• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Produksi Karkas dan Non Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Produksi Karkas dan Non Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PRODUKSI KARKAS DAN NON-KARKAS

DOMBA JANTAN LOKAL YANG DIBERIKAN PAKAN

BERBAGAI TARAF LIMBAH UDANG

MUHAMMAD HATTA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Karakteristik Produksi Karkas dan Non Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, 31 Juli 2009

(3)

MUHAMMAD HATTA.(Characteristic of Carcass and Non Carcass Production of Local Sheep Fed with different Levels of Shrimp Waste). Above direction of RUDY PRIYANTO dan EDDIE GURNADI

Local sheep can provide a high quality of meat, but it contains a high saturated fat which may cause atheriocloresis and blood pressure. The objectives of this study were to determine the effect of shrimp waste used in sheep nutrient on the carcass and non carcass characteristics and to obtain the optimum taraf of shrimp waste on the nutrient of local sheep fattening. Sixteen local rams of 8 month old and average body weight of 15 kg were used in this study. This study designed in completely randomized design, with four treatment of shrimp waste tarafs on sheep nutrient (P0=0%, P1=10%, P2=20% and P3=30%) and four repetition. Local sheep were reared for three months and then slaughtered for carcass and non carcass measurements. The Results show that the treatment can increased (P<0.05) average daily gain (ADG), feed conversion and percentage of digestion track and heart weight until 20% tarafs of shrimp waste. This treatment also decreased (P<0,05) the taraf of saturated and unsaturated fat, total cholesterol, triglyceride and low density lipoprotein (LDL) on blood serum until 30% of shrimp waste, but not for these in subcutan fat.

(4)

MUHAMMAD HATTA. Karakteristik Produksi Karkas dan Non Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang. Atas bimbingan RUDY PRIYANTO dan EDDIE GURNADI

Domba termasuk ternak penghasil daging yang potensial (Hudallah et al.

2007) sebagian masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengkonsumsi daging domba dan kambing (Sunarlim dan Setiyanto 2005). Usaha menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging telah dilakukan melalui pendekatan manipulasi pakan, yaitu memberikan pakan berserat tinggi untuk menyerap lemak dan membuangnya bersama feses. Salah satunya adalah limbah udang hasil sampingan industri pengolahan udang beku. Penggunaan limbah udang dalam pakan ayam dan monogastrik 15-20% dapat meningkatkan bobot badan dan protein daging serta menurunkan kadar kolesterol serum darah dan daging ayam (Supadmo 1997).

Tujuan Penelitian ini adalah menguji efek pakan yang mengandung limbah udang terhadap produksi, karkas dan non karkas, lipida darah dan asam lemak tak jenuh pada ternak ruminansia. Menentukan taraf terbaik penggunaan limbah udang terhadap penampilan produksi ternak ruminansia. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga menggunakan 16 ekor domba jantan lokal umur ±8 dengan bobot badan ±15 kg. Perlakuannya yaitu P0=0%, P1= 10%, P2= 20% dan P3=30% limbah udang. Pakan diberikan secara adlibitum selama ±3 bulan. Peubah yang diamati adalah karakteristik produksi karkas dan non karkas serta kadar lipida darah dan asam lemak tak jenuh. Data dianalisis menggunakan sidik ragam ANOVA. Apabila terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan sesuai prosedur Steel and Torrie (1993).

(5)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan berbagai taraf limbah udang tidak berpengaruh nyata terhadap persentase daging dan tulang tapi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase lemak. Persentase lemak P0 nyata (P<0.05) lebih tinggi dibanding P1, P2 dan P3 tetapi antara P1, P2 dan P3 tidak berbeda nyata. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan pakan dimana P0 tidak mengandung limbah udang yang berarti tidak ada khitosan di dalamnya. Sedangkan P1, P2 dan P3 masing-masing mengandung limbah udang yaitu 10%, 20% dan 30%. Khitosan yang terdapat dalam pakan mampu mengikat lemak dan membuangnya melalui saluran pencernaan bersama feses (Supadmo 1997). Sedangkan Gali et al. (1972) mengatakan bahwa proporsi daging, lemak dan tulang dalam karkas dipengaruhi oleh umur, nutrisi dan spesies.

Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan berbagai taraf limbah udang yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase total non karkas dan evisera. Sebaliknya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase bobot kaki, kepala, kulit, darah, ekor, paru-paru, limfa dan hati. Persentase total non karkas pada P3 nyata (P<0.05) lebih tinggi dibanding P1 tetapi tidak berbeda nyata terhadap P0, dan P2. Perbedaan ini disebabkan karena tingginya konsumsi pakan hal ini dapat kita lihat dari perbedaan persentase evisera, dimanan P3 nyata (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan dengan P0, P1 dan P2. Organ yang berhubungan dengan digesti dan metabolisme menunjukkan perubahan bobot yang besar sesuai dengan kondisi nutrisional dan fisiologis ternak (Black 1983). Persentase bobot kaki, kulit, kepala dan darah tidak berbeda nyata antara keempat perlakuan, ini mungkin disebabkan oleh kaki dan kepala termasuk bagian ternak yang masak dini. Sedangkan persentase bobot ekor, paru-paru, limfa dan hati dalam kondisi fisiologis yang normal tetap berkembang sesuai dengan proporsi perkembangan bobot tubuh. Menurut Hudallah (2007) kepala dan kaki merupakan komponen tubuh ternak yang mengalami pertumbuhan besar pada awal kehidupan dan menurun saan akhir kehidupan.

Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase bobot jantung dan ginjal. Persentase bobot jantung dan ginjal P3 nyata (P<0.05) lebih tinggi dibanding P0, tetapi tidak berbeda nyata terhadap P1, dan P2 untuk ginjal dan P2 untuk jantung, mungkin disebabkan oleh asupan energi dan protein yang berbeda. Nutrisi lebih diarahkan untuk penimbunan lemak pada P0 yang tidak mengandung khitosan sedangkan P1, P2 dan P3 lebih diarahkan ke pertumbuhan otot karena adanya khitosan yang menghambat pembentukan lemak (Supadmo 1997). Perlakuan juga berpengaruh nyata (P<0.05) pada kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL. Khitosan yang terdapat dalam pakan mampu mengikat trigliserida, kolesterol sebelum diserap oleh usus halus untuk disalurkan ke seluruh tubuh dan meningkatkan HDL melalui mekanisme tersendiri (Supadmo 1997).

Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa penggunaan limbah udang pada pakan domba lokal mampu : Menurunkan lemak potongan leg, kadar kolesterol, trigliserida dan LDL serum darah, meningkatkan persentase bobot jantung dan ginjal serta HDL serum darah. Perlakuan yang terbaik adalah pada taraf penggunaan limbah udang 20%.

(6)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

(7)

DOMBA JANTAN LOKAL YANG DIBERIKAN PAKAN

BERBAGAI TARAF LIMBAH UDANG

MUHAMMAD HATTA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Produksi

dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Penelitian : Karakteristik Produksi Karkas dan Non Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang

N a m a : Muhammad Hatta

NRP : D151070041

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Rudy Priyanto Ketua

Prof. (Emeritus) Dr.drh. R. Eddie Gurnadi Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB,

Dr.Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA

Tanggal lulus : 4 Agustus 2009

Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro,MS.

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini berjudul “Karakteristik Produksi Karkas dan Non-Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang”. Merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sain pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tesis ini berisi tentang permasalahan penyediaan daging yang berkualitan dengan kuantitas yang cukup. Terkadang kuantitas cukup akan tetapi kualitas yang kurang. Tesis ini akan menjawab tantangan penyediaan daging berkualitas dengan kuantitas yang cukup terutama dari segi daging rendah lemak dan kolesterol khususnya daging domba.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Rudy Priyanto dan Prof. (Emeritus) Dr. drh. H. R. Eddie Gurnadi, atas segala bimbingan, arahan dan saran yang telah diberikan sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Terima kasih kepada ayahanda Muhammad Candong DG. Masalle, ibunda Indo Cabbe serta istri tercinta Ramlah, S.Pt atas dukungan dan doanya. Kepada Bapak Rektor Universitas Hasanuddin dan Dekan Fakultas Peternakan Prof. Syamsuddin Hasan M.Sc. atas kesempatan yang diberikan untuk melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana di IPB Bogor demikian juga pada Rektor IPB, Dekan Fakultas Peternakan IPB dan Ketua Departemen IPTP Dr. Ir. Cece Sumantri M.Sc serta Ketua Mayor IPTP Dr.Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA beserta jajarannya atas segala bantuannya selama saya menuntut ilmu di IPB. Kepada DIKTI sponsor beasiswa BPPS, kepada M. Sayuti, M.Said, Rajab, Wida, Iis, Rahmat, Ogi dan Dian serta seluruh teman-teman atas segala bantuan dan kerja samanya selama saya menempuh pendidikan.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan yang bersifat korektif dan konstruktif sangat saya harapkan. Sebelum dan sesudahnya diucapkan terima kasih, wassalam.

