan menjadi baik dan kurang. Ibu dengan pengetahuan baik terdapat 61,9% dan ibu dengan pengetahuan kurang terdapat 38,1%.

6.2 Saran

(83)
(84)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi memerlukan masukan zat-zat gizi yang seimbang dan relatif besar. Jumlah mutlak zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi relatif kecil, tetapi besar bila dihitung per kilogram berat badan. Namun, kemampuan bayi untuk makan dibatasi oleh keadaan saluran pencernaannya yang masih dalam tahap pendewasaan. Oleh karena itu, bayi belum dapat makan makanan padat, yang berserat banyak atau yang membani ginjal. Satu-satunya yang sesuai dan memenuhi kebutuhan gizi bayi selama bulan-bulan pertama adalah ASI ( Maryunani, 2010).

Makanan bayi harus disesuaikan dengan perkembangan saluran pencernaan. Perlu diketahui bahwa, memberikan makanan/zat gizi sebetulnya sudah dimulai sejak janin dalam kandungan terutama pada saat otak mulai berkembang, sehingga kecukupan zat gizi ditujukan kepada ibu yang sedang hamil perlu diperhatikan. Namun seringkali yang terjadi adalah ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi seeperti yang seharusnya dengan berbagai alasan seperti pengetahuan dan lain hal.

(85)

2.1.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

ASI eksklusif atau menyusui eksklusif menurut World Helath Organization (WHO) adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan (Pusat Data Informasi dan Kemenkes RI dalam Lumbanraja 2015). Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, pengertian ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Kemenkes RI, 2012 dalam Lumbanraja 2015).

Menurut Roesli U dalam Lumbanraja (2015), yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bbur nasi, dan tim. Itu berarti, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain selama 6 bulan yang dilakukan oleh ibu kepada bayinya.

Lama pemberian ASI eksklusif adalah sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai diberi makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun/lebih.

(86)

1. Nutrisi yang didapatkan bayi akan optimal dari segi kualitas maupun kuantitasnya Bayi yang diberikan ASI eksklusif dapat mencapai pertumbuhan-perkembangan dan kesehatan yang optimal karena mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya seperti lemak, karbohidrat, protein, garam, dan mineral serta vitamin.

Berikut ini adalah komposisi ASI yang sangat penting bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan pada stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu kolostrum, ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, ASI transisi yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI mature yang dihasilkan mulai dari hari kesepuluh sampai dengan seterusnya.

(87)

Dari perbedaan kandungan komposi pada table, kolostrum merupakan komposisi ASI yang paling penting, karena alasan-alasan berikut:

1. Kolostrum ASI pada hari 1-2 istimewa, kaya nutrient (zat gizi, dan antibody)

2. Volume sekitar 30-9-cc/24 jam sesuai kapasitas lambung pada bayi usia tersebut.

3. Mamberi nutrisi dan melindungi dari infeksi.

4. Memberikan imunisasi pertama (kekebalan tubuh): ASI cairan hidup. 5. Dianggap sebagai “cairan emas”, karena mengandung antibody 10-17 x lebih banyak dari ASI Mature Hari ke-1: 800 mgr SIgA/100cc kolostrum, hari ke-2: 600 mgr SIgA/100cc kolostrum, 400 mgr SIgA/100cc kolostrum. Mengandung juga, laxansia yang membersihkan mekonium, growth factor yang membantu mematangkan usus, dan kaya vitamin A yang mencegah kebutaan.

2. Meningkatkan kesehatan bayi

ASI mengandung zat protektif (pelindung) berupa: laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozi, komplemen C3 dan C4, faktor antistreptokokus, antibody, imunitas seluer, dan tidak menimbulkan alergi. Dari berbagai penelitian ditemukan:

1. Infeksi saluran pencernaan

(88)

2. Infeksi pernafasan

Kematian berkaitan dengan penyakit pernafasan terjadi 2-5 kali lebih banyak pada bayi dengan susu formula

3. Radang teling otitis media, lebih sering terjadi pada bayi dengan susu formula.

4. Sepsis dan meningitis, 4 kali lebih sering pada bayi dengan susu formula. 5. Juvenile DM: 25% disebabkan tak diberi ASI

6. Lymphoma Maligna, Leukimia, Neuroblastoma: 6-8 kali lebih sering terjadi pada bayi dengan susu formula.

7. Alergi, yaitu serangan alergi lebih dini pada bai dengan susu formula. 8. Penyakit arteri koroner & penyakit jantung iskemik: ASI menghindarkan terjadi pada usia muda.

