• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOMBA JANTAN LOKAL YANG DIBERIKAN PAKAN BERBAGAI TARAF LIMBAH UDANG

MUHAMMAD HATTA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Produksi

dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

B O G O R

2009

Judul Penelitian : Karakteristik Produksi Karkas dan Non Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang

N a m a : Muhammad Hatta

NRP : D151070041

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Rudy Priyanto Ketua

Prof. (Emeritus) Dr.drh. R. Eddie Gurnadi Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB,

Dr.Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA

Tanggal lulus : 4 Agustus 2009

Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro,MS.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini berjudul “Karakteristik Produksi Karkas dan Non-Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang”. Merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sain pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tesis ini berisi tentang permasalahan penyediaan daging yang berkualitan dengan kuantitas yang cukup. Terkadang kuantitas cukup akan tetapi kualitas yang kurang. Tesis ini akan menjawab tantangan penyediaan daging berkualitas dengan kuantitas yang cukup terutama dari segi daging rendah lemak dan kolesterol khususnya daging domba.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Rudy Priyanto dan Prof. (Emeritus) Dr. drh. H. R. Eddie Gurnadi, atas segala bimbingan, arahan dan saran yang telah diberikan sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Terima kasih kepada ayahanda Muhammad Candong DG. Masalle, ibunda Indo Cabbe serta istri tercinta Ramlah, S.Pt atas dukungan dan doanya. Kepada Bapak Rektor Universitas Hasanuddin dan Dekan Fakultas Peternakan Prof. Syamsuddin Hasan M.Sc. atas kesempatan yang diberikan untuk melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana di IPB Bogor demikian juga pada Rektor IPB, Dekan Fakultas Peternakan IPB dan Ketua Departemen IPTP Dr. Ir. Cece Sumantri M.Sc serta Ketua Mayor IPTP Dr.Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA beserta jajarannya atas segala bantuannya selama saya menuntut ilmu di IPB. Kepada DIKTI sponsor beasiswa BPPS, kepada M. Sayuti, M.Said, Rajab, Wida, Iis, Rahmat, Ogi dan Dian serta seluruh teman-teman atas segala bantuan dan kerja samanya selama saya menempuh pendidikan.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan yang bersifat korektif dan konstruktif sangat saya harapkan. Sebelum dan sesudahnya diucapkan terima kasih, wassalam.

Bogor, 4 Agustus 2009

Penulis dilahirkan di Cilellang Wajo tanggal 30 Desember 1969 dari ayah Muhammad Candong DG. Masalle dan ibu Indo Cabbe. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Tahun 1989 penulis lulus dari SMA Negeri VI Ujung Pandang dan pada tahun yang sama lulus masuk Universitas Hasanuddin Makassar pada Program Studi Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), dan lulus tahun 1995.

Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai staf pengajar di Universitas Hasanuddin di Fakultas Peternakan hingga sekarang. Tahun 2007 diterima sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Program pendidikan pascasarjana ini disponsori oleh Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) diperoleh dari Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI).

Halaman DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... xiii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 3 Kegunaan Penelitian ... 4 Hipotesis ... 4 TINJAUAN PUSTAKA ... 5 Potensi Limbah Udang ... 5 Pertumbuhan Ternak Domba ... 16 Karkas dan Non Karkas ... 17 Lemak ... 23 Kolesterol ... 24 METODOLOGI ... 28 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28 Materi dan Metode Penelitian ... 28 Peubah yang Diukur ... 30 Rancangan Percobaan ... 33 Analisis Data ... 33 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34 Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi dan Konversi Pakan ... 34 Produksi Karkas ... 35 Karakteristik Leg ... 39 Produksi Non Karkas ... 41 Lemak dan Kolesterol ... 44 Pembahasan Umum... 50 KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