Bogor, 4 Agustus 2009

(11)

KARAKTERISTIK PRODUKSI KARKAS DAN NON-KARKAS

DOMBA JANTAN LOKAL YANG DIBERIKAN PAKAN

BERBAGAI TARAF LIMBAH UDANG

MUHAMMAD HATTA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Karakteristik Produksi Karkas dan Non Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, 31 Juli 2009

(13)

MUHAMMAD HATTA.(Characteristic of Carcass and Non Carcass Production of Local Sheep Fed with different Levels of Shrimp Waste). Above direction of RUDY PRIYANTO dan EDDIE GURNADI

Local sheep can provide a high quality of meat, but it contains a high saturated fat which may cause atheriocloresis and blood pressure. The objectives of this study were to determine the effect of shrimp waste used in sheep nutrient on the carcass and non carcass characteristics and to obtain the optimum taraf of shrimp waste on the nutrient of local sheep fattening. Sixteen local rams of 8 month old and average body weight of 15 kg were used in this study. This study designed in completely randomized design, with four treatment of shrimp waste tarafs on sheep nutrient (P0=0%, P1=10%, P2=20% and P3=30%) and four repetition. Local sheep were reared for three months and then slaughtered for carcass and non carcass measurements. The Results show that the treatment can increased (P<0.05) average daily gain (ADG), feed conversion and percentage of digestion track and heart weight until 20% tarafs of shrimp waste. This treatment also decreased (P<0,05) the taraf of saturated and unsaturated fat, total cholesterol, triglyceride and low density lipoprotein (LDL) on blood serum until 30% of shrimp waste, but not for these in subcutan fat.

(14)

MUHAMMAD HATTA. Karakteristik Produksi Karkas dan Non Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang. Atas bimbingan RUDY PRIYANTO dan EDDIE GURNADI

Domba termasuk ternak penghasil daging yang potensial (Hudallah et al.

2007) sebagian masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengkonsumsi daging domba dan kambing (Sunarlim dan Setiyanto 2005). Usaha menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging telah dilakukan melalui pendekatan manipulasi pakan, yaitu memberikan pakan berserat tinggi untuk menyerap lemak dan membuangnya bersama feses. Salah satunya adalah limbah udang hasil sampingan industri pengolahan udang beku. Penggunaan limbah udang dalam pakan ayam dan monogastrik 15-20% dapat meningkatkan bobot badan dan protein daging serta menurunkan kadar kolesterol serum darah dan daging ayam (Supadmo 1997).

Tujuan Penelitian ini adalah menguji efek pakan yang mengandung limbah udang terhadap produksi, karkas dan non karkas, lipida darah dan asam lemak tak jenuh pada ternak ruminansia. Menentukan taraf terbaik penggunaan limbah udang terhadap penampilan produksi ternak ruminansia. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga menggunakan 16 ekor domba jantan lokal umur ±8 dengan bobot badan ±15 kg. Perlakuannya yaitu P0=0%, P1= 10%, P2= 20% dan P3=30% limbah udang. Pakan diberikan secara adlibitum selama ±3 bulan. Peubah yang diamati adalah karakteristik produksi karkas dan non karkas serta kadar lipida darah dan asam lemak tak jenuh. Data dianalisis menggunakan sidik ragam ANOVA. Apabila terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan sesuai prosedur Steel and Torrie (1993).

(15)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan berbagai taraf limbah udang tidak berpengaruh nyata terhadap persentase daging dan tulang tapi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase lemak. Persentase lemak P0 nyata (P<0.05) lebih tinggi dibanding P1, P2 dan P3 tetapi antara P1, P2 dan P3 tidak berbeda nyata. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan pakan dimana P0 tidak mengandung limbah udang yang berarti tidak ada khitosan di dalamnya. Sedangkan P1, P2 dan P3 masing-masing mengandung limbah udang yaitu 10%, 20% dan 30%. Khitosan yang terdapat dalam pakan mampu mengikat lemak dan membuangnya melalui saluran pencernaan bersama feses (Supadmo 1997). Sedangkan Gali et al. (1972) mengatakan bahwa proporsi daging, lemak dan tulang dalam karkas dipengaruhi oleh umur, nutrisi dan spesies.

Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan berbagai taraf limbah udang yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase total non karkas dan evisera. Sebaliknya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase bobot kaki, kepala, kulit, darah, ekor, paru-paru, limfa dan hati. Persentase total non karkas pada P3 nyata (P<0.05) lebih tinggi dibanding P1 tetapi tidak berbeda nyata terhadap P0, dan P2. Perbedaan ini disebabkan karena tingginya konsumsi pakan hal ini dapat kita lihat dari perbedaan persentase evisera, dimanan P3 nyata (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan dengan P0, P1 dan P2. Organ yang berhubungan dengan digesti dan metabolisme menunjukkan perubahan bobot yang besar sesuai dengan kondisi nutrisional dan fisiologis ternak (Black 1983). Persentase bobot kaki, kulit, kepala dan darah tidak berbeda nyata antara keempat perlakuan, ini mungkin disebabkan oleh kaki dan kepala termasuk bagian ternak yang masak dini. Sedangkan persentase bobot ekor, paru-paru, limfa dan hati dalam kondisi fisiologis yang normal tetap berkembang sesuai dengan proporsi perkembangan bobot tubuh. Menurut Hudallah (2007) kepala dan kaki merupakan komponen tubuh ternak yang mengalami pertumbuhan besar pada awal kehidupan dan menurun saan akhir kehidupan.

Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase bobot jantung dan ginjal. Persentase bobot jantung dan ginjal P3 nyata (P<0.05) lebih tinggi dibanding P0, tetapi tidak berbeda nyata terhadap P1, dan P2 untuk ginjal dan P2 untuk jantung, mungkin disebabkan oleh asupan energi dan protein yang berbeda. Nutrisi lebih diarahkan untuk penimbunan lemak pada P0 yang tidak mengandung khitosan sedangkan P1, P2 dan P3 lebih diarahkan ke pertumbuhan otot karena adanya khitosan yang menghambat pembentukan lemak (Supadmo 1997). Perlakuan juga berpengaruh nyata (P<0.05) pada kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL. Khitosan yang terdapat dalam pakan mampu mengikat trigliserida, kolesterol sebelum diserap oleh usus halus untuk disalurkan ke seluruh tubuh dan meningkatkan HDL melalui mekanisme tersendiri (Supadmo 1997).

Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa penggunaan limbah udang pada pakan domba lokal mampu : Menurunkan lemak potongan leg, kadar kolesterol, trigliserida dan LDL serum darah, meningkatkan persentase bobot jantung dan ginjal serta HDL serum darah. Perlakuan yang terbaik adalah pada taraf penggunaan limbah udang 20%.

(16)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

(17)

DOMBA JANTAN LOKAL YANG DIBERIKAN PAKAN

BERBAGAI TARAF LIMBAH UDANG

MUHAMMAD HATTA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Produksi

dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)
(19)

Judul Penelitian : Karakteristik Produksi Karkas dan Non Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang

N a m a : Muhammad Hatta

NRP : D151070041

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Rudy Priyanto Ketua

Prof. (Emeritus) Dr.drh. R. Eddie Gurnadi Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB,

Dr.Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA

Tanggal lulus : 4 Agustus 2009

Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro,MS.

(20)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini berjudul “Karakteristik Produksi Karkas dan Non-Karkas Domba Jantan Lokal yang Diberikan Pakan Berbagai Taraf Limbah Udang”. Merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sain pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tesis ini berisi tentang permasalahan penyediaan daging yang berkualitan dengan kuantitas yang cukup. Terkadang kuantitas cukup akan tetapi kualitas yang kurang. Tesis ini akan menjawab tantangan penyediaan daging berkualitas dengan kuantitas yang cukup terutama dari segi daging rendah lemak dan kolesterol khususnya daging domba.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Rudy Priyanto dan Prof. (Emeritus) Dr. drh. H. R. Eddie Gurnadi, atas segala bimbingan, arahan dan saran yang telah diberikan sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Terima kasih kepada ayahanda Muhammad Candong DG. Masalle, ibunda Indo Cabbe serta istri tercinta Ramlah, S.Pt atas dukungan dan doanya. Kepada Bapak Rektor Universitas Hasanuddin dan Dekan Fakultas Peternakan Prof. Syamsuddin Hasan M.Sc. atas kesempatan yang diberikan untuk melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana di IPB Bogor demikian juga pada Rektor IPB, Dekan Fakultas Peternakan IPB dan Ketua Departemen IPTP Dr. Ir. Cece Sumantri M.Sc serta Ketua Mayor IPTP Dr.Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA beserta jajarannya atas segala bantuannya selama saya menuntut ilmu di IPB. Kepada DIKTI sponsor beasiswa BPPS, kepada M. Sayuti, M.Said, Rajab, Wida, Iis, Rahmat, Ogi dan Dian serta seluruh teman-teman atas segala bantuan dan kerja samanya selama saya menempuh pendidikan.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan yang bersifat korektif dan konstruktif sangat saya harapkan. Sebelum dan sesudahnya diucapkan terima kasih, wassalam.

