• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Pepaya terhadap Organisme Pengganggu Tanaman di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Survei Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Pepaya terhadap Organisme Pengganggu Tanaman di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI

PEPAYA TERHADAP ORGANISME PENGGANGGU

TANAMAN DI KECAMATAN RANCABUNGUR DAN

DESA BOJONG KECAMATAN KEMANG KABUPATEN

BOGOR

MOHAMAD RIZWAN

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

MOHAMAD RIZWAN. Survei Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Pepaya terhadap Organisme Pengganggu Tanaman di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh R.

YAYI MUNARA KUSUMAH dan KIKIN HAMZAH MUTAQIN.

Pepaya merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Di Indonesia, pada bulan november 2006 volume ekspor mencapai 100,8 ton, dan pada tahun 2009 produksi buah pepaya mencapai 772.844 ton. Setengah produksi buah pepaya dihasilkan di Pulau Jawa yang menjadi indikasi bahwa masyarakat/petani khususnya di Pulau Jawa semakin intensif membudidayakan pepaya. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala petani dalam budidaya pepaya. Pada tingkat serangan hama dan penyakit yang berat dapat menyebabkan kegagalan panen dalam budidaya pepaya. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) oleh petani pepaya khususnya di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik secara kualitas dan kuantitas, serta dapat melestarikan keberlangsungan usaha pertaniannya. Survei pengetahuan, sikap, dan tindakan petani pepaya terhadap OPT dilakukan dengan menggunakan kuesioner terhadap 10 petani pepaya di Desa Bojong Kecamatan Kemang dan 30 petani pepaya di Kecamatan Rancabungur (Desa Bantar Sari, Desa Bantar Jaya, Desa Pasir Gaok, Desa Rancabungur, dan Desa Mekar Sari). Tujuan survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan petani pepaya dalam upaya pengelolaan OPT. Hasil survei dijelaskan secara tabulasi deskriptif dan dilakukan uji Chi-square (uji kebebasan) untuk melihat hubungan karakteristik petani reponden mengenai tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap OPT dengan taraf nyata 0,05.

(3)

OPT dengan cara melakukan pemantauan OPT, sanitasi terhadap buah yang jatuh, dan merotasikan tanaman sebelum menanam pepaya pada musim tanam berikutnya. Petani responden menyadari bahwa hal tersebut dapat mengurangi resiko permasalahan OPT yang lebih berat.

(4)

PEPAYA TERHADAP ORGANISME PENGGANGGU

TANAMAN DI KECAMATAN RANCABUNGUR DAN

DESA BOJONG KECAMATAN KEMANG KABUPATEN

BOGOR

MOHAMAD RIZWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Usulan : Survei Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Pepaya terhadap Organisme Pengganggu Tanaman di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor

Nama : Mohamad Rizwan

NRP : A34052664

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir R. Yayi Munara Kusumah, MSi. Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, MSi. NIP 19650905 1990021 001 NIP 19681017 199302 001

Mengetahui,

(6)

Penulis adalah putra terakhir dari enam bersaudara pasangan Bapak Otong (alm) dan Ibu Nawiyah. Lahir pada tanggal 12 Juli 1986, di Bogor Jawa Barat.

(7)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis hanya untuk Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Survei Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Pepaya terhadap Organisme Pengganggu Tanaman di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, sebagai ujian terakhir proses pembelajaran di IPB.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih banyak kepada:

1. Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, MSi. sebagai dosen pembimbing akademik dan skripsi, serta Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, M. Agr. sebagai Komisi Pendidikan, yang telah banyak memberikan nasehat dan motivasi untuk meyakinkan penulis bahwa penulis sanggup menyelesaikan semua pelaksanaan perkuliahan di Departemen Proteksi Tanaman.

2. Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, MSi. sebagai dosen pembimbing skripsi kedua, yang telah memberikan kesempatan dalam konsultasi materi skripsi.

3. Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, MSi. yang telah memberikan nasehat dan saran kepada penulis.

4. Petani responden yang sudah bersedia untuk dimintai informasi mengenai pengelolaan usaha tani yang telah dilakukan.

5. Ibu dan Kakak yang selalu mendukung dalam segala hal.

6. Teman-teman 42, 43, 44, dan 45 atas motivasi dan kerjasama, kalian semua adalah ade kelas dan teman yang luar biasa.

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna.

Bogor, November 2011

(8)

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Tanaman Pepaya ... 4

Hama dan Penyakit Tanaman Pepaya ... 5

Hama Penting Tanaman Pepaya ... 5

Penyakit Penting Tanaman Pepaya ... 8

BAHAN DAN METODE ... 11

Tempat dan Waktu ... 11

Metode Penelitian ... 11

Pengumpulan Data ... 11

Analisis Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan (PST) ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

Keadaan Umum Lokasi Survei ... 13

Karakteristik Petani Responden ... 14

Karakteristik Budidaya Pepaya ... 15

Tindakan Budidaya ... 17

1. Varietas pepaya yang ditanam ... 17

2. Penanaman ... 19

3. Tindakan budidaya lainnya ... 20

Pengetahuan dalam Pengelolaan OPT ... 22

Pengetahuan Mengenai OPT/Hama dan Penyakit ... 23

Permasalahan dan Pengaruh OPT terhadap Hasil ... 24

Sikap dan Tindakan Petani terhadap OPT ... 26

Hubungan Karakteristik Petani Responden dengan Pengetahuan, Si- kap, dan Tindakan Petani terhadap OPT ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

(9)
(10)

No Halaman

1. Karakteristik petani pepaya responden ... 14

2. Kepemilikan dan Pengusahaan Lahan Pepaya ... 16

3. Pemilihan Varietas Pepaya ... 18

4. Cara penanaman ... 19

5. Tindakan budidaya pepaya ... 20

6. Pengetahuan umum petani terhadap pengelolaan OPT ... 21

7. Pengetahuan petani terhadap OPT/hama dan penyakit pepaya ... 22

8. Gangguan hama dan penyakit ... 23

9. Sikap dan tindakan petani responden terhadap OPT ... 26

10. Hubungan antara karakteristik petani responden dengan Pengetahuan Umum Pengendalian OPT ... 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pepaya merupakan tanaman tropis yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi, buahnya sangat digemari oleh lapisan masyarakat di berbagai negara termasuk di Indonesia. Buah pepaya dapat dikonsumsi sebagai buah segar maupun sebagai makanan olahan. Di Indonesia tanaman pepaya sudah merupakan tanaman perkarangan yang hampir ditanam oleh setiap keluarga (Sunarjono, 1998). Banyak petani yang membudidayakan tanaman pepaya sebagai komoditas yang menjanjikan keuntungan. Pepaya termasuk komoditas ekspor buah Indonesia, volume ekspor buah pepaya segar mencapai sekitar 60,5

ton pada tahun 2005, pada bulan November 2006 volume ekspornya meningkat hingga 100,8 ton dengan nilai US$ 47.797 (Suhendar et al., 2007). Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi pepaya selain dapat memperbesar ekspor non-migas, juga dapat memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan petani, pengembangan agribisnis dan agroindustri, perluasan kesempatan kerja dan peningkatan gizi masyarakat (Rukmana, 1995).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) RI, produktivitas buah pepaya di Indonesia mengalami peningkatan, tercatat pada tahun 2009 produksinya mencapai 772.844 ton. Bila dibandingkan pada tahun 2005 produksinya hanya mencapai 548.657 ton, dimana Pulau Jawa merupakan pusat produksi tertinggi buah pepaya yaitu sekitar 392.247 ton atau hampir setengah produksi buah pepaya di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2009. Hal ini menjadi indikator bahwa semakin intensifnya masyarakat Indonesia dalam membudidayakan tanaman pepaya khususnya masyarakat/petani di Pulau Jawa. Seiring dengan hal tersebut kendala dalam budidaya akan menjadi tantangan tersendiri bagi petani.

(14)

Dalam pelaksanaan budidaya, kebanyakan petani pepaya masih menerapkan sistem pertanian konvensional khususnya dalam hal pengendalian OPT yaitu dengan menggunakan pestisida sebagai solusi yang terbaik menurut mereka. Walau bagaimanapun tingkat keberhasilan pengendalian OPT dengan cara menggunakan pestisida terbilang cukup tnggi, akan tetapi bila dilakukan secara terus-menerus akan berdampak buruk bagi petani maupun lingkungan, serta dapat berdampak pada keberlangsungan usaha pertanian. Menurut Djojosumarto (2008), pestisida tetap merupakan senyawa racun yang bersifat bioaktif, di dalam penggunaannya dapat mengandung risiko (bahaya) baik bagi manusia maupun lingkungan.