3. Meningkatkan kecerdasan bayi/anak

(89)

Kebutuhan ASAH dimana menyusui Eksklusif merupakan stimulasi awal pandangan, belaian, usapan. Kata-kata ibu waktu menyusui memenuhi kebutuhan awal dari pendidikan/kebutuhan stimulasi atau kebutuhan rangsangan.

4. Meningkatkan jalinan kasih sayang (bonding)

Memenuhi kebutuhan ASUH (kebutuhan emosi/kasih sayang), dimana bayi disusui eksklusif, dipijat, sering didekap, dibelai, membuat aman, terlindung dan dicintai. Bonding yang baik merupakan dasar dari terbentuknya secure attachment. Dan bayi tumbuh menjadi manusia yang mencintai sesamanya/spiritual baik (SQ lebih baik). Selain itu, menyusui dini latihan bersosialisasi dini. Emosional stabil (EQ lebih tinggi).

Kesimpulannya adalah, bayi yang mendapat ASI Eksklusif dapat tumbuh menjadi manusia yang lebih sehat, memeiliki kecerdasan intelektual leibih tinggi (IQ tinggi), memiliki kecerdasan emosional/bersosialisasi lebih baik (EQ tinggi) dan memiliki hati nurani spiritual lebih baik (SQ tinggi).

2.1.2 Waktu pemberian ASI

(90)

Bayi sebaiknya diberikan ASI secara tidak terjadwal atau menurut kemauan bayi, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus memberikan ASI kepada bayinya bila bayinya menangis bukan karena penyebab lainnya (bayi buang air kecil, dan lain-lain) atu ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik bagi bayi, karena isapan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Menyusui dengan tidak terjadwal atau sesuai kebutuhan bayi akan mencegah banyak masalah yang berpotensi muncul (Soetjiningsih, dalam Lumbanraja (2015).

2.1.3 Alasan yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif

Sampai saat ini factor-faktor yang mempengaruhi tidak berhasilnya seorang ibu memberiakn ASI eksklusif pada bayinya sudah banyak diketahui namun penelitian hanya berdasarkan survey dan pengambilan data yang dilakukan pada satu waktu pada sampel ibu yang memiliki anak usia dibawah 2 tahun.

Adapaun beberapa alas an yang membuatibu tidak memberikan ASI eksklusif adalah (Haryani dan Sitourus IA 2014 dalam Lumbanraja 2015):

1. Kebutuhan ekonomi yang meningkat, sering menjadi factor utama ibu harus bekerja, sehingga pemberian ASI eksklusif tidak dapat sepenuhnya dilakukan.

2. Tidak adanya dukungan keluarga yaitu ibu, mertua dan suami.

(91)

4. Ibu tidak percaya diri atau ibu merasa ASI tidak mencukupi. 5. Ibu tidak mampu mengatasi masalah dalam pemberian ASI. 6. Kepercayaan dan tata nilai yang ada disekitar ibu.

7. Kemalasan ibu atau kurangnya ketekunan dan kesabaran dalam berlatih menyusui.

8. Kurangnya usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan. 9. Kekhawatiran tubuh menjadi gemuk.

2.2 Makanan Pendamping ASI

(92)

lambat 7-8 bulan), jangan sampai pemberiannya ditunda, oleh karena dapat menjadi penyebab bayi sulit makan makanan padat, sulit mengunyah, menolak makanan padat atau muntah.

Pada saat usia 12 bulan, bayi, sekarang sebagai anak kecil, mulai dilatih diberi makanan yang sama dengan makanan anggota keluarga yang lain. Namun apabila anak menunjukkan kesulitan mengunyah, upayakan memperlunak makanan. Penggunaan bumbu yang merangsang mulut atau mengakibatkan diare perlu dihindarkan.