Bogor, 4 Agustus 2009

(21)

Penulis dilahirkan di Cilellang Wajo tanggal 30 Desember 1969 dari ayah Muhammad Candong DG. Masalle dan ibu Indo Cabbe. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Tahun 1989 penulis lulus dari SMA Negeri VI Ujung Pandang dan pada tahun yang sama lulus masuk Universitas Hasanuddin Makassar pada Program Studi Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), dan lulus tahun 1995.

(22)

Halaman DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... xiii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 3 Kegunaan Penelitian ... 4 Hipotesis ... 4 TINJAUAN PUSTAKA ... 5 Potensi Limbah Udang ... 5 Pertumbuhan Ternak Domba ... 16 Karkas dan Non Karkas ... 17 Lemak ... 23 Kolesterol ... 24 METODOLOGI ... 28 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28 Materi dan Metode Penelitian ... 28 Peubah yang Diukur ... 30 Rancangan Percobaan ... 33 Analisis Data ... 33 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34 Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi dan Konversi Pakan ... 34 Produksi Karkas ... 35 Karakteristik Leg ... 39 Produksi Non Karkas ... 41 Lemak dan Kolesterol ... 44 Pembahasan Umum... 50 KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

(23)

Halaman 1. Komposisi kimia tepung limbah udang, tepung ikan, dan

bungkil kedelai ... 6 2. Komposisi asam amino tepung limbah udang, tepung ikan,

bungkil kedelai, dan mikroba rumen... 8 3. Kandungan mineral tepung limbah udang, tepung ikan,

dan bungkil kedelai ... 9 4. Perbandingan nutrisi tepung limbah udang dengan tepung

ikan ... 9 5. Produksi non karkas domba jantan dan betina ... 22 6. Kadar kolesterol trigeliserida, LDL, HDL, serum darah dan

kadar lemak daging domba dan kambing ... 26 7. Kadar lemak dan kolesterol daging berbagai jenis ternak ... 26 8. Susunan dan kandungan nutrien pakan penelitian ... 29 9. Rata-rata KBKP, PBBH dan konversi pakan ... 34 10. Persentase karkas, karkas depan, karkas belakang, leg,

berdasarkan bobot kosong ... 36 11. Persentase non karkas internal dan eksternal berdasarkan

(24)
(25)

Halaman 1. Analisis ragam KBKP, PBBH dan Konversi Pakan ... 66 2. Analisis ragam Bobot Potong, Persentase Karkas Hangat, Karkas

Depan, karkas belakang, dan komposisi leg. ... 67 3. Analisis ragam deskriptip serum darah ... 69 4. Analisis ragam lemak subkutan dan lemak total ... 70 5. Persentase bobot total non karkas, kaki, kulit, kepala, darah,

evisis, ekor, jantung, ginjal, paru, empal, empedu dan alat

kelamin ... 71

(26)

Latar Belakang

Daging adalah merupakan produk ternak yang memiliki zat gizi tinggi. Daging ini dapat diperoleh dari ternak sapi, kerbau, kambing, domba, unta, kuda unggas dan lain-lain. Penyediaan daging harus selalu diupayakan agar tetap mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat ekonomi dan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya pemenuhan gizi baik kualitas maupun kuantitasnya.

Domba termasuk ternak penghasil daging yang potensial (Hudallah at al

2007). Daging domba memiliki kualitas yang tinggi dan sebagian masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengkonsumsi daging domba dan kambing (Sunarlim dan Setiyanto 2005). Populasi kambing dan domba berturut-turut 15.806.000 dan 10.392.000, sedangkan produksi daging kambing dan domba adalah 69.400 dan 62.300 ton/tahun (BPS 2008). Konsumsi daging domba/kambing Indonesia perkapita pertahun adalah 0.26 tahung 2006 dan 0.27 tahun 2007 (BPS 2007), bagi penggemar daging domba/kambing dianggap sebagai sumber protein yang mampu meningkatkan libido atau gairah seksual lelaki. Hal ini disebabkan karena daging domba memiliki kandungan lemak dan kolesterol yang tinggi yaitu berturut-turut lemak untuk sapi, domba, babi dan ayam adalah 6.16, 7.0, 6.75 dan 1.2 , sedangkan kolesterol adalah 75, 85, 75 dan 67 mg/ 3ons (Aberle et al. 2001). Menurut Lawrie (2003) kadar kolesterol daging sapi, domba dan babi berturut-turut adalah 59, 79 dan 69 (mg/100g). Selanjutnya dikatakan bahwa kadar lemak intramuskular loin adalah 2.4, 7.9 dan 2.9. Di lain pihak, banyak orang takut mengkonsumsi daging domba karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, kolesterol atau bahkan stroke.

(27)

mempengaruhi kesehatan manusia utamanya sebagai pemicu penyakit jantung koroner, kanker, diabetes dan tekanan darah tinggi serta ateroklerosis pada dinding pembuluh darah, karena mengandung banyak lemak (Azwar 2004).

Saat ini banyak usaha yang telah dilakukan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging. Seperti yang telah dilakukan oleh Supadmo pada ayam broiler. Cara yang digunakan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol pada daging ayam adalah adalah melalui pendekatan manipulasi pakan yang menggunakan dua pendekatan yaitu melalui system gastrointestinal yaitu berusaha agar lemak dan kolesterol yang ada pada tubuh ternak dapat dikeluarkan melalui ekskreta. Hal ini dapat ditempuh melalui penambahan pakan berserat pada pakan. Mekanisme aksi dari keberadaan serat dalam saluran pencernaan adalah mengikat sebagian besar garam empedu untuk dikeluarkan lewat ekskreta. Karena sebagian besar garam empedu dikeluarkan, maka tubuh perlu mensintesis garam empedu yang berasal dari kolesterol tubuh, sehingga kolesterol dalam tubuh secara keseluruhan dapat berkurang.

Ada berbagai macam limbah hasil perikanan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan pakan ternak, salah satu diantaranya adalah limbah udang yang merupakan hasil sampingan industri pengolahan udang beku. Badan Pusat Statistik (2003), melaporkan bahwa ekspor udang Indonesia tahun 2002 sebesar 118750 ton dalam bentuk beku. Jadi kepala, kulit keras, dan ekor yang dibuang pada industri pembekuan udang (Arlius 1991), tersedia cukup banyak karena mencapai 30–40% dari berat total udang (Wanasuria 1990) yaitu sekitar 50.893 79.166 ton basah atau 12.688–19.736 ton kering, karena bobot keringnya 24.93% (Batubara 2000).

(28)

Disamping kadar serat yang tinggi limbah udang juga memiliki kandungan protein kasar cukup tinggi yaitu 41.58% (hasil uji di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB) dan energi termetabolis 2427 kkal/kg (Sudibya 1998) sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein dalam pakan ternak akan tetapi dibatasi oleh kecernaannya yang rendah (Stelmoch et al. 1985).

Hidrolisis terhadap limbah udang dapat meningkatkan kecernaan dan menurunkan degradasi mikroba sehingga, diharapkan akan meningkatkan pasokan protein by-pass sekaligus mudah dicerna oleh enzim pencernaan di pascarumen. Dengan demikian, protein tersebut bersama protein mikroba lebih tersedia di abomasum. Selanjutnya dihidrolisis oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh ternak (Nolan 1993) sehingga meningkatkan pasokan asam amino ke dalam usus halus untuk diabsorpsi (Volden 1999). Pada akhirnya dapat mengoptimalkan kemampuan ternak untuk berproduksi sesuai potensi genetiknya.