Menurut Sutanto (2002), perlindungan tanaman merupakan proses yang bersifat komplek sehingga memerlukan pemahaman peranan masing-masing

komponen lingkungan, sistem usaha tani dan sistem pertanaman yang dilaksanakan. Munculnya berbagai masalah hama seperti resistensi hama,

resurjensi, letusan hama sekunder dan residu bahan aktif pestisida merupakan beberapa bukti kegagalan cara pengendalian konvensional yang banyak mengandalkan pestisda kimiawi.

(15)

3

Tujuan

Survei ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani pepaya khususnya di Kecamatan Rancabungur dan di Desa Bojong Kecamatan Kemang dalam upaya pengelolaan Organisme Pengganngu Tanaman (OPT).

Manfaat Penelitian

(16)

Tanaman Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili Caricaceae yang memiliki empat genus, yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta dan Cylocomorpha. Ketiga genus pertama merupakan tanaman asli Amerika tropis, sedangkan genus keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Salah satu spesies dari 24 spesies genus Carica adalah jenis pepaya yang banyak diusahakan petani karena buahnya dapat dimakan. Pepaya merupakan tanaman herba, batang berongga tidak bercabang dan tingginya dapat mencapai 10 meter (Kalie, 2010).

Tanaman pepaya memiliki tiga bentuk bunga dasar, yaitu bunga jantan,

bunga betina dan bunga sempurna. Masing-masing bunga ini hanya tumbuh pada satu pohon yaitu pohon jantan, pohon betina, dan pohon sempurna. Pohon betina, dan pohon sempurna banyak dibudidayakan oleh petani karena dapat menghasilkan buah (Kalie, 2010). Tanaman pepaya dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl, pertumbuhan optimal pada ketinggian 200 - 500 m dpl pada berbagai tipe tanah dengan pH 6 - 7, suhu 22o - 26o C, curah hujan 1000 - 2000 mm/tahun dengan bulan kering (CH < 60 mm) 3 - 4 bulan (Sujiprihati & Suketi, 2010).

Buah pepaya memiliki tekstur yang sangat halus dan mudah dicerna sehingga bermanfaat bagi pencernaan (Rukmana, 2008). Menururut Kalie (2010) kandungan gizi buah pepaya cukup tinggi karena mengandung banyak vitamin A dan vitamin C, juga mineral kalsium. Setiap 100 gram buah pepaya yang matang mengandung 46 kalori, 0,5 g protein, 12,2 g karbohidrat, 23 mg kalsium, 12 mg fosfor, 1,7 mg zat besi, 365 SI vitamin A, 0,04 mg vitanin B1, 78 mg vitamin C,

86,7 g air, dan 75% bagian yang dapat dimakan (Rukmana, 2008). Selain diambil buahnya yang sudah masak, buah yang mentah dan daunnya dapat dimakan sebagai sayuran, getahnya yang mengandung papain merupakan enzim proteolitik yang dapat dimanfaatkan di bidang industri makanan sebagai pelunak daging dan sebagai bahan baku kosmetik (Sujiprihati & Suketi, 2010).

Tanaman pepaya dapat memberikan banyak manfaat, tidak hanya untuk

(17)

5

sebagai komoditas bisnis untuk bahan baku industri sehingga menjadi komoditas yang cukup potensial. Di Indonesia, sentra produksi pepaya antara lain terdapat di Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Subang, Bandung), Jawa Tengah (Boyolali, Wonogiri, Magelang), Jawa Timur (Kediri, Malang, Banyuwangi), Bali, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur (Sujiprihati & Suketi, 2010).

Kecamatan Rancabungur merupakan salah satu daerah di Kabupaten Bogor yang petaninya banyak menanam pepaya sebagai komoditas utama dalam usaha pertaniannya. Tanaman pepaya yang umum ditanam hanya terdiri dari pepaya varietas California dan pepaya varietas Bangkok. Pepaya varietas California yang banyak dikenal oleh petani sebenarnya merupakan varietas Callina (Pepaya IPB 9) yang dikembangkan oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Pepaya IPB 9 memiliki daging buah yang lebih tebal, manis dan produksinya cukup tinggi

dengan bobot buah 1,5 kg (Sujiprihati & Suketi, 2010). Pepaya varietas Bangkok/Thailand merupkan jenis pepaya introduksi dari negara Thailand dengan

ciri buah yang lebih besar (bobot buah bisa mencapai 3,5 kg), daging buah lebih keras dengan warna merah jingga serta tahan dalam perjalanan/penyimpanan (Kalie, 2010).

Hama dan Penyakit Tanaman Pepaya

Faktor yang dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan dan produksi secara umum diantaranya adalah patogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan, gulma dan serangan hama (Agrios, 1988). Menurut Pracaya (2008), banyak petani tidak begitu paham perbedaan antara pengertian hama dan penyakit yang mengakibatkan kekeliruan dalam upaya pengendaliannya sehingga hama dan penyakit tidak dapat terkendalikan secara efektif.

(18)

parasitik) diantaranya virus, fitoplasma, bakteri, cendawan, dan nematoda, serta oleh faktor abiotik bersifat tidak parasitik (Sinaga, 2006). Intensitas serangan hama dan kejadian penyakit pada tanaman pepaya dapat berfluktuasi, hal ini sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim di suatu daerah. Umumnya populasi hama dan atau kejadian penyakit sangat tinggi pada musim-musim tertentu sehingga diperlukan upaya tindakan pengendalian yang tepat.

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu konsep pengendalian yang menganggap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) termasuk hama dan patogen penyebab penyakit sebagai suatu komponen ekosistem lingkungan yang keberadaanya perlu dikendalikan. Prinsip dasar PHT dintaranya melakukan pemantauan terhadap populasi OPT, mengutamakan pengendalian non-kimiawi terlebih dahulu dan menggunakan pestisida secara bijak jika diperlukan untuk

mempertahankan OPT pada keadaan yang tidak merugikan. Dengan demikian suatu pengetahuan, sikap, dan tindakan petani yang sesuai dengan konsep PHT

sangat diperlukan dalam upaya pengendalian yang tepat terhadap OPT. Dengan tindakan PHT oleh petani, selain dapat memberikan keuntung produksi yang lebih baik juga akan menjamin keberlangsungan usaha suatu komoditas pertanian.

Hama Penting Tanaman Pepaya

Salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menjadi faktor penentu hasil produksi buah pepaya yaitu dari golongan hama baik dari kelompok serangga, tungau, mollusca maupun hewan mamalia. Hama yang menyerang tanaman pepaya memang tidak banyak, diperkirakan ada sekitar ± 35 jenis yang terdiri dari tungau, kutu, lalat buah, kumbang dan ngengat (Kalie, 2010). Beberapa hama penting yang dapat menyerang tanaman pepaya yaitu:

1. Tungau

(19)

7

Geysk (Kalie, 2010). Ukuran tubuh tungau sangat kecil, tidak lebih dari 0,5 mm. Oleh sebab itu, sulit untuk melihatnya dengan mata telanjang, sehingga pengendalian keberadaan tungau tidak terlalu intensif. Perkembangbiakan tungau dapat terjadi secara seksual, baik oviparous atau viviparous dengan daur hidup yang kurang lebih 7 - 14 hari (Pracaya, 2008).

2. Kutu Tanaman

Beberapa jenis kutu tanaman dapat menjadi hama penting pada tanaman pepaya seperti Myzus persicae Sulzer, Aphis gossypii Glover dan Paracoccus marginatus.

Myzus persicae Sulzer (Hemiptera: Aphididae). Kutu ini sering terlihat bergerombol di bawah permukaan daun, tubuhnya lunak berwarna kehijauan atau kemerahan dengan panjang 2 - 3 mm. Hama ini bersifat polifag, hidup dengan

cara menghisap cairan sel daun sehingga daun yang terserang mengerut dan keriting. Menurut Hill (1987), Myzus persicae (Sulz.) merupakan hama penting pada berbagai komoditas tanaman, dan dapat menjadi vektor lebih dari 100 penyakit virus pada tiga puluh famili tanaman yang berbeda.

Aphis gossypii Glover (Hemiptera: Aphididae), merupakan hama yang berifat polifag, dapat menyerang beberapa famili tanaman yang berbeda (Hill, 1987). Nimfa berwarna cokelat kehitaman, sedangkan aphis dewasa berwarna hitam mengkilap dengan panjang tubuh 1 - 2 mm. Sebagian besar serangga betina yang bisa ditemukan bersayap atau tampa sayap (Hill, 1987). Hama ini tercatat dapat menjadi vektor dari sekitar 44 penyakit virus (Hill, 1987).

(20)

3. Lalat Buah Dacus dorsalis (Hend.) dan Dacus cucurbitae Coq.

Dacus dorsalis (Hend.) lebih dikenal sebagai Oriental Fruit Fly (famili Tephritidae) memiliki tanaman inang utama antara lain jambu biji, mangga, jeruk, pisang, alpukat dan pepaya (Hill, 1987). Sedangkan, Dacus cucurbitae Coq. memiliki tanaman inang labu-labuan seperti ketimun, waluh, semangka dan melon. Kedua jenis lalat ini menyerang buah pepaya yang sudah matang (Kalie, 2010). Lalat betina meletakkan telur sekitar 5 mm ke dalam permukaan buah, larva/belatung memakan daging buah yang juga berasosiasi dengan cendawan dan bakteri sehingga terjadi busuk.