Kesimpulan ... 55 Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN ... 66

Halaman 1. Komposisi kimia tepung limbah udang, tepung ikan, dan

bungkil kedelai ... 6 2. Komposisi asam amino tepung limbah udang, tepung ikan,

bungkil kedelai, dan mikroba rumen... 8 3. Kandungan mineral tepung limbah udang, tepung ikan,

dan bungkil kedelai ... 9 4. Perbandingan nutrisi tepung limbah udang dengan tepung

ikan ... 9 5. Produksi non karkas domba jantan dan betina ... 22 6. Kadar kolesterol trigeliserida, LDL, HDL, serum darah dan

kadar lemak daging domba dan kambing ... 26 7. Kadar lemak dan kolesterol daging berbagai jenis ternak ... 26 8. Susunan dan kandungan nutrien pakan penelitian ... 29 9. Rata-rata KBKP, PBBH dan konversi pakan ... 34 10. Persentase karkas, karkas depan, karkas belakang, leg,

berdasarkan bobot kosong ... 36 11. Persentase non karkas internal dan eksternal berdasarkan

bobot Kosong ... 41 12. Kadar lemak dan kolesterol serum darah pada domba jantan lokal . 45

Halaman 1. Sketsa proses denaturasi protein ... 13 2. Alat pencernaan pada ruminansia ... 14 3. Proses pencernaan pakan dalam ternak ... 15 4. Karkas utuh (A dan B) dan setengah karkas (C) ... 39 5. Setengah Karkas domba (kanan)... 39 6. Persentase otot, tulang dan lemak potongan leg ... 40 7. Potongan leg domba lokal P0 (A) dan P3 (B) ... 41 8. Non karkas internal ... 43 9. Rumus kimia sellulosa (A), khitin (B) dan khitosan (C) ... 48 10. Perlemakan pada pelvis dan ginjal ... 49 11. Bilangan yodium lemak subkutan domba ... 50 12. Ikatan hidrogen antara kitin dan trigliserida ... 54

Halaman 1. Analisis ragam KBKP, PBBH dan Konversi Pakan ... 66 2. Analisis ragam Bobot Potong, Persentase Karkas Hangat, Karkas

Depan, karkas belakang, dan komposisi leg. ... 67 3. Analisis ragam deskriptip serum darah ... 69 4. Analisis ragam lemak subkutan dan lemak total ... 70 5. Persentase bobot total non karkas, kaki, kulit, kepala, darah,

evisis, ekor, jantung, ginjal, paru, empal, empedu dan alat

kelamin ... 71

Latar Belakang

Daging adalah merupakan produk ternak yang memiliki zat gizi tinggi. Daging ini dapat diperoleh dari ternak sapi, kerbau, kambing, domba, unta, kuda unggas dan lain-lain. Penyediaan daging harus selalu diupayakan agar tetap mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat ekonomi dan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya pemenuhan gizi baik kualitas maupun kuantitasnya.

Domba termasuk ternak penghasil daging yang potensial (Hudallah at al

2007). Daging domba memiliki kualitas yang tinggi dan sebagian masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengkonsumsi daging domba dan kambing (Sunarlim dan Setiyanto 2005). Populasi kambing dan domba berturut-turut 15.806.000 dan 10.392.000, sedangkan produksi daging kambing dan domba adalah 69.400 dan 62.300 ton/tahun (BPS 2008). Konsumsi daging domba/kambing Indonesia perkapita pertahun adalah 0.26 tahung 2006 dan 0.27 tahun 2007 (BPS 2007), bagi penggemar daging domba/kambing dianggap sebagai sumber protein yang mampu meningkatkan libido atau gairah seksual lelaki. Hal ini disebabkan karena daging domba memiliki kandungan lemak dan kolesterol yang tinggi yaitu berturut-turut lemak untuk sapi, domba, babi dan ayam adalah 6.16, 7.0, 6.75 dan 1.2 , sedangkan kolesterol adalah 75, 85, 75 dan 67 mg/ 3ons (Aberle et al. 2001). Menurut Lawrie (2003) kadar kolesterol daging sapi, domba dan babi berturut- turut adalah 59, 79 dan 69 (mg/100g). Selanjutnya dikatakan bahwa kadar lemak intramuskular loin adalah 2.4, 7.9 dan 2.9. Di lain pihak, banyak orang takut mengkonsumsi daging domba karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, kolesterol atau bahkan stroke.