Penggunaan limbah udang sebagai sumber protein dan khitin dalam pakan ternak sudah dilakukan banyak peneliti, terutama pada monogastrik. Hasilnya terbukti dapat meningkatkan bobot badan dan protein daging serta menurunkan kadar kolesterol serum darah dan daging ayam (Supadmo 1997), juga menurunkan kadar kolesterol pada telur ayam (Sudibya 1998). Begitu pula pada penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap tikus putih, dapat meningkatkan bobot badan dan menurunkan kadar LDL (low density lipoprotein) dagingnya masing-masing hingga penggunaan 15% dan 20% dalam pakannya, baik pada jantan maupun betina.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang limbah udang sebagai sumber serat dalam pakan ternak ruminansia, terutama pengaruhnya terhadap karakteristik produksi (karkas dan non-karkas) pada domba jantan lokal.

Tujuan Penelitian

(29)

2. Menguji efek pakan yang mengandung limbah udang terhadap lipida darah dan asam lemak tak jenuh

3. Menentukan taraf terbaik penggunaan limbah udang dalam pakan ternak ruminansia terhadap penampilan produksi.

Kegunaan Penelitian

1. Meningkatkan produktivitas domba lokal melalui penggunaan limbah udang. 2. Memanfaatkan limbah udang dalam pakan terutama sebagai sumber serat

untuk menurunkan kandungan lemak dan kolesterol pada ternak domba. 3. Data penunjang bagi penelitian-penelitian selanjutnya tentang limbah udang

Hipotesis

1. Limbah udang dapat menurunkan kandungan lemak dan kolesterol darah 2. Penggunaan limbah udang untuk pakan ternak pada taraf tertentu mampu

(30)

Potensi Limbah Udang

Limbah udang adalah hasil samping industri pengolahan udang beku. Hasil samping tersebut berupa kepala, kulit keras (carapace), dan ekor (uropod)

yang dibuang pada industri pembekuan udang (Arlius 1991).

Produksi Limbah Udang

Badan Pusat Statistik (2003), melaporkan bahwa ekspor udang Indonesia tahun 2002 sebesar 118750 ton dalam bentuk beku. Udang yang diekspor tersebut adalah hasil pengolahan industri pembekuan udang yaitu kepala, kulit keras, dan ekornya dibuang. Wanasuria (1990) mengemukakan bahwa pada proses pengolahan udang beku dihasilkan limbah udang sebesar 30–40% dari berat total udang. Jadi dari ekspor udang itu terdapat limbah udang sekitar 35625–47500 ton basah atau 8881-11400 ton kering, karena bobot keringnya 24.93% (Batubara 2000).

(31)

Kualitas Limbah Udang

Kualitas limbah udang terutama ditinjau dari kandungan nutrien dan komposisi kimianya cukup baik. Bila dilihat dari komposisi kimianya, maka cukup layak dijadikan sebagai sumber protein dalam pakan ternak. Hasil uji di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB, memperlihatkan bahwa protein kasarnya cukup tinggi yaitu 41.58%, hampir sama dengan bungkil kedelai (45.6%). Begitu juga bahan keringnya (88.32% : 88.0%). Akan tetapi terdapat perbedaan pada serat kasarnya yaitu 13.72% dalam limbah udang sedangkan bungkil kedelai 4.58%, sehingga menjadi faktor pembatas karena kecernaannya yang rendah. Oleh sebab itu, pemanfaatan limbah udang sebagai pakan ternak sebaiknya dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu. Perbandingan komposisi kimia antara tepung limbah udang dengan tepung ikan dan bungkil kedelai dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia tepung limbah udang, tepung ikan, dan bungkil kedelai.

Nutrien Limbah

Udanga Tepung Ikan

b Bungkil

Kedelaic ---% bahan

kering---Protein kasar 41.58 52.6 45.6

Serat kasar 13.72 2.2 4.58

Lemak kasar 3.08 6.8 2.79

Abu 22.06 20.7 6.84

a

Hasil uji di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB b

Hartadi et al. (1997) c

Sutardi (2001)

(32)

(P) lebih sedikit, perbandingannya 1 : 2. Perbandingan antara Ca dan P dalam tepung limbah udang sendiri jauh lebih besar yaitu hampir 10 : 1. Oleh sebab itu, bila digunakan dalam pakan domba perlu diperhatikan karena yang dapat ditolerir perbandingannya sampai 7 : 1 (NRC 1985). Selanjutnya dinyatakan bahwa besaran nisbah harga/protein untuk tepung limbah udang dan tepung ikan adalah 19.87 dan 23.79.

Sebagian besar limbah udang berasal dari kulit, kepala, dan ekornya. Fungsi kulit udang tersebut pada hewan udang (hewan golongan invertebrata) yaitu sebagai pelindung (Wiliam 1982). Kulit udang mengandung protein (25 % - 40%), kalsium karbonat (45% - 50%), dan khitin (15% - 20%), tetapi besarnya kandungan komponen tersebut tergantung pada jenis udangnya. sedangkan kulit kepiting mengandung protein (15.60% - 23.90%), kalsium karbonat (53.70 – 78.40%), dan khitin (18.70% - 32.20%), hal ini juga tergantung pada jenis kepiting dan tempat hidupnya (Focher et al. 1992)

(33)
[image:33.612.132.493.249.609.2]

Tabel 2. Komposisi asam amino tepung limbah udang, tepung ikan, bungkil kedelai, dan mikroba rumen.

Asam Amino

Tepung Limbah Udang

Udang Merah Jambu (Pandalus borealis)a Udang Windu (Paneaus monodon)b Tepung Ikanc Bungkil Kedelaid Mikroba Rumene

---(gram/100 gram protein)---

Alanin 5.25 ± 0.05 2.14 - 4.6 7.5

Arginin 6.13 ± 0.07 4.67 6.46 7.0 5.1

Asam spartat 11.17 ± 0.01 7.52 - 10.9 12.2

Asam Glutamat 12.8 ±0.14 11.36 - 14.3 13.1

Fenilalanin 5.13 ± 0.07 5.52 4.64 3.9 5.1

Glisin 4.11 ± 0.03 17.76 7.70 3.5 5.8

Histidin 2.24 ± 0.09 2.35 2.78 1.8 2.0

Isoleusin 5.78 ± 0.13 4.16 4.30 2.1 5.7

Leusin 7.01 ± 0.02 8.65 7.20 7.3 8.1

Lisin 6.58 ± 0.07 4.58 7.55 5.9 7.9

Metionin 2.41 ± 0.08 - 2.47 0.7 2.6

Prolin 4.20 ± 0.10 - - - -

Serin 4.11 ± 0.05 1.65 - 4.8 4.6

Sistein 0.91 ± 0.01 - 1.01 0.7 -

Tirosin 4.53 ± 0.01 12.13 3.46 3.0 4.9

Treonin 4.14 ± 0.20 - 4.28 3.5 5.8

Triptophan 1.19 ± 0.07 - 0.85 - -

Valin 5.95 ± 0.06 - 5.29 4.6 6.2

a

Shahidi (1992) b

Purwantiningsih (1990) c

Hartadi et al. (1997) d

Thomas dan Beeson (1977) e

(34)
[image:34.612.135.500.454.656.2]

Tabel 3. Kandungan Mineral Tepung Limbah Udang, Tepung Ikan, Dan Bungkil Kedelai.

Mineral Tepung Kepala

Udanga Tepung Ikan

b Bungkil Kedelaic

Ca (%) 15.30 4.20 0.3

Na (%) 2.05 0.97 -

K (%) 0.20 0.68 2.1

Mg (%) 0.95 0.22 -

P (%) 1.66 2.80 0.71

Sr (%) 0.22 - -

Mn (ppm) 29 - -

Fe (ppm) 82 - -

Cu (ppm) 13 10.24 -

Zn (ppm) 21 14.76 45

As (ppm) 27 - -

Ba (ppm) 54 - -

a

Shahidi dan Synowiecki (1992) b

Hartadi et al. (1997) c

Parakkasi (1999)

Tabel 4. Perbandingan nutrisi tepung limbah udang dengan tepung ikan

Nutrisi Tepung limbah udang Tepung ikan

Air 10.32 10.32

Abu 18.65 14.34

Protein 45.29 54.63

Methionin 1.26 1.30

Lisin 3.11 3.97

Sistin 0.51 0.53

Triptophan 0.39 0.43

Lemak 6.62 9.85

Serat Kasar 17.59 1.99

Kalsium 7.76 3.34

Phospor 1.31 2.18

Energi

Bruto 3577 kkal/kg 4679 kkal/kg

(35)