4. Kepik Nezara viridula L

Nezara viridula L. merupakan kepik (Hemiptera: Pentatomidae) yang banyak ditemukan di daerah tropis, bersifat polifag dapat memakan berbagai

organ tanaman. Di Indonesia kepik ini menyerang tanaman pepaya, padi, jagung, tembakau, cabai, kapas, dan berbagai tanaman kacang-kacangan (Kalie, 2010).

Kepik ini sering menyerang buah yang masih berkembang dengan menimbulkan gejala nekrosis akibat tusukan dan perubahan bentuk, atau bahkan buah muda yang terserang gugur (Hill, 1987). Tubuh kepik berwarna hijau dengan panjang kira-kira 16 mm. Stadia telur sampai dewasa sekitar 4 - 8 minggu (Kalie, 2010). 5. Thrips tabaci Lind.

Menurut Kalie (2010), Thrips tabcai Lind. (Thysaopthera: Thripidae) yang memiliki panjang 1 mm ditemukan dapat menyerang tanaman pepaya, kentang, cabai, tomat, waluh, bayam dan bawang Bombay. Hama ini merusak daun sehingga daun menjadi berbintik-bintik halus berwarna keperakan, bila serangan berat daun menjadi kering dan akhirnya mati. Thrips tabaci merupakan hama yang sangat polifag pada berbagai tanaman. Hama ini merupakan vektor penyakit virus pada tanaman tembakau, tomat, nenas dan tanaman lainnya (Hill, 1987). Telur diletakkan dalam lapisan epidermis daun dan batang yang masih muda. Ukuran serangga dewasa sangat kecil, berwarna kuning kecokelatan, lama siklus hidup satu generasi sampai tiga minggu (Hill, 1987).

Penyakit Penting Tanaman Pepaya

(21)

9

cukup beragam, dapat berupa bakteri, cendawan, virus (Kalie, 2010). Berdasarkan patogen penyebabnya terdapat beberapa penyakit penting pada tanaman papaya:

1. Busuk Akar dan Pangkal Batang

Busuk akar dan pangkal batang adalah penyakit yang cukup penting dan tersebar luas di Indonesia, khususnya di Jawa. Penyakit dapat timbul pada bermacam-macam umur. Selain pada akar dan batang, penyakit juga dapat timbul pada buah baik yang masih berada di kebun maupun dalam penyimpanan (Semangun, 2007). Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora (Bult.) dan Pythium spp. Gejala pada daun bagian bawah terlihat layu, menguning, dan menggantung di sekitar batang sebelum rontok, selanjutnya daun muda menunjukkan gejala yang sama sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit

daun di puncaknya dan akhirnya tanaman mati (Semangun, 2007). 2. Antraknosa

Antraknosa, yang umumnya terdapat pada bermacam-macam buah, juga sering terdapat pada pepaya (Semangun, 2007). Penyakit ini terdapat di semua negara penanam papaya. Kerugian terutama terjadi pada buah, khususnya buah dalam pengangkutan dan penyimpanan (Semangun, 2007). Perkembangan terakhir, berdasarkan pengamatan penyakit antraknosa selain menyerang buah dapat menyerang batang, pucuk daun dan juga bibit di pembibitan (Wiyono & Manuwoto, 2008).

Gejala pada buah dan batang (bagian batang yang banyak terserang adalah bagian dekat pucuk) mirip, yaitu berupa jaringan mati yang terlihat sebagai bercak kebasahan, kemudian berkembang menjadi bercak konsentrik berwarna abu-abu atau kehitaman dengan titik-titik orange pada permukaannya, sedangkan gejala pada daun berupa bercak kecoklatan dan disekitarnya terdapat titik-titik orange, serangan yang berat dapat menimbulkan gejala mati pucuk (die back) (Wiyono & Manuwoto, 2008). Pada pembibitan, bila cuaca mendukung dapat menyebabkan rebah kecambah (damping-off), namun pada umumnya menimbulkan gejala laten (Wiyono & Manuwoto, 2008).

(22)

Gloeosporium papayae (P. Henn.). Colletotrichum gloeosporioides dapat hidup sebagai saprofit pada bagian-bagian tanaman yang sudah mati dan dapat menyerang bermacam-macam tanaman (Semangun, 2007). Colletotrichum gloeosporioides yang berasal dari tanaman mangga, kopi, kakao, jambu mete, terong, karet dan ubi kayu sudah terbukti mampu menginfeksi papaya dan begitu juga sebaliknya (Wiyono & Manuwoto, 2008).

3. Penyakit Bakteri

Penyakit bakteri yang disebabkan oleh Erwinia papayae (Rant) Magrou, pertama kali diketahui terdapat di Jawa Timur, juga terdapat di daerah lain pulau Jawa, Sulawesi dan Maluku. Patogen ini dapat menimbulkan kerugian besar pada musim hujan (Semangun, 2007). Gejala pada tanaman muda daun terlihat menguning dan membusuk, setelah beberapa lama bagian tanaman sebelah atas

mati diikuti oleh matinya seluruh tanaman. Pada helaian daun tanaman yang lebih besar tejadi bercak-bercak kering yang bentuknya tidak teratur, gejala yang khas

terdapat pada tangkai daun dan batang yang masih hijau yaitu bercak kebasahan yang dapat meluas hingga tanaman menjadi gundul (Semangun, 2007).

Erwinia papayae dapat ditularkan oleh serangga. Infeksi dapat terjadi pada sisi atas maupun sisi bawah daun, tetapi lebih mudah pada sisi bawah (Semangun, 2007).

4. Bercak Cincin

(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Survei dilaksanakan di Kecamatan Rancabungur dan sebagian kecil di Desa Bojong Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada tanggal 25 Februari sampai 20 Maret 2011.

Metode Penelitian

Pengumpulan Data

Metode survei yang dilaksanakan merupakan pengumpulan data primer, yaitu dengan cara mewawancarai petani pepaya secara langsung menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Petani pepaya responden yang

diwawancarai sebanyak empat puluh orang, diantaranya sepuluh petani berasal dari Desa Bojong Kecamatan Kemang dan tiga puluh petani dari Kecamatan Rancabungur yang tersebar di beberapa desa, antara lain Desa Bantar Sari, Desa Bantar Jaya, Desa Pasir Gaok, Desa Rancabungur dan Desa Mekar Sari.

Analisis Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan (PST)

Analisis PST disajikan dalam bentuk tabulasi dengan penjelasan deskriptif untuk menjelaskan pengetahuan petani responden mengenai cara budidaya tanaman pepaya yang mereka lakukan. Sedangkan untuk melihat hubungan antara karakteristik petani responden dengan pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap OPT dilakukan uji Chi-square (uji kebebasan) dengan menggunakan program Microsoft Exel 2007.

Uji kebebasan dihitung berdasarkan frekuensi yang teramati dengan frekuensi harapan, dengan menggunakan rumus X2 (Walpole, 1993);

Ket.

o

i : Frekuensi teramati.

e

i : Frekuensi harapan.

frekuensi harapan dihitung dengan cara;

(24)

dengan asumsi bila P-value yang diperoleh mempunyai nilai > 0,05 pada α = 5%,

maka tidak berbeda nyata antara variabel-variabel yang dibandingkan, dan

sebaliknya bila P-value yang diperoleh < 0,05 pada α = 5%, variabel-variabel yang dibandingkan berbeda nyata.

Variable pengetahuan, sikap dan tindakan yang dibandingkan, ditentukan berdasarkan proporsi jumlah jawaban atas pertanyaan yang dapat dijadikan indikator untuk menilai pengetahuan, sikap, dan tindakan dari masing-masing petani responden terhadap karakteristik petani yang teramati, sebagai berikut; 1. Pengetahuan petani terhadap pengendalian OPT (terdapat 6 pertanyaan yang

dapat diamati):

Pengetahuan lebih baik, jika jumlah jawaban ya > 3,

Pengetahuan kurang, jika jumlah jawaban ya < 3, dan

Jika jumlah jawaban ya = tidak = 3, memiliki nilai masing-masing 1/2 dari dua

nilai tersebut.