Perhatian masyarakat saat ini semakin besar terhadap lemak dan kolesterol terutama yang berkaitan dengan mengkonsumsi daging yang mengandung banyak lemak seperti daging kambing dan domba (Supadmo 1997). Mengkonsumsi daging domba dan kambing berlebih yang tergolong daging merah dapat

mempengaruhi kesehatan manusia utamanya sebagai pemicu penyakit jantung koroner, kanker, diabetes dan tekanan darah tinggi serta ateroklerosis pada dinding pembuluh darah, karena mengandung banyak lemak (Azwar 2004).

Saat ini banyak usaha yang telah dilakukan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging. Seperti yang telah dilakukan oleh Supadmo pada ayam broiler. Cara yang digunakan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol pada daging ayam adalah adalah melalui pendekatan manipulasi pakan yang menggunakan dua pendekatan yaitu melalui system gastrointestinal yaitu berusaha agar lemak dan kolesterol yang ada pada tubuh ternak dapat dikeluarkan melalui ekskreta. Hal ini dapat ditempuh melalui penambahan pakan berserat pada pakan. Mekanisme aksi dari keberadaan serat dalam saluran pencernaan adalah mengikat sebagian besar garam empedu untuk dikeluarkan lewat ekskreta. Karena sebagian besar garam empedu dikeluarkan, maka tubuh perlu mensintesis garam empedu yang berasal dari kolesterol tubuh, sehingga kolesterol dalam tubuh secara keseluruhan dapat berkurang.

Ada berbagai macam limbah hasil perikanan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan pakan ternak, salah satu diantaranya adalah limbah udang yang merupakan hasil sampingan industri pengolahan udang beku. Badan Pusat Statistik (2003), melaporkan bahwa ekspor udang Indonesia tahun 2002 sebesar 118750 ton dalam bentuk beku. Jadi kepala, kulit keras, dan ekor yang dibuang pada industri pembekuan udang (Arlius 1991), tersedia cukup banyak karena mencapai 30–40% dari berat total udang (Wanasuria 1990) yaitu sekitar 50.893 79.166 ton basah atau 12.688–19.736 ton kering, karena bobot keringnya 24.93% (Batubara 2000).

Limbah udang memiliki khitin yang tinggi, mirip selulosa dan dianalogikan sebagai serat akan mengikat asam-asam empedu. Akibatnya, asam lemak yang telah diemulsi oleh asam-asam empedu ikut terikat sehingga tidak dapat diabsorpsi dan akhirnya dikeluarkan melalui feses. Kondisi tersebut akan menurunkan kandungan kolesterol dalam otot ternak. Pada akhirnya ternak dapat menghasilkan daging yang berkadar kolesterol rendah

Disamping kadar serat yang tinggi limbah udang juga memiliki kandungan protein kasar cukup tinggi yaitu 41.58% (hasil uji di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB) dan energi termetabolis 2427 kkal/kg (Sudibya 1998) sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein dalam pakan ternak akan tetapi dibatasi oleh kecernaannya yang rendah (Stelmoch et al. 1985).

Hidrolisis terhadap limbah udang dapat meningkatkan kecernaan dan menurunkan degradasi mikroba sehingga, diharapkan akan meningkatkan pasokan protein by-pass sekaligus mudah dicerna oleh enzim pencernaan di pascarumen. Dengan demikian, protein tersebut bersama protein mikroba lebih tersedia di abomasum. Selanjutnya dihidrolisis oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh ternak (Nolan 1993) sehingga meningkatkan pasokan asam amino ke dalam usus halus untuk diabsorpsi (Volden 1999). Pada akhirnya dapat mengoptimalkan kemampuan ternak untuk berproduksi sesuai potensi genetiknya.

Penggunaan limbah udang sebagai sumber protein dan khitin dalam pakan ternak sudah dilakukan banyak peneliti, terutama pada monogastrik. Hasilnya terbukti dapat meningkatkan bobot badan dan protein daging serta menurunkan kadar kolesterol serum darah dan daging ayam (Supadmo 1997), juga menurunkan kadar kolesterol pada telur ayam (Sudibya 1998). Begitu pula pada penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap tikus putih, dapat meningkatkan bobot badan dan menurunkan kadar LDL (low density lipoprotein) dagingnya masing- masing hingga penggunaan 15% dan 20% dalam pakannya, baik pada jantan maupun betina.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang limbah udang sebagai sumber serat dalam pakan ternak ruminansia, terutama pengaruhnya terhadap karakteristik produksi (karkas dan non-karkas) pada domba jantan lokal.