Khitin dalam Limbah Udang

Khitin sebagai prekursor khitosan pertama kali ditemukan pada tahun 1811 oleh orang Prancis bernama Henri Braconnot sebagai hasil isolasi dari jamur. Khitin dari kulit serangga ditemukan pada tahun 1820. Khitin merupakan polimer kedua terbesar di bumi selelah selulosa. Khitin adalah senyawa amino polisakarida berbentuk polimer gabungan. Khitosan ditemukan C. Roughet pada tahun 1859 dengan cara memasak khitin dengan basa. Perkembangan penggunaan khitin dan khitosan meningkat pada tahun 1940-an. Penggunaan khitosan untuk aplikasi khusus, seperti farmasi dan kesehatan dimulai pada pertengahan 1980 – 1990 (AHA 2005)

Selain potensi jumlah, dalam limbah udang juga terdapat khitin antara 20–30% (Wanasuria 1990) yang di dalamnya terkandung Nitrogen (N) antara 6.6-6.7% (Stelmoch et al. 1985). Penggunaan limbah udang dalam pakan ternak ruminansia, N tersebut berpotensi sebagai sumber N bukan protein (NPN) bagi mikroba rumen, begitu juga khitinnya yang berupa polisakarida, bentuk molekulnya mirip selulosa, potensial sebagai sumber energi. Polimer khitin bersifat tidak mudah larut dalam pelarut biasa dan di alam terdapat bermacam-macam mikroorganisme, tumbuhan dan hewan yang memilki kemampuan untuk mendegradasi senyawa ini. Enzim khitinase yang dihasilkan mikroorganisme, tumbuhan dan hewan tersebut merupakan enzim yang mampu merombak polimer khitin menjadi unit monomer N-asetil glukosamin.

(36)

spermisidal, antitumor, antikolesterol, (v) bersifat sebagai depresan pada sistem saraf pusat. Berdasarkan kedua sifat tersebut maka khitosan mempunyai sifat fisik khas yaitu mudah dibentuk menjadi spons, larutan, gel, pasta, membran, dan serat. yang sangat bermanfaat dalam aplikasinya khitosan banyak digunakan oleh berbagai industri antara lain industri farmasi, kesehatan, biokimia, bioteknologi, pangan, pengolahan limbah, kosmetik, agroindustri, industri tekstil, industri perkayuan, industri kertas dan industri elektronika. Aplikasi khusus berdasarkan sifat yang dimiliki antara lain untuk: pengolahan limbah cair terutama sebagai bahan bersifat resin penukar ion untuk meminimalisasi logam– logam berat, mengoagulasi minyak/lemak, serta mengurangi kekeruhan, penstabil minyak, rasa dan lemak dalam produk industri pangan (AHA 2005)

Penggunaan limbah udang sebagai sumber protein dan khitin dalam pakan ternak sudah dilakukan banyak peneliti, terutama pada monogastrik. Hasilnya terbukti dapat meningkatkan bobot badan dan protein daging serta menurunkan kadar kolesterol serum darah dan daging ayam (Supadmo 1997), menurunkan kadar kolesterol pada telur ayam (Sudibya 1998). Penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap tikus putih, dapat meningkatkan bobot badan dan menurunkan kadar LDL (low density lipoprotein) dagingnya masing-masing hingga penggunaan 15% dan 20% dalam pakannya, baik pada jantan maupun betina.

Khitin yang lolos dari rumen atau tidak dimanfaatkan oleh mikroba rumen maka di pascarumen akan mengikat asam empedu karena dapat dianalogikan sebagai serat, sehingga asam lemak yang diemulsi oleh asam empedu ikut terikat. Khitin tidak dapat diabsorpsi pada usus halus sebagaimana (Djojosubagio dan Piliang 1996) selanjutnya dikemukakan bahwa serat pakan selain lignin dan selulosa juga mengandung hemiselulosa, gum, dan pektin serta beberapa karbohidrat lain yang biasanya tidak dapat dicerna, maka bersama asam empedu dan asam lemak dikeluarkan melalui feses. Kondisi ini dapat menurunkan kolesterol pada serum darah ayam (Supadmo 1997).

(37)

baik) terhadap LDL, sehingga peneliti Jepang menyebutnya hypocholesteromic agent yang efektif, karena mampu menurunkan kadar kolesterol darah tanpa efek samping.

Setidaknya ada dua tahap mekanisme pengikatan lemak dan kolesterol oleh khitosan. Pertama, melibatkan tarik menarik dua muatan yang berbeda/berlawanan, layaknya tarikan kutub-kutub magnet. Khitosan yang mempunyai gugus-gugus bermuatan positif akan menarik muatan negatif dari asam-asam lemak dan membentuk ikatan yang tak bisa dicerna. Kedua penetralan muatan, pada model ini khitosan akan menyelubungi sisi aktif lemak dan melindunginya dari serangan dan penguraian enzim-enzim lipida (Muzzarelli 1997).

Hidrolisis dan Pemanasan pada Protein

Hidrolisis protein diartikan sebagai pemecahan banyak ikatan menjadi satu ikatan atau putusnya ikatan peptida yang menghubungkan asam-asam amino. Reaksi hidrolisis dapat dilakukan dengan asam, basa dan enzim (Girindra 1986). Selanjutnya dikatakan bahwa hidrolisis secara kimia (asam dan basa) menyebabkan destruksi triptofan serta pelepasan amonia pada pemecahan group amida asparagin dan glutamin menjadi asam aspartat dan asam glutamat. Selain itu group amino hidroksin (serin dan threonin) mengalami kerusakan sekitar 5-10%, sedangkan sistein, asam aspartat, asam glutamat, lisin, arginin, tirosin, dan prolin terdegradasi sebagian. Pada proses hidrolisis selain menghidrolisis protein juga menghidrolisis karbohidrat, lemak dan kandungan lain yang menghasilkan senyawa volatil dan non volatil seperti asam amino, peptida, asam lemak, ester, alkohol, dan senyawa karbonil.

Hidrolisis protein yang terbaik adalah dengan konsentrasi HCI 6 M pada suhu 110oC selama 24 jam. Selain itu dapat pula dilakukan dengan konsentrasi HCI yang lebih rendah yaitu 4 M HCI pada suhu 110oC selama 24 jam dan 3 M HCI pada suhu 100oC selama 18 jam. Pada limbah udang hidrolisis yang baik adalah dengan HCl 6% disertai pemanasan tekanan tinggi menggunakan

(38)
[image:38.612.205.448.530.668.2]

1998). Pemanasan mengakibatkan terjadinya perubahan pada suatu protein yang dikenal sebagai denaturasi (Lehninger 1982). Denaturasi dapat diartikan suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuartener terhadap molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Karena itu denaturasi dapat pula diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya lipatan atau wiru molekul (Winarno 1991). Ada dua macam denaturasi, yaitu (1) pengembangan rantai peptida dan (2) pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa disertai pengembangan molekul. Terjadinya kedua jenis denaturasi ini tergantung pada keadaan molekul. Pertama terjadi pada rantai polipeptida, sedangkan yang kedua terjadi pada bagian-bagian molekul yang tergabung dalam ikatan sekunder (Winarno 1991). Proses denaturasi tidak merusak ikatan peptida yang terdapat antara asam amino dalam struktur primer (Girindra 1986). Lehninger (1982) mengemukakan bahwa jika protein mengalami denaturasi, tidak ada ikatan kovalen pada kerangka rantai polipeptida yang rusak, sehingga deret asam amino khas protein tetap utuh setelah denaturasi. Rantai polipeptida yang berikatan kovalen pada protein asli (natif) melipat dalam tiga dimensi dengan suatu pola yang khas bagi tiap jenis protein. Protein yang terdenaturasi, susunan tiga dimensi khas dari rantai polipeptida terganggu dan molekul ini terbuka menjadi struktur acak, tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen (Gambar 1).

(39)

Denaturasi dan koagulasi protein yang terjadi selama pemanasan mengakibatkan menurunnya kelarutan protein (Cheftel et al. 1985). Besarnya tingkat kelarutan protein setelah pemanasan dipengaruhi oleh suhu dan lama pemanasan yang digunakan (Hultin 1985).

Proses pemanasan protein yang tidak sampai merusak kandungan nutrisinya dilakukan dengan maksud agar kurang soluble dalam rumen. Cara ini biasa disebut heat treated protein (HTP). Konsep ini dilakukan karena protein tidak dapat dipenuhi dari mikroba rumen (terutama pada ternak yang berproduksi tinggi) maka tambahan asam-asam amino akan dapat dipenuhi dengan pemberian HTP yang langsung dapat digunakan pada pascarumen (Prawirokusumo 1994).