Menurut Maryunani (2010), pengaturan makan untuk bayi dan balita berbeda dengan pengaturan pada orang dewasa karena pada masa ini bayi dan anak masih dalam pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat 2 (dua) tujuan pengaturan makan untuk bayi dan balita, yaitu:

1. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk pemeliharaan dan/atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan dna perkembangan fisik dan psikomotor, serta melakukan aktivitas fisik.

1. Untuk mendidik kebiasaan makan yang baik, menyukai dan menentukan makanan yang dibutuhkan.

Menurut Maryunani (2010) mengutip pendapat Titi, tujuan upaya gizi pada bayi dan balita ada 3 (tiga), yaitu:

1. Tujuan fisiologis

(93)

2. Tujuan Psikologis

Memberikan kepuasan kepada bayi dan balita menikmati makanan yang diberikan.

3. Tujuan Edukatif

Mendidik keterampilan mengonsumsi makanan, membina kebiasaan waktu makan/jadwal makan (sarapan, makan siang dan makan sore/malam), serta mebina selera terhadap makanan yang baik, khususnya yang merupakan selera dan kebiasaan keluarga. Kemudian hal-hal yang perlu diperhatikan untuk makanan bayi dan balita (Maryunani,2010), yaitu:

1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur.

2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera terhadap makan.

3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan faali bayi/balita.

4. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.

2.2.1 Pengertian makanan pendamping ASI

(94)

keatas atau berdasarkan indikasi medik sampai anak berusia 24 (dua puluh empat) bulan untuk mencapai kecukupan gizi.

Seiring dengan pertumbuhan bayi, kebutuhan akan energi, protein, dan zat gizi lainnya pun makin bertambah. Suatu saat, kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh ASI saja sehingga perlu makanan lain untuk memenuhi kekurangannya. Jika makanan tambahan tidak diberikan setelah bayi membutuhkannya, pertumbuhan akan terhambat. Zat-zat gizi lebih banyak diperlukan dari makanan tambahan terutama dalam memenuhi kebutuhan energy, zat besi, zink dan vitamin A (Widodo, 2009).

Seiring dengan penelitian yang terus berkembang, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan IDAI mengeluarkan kode etik yang mengatur agar bayi wajib diberi ASI eksklusif (ASI saja tanpa tambahan apa pun, bahkan air putih) sampai umur minimum 6 bulan. Setelah umur 6 bulan, bayi mulai mendapat makanan pendamping ASI (MPASI) berupa bubur susu, nasi tim, buah dan sebagainya. WHO juga menyarankan agar pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun, dengan dilengkapi makanan tambahan (Prambantini, 2010). Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan keputusan baru Menkes sebagai penerapan kode etik WHO. Keputusan tersebut mencantumkan soal pemberian ASI eksklusif (Permenkes nomor 450/Menkes/SK/IV/2004).

(95)

yang diberikan MP ASI pada umur ≥ 6 bulan. MP ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Oleh karena itu, pengenalan adan pemberian MP ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak (Maryunani, 2010). ). Berikut adalah pola makan anak:

Tabel 2.2 Pola makan pada anak.

Usia Pola makan

0-6 bulan ASI saja.

6-9 bulan ASI + Makanan pendamping ASI (MP-ASI). Contohnya, bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek. 9-11 bulan ASI + MP-ASI yang lebih padat.

Contohnya, bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek.

1-2 tahun Makanan keluarga/makanan yang dicincang atau dihaluskan 3-4 kali sehari.

2-3 tahun Makanan keluarga + makanan selingan 2 kali sehari. Sumber: Buku pegangan kader Posyandu, 2012.

Pemberian MP ASI diberikan kepada anak sejak usia 6 bulan karena dengan ASI saja (jumlah dan komposisi ASI mulai berkurang) tidak mampu mencukupi kebutuhan anak. Maksud pemberian MP ASI adalah agar anak memperoleh cukup energy, protein, vitamin, dan mineral untuk tumbuh dan berkembang secara normal (Zakariah 1998, dalam Nurlinda 2013). Maksud lain adalah membiasakan anak pada berbagai macam makanan bergizi, mudah dicerna dengan berbagai macam rasa, bentuk, dan nilai gizi (Nurlinda, 2013).