Tujuan Penelitian

1. Menguji efek pakan yang mengandung limbah udang terhadap produksi, Karkas dan non karkas.

2. Menguji efek pakan yang mengandung limbah udang terhadap lipida darah dan asam lemak tak jenuh

3. Menentukan taraf terbaik penggunaan limbah udang dalam pakan ternak ruminansia terhadap penampilan produksi.

Kegunaan Penelitian

1. Meningkatkan produktivitas domba lokal melalui penggunaan limbah udang. 2. Memanfaatkan limbah udang dalam pakan terutama sebagai sumber serat

untuk menurunkan kandungan lemak dan kolesterol pada ternak domba. 3. Data penunjang bagi penelitian-penelitian selanjutnya tentang limbah udang

Hipotesis

1. Limbah udang dapat menurunkan kandungan lemak dan kolesterol darah 2. Penggunaan limbah udang untuk pakan ternak pada taraf tertentu mampu

Potensi Limbah Udang

Limbah udang adalah hasil samping industri pengolahan udang beku. Hasil samping tersebut berupa kepala, kulit keras (carapace), dan ekor (uropod)

yang dibuang pada industri pembekuan udang (Arlius 1991). Produksi Limbah Udang

Badan Pusat Statistik (2003), melaporkan bahwa ekspor udang Indonesia tahun 2002 sebesar 118750 ton dalam bentuk beku. Udang yang diekspor tersebut adalah hasil pengolahan industri pembekuan udang yaitu kepala, kulit keras, dan ekornya dibuang. Wanasuria (1990) mengemukakan bahwa pada proses pengolahan udang beku dihasilkan limbah udang sebesar 30–40% dari berat total udang. Jadi dari ekspor udang itu terdapat limbah udang sekitar 35625–47500 ton basah atau 8881-11400 ton kering, karena bobot keringnya 24.93% (Batubara 2000).

Salah satu pilihan sumber protein adalah tepung limbah udang. Tepung limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang terdiri dari kepala dan kulit udang. Proporsi kepala dan kulit udang diperkirakan antara 30- 40% dari bobot udang segar. Faktor positif bagi tepung limbah udang adalah produk ini merupakan limbah, kesinambungan penyediaannya terjamin sehingga harganya akan cukup stabil dan kandungan nutrisinya pun bersaing dengan bahan baku lainnya. Limbah yang dihasilkan dari proses pembekuan udang, pengalengan udang, dan pengolahan kerupuk udang berkisar antara 30% - 75% dari berat udang. Jumlah bagian yang terbuang dari usaha pengolahan udang cukup tinggi (Anonim 1994) Pemanfaatan limbah udang sampai saat ini masih terbatas, diantaranya pada pembuatan terasi, kerupuk udang, petis, pembuatan sosis, sebagai flavor, dan lain-lain (Bastaman 1989). Namun jumlah yang dimanfaatkan tidak seberapa dibandingkan dengan jumlah yang ada. Berarti masih tersedia cukup banyak dan sangat potensial untuk digunakan sebagai pakan ternak.

Kualitas Limbah Udang

Kualitas limbah udang terutama ditinjau dari kandungan nutrien dan komposisi kimianya cukup baik. Bila dilihat dari komposisi kimianya, maka cukup layak dijadikan sebagai sumber protein dalam pakan ternak. Hasil uji di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB, memperlihatkan bahwa protein kasarnya cukup tinggi yaitu 41.58%, hampir sama dengan bungkil kedelai (45.6%). Begitu juga bahan keringnya (88.32% : 88.0%). Akan tetapi terdapat perbedaan pada serat kasarnya yaitu 13.72% dalam limbah udang sedangkan bungkil kedelai 4.58%, sehingga menjadi faktor pembatas karena kecernaannya yang rendah. Oleh sebab itu, pemanfaatan limbah udang sebagai pakan ternak sebaiknya dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu. Perbandingan komposisi kimia antara tepung limbah udang dengan tepung ikan dan bungkil kedelai dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia tepung limbah udang, tepung ikan, dan bungkil kedelai.