Proses Pencernaan pada Ruminansia

Pencernaan adalah serangkaian proses perubahan fisik dan kimia dari bahan makanan di dalam alat pencernaan sampai memungkinkan terjadinya proses penyerapan. Sistem pencernaan pada ruminansia melibatkan interaksi dinamis antar pakan, populasi mikroba dan ternak itu sendiri (Mertens 1993). Prosesnya terdiri atas pencernaan mekanis di mulut, pencernaan fermentatif oleh mikroba di rumen dan pencernaan hidrolisis oleh enzim pencernaan di pascarumen (Sutardi 1977).

(40)

Kh it osa n H em iselulo sa

Hex os a

M ik roba

Khitosan

P rotei n Mik roba

Khitosan, lem ak dan k oles terol

M etabolism e

Depos it jar ingan

V FA

Pak an

R um en

U sus

F es es

T iss ue

A setat P ropi onat Is oB utirat B uti rat Isov aler at

Valerat

Hati PP P

[image:40.612.123.505.118.373.2]

se llu losa

Gambar 3. Proses pencernaan pakan dalam ternak, (Haryanto et al. 2008). Hewan ruminansia memiliki empat bagian perut dengan fungsi yang berbeda yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum (Gambar 2). Rumen dan retikulum tidak terpisah secara sempurna sehingga dipandang sebagai satu kesatuan (retikulorumen). Retikulorumen berfungsi sebagai tempat fermentasi makanan melalui aktivitas sejumlah mikroba dengan produk akhirnya berupa amonia (NH3), asam lemak terbang (volatile fatty acid= VFA), gas metan dan

air. Omasum fungsinya belum jelas, tetapi pada organ ini terjadi penyerapan air, NH3 dan VFA, diduga juga memproduksi VFA dan NH3. Abomasum fungsinya

sama dengan perut monogastrik (Church dan Pond 1982; Forbes dan France 1993).

(41)

berupa VFA, NH3 dan air. Selama di rumen makanan yang masih kasar

dikembalikan lagi ke mulut (regurgitasi dan remastikasi). Partikel makanan yang tidak tercerna di rumen dialirkan ke abomasum dan dicerna secara hidrolitik oleh enzim pencernaan yang sama pada monogastrik. Hasil pencernaan tersebut diserap oleh usus halus dan selanjutnya masuk dalam sistem peredaran darah (Sutardi 1979).

Pertumbuhan Ternak Domba

Secara sederhana Butterfield (1988) mendifinisikan pertumbuhan sebagai terjadinya perubahan ukuran tubuh dalam suatu organisme sebelum mencapai dewasa, sedangkan perkembangan adalah produk hasil perbedaan pertumbuhan dari masing-masing bagian tubuh dari suatu organisme. Perubahan ukuran meliputi perubahan bobot hidup, bentuk dimensi linear dan komposisi tubuh termasuk pula perubahan pada komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ dalam serta komponen kimia terutama air, lemak, protein dan abu (Edey 1983 dan Soeparno 1984).

Pertumbuhan adalah bertambahnya bobot hingga ukuran dewasa tercapai atau lebih spesifik pertumbuhan dapat dijelaskan dengan bertambahnya produksi unit biokimia baru oleh pembagian sel, pembesaran sel atau persatuan dari bahan-bahan (material) yang berasal dari lingkungan. Perkembangan menunjukkan koordinasi berbagai proses hingga kematangan (kedewasaan) tercapai, seperti diferensiasi selular dan perubahan bentuk tubuh. Pertumbuhan pada umumnya dinyatakan dengan mengukur kenaikan bobot hidup yang mudah dilakukan dan biasanya dinyatakan sebagai pertambahan bobot hidup harian atau

average daily gain (ADG). Pertumbuhan yang diperoleh dengan memplotkan bobot hidup terhadap umur akan menghasilkan kurva pertumbuhan (Tillman et al. 1984 dan Taylor 1984).

(42)

pertumbuhan otot, tulang dan organ-organ penting mulai berhenti, sedangkan penggemukan (fattening) mulai dipercepat (Judge et al. 1989). Tumbuh-kembang dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan, jenis kelamin, hormon, lingkungan dan manajemen (Judge et al. 1989). Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan domba sebelum lepas sapih adalah genotipe, bobot lahir, produksi susu induk, jumlah anak per kelahiran, umur induk, jenis kelamin anak dan umur sapih (Edey 1983). Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa, heterosis (hybrid vigour) dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim. Batubara et al. (1993) menyatakan bahwa pertambahan bobot hidup domba Lokal Sumatera jantan muda dengan menggunakan pakan konsentrat komersial yang dicampur bungkil inti sawit (40%), molases (20%) dan urea (0.5%) adalah sebesar 106 g/ekor/hari dan konversi pakan adalah 8.2, sedangkan dengan pakan konsentrat kualitas tinggi (pakan komersial) pertambahan bobot hidup adalah 100 g/ekor/hari dan konversi pakan sebesar 9.4. Perbedaan bangsa memberikan keragaman dalam kecepatan pertumbuhan dan komposisi tubuh. Ternak dari satu bangsa tertentu cenderung tumbuh dan berkembang dalam suatu sifat yang khas dan menghasilkan karkas dengan sifat tersendiri, sehingga merupakan sifat khas bangsanya (Judge et al. 1989). Hasil penelitian Yulistiani et al. (1999) pada domba Sungei Putih dan Barbados Blackbelly Cross didapat bahwa total pertambahan bobot hidup anak pra sapih kedua bangsa domba tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata yaitu masing-masing sebesar 119.66 dan 101.2 g/induk/hari, walaupun ada kecenderungan bahwa total bobot lahir domba Sungei Putih lebih rendah dibandingkan dengan bangsa domba Barbados Blackbelly Cross yang masing-masing bobotnya adalah 3.8 dan 4.1 kg.

Karkas dan Non Karkas Komponen Karkas

(43)

jenis pertumbuhan jaringan sehingga mengakibatkan penurunan tingkat akurasi (Johnson dan Priyanto 1991). Untuk memperkecil sumber keragaman tersebut bobot karkas perlu dikombinasikan dengan variabel lain seperti tebal lemak subkutan dan luas urat daging mata rusuk (loin eye area) dalam memprediksi bobot komponen karkas dan hasil daging (Priyanto et al. 1993).

Estimasi komposisi karkas dapat dilakukan dengan memprediksi jumlah produk yang layak dimakan (edible product). Hasil tersebut terdiri atas proporsi daging, lemak dan tulang, Keseluruhan proporsi karkas tersebut ditentukan oleh pertumbuhan jaringannya. Besarnya jumlah edible product yang dihasilkan ini juga ditentukan oleh keahlian dari orang yang menangani rangkaian pemotongan ternak serta kesukaan konsumen dalam memilih bagian-bagian dari produk tersebut setelah diperdagangkan. Perbedaan yang menjadi hubungannya dalam hal ini biasanya tergantung pada seberapa besar lemak dan tulang yang terdapat dalam jaringan daging dapat diterima oleh konsumen sebagai edible product. Daging dalam hal ini merupakan komponen karkas yang terpenting sehingga dalam penerapannya, total daging secara kuantitatif dipergunakan sebagai titik akhir sarana penduga atau pengukur komposisi karkas (Berg dan Butterfield 1976).

(44)

tertentu (dua hari misalnya) maka persentase karkas akan meningkat karena berkurangnya jumlah urin dan feses selama periode tertentu. Komposisi pakan juga berpengaruh terhadap besarnya persentase karkas. Ternak yang mendapat pakan hijauan dengan mutu yang rendah, mengandung lebih banyak digesta di dalam saluran pencernaannya dari pada ternak yang diberi pakan bermutu tinggi dengan proporsi biji-bijiannya yang tinggi. Ternak yang dipuasakan keragaman persentase karkasnya dapat mencapai 4% lebih besar (Tulloh 1978).

Menurut Soeparno (1992) perbedaan komposisi tubuh dan karkas diantara bangsa ternak disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa atau perbedaan bobot pada saat dewasa. Komponen utama karkas terdiri atas jaringan otot, tulang dan lemak (Berg et al. 1978). Kualitas karkas sangat ditentukan oleh imbangan ketiga komponen tersebut. Tulang sebagai kerangka tubuh, merupakan komponen karkas yang tumbuh dan berkembang paling dini, kemudian disusul oleh otot dan yang paling akhir oleh jaringan lemak (Soeparno 1992). Proporsi komponen karkas dan bagian karkas yang dikehendaki konsumen adalah karkas atau bagian karkas yang terdiri atas proporsi daging tanpa lemak (lean) yang tinggi, tulang yang rendah dan lemak yang optimal (Natasasmita 1978). Kerbau mempunyai proporsi daging tanpa lemak (lean) atau otot dan lemak lebih rendah dan tulang serta jaringan ikat lebih tinggi dibandingkan dengan sapi.