(96)

ASI, kegemukan, dan rentan terhadap bahan-bahan tambahan makanan (pengawet, perasa, pewarna) maupun faktor kebersihannya (hygiene). Akan tetapi penundaan pemberian makanan padat juga tidak baik karena kebutuhan gizi bayi tidak tercukupi sehingga dapat menghambat pertumbuhan, kecerdasan, dan imunitasnya terhadap penyakit (Widodo, 2009).

Pemberian makanan tambahan sebelum usia enam bulan (4-6 bulan) baru diberikan bila memang ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi lagi. Hal ini ditandai dengan pertambahan berat badan bayi yang kurang meskipun pemberian ASI sudah tepat dan bayi sering munim ASI, tetapi tampak lapar (Widodo, 2009). Pemberian Usia MP ASI yang terlalu dini mempunyai risiko kesehatan oleh karena secara fisiologis bayi belum siap untuk menerimanya. Bayi akan mudah terkena diare dan penyakit-penyakit lain. Selain itu akan menurunkan intensitas dan frekuensi pengisapan ASI, sehingga asupan ASI pun menjadi berkurang, padahal ASI mengandung hampir semua zat gizi dan zat kekebalan yang penting untuk bayi (Rohmani, 2010).

Berdasarkan Widodo (2009) kriteria makanan tambahan yang baik adalah sebagai berikut:

1. Makanan yang menyediakan energi, protein, vitamin, mineral (terutama vitamin A, vitamin C, zat besi, seng, kalsium, dan asam folat).

2. Makanan yang bersih, tidak mengandung bahan kimia berbahaya, dan nyaman (tidak terlalu pedas, asin, dan bau amis).

(97)

2.2.2 Alasan menunda pemberian MP ASI

Ilmu medis terus berkembang seiring bertambahnya riset-riset terbaru. Beberapa hasil riset belakangan ini menegaskan bahwa MP ASI sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 6 bulan. Menurut Purbantini (2010), ada beberapa alasan mengapa harus menunda memberikan makanan padat sampai bayi berusaia 6 bulan:

1. ASI adalah makanan satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan bayi hingga berumur 6 bulan.

ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna. ASI dirancang khusus untuk pencernaan bayi yang sensitif. Protein dan lemak pada ASI lebih mudah dicerna oleh bayi. ASI mengandung paling tidak 100 bahan yang tidak ditemukan dalam susu sapi dan tidak dapat dibuat di laboratorium. Pada bulan-bulan pertama, pada saat bayi dalam kondisi rentan, ASI eksklusif membantu melindungi bayi dari diare, sindrom SID (sudden infant death) atau kematian mendadak, infeksi telinga, dan penyakit infeksi lainnya. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang baik pada 6 bulan pertama, bahkan pada umur lebih dari 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi biasanya membutuhkan lebih banyak zat besi dan zinc (seng) daripada yang disediakan di dalam ASI. Pada saat inilah, nutrisi tambahan dapat diberikan melalui makanan padat.

(98)

diketahui. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif dibawah 4 bulan akan mengalami infeksi telinga 40% lebih sedikit ketimbang bayi yang diberi ASI ditambah makanan lain. Kemungkinan terjadinya penyakit pernapasan selama masa kanak-kanak menjadi berkurang bila bayi mendapat ASI eksklusif sedikitnya 15 minggu, dengan catatan tidak diberikan makanan tambahan apapun selama masa tersebut. Pemberian MP ASI terlalu dini bak membuka gerbang masuknya berbagai jenis kuman, apalagi jika disajikan dengan tidak higienis.

3. Memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi agar berkembang menjadi lebih matang.

Pada umur 6-9 bulan, baik secara pertumbuhan maupun psikologis, biasanya bayi lebih siap menerima makanan padat. Makanan padat yang diterimanya sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya mengakibatkan makanan tidak tercerna dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan (gangguan pencernaan, timbulnya gas, konstipasi/sembelit, dan sebagainya).