Nutrien Limbah

Udanga Tepung Ikan

b Bungkil Kedelaic ---% bahan kering--- Protein kasar 41.58 52.6 45.6 Serat kasar 13.72 2.2 4.58 Lemak kasar 3.08 6.8 2.79 Abu 22.06 20.7 6.84 a

Hasil uji di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB b

Hartadi et al. (1997) c

Sutardi (2001)

Kualitas protein limbah udang sangat bagus karena mengandung semua asam amino esensial. Asam amino metionin yang sering menjadi faktor pembatas pada protein nabati, kandungannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan bungkil kedelai dan hampir sama dengan tepung ikan bahkan mikroba rumen. Perbandingan komposisi asam amino antara tepung limbah udang dengan tepung ikan, bungkil kedelai, dan mikroba rumen dapat dilihat pada Tabel 2. Kandungan mineral tepung limbah udang terutama kalsium (Ca) lebih tinggi dari tepung ikan, perbandingannya lebih dari 3 : 1. Kandungn phosfornya

(P) lebih sedikit, perbandingannya 1 : 2. Perbandingan antara Ca dan P dalam tepung limbah udang sendiri jauh lebih besar yaitu hampir 10 : 1. Oleh sebab itu, bila digunakan dalam pakan domba perlu diperhatikan karena yang dapat ditolerir perbandingannya sampai 7 : 1 (NRC 1985). Selanjutnya dinyatakan bahwa besaran nisbah harga/protein untuk tepung limbah udang dan tepung ikan adalah 19.87 dan 23.79.

Sebagian besar limbah udang berasal dari kulit, kepala, dan ekornya. Fungsi kulit udang tersebut pada hewan udang (hewan golongan invertebrata) yaitu sebagai pelindung (Wiliam 1982). Kulit udang mengandung protein (25 % - 40%), kalsium karbonat (45% - 50%), dan khitin (15% - 20%), tetapi besarnya kandungan komponen tersebut tergantung pada jenis udangnya. sedangkan kulit kepiting mengandung protein (15.60% - 23.90%), kalsium karbonat (53.70 – 78.40%), dan khitin (18.70% - 32.20%), hal ini juga tergantung pada jenis kepiting dan tempat hidupnya (Focher et al. 1992)

Khitosan merupakan produk turunan dari polimer chitin, yakni produk samping (limbah) dari pengolahan industri perikanan, khususnya udang dan rajungan. Limbah kepala udang mencapai 35-50 persen dari total berat udang. Kadar chitin dalam berat udang, berkisar antara 60-70 persen dan bila diproses menjadi khitosan menghasilkan 15-20 persen. Khitosan, mempunyai bentuk mirip dengan selulosa, dan bedanya terletak pada gugus rantai C-2. Secara keseluruhan tepung limbah udang dapat dipakai sebagai pengganti tepung ikan atau bungkil kedelai sampai batas tingkatan 12%. Perbandingan komposisi mineral antara tepung limbah udang dengan tepung ikan dan bungkil kedelai yang dikutip dari beberapa sumber atau literatur yaitu (Shahidi 1992; Purwantiningsih (1990); Hartadi et al. 1997; Thomas dan Beeson 1977; Clark et al. 1992) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Komposisi asam amino tepung limbah udang, tepung ikan, bungkil kedelai, dan mikroba rumen.