(45)

berturut-turut 8.530, 2.521, 724 dan 794 gram. Rachmadi (2003) menyatakan bahwa domba yang diberi pakan konsentrat mengandung bungkil inti sawit sebanyak 45% mempunyai bobot tubuh kosong, bobot karkas dan persentase karkas berturut-turut adalah sebesar 14.30 kg, 6.24 kg dan 43.57% dengan masa penggemukan enam bulan.

Murray dan Slezacek (1976) melaporkan bahwa tidak ada perbedaan dalam proporsi daging, tulang dan jaringan ikat maupun perlemakan pada tingkat pemberian pakan yang berbeda pada domba, tetapi berbeda dalam depot lemak tubuhnya. Domba yang mendapat pakan lebih banyak mempunyai lemak subkutan lebih banyak, namun lemak intramuskuler lebih rendah.

Potongan Komersial Karkas

Karkas domba dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : Prtama

foresaddle (bagian depan) meliputi neck (leher), shoulder (bahu), shank (paha depan), rack (dada) dan breast (bagian bawah dada). Kedua hindsadle (bagian belakang) meliputi leg (paha belakang), loin (pinggang) dan flank (bagian bawah perut) (Judge et al. 1989). Domba lokal jantan mempunyai komposisi potongan karkas komersil pada bobot potong 15 kg adalah sebagai berikut : leg (34.47%),

loin (9,40%), rib (9.46%), shoulder (21.87%), shank (3.74%), breast (9.01%) dan neck (8.98%). (Triatmojo 1988). Judge et al. (1989) menyatakan bahwa komposisi leg (39%), loin (7%), rib (9%), shoulder (26%), shank (5%), breast

(10%), flank (2%), ginjal dan lemak ginjal (2%).

(46)

(27.3%). Ngadiyono (1995) melaporkan bahwa potongan komersial karkas sapi menunjukkan perbedaan yang nyata berdasarkan bobot potong, yaitu semakin berat dengan meningkatnya bobot potong. Adanya perbedaan bobot potongan komersial karkas disebabkan oleh adanya perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong tersebut. Adanya keragaman potongan karkas ini dapat pula disebabkan oleh keragaman bobot komponen penyusunnya termasuk ketebalan lemak subkutan. Jika potongan komersial karkas dinyatakan sebagai persentase terhadap bobot karkas layu pada masing-masing bangsa sapi didapat bahwa persentase potongan komersial karkas diantara bangsa sapi juga menunjukkan keragaman, sebagian berbeda nyata dan sebagian lainnya tidak berbeda nyata, sedangkan diantara bobot potong ternyata persentase bagian komersial karkas tidak menunjukkan perbedaan nyata. Owen dan Norman (1977) menyatakan bahwa proporsi leher, bahu dan paha berkurang, sedangkan dada dan pinggang meningkat dengan semakin bertambahnya umur pada kambing dan domba Boswana kastrasi, dalam hal ini kalau umur bertambah maka bobot tubuh juga akan bertambah. Beermann et al. (1986) melaporkan bahwa peningkatan bobot karkas segar akan meningkatkan bobot leg, neck, loin, rack dan shoulder, dimana persentase peningkatan bobot terbaik ditunjukkan oleh potongan leg disusul oleh loin, rack dan shoulder. Saparto (1981) menyatakan bahwa persentase shank meningkat dengan menurunnya bobot karkas, sebaliknya persentase loin dan rack meningkat dengan naiknya bobot karkas. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pada domba jantan, otot pada shoulder, leg, loin dan breast

(47)

Komponen Non Karkas

[image:47.612.134.503.441.700.2]

Berg dan Butterfield (1976) mengemukakan bahwa bobot karkas adalah bobot hidup setelah dikurangi bobot saluran pencernaan, darah, kepala, kulit dan keempat kaki mulai dari persendian carpus atau tarsus ke bawah. Dinyatakan pula bahwa dijumpai sedikit modifikasi, kadang-kadang dengan atau tanpa ginjal, lemak ginjal, lemak pelvis, lemak sekitar ambing, diaphragma dan ekor. Perbedaan sangat besar adalah lemak ginjal atau lemak pelvis termasuk ke dalam karkas atau tidak. Karkas sebagai satuan produksi dinyatakan dalam bobot karkas dan persentase karkas. Persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup saat dipotong (dikurangi isi saluran pencernaan dan urine) dikali 100 % (Judge et al. 1989; Berg dan Butterfield 1976 ; Tulloh, 1978) Proporsi bagian-bagian non karkas, dan pakan yang diberikan dan cara pemotongan mempengaruhi komposisi karkas (Herman (1993). Sedangkan Hudallah et al. (2006) menyatakan bahwa non karkas terdiri dari kepala, darah, organ-organ dalam kecuali ginjal, keempat kaki bagian bawah, kulit, ekor dan bulu.

Tabel 5. Produksi non karkas domba jantan dan betina.

Non karkas Jantan Betina

---%.---

Bobot potong(kg) 101.25 76.50

Karkas 56.49 56.84

Kepala 2.82 2.54

Leher 6.01 4.80

Dada 15.63 16.08

Shoulder 8.81 9.44

Flank 3.01 3.07

Loin 4.48 4.65

Leg 12.64 13.01

Ekor 0.83 1.30

Hati 1.18 1.10

Jantung 0.26 0.24

Paru-paru 0.59 0.54

Ginjal 0.19 0.20

Otot 24.79 20.82

Tulang 9.01 7.43

Lemak 16.23 21.16

(48)

Menurut Adiwinarti et al. (1999) persentase non karkas adalah 57%,

sedangkan hasil penelitian Hudallah et al. (2007) persentase non karkas berkisar

antara 53.05-55.58% (bruto) dan 34.34-44.43% (netto). Selanjutnya dikatakan

bahwa makin tinggi bobot non karkas makin rendah nilai ekonomisnya. Kepala,

kaki, kulit, darah, dan ekor tidak berbeda nyata. Kulit, darah, dan ekor tidak

berbeda nyata karena bagian tersebut berkembang sesuai dengan bobot potong.

Makin tinggi bobot potong makin banyak darah dan makin luas kulit serta makin

tinggi bobot kepala, kaki dan ekor. Produksi karkas dan non karkas domba

dapat dilihat pada Tabel 5 Goliomytis (2005). Lemak

Lemak merupakan subtansi yang dapat ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan hewan. Lemak tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti benzene, eter dan chloform. Lemak mengandung karbon, oksigen dan hydrogen dengan rumus C12H22O11 (Mc Donald et al. 2002). Lemak biasa

disebut ester lemak murni dari gliserol yaitu trigliserida. Lemak merupakan ikatan organik yang masuk ke dalam klasifikasi lipid bersama-sama dengan ikatan kimia lainnya termasuk lilin, fosfolipid dan sterol (Wahju 1985).

Frandson (1992) menyatakan bahwa lemak digolongkan menjadi lemak sederhana, lemak gabungan dan lemak derivat. Lemak sederhana adalah ester dari asam-asam lemak dan alkohol termasuk macam-macam lemak (ester asam lemak dan gliserol) dan wax (ester asam lemak dan alkohol selain gliserol). Lemak gabungan mengandung beberapa gugus selain alkohol dan asam lemak seperti fosfor, nitrogen dan karbohidrat. Lemak derivat merupakan senyawa yang dihasilkan oleh hidrolisa lemak sederhana ataupun lemak gabungan.

(49)

menginginkan daging rendah lemak (lean meat). Di Eropa telah dibuat sistem penilaian karkas domba berdasarkan kelas lemak untuk memenuhi tuntutan konsumen tersebut, sebagai berikut: (1) kelas lemak 1: lemak 14.3%, daging 64.8%, dan tulang 20.9%; (2) kelas lemak 2: lemak 20.5%, daging 60.5%, dan tulang 19.0%; (3) kelas lemak 3: lemak 26.6%, daging 56.2%, dan tulang 17.2%; (4) kelas lemak 4: lemak 32.7%, daging 51.9%, dan tulang 15.4 %; dan (5) kelas lemak 5: lemak 38.9%, daging 47.6%, dan tulang 13.5%. Kisaran bobot karkas domba yang diinginkan oleh masyarakat Eropa tersebut adalah 8−23 kg

Lemak dalam daging terdapat dalam bentuk trigliserida. Trigliserida merupakan komponen utama asam lemak dalam makanan yang dibentuk dari fraksi katalisa gliserol dengan 3 molekul asam lemak. Trigliserida merupakan bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan kalori (Piliang dan Djojosoebagjo 2006a). Selanjutnya dikatakan bahwa kelebihan energi terjadi jika energi melebihi metabolis yang dibutuhkan, kelebihan energi menyebabkan akumulasi lemak yang berlebihan sehingga disimpan dalam jaringan adipose dalam bentuk cadangan lemak. Beberapa trigliserida berbentuk butir-butir kecil pada jaringan yang digunakan untuk metabolisme energi.