2. Sikap dan tindakan petani terhadap OPT (terdapat 6 pertanyaan yang dapat diamati):

Searah prinsip PHT, jika jumlah jawaban sesuai PHT > 3,

Tidak searah prinsip PHT, jika jumlah jawaban sesuai PHT < 3, dan

Jika jumlah jawaban sesuai = tidak = 3, memiliki nilai 1/2 dari dua kriteria

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Survei

Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.19o - 6.47o Lintang Selatan dan 106.1o - 107.103o Bujur Timur. Jenis tanah di daerah ini termasuk dalam jenis tanah Latosol yang memiliki tekstur tanah liat dan struktur remah, pH tanah antara 4.5 - 6.5, daya menahan air cukup baik serta relatif tahan terhadap erosi. Berdasarkan data Stasiun Klimatologi dan Geofisika Darmaga Kabupaten Bogor, ketinggian daerah ini antara 100 - 500 m dpl, dengan suhu udara antara 20o - 30o C, curah hujan per tahun dapat mencapai ± 2.500 mm (Anonim, 2010).

Penduduk Kecamatan Rancabungur pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, sedangkan masyarakat di Kecamatan Kemang (khususnya desa Bojong) selain sebagai petani, banyak juga yang bekerja sebagai buruh pabrik atau mata pencaharian lain. Jumlah penduduk tani menurut status Rumah Tangga Pertanian (RTP) dan Rumah Tangga Petani Gurem (RTPG) di Kecamatan Rancabungur, sekitar 6.025 orang dari jumlah penduduk 48.441 orang, dan di Kecamatan Kemang sekitar 8.067 orang dari jumlah penduduk 79.611 orang merupakan RTP/RTPG (Anonim, 2010). Berbagai komoditas tanaman yang diusahakan diantaranya umbi-umbian, jagung, padi, dan jenis tanaman hortikultur lain termasuk juga tanaman pepaya.

(26)

Karakteristik Petani Responden

Seluruh petani responden yang diwawancarai merupakan laki-laki (100%), hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik petani pepaya responden

Karakteristik Jumlah Petani Persentase

(%) Kec. Kemang Kec. Rancabungur

(27)

15

Pada Tabel 1, sebagian besar petani di Desa Bojong, Kecamatan Kemang merupakan petani yang masih relatif baru mencoba budidaya tanaman pepaya dengan pengalaman di bawah 5 tahun, sedangkan sebagian besar petani yang berada di Kecamatan Rancabungur merupakan petani yang mempunyai pengalaman lebih dari 5 tahun. Masing-masing petani di Kecamatan Rancabungur memiliki cara yang mereka anggap merupakan cara budidaya paling baik untuk mendapatkan hasil yang optimal, bila dibandingkan petani dari Desa Bojong yang umumnya mempunyai cara budidaya pepaya yang sama antara petani satu dengan yang lainnya, karena diantara mereka pengetahuan dan pengalamannya sangat kurang, dan sebagian petaninya pun belajar dari pengalaman petani Kecamatan Racabungur.

Beberapa petani responden dari Kecamatan Rancabungur pernah mengikuti

kegiatan penyuluhan tentang cara budidaya tanaman (Tabel 1).

Karakteristik Budidaya Pepaya

Sebagian besar petani responden menanam pepaya pada lahan milik sendiri atau milik orang tua, sehingga tidak ada biaya untuk sewa lahan. Selebihnya, sebagai petani penggarap pada lahan orang lain atau pada lahan kontrakan (Tabel 2). Menurut Untung (2007) kondisi petani Indonesia pada umumnya sangat marginal dan lemah dalam hal kepemilikan lahan (rata-rata di bawah 1 ha per keluarga), kepemilikan modal, akses pasar, kualitas pendidikan sumber daya manusia, penguasaan teknologi dan keterbatasan-keterbatasan lainnya. Hal ini berdampak pada pola atau cara tanam yang diterapkan oleh masing-masing petani yang cenderung sederhana, sehingga pencapaian perolehan margin keuntungan dari sebuah usaha pertaniannya tidak maksimal.

(28)

Tabel 2 Kepemilikan dan Pengusahaan Lahan Pepaya

Lahan Jumlah Petani Persentase

(%) Kec. Kemang Kec. Rancabungur

Status Kepemilikan

Rata-rata biaya pengeluaran petani responden untuk setiap pohon pepaya sangat bervariasi, tergantung dari jenis atau varietas pepaya yang ditanam, pupuk yang digunakan, pemanfaatan tenaga kerja dan cara pengelolaan atau perawatan tanaman terhadap OPT. Kisaran biaya pengeluaran bagi petani responden di Desa Bojong antara Rp 30.000 - Rp 40.000 per pohon, dan biaya yang dikeluarakan oleh kebanyakan petani responden dari Kecamatan Rancabungur untuk setiap pohon pepaya hampir sama yaitu antara Rp 30.000 - Rp 50.000. Biaya tersebut mencakup pembelian bibit yang siap tanam, upah tenaga kerja pria/wanita, pembelian pupuk dan pembelian pestisida. Dengan demikian biaya produksi untuk luasan lahan 1000 m2 yang di tanami pepaya memerlukan biaya sekitar Rp 4.500.000 - Rp 8.000.000.

(29)

17

tanam 2,5 x 2,5 m2 dalam satu kali panen dapat menghasilkan Rp 480.000/1000 m2, dan petani responden yang menanam pepaya varietas California dengan jarak tanam yang sama dapat memperoleh penghasilan sekitar Rp 840.000/1000 m2 dalam satu kali panen.

(a) (b)

Gambar 1 Buah dan tanaman varietas Bangkok (a), dan varietas California (b)

Tindakan Budidaya 1. Varietas pepaya yang ditanam

Varietas pepaya yang ditanam oleh petani responden, baik dari kecamatan Rancabungur maupun Desa Bojong hanya terdiri dari dua varietas, yaitu varietas California dan varietas Bangkok (Tabel 3). Kebanyakan petani dari Desa Bojong lebih memilih varietas Bangkok dengan alasan perawatan yang lebih murah dan mudah, relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Sedangkan petani pepaya responden yang berasal dari Kecamatan Rancabungur lebih banyak menanam varietas California karena harga buah per kilo gram lebih mahal dari harga buah varietas Bangkok dan permintaan pasar akan buah pepaya California yang relatif lebih tinggi.

Sebagian besar petani responden dari Desa Bojong dan Kecamatan Kemang memperoleh bibit dengan cara melakukan pembibitan sendiri (benih dari tanaman tanaman pepaya sebelumnya), dan dari petani lain. Terdapat satu petani responden yang melakukan pembibitan selain untuk ditanam sendiri juga khusus

(30)

Tabel 3 Pemilihan Varietas Pepaya

Tindakan Jumlah Petani Persentase (%)

Kec. Kemang Kec. Rancabungur

Penanaman varietas

Varietas California Varietas Bangkok Kombinasi keduanya

2 5 3

17 5 8

47,5 25 27,5 Penggunaan bibit

Tanaman sebelumnya Petani lain

Toko/koperasi

5 5 -

8 21

1

32,5 65 2,5

Perbedaan antara benih pepaya varietas California dan varietas Bangkok dapat terlihat pada warna dan ukuran biji, warna biji buah pepaya Bangkok lebih hitam dengan ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan dengan biji buah pepaya varietas California (Gambar 2).

(a) (b)

(c)

(31)

19

2. Penanaman

Tabel 4 Cara penanaman

Tindakan Jumlah Petani Persentase (%)

Kec. Kemang Kec. Rancabungur

Pola tanam

Pola tanam budidaya pepaya yang diterapkan oleh petani responden umumnya menerapkan pola tanam monokultur, yaitu sekitar 72,5% petani responden (Tabel 4), namun ada sebagian petani memilih menanam dengan cara tumpang sari (27,5%), dengan tujuan mengefisiensikan lahan sehingga ada penambahan pendapatan. Tanaman yang dipilih sebagai tanaman tumpang sari biasanya memiliki masa panen yang lebih cepat (umumnya kurang dari tiga bulan) seperti tanaman kangkung, dan jagung.

Jarak tanam yang diterapkan oleh petani tergantung dari jenis varietas pepaya yang ditanam. Pada Tabel 4 terlihat bahwa petani responden dari Kecamatan Rancabungur yang banyak menanam varietas California, lebih banyak menggunakan jarak tanam kurang dari 2,5 m x 2,5 m (60%), sedangkan petani di Desa Bojong umunya menggunakan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m (70%), karena lebih banyak menanam varietas Bangkok. Hal ini disebabkan dari bentuk tanaman varietas California yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman pepaya varietas Bangkok, sehingga tingkat kerapatan/jarak tanam tidak terlalu membutuhkan ruang yang lebih besar.

3. Tindakan budidaya lainnya

(32)

petani melakukan pengendalian OPT secara terjadwal, sesuai dengan pengetahuan masing-masing dari petani tersebut. Dalam hal pembibitan, sebagian besar petani responden atau sekitar 65% tidak melakukan pembibitan sendiri, bibit diperoleh dari petani lainnya, hanya sebagian kecil petani yang melakukan pembibitan sendiri yaitu sekitar 35% (Tabel 5).