Asam Amino

Tepung Limbah Udang Udang Merah Jambu (Pandalus borealis)a Udang Windu (Paneaus monodon)b Tepung Ikanc Bungkil Kedelaid Mikroba Rumene

---(gram/100 gram protein)---

Alanin 5.25 ± 0.05 2.14 - 4.6 7.5 Arginin 6.13 ± 0.07 4.67 6.46 7.0 5.1 Asam spartat 11.17 ± 0.01 7.52 - 10.9 12.2 Asam Glutamat 12.8 ±0.14 11.36 - 14.3 13.1 Fenilalanin 5.13 ± 0.07 5.52 4.64 3.9 5.1 Glisin 4.11 ± 0.03 17.76 7.70 3.5 5.8 Histidin 2.24 ± 0.09 2.35 2.78 1.8 2.0 Isoleusin 5.78 ± 0.13 4.16 4.30 2.1 5.7 Leusin 7.01 ± 0.02 8.65 7.20 7.3 8.1 Lisin 6.58 ± 0.07 4.58 7.55 5.9 7.9 Metionin 2.41 ± 0.08 - 2.47 0.7 2.6 Prolin 4.20 ± 0.10 - - - - Serin 4.11 ± 0.05 1.65 - 4.8 4.6 Sistein 0.91 ± 0.01 - 1.01 0.7 - Tirosin 4.53 ± 0.01 12.13 3.46 3.0 4.9 Treonin 4.14 ± 0.20 - 4.28 3.5 5.8 Triptophan 1.19 ± 0.07 - 0.85 - - Valin 5.95 ± 0.06 - 5.29 4.6 6.2 a Shahidi (1992) b Purwantiningsih (1990) c Hartadi et al. (1997) d

Thomas dan Beeson (1977) e

Tabel 3. Kandungan Mineral Tepung Limbah Udang, Tepung Ikan, Dan Bungkil Kedelai.

Mineral Tepung Kepala

Udanga Tepung Ikan

b Bungkil Kedelaic Ca (%) 15.30 4.20 0.3 Na (%) 2.05 0.97 - K (%) 0.20 0.68 2.1 Mg (%) 0.95 0.22 - P (%) 1.66 2.80 0.71 Sr (%) 0.22 - - Mn (ppm) 29 - - Fe (ppm) 82 - - Cu (ppm) 13 10.24 - Zn (ppm) 21 14.76 45 As (ppm) 27 - - Ba (ppm) 54 - - a

Shahidi dan Synowiecki (1992) b

Hartadi et al. (1997) c

Parakkasi (1999)

Tabel 4. Perbandingan nutrisi tepung limbah udang dengan tepung ikan

Nutrisi Tepung limbah udang Tepung ikan

Air 10.32 10.32 Abu 18.65 14.34 Protein 45.29 54.63 Methionin 1.26 1.30 Lisin 3.11 3.97 Sistin 0.51 0.53 Triptophan 0.39 0.43 Lemak 6.62 9.85 Serat Kasar 17.59 1.99 Kalsium 7.76 3.34 Phospor 1.31 2.18 Energi

Bruto 3577 kkal/kg 4679 kkal/kg

Khitin dalam Limbah Udang

Khitin sebagai prekursor khitosan pertama kali ditemukan pada tahun 1811 oleh orang Prancis bernama Henri Braconnot sebagai hasil isolasi dari jamur. Khitin dari kulit serangga ditemukan pada tahun 1820. Khitin merupakan polimer kedua terbesar di bumi selelah selulosa. Khitin adalah senyawa amino polisakarida berbentuk polimer gabungan. Khitosan ditemukan C. Roughet pada tahun 1859 dengan cara memasak khitin dengan basa. Perkembangan penggunaan khitin dan khitosan meningkat pada tahun 1940-an. Penggunaan khitosan untuk aplikasi khusus, seperti farmasi dan kesehatan dimulai pada pertengahan 1980 – 1990 (AHA 2005)

Selain potensi jumlah, dalam limbah udang juga terdapat khitin antara 20–30% (Wanasuria 1990) yang di dalamnya terkandung Nitrogen (N) antara 6.6-6.7% (Stelmoch et al. 1985). Penggunaan limbah udang dalam pakan ternak ruminansia, N tersebut berpotensi sebagai sumber N bukan protein (NPN) bagi mikroba rumen, begitu juga khitinnya yang berupa polisakarida, bentuk molekulnya mirip selulosa, potensial sebagai sumber energi. Polimer khitin bersifat tidak mudah larut dalam pelarut biasa dan di alam terdapat bermacam- macam mikroorganisme, tumbuhan dan hewan yang memilki kemampuan untuk mendegradasi senyawa ini. Enzim khitinase yang dihasilkan mikroorganisme, tumbuhan dan hewan tersebut merupakan enzim yang mampu merombak polimer khitin menjadi unit monomer N-asetil glukosamin.