(99)

4. Mengurangi risiko alergi makanan.

Berbagai catatan menunjukkan bahwa memperpanjang pemberian ASI eksklusif dapat memperendah angka terjadinya alergi makanan. Sejak lahir sampai umur antara 4-6 bulan, bayi memiliki apa yang disebut “usus terbuka”. Ini berarti jarak-jarak yang berada di antara sel-sel pada usus kecil akan membuat makromolekul yang utuh –termasuk protein dan bakteri pathogen– dapat masuk kedalam aliran darah. Hal ini dapat menguntungkan bagi bayi yang mendapat ASI eksklusif karena zat antibodi yang terdapat di ASI juga masuk langsung melalui aliran darah. Hal ini juga berarti protein-protein lain dari makanan selain ASI (yang mungkin dapat menyebabkan bayi menderita alergi) dan bakteri pathogen yang dapat menyebabkan berbagai penyakit dapat masuk. Selama 4-6 bulan pertama umur bayi, saat usus bayi masih terbuka, organ pencernaan bayi dilapisi oleh antibodi (lgA) dari ASI. Antibodi ini menyediakan kekebalan pasif yang mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Pada umur sekitar 6 bulan, bayi mulai memproduksi antibody sendiri dan penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama.

5. Membantu melindungi bayi dari bahaya anemia karena kekurangan zat besi.

(100)

6. Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu menjaga suplai ASI

Berbagai studi menunjukkan bahwa makanan padat dapat menggantikan porsi susu dalam makanan bayi. Semakin banyak makanan padat yang dimakan oleh bayi, semakin sedikit susu yang dia serap dari ibunya. Jika susu yang diserap dari ibu semakin sedikit, berarti produksi ASI juga semakin sedikit. Bayi yang makan banyak makanan padat atau makan makanan padat pada umur lebih muda cenderung lebih cepat disapih. 7. Pemberian makanan padat terlalu dini dapat menyebabkan obesitas di kemudian hari.

Pemberian makanan padat yang terlalu dini sering kali dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak.

8. Bayi belum dapat mengontrol dengan baik otot-otot tenggorokan dan lidah dengan baik.

Karena itulah proses menelan jadi sulit dan dapat menjadikan bayi tersedak. Refleks lidah masih sangat kuat dan dapat menyebabkan pemeberian makanan padat menjadi sulit.

Gambar

Gambar 1. Wawancara dengan salah satu responden uji validitas di Desa Tigapanah
Gambar 5. Wawancara dengan salah satu responden penelitian di Desa Bunuraya
Tabel 3.1 Tabel aspek pengukuran variable
Gambar 4.1 Peta Desa Bunuraya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Surat Nomor : 36F/UN13.Satker PKUPT/PB/SPPL/2012 tanggal 3 Nopember 2012 tentang Penetapan Pemenang Pelelangan Pekerjaan Pengadaan Peralatan Revitalisasi

Dokumen pendaft aran disusun sesuai dengan daft ar isi yang dit etapkan LPSE UGM ;. LPSE UGM hanya m elayani pendaft ar sesuai dengan Surat Kuasa sesuai dengan Kartu Tanda

[r]

7 Jakarta 12560 telah mengadakan rapat mengenai pelelangan gagal dan pengumumam ulang paket pekerjaan Jasa Pengamanan Arsip Nasional Republik Indonesia Tahun 2013 yang

(Delapan puluh sembilan juta lima ratus dua belas ribu lima ratus rupiah). Atas perhatiannya kami ucapkan

Menindaklanjuti laporan Pejabat Pembuat Komitmen kepada Kuasa Pengguna Anggaran DIPA nomor 48/PPK/DIPA-PRAS/2012 tanggal 15 Juni 2012 seperti tersebut pada pokok surat, maka kami

Contoh hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan yaitu tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang diatur dalam .... Salah satu kewenangan Mahkamah Agung adalah mengadili pada

Pejabat Pengadaan