Tabel 5 Tindakan budidaya pepaya

Tindakan Jumlah Petani Persentase (%)

Kec. Kemang Kec. Rancabungur

Pengolahan tanah

Pengolahan tanah mencakup pembuatan lubang tanam dengan kedalaman rata-rata kurang lebih 50 cm, lebar 50 cm, pengapuran (bila diperlukan), penggemburan tanah dan pemupukan. Kegiatan pemupukan yang dilakukan oleh keseluruhan petani responden pada dasarnya sama yaitu lebih banyak

menggunakan pupuk kandang dibandingkan pupuk toko/kimia buatan, hal ini karena pupuk kandang mudah diperoleh dan murah.

(33)

21

tanaman sembilan bulan. Pupuk kimia buatan yang digunakan umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu NPK, TSP, dan KCL. Sebagian petani ada yang menambahkan Urea. Menurut Sujiprihati dan Suketi (2010), tanaman pepaya merupakan tanaman yang dapat menghasilkan buah sepanjang tahun oleh karena itu suplai hara yang dibutuhkan cukup tinggi dan harus teratur. Tanaman pepaya membutuhkan 1 kg N, 0,2 kg P2O5, dan 2,5 kg K20 untuk setiap ton buah pepaya.

Pemberian pupuk yang dilakukan oleh petani responden untuk masing-masing pupuk kimia buatan tersebut dilakukan pada saat tanaman berumur 1 - 2 MST (di sekitar lubang tanam), selanjutnya pada saat umur tanaman tiga bulan dan enam bulan (bersamaan dengan pemberian pupuk kandang). Perbandingan untuk tiga jenis pupuk kimia yang dipakai rata-rata sama yaitu 1 : 1 : 1 dengan dosis antara 20 - 25 gram atau sekitar genggaman tangan orang dewasa untuk

setiap jenis pupuknya.

Penyiangan gulma hanya dilakukan sampai tanaman berumur antara 3 - 4

bulan dimana kondisi lahan masih terbuka (belum tertutupi oleh kerapatan tanaman yang masih muda).

Pengetahuan dalam Pengelolaan OPT

Tabel 6 Pengetahuan umum petani terhadap pengelolaan OPT

Pengetahuan Mengerti pestisida dengan baik

Ya

(34)

pernah mendengar istilah PHT sama sekali (Tabel 6). Umumnya petani responden cenderung menggunakan pestisida dalam mengatasi permasalahan hama dan penyakit dengan tingkat pengetahuan terhadap jenis dan cara penggunaan pestida yang relatif masih kurang. Sebagian besar petani responden yaitu sekitar 67,5%, tidak begitu mengerti dengan baik jenis pestisida yang dipakai oleh mereka, hanya tiga belas orang (sekitar 32,5%) petani yang mengerti/mengetahui dengan jelas mengenai jenis dan cara penggunaan pestisida yang digunakan (dengan cara membaca label penggunaannya atau atas saran dari petugas penyuluh pertanian/toko), selebihnya petani hanya menggunakan pestisida atas saran petani lain dan bahkan hanya berdasarkan pengalaman sendiri terhadap penggunaan jenis pestida tertentu, beberapa petani responden pernah menggunakan dosis yang relatif lebih tinggi karena hasilnya lebih terlihat.

Pengetahuan Mengenai OPT/Hama dan Penyakit

Tabel 7 Pengetahuan petani terhadap OPT/hama dan penyakit pepaya

Pengetahuan

Jumlah Petani Persentase (%)

Mengerti OPT/hama dan penyakit Ya Mengetahui jenis OPT pepaya

(35)

23

Tabel 7 memperlihatkan sebagian besar petani responden tidak begitu mengerti istilah OPT/hama dan penyakit dengan benar (62,5%) pada tanaman pepaya, baik untuk membedakan atau mengenal jenis OPT penting yang dapat merugikan pada tanaman pepaya (90%). Sebagian besar petani responden mampu untuk membedakan perbedaan antara hama dan penyakit yang umum pada komoditas pertanian lainnya yang sering petani responden tanam.

Umumnya petani responden hanya mengetahui semua kerusakan yang terjadi diakibatkan oleh penyakit yang sama, dan harus dimusnahkan atau dikendalikan dengan pestisida. Dari segi pengetahuan terhadap serangga yang menguntungkan, kebanyakan petani responden mengenal bahwa terdapat beberapa serangga yang keberadaannya bisa menguntungkan terhadap hasil budidaya tanaman yang mereka usahakan. Contohnya beberapa lebah yang

menurut petani responden keberadaannya dapat membantu tanaman (77,5%). Pengetahuan tersebut mereka dapat dari pengalaman sendiri dan pengetahuan

orang tua secara turun-temurun. Hanya beberapa petani responden yang tidak begitu mengerti tentang keberadaaan serangga yang menguntungkan (22,5%) (Tabel 7).

Permasalahan dan Pengaruh OPT terhadap Hasil

Tabel 8 Gangguan hama dan penyakit

Permasalahan Jumlah Petani Persentase (%)

Kec. Kemang Kec.Rancabungur

Busuk buah 7 27 85

Busuk/mati pucuk 2 24 65

Kutu putih 10 30 100

Daun keriting/tanaman kerdil 5 4 22,5

(36)

pernah mengalami permasalahan daun keriting/tamaman kerdil pada tanaman pepaya yang mereka tanam namun tidak terlalu berdampak pada penurunan hasil (Tabel 8; Gambar 3).

Hampir keseluruhan petani responden baik yang berasal dari Desa Bojong maupun petani Kecamatan Rancabungur pernah mengalami permasalahan busuk buah. Gejala yang terlihat di lapangan, buah mengalami bercak konsentrik berwarna abu-abu atau kehitaman dengan titik-titik orange pada permukaannya. Penyakit busuk buah ini juga disebut penyakit antraknosa yang di sebabkan oleh patogen Colletotrichum gloeosporioides. Di Desa Bojong empat petani mengalami serangan berat dengan penurunan hasil dapat mencapai 20% - 50% dan tiga petani lainnya dengan tingkat serangan ringan yang hanya mengalami penurunan hasil kurang dari 10%. Sementara itu dua puluh tujuh petani dari

Kecamatan Rancabungur yang pernah mengalami permasalahan busuk

(a) (b)

(c) (d)

(37)

25

buah, lima belas petani diantaranya mengalami tingkat serangan yang cukup berat dengan kehilangan hasil antara 20% - 100% dan dua belas petani lainnya hanya mengalami penurunan hasil kurang dari 10%.

Dari tiga puluh petani responden di Kecamatan Rancabungur, dua puluh empat petani atau sebagian besar pernah mengalami kejadian busuk/mati pucuk, dua belas petani responden diantaranya mengalami serangan yang cukup berat hingga penurunan hasil mencapai 20% - 100% dan dua belas petani lainnya mengalami penurunan hasil kurang dari 10%. Hanya ada dua petani responden di Desa Bojong yang pernah mengalami kejadian busuk/mati pucuk dengan tingkat serangan yang cukup berat, diduga penurunan hasil mencapai 20% - 50%. Gejala mati pucuk terlihat pada bagian tanaman sebelah atas mati dan diikuti oleh matinya seluruh tanaman. Ada dua kemungkinan patogen penyebab penyakit ini,

pertama merupakan gejala antraknosa oleh C. gloeosporioides yang menyerang bagian batang (pucuk tanaman), dan kemungkinan kedua adalah gejala dari

patogen Erwinia papayae, yang dapat menyebabkan gejala yang sama.

Permasalahan serangan kutu putih pada tanaman pepaya yang diduga merupakan hama Paracoccus marginatus pernah dialami oleh semua petani responden, dimana sebagian besar petani (75%) atau tiga puluh petani menyatakan serangannya tidak begitu berdampak pada penurunan hasil yang hanya kurang dari 10%. Namun sepuluh petani responden lainnya atau sekitar 25% petani responden menyatakan bahwa serangan kutu putih ini dapat mengakibatkan penurunan hasil antara 20% - 50%.

(38)

Sikap dan Tindakan Petani terhadap OPT

Tabel 9 Sikap dan tindakan petani responden terhadap OPT

Sikap dan Tindakan

Jumlah Petani Persentase (%) Jika terjadi permaslahan OPT

Dikendalikan

Non-kimia/lainnya

10 Sanitasi terhadap buah yang jatuh

ya

(39)

27

dengan alasan sesuai keadaan/kondisi, baik kondisi ekonomi maupun kondisi tanaman (Tabel 9).

Umumnya petani responden yang melakukan pengendalian lebih banyak mengandalkan pengendalian kimiawi/pestisida dengan menggunakan lebih dari satu jenis pestisida dengan cara mencampurkannya. Jenis bahan aktif pestisida yang sering digunakan oleh petani responden antara lain Imidakloprid, Profenofos, Propineb, dan Mankozeb. Beberapa petani juga menambahkan hormon pertumbuhan (Gandasil A dan Gandasil B) bersamaan dengan aplikasi pestisida, yang menurut mereka lebih efektif dan praktis jika menggunakan lebih dari satu jenis pestisida dalam waktu bersamaan.

Beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh petani responden dalam menggunakan suatu pestisida tertentu bergantung pada harga pestisida, saran dari

petani lain serta pengetahuan dan pengalaman yang dialami oleh masing-masing petani responden setelah mencoba dan melihat keefektifan suatu jenis pestisida di

lahan pepayanya. Waktu penyemprotan pestisda sebagian besar terjadwal pada pagi hari dengan dosis sesuai anjuran yang diberikan oleh petani lain, PPL, atau petugas toko pestisida.

Petani responden menyadari bahwa pestisida yang digunakan selama ini hanya efektif terhadap hama dan tidak banyak berpengaruh terhadap patogen. Keefektifan suatu jenis pestisida terhadap OPT sangat bergantung pada kesesuaian bahan aktif terhadap OPT tertentu, juga dosis dan waktu aplikasi. Selain itu pencampuran lebih dari satu jenis pestisida yang memiliki bahan aktif yang berbeda dapat berpengaruh terhadap hasil, sehingga apa yang dilakukan petani (pengendalian kimiawi) bisa jadi hanya sedikit memberi pengaruh pada kondisi OPT di lapangan.

(40)

selama satu kali musim tanam dengan jenis tanaman lain seperti umbi-umbian (bengkuang, ubi jalar dan ubi batang), cabai rawit dan terung.

Hubungan antara Karakteristik Petani Responden dengan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani terhadap OPT

Tabel 10 Hubungan antara karakteristik petani responden dengan pengetahuan umum pengendalian OPT

Variabel

Niai yang

teramati Nilai harapan

Nilai

Ket. *Pengetahuan terhadap penegendalian OPT antar petani responden tidak berbeda **Pengetahuan terhadap pengendalian OPT antar petani responden berbeda

(41)

29

pertanian memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai pengendalian OPT dibandingkan dengan petani responden yang belum atau tidak pernah mengikuti penyuluhan pertanian (Tabel 10).

Tabel 11 Hubungan antara karakteristik petani responden dengan sikap dan tindakan petani terhadap OPT

Variabel

Niai yang

teramati Nilai harapan

Nilai

Ket. *Pengetahuan terhadap penegendalian OPT antar petani responden tidak berbeda **Pengetahuan terhadap pengendalian OPT antar petani responden berbeda

(42)
(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Cara budidaya yang dilakukan oleh masing-masing petani responden sebagian besar diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman secara langsung cara budidaya yang mereka lakukan sendiri, serta dari pengetahuan orang tua secara turun-temurun dan juga pengalaman petani pepaya lainnya. Dalam pengelolaan OPT, sebagian besar petani yang menjadi responden masih banyak mengandalkan pada pemanfaatan pestisida kimiawi buatan dengan pengetahuan yang kurang terhadap pestisida. Dari hasil analisis, pengetahuan terhadap pengendalian OPT sebagian besar petani responden yang belum/tidak pernah mengikuti penyuluhan

pertanian dinilai masih kurang memiliki pengetahuan terhadap pengelolaan OPT bila dibandingkan dengan pengetahuan petani responden yang pernah mengikuti penyuluhan, namun dilihat dari sebagian sikap dan tindakan yang telah dilakukan petani responden sudah mulai mengarah pada prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Saran

(44)

Anonim. 2010. Geografi Kabupaten Bogor. http://bp4kbogorkab.go.id/index.php. htm. [4 Juni 2011].

Agrios GN. 1988. Ilmu Penyakit Tumbuhan Dasar. Edisi ke-3. Busnia M, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Plant Pathology.

Badan Pusat Statistik RI. 2009. Produksi Buah-Buahan di Indonesia. http://.bps.go.id/index.php.htm. [4 Juni 2011].

Djojosumarto P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.

Friamsa N. 2009. Biologi dan Statistik Demografi Kutu Putih Papaya Paracoccus marginatus William & Gran de Willing. (Hemiptera : Pseudococcidae) pada Tanaman Pepaya (Carica Papayae L) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Hill DS. 1987. Agricultural Insect Pests of the Tropics and Their Control. second Edition. New York: Cambridge University Press.

Kalie MB. 2010. Bertanam Pepaya. Edisi revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Edisi revisi. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Rukmana R. 1995. Pepaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.

Rukmana R. 2008. Bertanam Buah-Buahan di Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius.

Semangun H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sinaga MS. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suhendar Y, ET Purbani, S Riyanto, TAA Soleh. 2007. Agribisnis Pepaya: Pasar Besar, Pasokan Kurang. http://www.agrina-online.com/show_articel. php.htm. [19 Juni 2011].

Sujiprihati S, K Suketi. 2010. Budi Daya Pepaya Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sunarjono HH. 1998. Prospek Berkebun Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangannya: Yogyakarta: Kanisius.

(45)

33

Untung K. 2007. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

(46)
(47)

35

Lampiran 1. Kuesioner survei

SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PHT PETANI PEPAYA KECAMATAN RANCABUNGUR,

KAB. BOGOR

Alamat petani : Desa …. Rt … / Rw …

Lingkari dan atau isi sesuai dengan jawaban anda.

Karakteristik Umum Petani

1. Nama : ….. (L/P)

2. Umur : a.<20 th b. 21-30 c. 31-40 d. 41-50 e. >50

3. Pendidikan : a. SD b. SMP c. SMA d. PT e. tidak tamat SD

4. Pekerjaan utama : ...

5. Pekerjaan sampingan : …..

6. Pengetahuan bertani ?

a. Turun temurun / orang tua

b. Sekolah Lapang Pertanian Terpadu

c. Lainnya … (Sumber; buku, TV/Radio, Orang lain)

7. Status kepemilikan lahan ?

a. Milik sendiri b. Mengontrak c. Lainnya ...

8. Luas lahan yang dimiliki : ……… m2

9. Luas lahan yang ditanami papaya : …….. m2 ( … pohon)

Tanaman lain yang ditanam : ....

10. Pernah atau tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang pertanian ? …. (ya/tidak)

11. Lama Pengalaman budidaya papaya yang anda jalani ?

a. <1 th b. 2-5 th c. >5 th

Karakteristik Budidaya Papaya

1. Komoditas tanaman sebelum ditanam papaya ? ....

2. Varietas papaya yang ditanam ?

a. Varietas ....

b. Varietas ....

3. Alasan memilih varietas tsb.?

a. ...

b. ...

c. ...

4. Dari mana benih / bibit diperoleh ?

a. Sendiri (tanaman sebelumnya)

b. Dari petani lain

c. Membeli di toko / koperasi

Alasannya ….

5. Jika dari toko, dimana benih / bibit dapat dibeli ? ….

6. Pola tanam yang dipakai ?

a. Monokultur b. Polikultur / tumpangsari

Untuk polikultur/tumpangsari, apa jenis tanaman yang sering ditanam? ….

(48)

8. Tindakan budidaya yang sering dilakukan :

a. Pengolahan tanah

b. Pembibitan

c. Pemupukan

i. Pupuk buatan/toko (ya / tidak)

ii. Pupuk kandang/kompos (ya / tidak)

d. Penyiangan

e. Pengendalian OPT

f. Lainnya …..

9. Pupuk kandang yang diberikan ... kali

a. Saat tanaman berumur

i. ...

i. ...

b. Dosis pupuk kandang yang diberikan sebanyak .... karung(kwintal)/ha

10. Pupuk kimia yang diberikan .... kali

a. Jenis pupuk kimia : ….

b. Saat tanaman berumur

i. ...

ii. ...

c. Dosis / komposisi pupuk kimia yang diberikan sebanyak ... Kg /ha

11. Permasalahan budidaya yang pernah dihadapi ?

a. Harga pasar

b. Hama penyakit

c. lainnya...

Biaya dan Keuntungan Budidaya Pepaya

1. Berapa besar ongkos budidaya pepaya per pohonnya ? Rp. ...

2. Pada umur berapa pepaya dipanen ? ... bulan (tahun)

3. Setelah berapa tahun panen berakhir ? ... tahun

4. Berapa sering panen dilakukan ? ... kali per ... (minggu / bulan)

5. Berapa kali panen dilakukan dari sejak berbuah hingga panen berakhir ? ... kali

6. Berapa ton hasil panen per ha atau per 1000 m2 ? ... ton

7. Sebelum dijual apakah dilakukan grading ? .... (ya / tidak)

a. Kriterianya apa saja ?

i. ...

ii. ...

iii. ...

8. Kemana buah pepaya dijual ?

a. Tengkulak atau pemborong

b. Dijual sendiri ke pasar

c. Lainnya ...