Khitosan multiguna tidak terlepas dari sifat alaminya. Sifat alami tersebut dapat dibagi menjadi dua sifat besar yaitu, sifat kimia dan biologi. Sifat kimia khitosan sama dengan khitin tetapi yang khas antara lain: (i) merupakan polimer poliamin berbentuk linear, (ii) mempunyai gugus amino aktif, (iii) mempunyai kemampuan mengkhelat beberapa logam. Sifat biologi khitosan antara lain: (i) bersifat biokompatibel artinya sebagai polimer alami sifatnya tidak mempunyai akibat samping, tidak beracun, tidak dapat dicerna, mudah diuraikan oleh mikroba (biodegradable), (ii) dapat berikatan dengan sel mamalia dan mikroba secara agresif, (iii) mampu meningkatkan pembentukan yang berperan dalam pembentukan tulang. (iv) bersifat hemostatik, fungistatik,

spermisidal, antitumor, antikolesterol, (v) bersifat sebagai depresan pada sistem saraf pusat. Berdasarkan kedua sifat tersebut maka khitosan mempunyai sifat fisik khas yaitu mudah dibentuk menjadi spons, larutan, gel, pasta, membran, dan serat. yang sangat bermanfaat dalam aplikasinya khitosan banyak digunakan oleh berbagai industri antara lain industri farmasi, kesehatan, biokimia, bioteknologi, pangan, pengolahan limbah, kosmetik, agroindustri, industri tekstil, industri perkayuan, industri kertas dan industri elektronika. Aplikasi khusus berdasarkan sifat yang dimiliki antara lain untuk: pengolahan limbah cair terutama sebagai bahan bersifat resin penukar ion untuk meminimalisasi logam– logam berat, mengoagulasi minyak/lemak, serta mengurangi kekeruhan, penstabil minyak, rasa dan lemak dalam produk industri pangan (AHA 2005)

Penggunaan limbah udang sebagai sumber protein dan khitin dalam pakan ternak sudah dilakukan banyak peneliti, terutama pada monogastrik. Hasilnya terbukti dapat meningkatkan bobot badan dan protein daging serta menurunkan kadar kolesterol serum darah dan daging ayam (Supadmo 1997), menurunkan kadar kolesterol pada telur ayam (Sudibya 1998). Penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap tikus putih, dapat meningkatkan bobot badan dan menurunkan kadar LDL (low density lipoprotein) dagingnya masing- masing hingga penggunaan 15% dan 20% dalam pakannya, baik pada jantan maupun betina.

Khitin yang lolos dari rumen atau tidak dimanfaatkan oleh mikroba rumen maka di pascarumen akan mengikat asam empedu karena dapat dianalogikan sebagai serat, sehingga asam lemak yang diemulsi oleh asam empedu ikut terikat. Khitin tidak dapat diabsorpsi pada usus halus sebagaimana (Djojosubagio dan Piliang 1996) selanjutnya dikemukakan bahwa serat pakan selain lignin dan selulosa juga mengandung hemiselulosa, gum, dan pektin serta beberapa karbohidrat lain yang biasanya tidak dapat dicerna, maka bersama asam empedu dan asam lemak dikeluarkan melalui feses. Kondisi ini dapat menurunkan kolesterol pada serum darah ayam (Supadmo 1997).

Khitosan mampu menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat) sekaligus meningkatkan komposisi perbandingan kolesterol HDL (kolesterol

baik) terhadap LDL, sehingga peneliti Jepang menyebutnya hypocholesteromic agent yang efektif, karena mampu menurunkan kadar kolesterol darah tanpa efek samping.

Setidaknya ada dua tahap mekanisme pengikatan lemak dan kolesterol oleh khitosan. Pertama, melibatkan tarik menarik dua muatan yang

Dokumen terkait