9. Berapa harga jualnya per kilo ? ...Rupiah

10. Berapa biaya produksi (Rp) per 1000 m2 ? ... Rupiah

11. Berapa penghasilan (Rp) pepaya per 1000 m2 ? ... Rupiah

12. Berapa keuntungan (Rp) yang diperoleh per 1000 m2 ? ... Rupiah

(49)

37

1. Dalam budidaya pepaya, kegiatan apa saja yang melibatkan peranan wanita ?

a. ...

b. ...

2. Apakah upah buruh laki-laki sama dengan wanita ?

a. Upah buruh laki-laki ... Rupiah per hari

b. Upah buruh wanita ... Rupiah per hari

3. Apakah Ibu Rumah Tangga ikut dalam pengambilan keputusan? ... (ya/tidak)

Jika ya, dalam hal apa?

1. Apakah anda mengenal organisme pengganggu tanaman (OPT) / hama dan penyakit tanaman

? …. (ya/tidak).

2. Apakah anda dapat membedakan antara hama dengan penyakit? …. (ya/tidak)

3. Apakah anda kenal jenis hama penyakit pada tanaman papaya? …. (ya/tidak)

4. Apakah sering terjadi permasalahan hama/penyakit ? …. (ya/tidak)

5. Apabila di lahan terdapat permasalah OPT pada tanaman papaya, apakah anda dapat

mengenali hama/penyakit penyebabnya tersebut ? …. (ya/tidak)

6. Gangguan hama dan penyakit yang sering dialami (diurut berdasarkan tingkat kepentingannya)

a. ………..

busuk buah (Antraknosa) pada lahan pepaya anda ? …. (ya/tidak)

8. Jika pernah terserang penyakit busuk pucuk,

a. Sejak kapan penyakit tsb. muncul .... bulan (tahun)

b. Bagaimana tingkat serangannya ...

i. Berat

ii. Sedang

iii. Ringan

c. Berapa % penurunan hasil yang terjadi ? ....

d. Tindakan apa yang pernah dilakukan untuk mengendalikannya ?

i. ....

ii. ….

iii. ….

e. Apakah serangan terjadi pada varietas yang pernah / sedang anda tanam sekarang ? ....

(ya/tidak), varietas ….

f. Menurut anda faktor apa yang dapat mendukung penyakit tsb ?

i. Cuaca

ii. Teknik budidaya

iii. Lainnya ….

9. Jika pernah terserang penyakit busuk buah,

(50)

b. Bagaimana tingkat serangannya ?

i. Berat

ii. Sedang

iii. Ringan

c. Berapa % penurunan hasil yang terjadi ? ....

d. Tindakan apa yang pernah dilakukan untuk mengendalikannya ?

i. ....

ii. ….

iii. ….

e. Apakah serangan terjadi pada varietas yang pernah / sedang anda tanam sekarang ? ....

(ya/tidak), varietas ….

f. Menurut anda faktor apa yang dapat mendukung penyakit tsb ?

i. Cuaca

ii. Teknik budidaya

iii. Lainnya ….

10. Apakah pernah terjadi serangan hama kutu putih (Paracoccus marginatus),

a. Sejak kapan hama tsb. muncul ? .... bulan (tahun)

b. Bagaimana tingkat serangannya ?

i. Berat

ii. Sedang

iii. Ringan

c. Berapa % penurunan hasil yang terjadi ? ....

d. Tindakan apa yang telah pernah dilakukan ?

i. ….

ii. ….

iii. ….

e. Apakah serangan terjadi pada varietas yang pernah / sedang anda tanam sekarang ? ....

(ya/tidak), varietas ? ….

f. Menurut anda faktor apa yang dapat mendukung penyakit tsb ?

i. Cuaca

ii. Teknik budidaya

iii. Lainnya ....

11. Bila diperlukan pengendalian dengan pestisida, apakah anda mengenal jenis pestisida kimiawi

yang tepat untuk OPT tersebut ? …. (ya /tidak)

12. jika ya, jenis pestisida apa yang sering gunakan ? ……

13. Pernahkah mengenal istilah pengendalian hama terpadu (PHT)? …. (ya /tidak)

14. Apakah anda tahu mengenai serangga yang menguntungkan bagi tanaman (musuh alami /

serangga penyerbuk) ? …. (ya /tidak)

Sikap PHT

1. Menurut anda pentingkah pengendalian terhadap OPT?

a. Penting b. tidak c. hanya pada waktu tertentu

2. Menurut anda pengandalian yang paling mudah dan menguntungkan dengan cara

pengendalian apa?

a. Pengendalian kimawi

b. Pengendalian non-kimiawi

c. Lainnya ….

3. Dalam konsep PHT, menurut anda setuju atau tidak?

Pemfaatan benih sehat dan tahan (setuju / tidak)

Pemantauan OPT dan pemanfaatan musuh alami (setuju / tidak)

Mengutamakan pengedalian secara non-kimiawi (setuju / tidak)

(51)

39

4. Apakah anda setuju penggunaan pestisida kimiawi secara terus menerus dan dalam jangka

waktu yang lama dapat merugikan keberlangsungan usaha pertanian anda? …. (setuju / tidak), alasannya ? ….

Tindakan Pengembangan PHT di Lahan Pepaya

1. Bagaimana tindakan terhadap permasalahan OPT pada lahan papaya anda?

a. dibiarkan b. dikendalikan c. lainnya…

2. Apakah sering dilakukan pemantauan terhadap hama atau penyakit pada lahan papaya anda?

…. (ya / tidak)

3. Apakah pada lahan pepaya anda sering melakukan rotasi terhadap tanaman jenis lain? …. (ya

/ tidak)

4. Apakah sering dilakukan sanitasi atau membersihkan lahan terhadap gulma atau buah yang

jatuh pada lahan anda? …. (ya/tidak)

5. Apakah sering melakukan pengendalian kimiawi secara rutin/intensif? …. (ya/tidak)

6. Jika pernah melakukan pengendalian non-kimiawi, apa saja yang sering dilakukan ?

a. ….

b. ….

c. ….

7. Bila dilakukan pengendalian dengan pestisida, apakah sering menggunakan lebih dari satu

jenis pestisida (mencampur / mengganti-ganti dengan jenis yang berbeda)? … (ya / tidak),

alasannya ? ………..

Dari mana informasi anda untuk menggunakan suatu jenis pestisida tertentu?

o Membaca label

o Saran penyuluh

o Saran dari petugas toko

o Petani lain

o Pengalaman sendiri

o Lainnya …

Bagaimana dosis pestisida yang dipakai ?

a. Sesuai dosis anjuran b. Lebih tinggi dari dosis anjuran c. Lainnya… Seberapa sering melakukan penyemprotan dengan pestisida kimiawi ?

a. secara terjadwal b. ketika terserang berat c. Lainnya…

Waktu penyemprotan yang anda lakukan ?

a. pagi hari b. Siang hari c. Sore hari

jenis pestisida apa yang sering digunakan

(52)

Lampiran 2. Pengetahuan petani responden

Karakteristik

Jumlah proporsi jawaban pertanyaan teramatia

1 2 3 4 5 6 Ket. aPertanyaan untuk menilai pengetahuan petani terhadap pengendalian OPT

bJawaban ya atau tidak

Pertanyaan untuk menilai pengetahuan petani, antara lain:

1. Pernahkah anda mengenal pengendalian hama terpadu (PHT)? …. (ya /tidak)

2. Bila diperlukan pengendalian dengan pestisida, apakah anda mengenal jenis pestisida kimiawi

yang tepat untuk OPT tersebut ? …. (ya /tidak)

3. Apakah anda mengenal istilah organisme pengganggu tanaman (OPT) / hama dan penyakit

tanaman ? …. (ya/tidak).

4. Apakah anda dapat membedakan antara hama dengan penyakit? …. (ya/tidak)

5. Apakah anda kenal jenis hama penyakit pada tanaman papaya? …. (ya/tidak)

6. Apakah anda tahu mengenai serangga yang menguntungkan bagi tanaman (musuh alami /

(53)

41

Lampiran 3. Sikap dan tindakan petani responden

Karakteristik

Jumlah proporsi jawaban pertanyaan teramatia

1 2 3 4 5 6 Ket. aPertanyaan untuk menilai sikap dan tindakan petani terhadap pengendalian OPT

bJawaban searah PHT atau tidak

Pertanyaan untuk menilai sikap dan tindakan petani, antara lain:

1. Bagaimana tindakan terhadap permasalahan OPT pada lahan papaya anda?

a. dibiarkan b. dikendalikan c. lainnya…

2. Apakah anda setuju penggunaan pestisida kimiawi secara terus menerus dan dalam jangka

waktu yang lama dapat merugikan keberlangsungan usaha pertanian anda? …. (setuju/tidak)

3. Apakah sering melakukan pengendalian kimiawi secara rutin/intensif? … (ya/tidak)

4. Apakah sering dilakukan pemantauan terhadap hama atau penyakit pada lahan papaya anda?

…. (ya/tidak)

5. Apakah pada lahan pepaya anda sering melakukan rotasi terhadap tanaman jenis lain? ….

(ya/tidak)

6. Apakah sering dilakukan sanitasi atau membersihkan lahan terhadap gulma atau buah yang

(54)

MOHAMAD RIZWAN. Survei Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Pepaya terhadap Organisme Pengganggu Tanaman di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh R.

YAYI MUNARA KUSUMAH dan KIKIN HAMZAH MUTAQIN.

Pepaya merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Di Indonesia, pada bulan november 2006 volume ekspor mencapai 100,8 ton, dan pada tahun 2009 produksi buah pepaya mencapai 772.844 ton. Setengah produksi buah pepaya dihasilkan di Pulau Jawa yang menjadi indikasi bahwa masyarakat/petani khususnya di Pulau Jawa semakin intensif membudidayakan pepaya. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala petani dalam budidaya pepaya. Pada tingkat serangan hama dan penyakit yang berat dapat menyebabkan kegagalan panen dalam budidaya pepaya. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) oleh petani pepaya khususnya di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik secara kualitas dan kuantitas, serta dapat melestarikan keberlangsungan usaha pertaniannya. Survei pengetahuan, sikap, dan tindakan petani pepaya terhadap OPT dilakukan dengan menggunakan kuesioner terhadap 10 petani pepaya di Desa Bojong Kecamatan Kemang dan 30 petani pepaya di Kecamatan Rancabungur (Desa Bantar Sari, Desa Bantar Jaya, Desa Pasir Gaok, Desa Rancabungur, dan Desa Mekar Sari). Tujuan survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan petani pepaya dalam upaya pengelolaan OPT. Hasil survei dijelaskan secara tabulasi deskriptif dan dilakukan uji Chi-square (uji kebebasan) untuk melihat hubungan karakteristik petani reponden mengenai tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap OPT dengan taraf nyata 0,05.

(55)

OPT dengan cara melakukan pemantauan OPT, sanitasi terhadap buah yang jatuh, dan merotasikan tanaman sebelum menanam pepaya pada musim tanam berikutnya. Petani responden menyadari bahwa hal tersebut dapat mengurangi resiko permasalahan OPT yang lebih berat.

(56)

Latar Belakang

Pepaya merupakan tanaman tropis yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi, buahnya sangat digemari oleh lapisan masyarakat di berbagai negara termasuk di Indonesia. Buah pepaya dapat dikonsumsi sebagai buah segar maupun sebagai makanan olahan. Di Indonesia tanaman pepaya sudah merupakan tanaman perkarangan yang hampir ditanam oleh setiap keluarga (Sunarjono, 1998). Banyak petani yang membudidayakan tanaman pepaya sebagai komoditas yang menjanjikan keuntungan. Pepaya termasuk komoditas ekspor buah Indonesia, volume ekspor buah pepaya segar mencapai sekitar 60,5

ton pada tahun 2005, pada bulan November 2006 volume ekspornya meningkat hingga 100,8 ton dengan nilai US$ 47.797 (Suhendar et al., 2007). Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi pepaya selain dapat memperbesar ekspor non-migas, juga dapat memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan petani, pengembangan agribisnis dan agroindustri, perluasan kesempatan kerja dan peningkatan gizi masyarakat (Rukmana, 1995).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) RI, produktivitas buah pepaya di Indonesia mengalami peningkatan, tercatat pada tahun 2009 produksinya mencapai 772.844 ton. Bila dibandingkan pada tahun 2005 produksinya hanya mencapai 548.657 ton, dimana Pulau Jawa merupakan pusat produksi tertinggi buah pepaya yaitu sekitar 392.247 ton atau hampir setengah produksi buah pepaya di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2009. Hal ini menjadi indikator bahwa semakin intensifnya masyarakat Indonesia dalam membudidayakan tanaman pepaya khususnya masyarakat/petani di Pulau Jawa. Seiring dengan hal tersebut kendala dalam budidaya akan menjadi tantangan tersendiri bagi petani.

(57)

2

Dalam pelaksanaan budidaya, kebanyakan petani pepaya masih menerapkan sistem pertanian konvensional khususnya dalam hal pengendalian OPT yaitu dengan menggunakan pestisida sebagai solusi yang terbaik menurut mereka. Walau bagaimanapun tingkat keberhasilan pengendalian OPT dengan cara menggunakan pestisida terbilang cukup tnggi, akan tetapi bila dilakukan secara terus-menerus akan berdampak buruk bagi petani maupun lingkungan, serta dapat berdampak pada keberlangsungan usaha pertanian. Menurut Djojosumarto (2008), pestisida tetap merupakan senyawa racun yang bersifat bioaktif, di dalam penggunaannya dapat mengandung risiko (bahaya) baik bagi manusia maupun lingkungan.

Menurut Sutanto (2002), perlindungan tanaman merupakan proses yang bersifat komplek sehingga memerlukan pemahaman peranan masing-masing

komponen lingkungan, sistem usaha tani dan sistem pertanaman yang dilaksanakan. Munculnya berbagai masalah hama seperti resistensi hama,

resurjensi, letusan hama sekunder dan residu bahan aktif pestisida merupakan beberapa bukti kegagalan cara pengendalian konvensional yang banyak mengandalkan pestisda kimiawi.

(58)

Tujuan

Survei ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani pepaya khususnya di Kecamatan Rancabungur dan di Desa Bojong Kecamatan Kemang dalam upaya pengelolaan Organisme Pengganngu Tanaman (OPT).

Manfaat Penelitian

(59)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili Caricaceae yang memiliki empat genus, yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta dan Cylocomorpha. Ketiga genus pertama merupakan tanaman asli Amerika tropis, sedangkan genus keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Salah satu spesies dari 24 spesies genus Carica adalah jenis pepaya yang banyak diusahakan petani karena buahnya dapat dimakan. Pepaya merupakan tanaman herba, batang berongga tidak bercabang dan tingginya dapat mencapai 10 meter (Kalie, 2010).

Tanaman pepaya memiliki tiga bentuk bunga dasar, yaitu bunga jantan,

bunga betina dan bunga sempurna. Masing-masing bunga ini hanya tumbuh pada satu pohon yaitu pohon jantan, pohon betina, dan pohon sempurna. Pohon betina, dan pohon sempurna banyak dibudidayakan oleh petani karena dapat menghasilkan buah (Kalie, 2010). Tanaman pepaya dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl, pertumbuhan optimal pada ketinggian 200 - 500 m dpl pada berbagai tipe tanah dengan pH 6 - 7, suhu 22o - 26o C, curah hujan 1000 - 2000 mm/tahun dengan bulan kering (CH < 60 mm) 3 - 4 bulan (Sujiprihati & Suketi, 2010).

Buah pepaya memiliki tekstur yang sangat halus dan mudah dicerna sehingga bermanfaat bagi pencernaan (Rukmana, 2008). Menururut Kalie (2010) kandungan gizi buah pepaya cukup tinggi karena mengandung banyak vitamin A dan vitamin C, juga mineral kalsium. Setiap 100 gram buah pepaya yang matang mengandung 46 kalori, 0,5 g protein, 12,2 g karbohidrat, 23 mg kalsium, 12 mg fosfor, 1,7 mg zat besi, 365 SI vitamin A, 0,04 mg vitanin B1, 78 mg vitamin C,

86,7 g air, dan 75% bagian yang dapat dimakan (Rukmana, 2008). Selain diambil buahnya yang sudah masak, buah yang mentah dan daunnya dapat dimakan sebagai sayuran, getahnya yang mengandung papain merupakan enzim proteolitik yang dapat dimanfaatkan di bidang industri makanan sebagai pelunak daging dan sebagai bahan baku kosmetik (Sujiprihati & Suketi, 2010).

Tanaman pepaya dapat memberikan banyak manfaat, tidak hanya untuk

Gambar

Tabel 1 Karakteristik petani pepaya responden
Gambar 1 Buah dan tanaman varietas Bangkok (a), dan varietas California (b)
Tabel 3 Pemilihan Varietas Pepaya
Tabel 4 Cara penanaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Dari lagu Melayu, keroncong, hingga lagu Barat telah mengantar- kan Ismail Marzuki pada dunia yang.. Oleh:

c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b di atas, perlu menetapkan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang tentang Tim Pengelola Program Laboratorium Pendidikan

Berkaitan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X-4 SMA Negeri I

Real estate buyers and sellers are always looking for ways to time the market, and the ones with professional experience succeed because they do it by the numbers, not their

1 Luwes 16-20 Baik – Sangat Baik: siswa mampu melihat suatu masalah dengan cara berpikir abstrak apa yang telah tertulis dan tersirat, sehingga mampu menyajikan suatu

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusun skripsi dengan judul “Hubungan Locus