Asam lemak adalah komponen terbesar dari beberapa lipida kompleks yang mengndung 12 – 24 atom C yang sebagian besar umumnya terdapat pada jaringan hewan. Sebagai contoh adalah asam linoleat yang diketahui dapat menurunkan taraf kolesterol dalam darah juga dipertimbangkan sebagai asam lemak esensial, tetapi ternyata dalam publikasi bahwa asam linoleat dapat meransang pembentukan tumor dan tumor spread ( metastatiw ) (Enser 1984). Konsumsi yang berlebihan dari lemak yang mengandung asam linoleat tinggi dipercaya dapat merangsang kanker payudara, prostat dan kanker usus besar (Adnan 1994).

Kolesterol

(50)

kolesterol sebagian besar dipenuhi melalui sintesa kolesterol dan dibentuk di dalam hati (Piliang dan Djojosoebagjo 2006a; Frandson 1992). Kurang dari separoh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700 mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Pada manusia, hati menghasilkan kurang lebih 10% dari total sintesis, sementara usus sekitar 10% lainnya. Pada hakekatnya semua jaringan yang mengandung sel-sel berinti mampu mensintesis kolesterol. Fraksi mikrosomal (reticulum endoplasma) dan sitosol sel terutama bertanggung jawab atas sintesis kolesterol (Mayes 2003).

Kolesterol merupakan sterol utama dalam jaringan tubuh manusia. Kolesterol mempunyai rantai hidrokarbon dengan delapan atom karbon yang diberi nomor 20 sampai 27 sebagai lanjutan nomor pada inti steroid (Ismadi 1993). Kolesterol merupakan subtansi lemak khas hasil metabolisme yang banyak diketemukan dalam struktur tubuh manusia maupun hewan. Oleh karena itu kolesterol banyak terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan seperti daging, hati otak dan kuning telur (Martin and Ahle 1984).

Pada konsumsi makanan yang beraneka ragam, kurang lebih setengah kolesterol berasal dari biosintesis tubuh sendiri yang berlangsung dalam usus, kulit dan terutama dalam hati (kira-kira 50%), selebihnya kolesterol diambil dari bahan makanan. Sebagian besar kolesterol membentuk lapisan lemak dari membran plasma. Perubahannya menjadi asam empedu juga menggunakan jumlah kolesterol yang sangat besar. Selain itu kolesterol juga disekresikan ke dalam empedu dalam bentuk yang tidak diubah. Sejumlah kecil kolesterol berfungsi pada biosintesis hormon steroid. Keseluruhannya setiap hari digunakan atau dieliminasi kurang lebih 1 gram kolesterol (Koolman and Rohm 2001).

(51)
[image:51.612.131.495.352.479.2]

cylomicron-cylomikron dan lipoprotein-lipoprotein dengan densitas rendah (LDL). Kebutuhan yang tepat akan kolesterol belum diketahui, tapi para ahli sependapat bahwa meskipun dalam bentuk sedikit saja kolesterol yang disintesa dalam tubuh, telah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Tabel 6. Kadar kolesterol, trigliserida, LDL, HDL serum darah dan kadar lemak daging domba dan kambing

Jenis Ternak Uraian Kolesterol (mg/dl) LDL (mg/dl) Trigliserida (mg/dl) HDL (mg/dl) Lemak (mg/dl) Kambing Domba 145 108 70* 110* 65 40 40 36 76 61 0.31 0.52 Soraya (2006) *

Mitruka et al. 1977

Tabel 7. Kadar lemak dan kolesterol daging berbagai jenis ternak

Jenis ternak

Kadar Lemak

(%)a

Kadar Kolesterol Energi

(kal/100gr)a (mg/100g)b (mg/3ons)c (mg/dl)a (mg/dl)d

Kambing Domba Sapi Babi Ayam - 7.9 2,4 2.9 1.2 55-210 55-140 80-170 76-170 52-148 - 85 57 75 67 - 79 59 69 - - 70 125 70-105 60-90 - 145 144 147 114 a Lawrie (2003) b Girindra (1986) c

Aberle et al. (2001) d

Anggorodi (1979)

Kolesterol bebas maupun dalam bentuk esternya memiliki fungsi fisiologis yang penting. Fungsi kolesterol adalah : (1) komponen esensial membran sel tubuh, yakni untuk regulasi cairan tubuh, (2) unsur dari myelin dalam jaringan saraf, precursor beberapa jenis biomolekul seperti hormon streroid, asam empedu dan vitamin D (Beitz dan Allen 1984; McDonald et al. 1995; Boyer 2002)

(52)

dengan glukoneogenesis, pembentukan glikogen dan degradasi lemak, (3) mineralokortikoid yang meregulasi penyerapan Na+ , Cl- dan HCO3- dalam ginjal

yang dapat meningkatkan volume dan tekanan darah, (4) estrogen yang merupakan penggerak pengembangan karakteristik jenis kelamin betina (Beitz dan Allen 1984).

Kolesterol dalam tubuh dikeluarkan melalui dua cara, yaitu diubah menjadi empedu sebagai garam-garam kolesterol dan sterol netral yang dibuang melalui feses (Mayes 1995). Awalnya asam empedu disintesa dalam hati dengan bahan dasar kolesterol. Asam empedu ini digunakan dalam proses pencernaan, khususnya lemak dengan cara pembentukan kilomikron (Lehniger 1975). Hampir 80% kolesterol diubah menjadi berbagai macam asam empedu (Chambell et al.1988).

Berbagai studi telah membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol

High Density Lypoprotein (kol-HDL) dan tingginya kadar Trygliserida (TG), Low Density Lypoprotein (kol-LDL), dan kolesterol total berperan sebagai faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada diabetes melitus tipe 2. Keadaan dislipidemia ini akan memicu akumulasi jaringan adiposa diberbagai kompartemen tubuh, dalam hal ini akumulasi jaringan adiposa abdominal terutama lemak viseral memiliki efek langsung terhadap atherosclerosis

(Supadmo 1997).

Asam lemak tak jenuh rantai tunggal, mono unsaturated fatty acid

(53)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ruminansia Besar, dan Laboratorium Lapangan, Fakultas Peternakan, dan Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Desember 2008 sampai dengan Februari 2009.

Materi dan Metode Penelitian

Preparasi limbah udang

Limbah udang diambil dari perusahaan pembekuan udang di Muara Baru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Menggunakan boks pendingin yang berisi es supaya limbah udang tidak rusak atau berbau. Kemudian dikeringkan dengan sinar matahari sampai beratnya tetap, selanjutnya digiling untuk dijadikan tepung. Tepung limbah udang tersebut dihidrolisis dengan cara diautoclave pada suhu 121oC dengan tekanan 1 Atm selama 6 jam kemudian dicampurkan ke dalam berbagai macam bahan pakan yang telah disediakan (Tabel 8) selanjutnya dibuat pellet dengan ukuran 8 mm.

Pemeliharaan

(54)
[image:54.612.131.505.126.555.2]

Tabel 8. Susunan Dan Kandungan Nutrien Pakan Penelitian

Nama Bahan P a k a n

P0 P1 P2 P3 --- kg ---

Rumput lapang 40.0 40.0 40.0 40.0

Limbah Udang 0.0 10.0 20.0 30.0

Bungkil Kedelai 13.5 9.0 4.5 0.0

Molasses 15.0 15.0 15.0 15.0

Jagung Kuning 2.8 0.5 2.4 4.7

Pollard 2.8 3.4 1.9 0.3

Onggok 18.6 14.3 7.4 0.2

Crude Palm Oil

(CPO) 3.9 4.9 5.9 6.9

Urea 2.0 2.0 2.0 2.0

Garam (NaCl) 0.4 0.4 0.4 0.4

Kapur (CaCO3) 0.5 0.0 0.0 0.0

Premix 0.5 0.5 0.5 0.5

J U M L A H 100.0 100.0 100.0 100.0 Kandungan

Nutrien: ……….%...

PK 14.70 14.70 14.70 14.70

SK 13.51 15.26 16.86 18.39

LK 5.74 7.01 8.61 10.28

Ca 0.89 1.34 2.26 3.16

P 0.44 0.52 0.59 0.67

ME (Kkal/Kg) 2.501 2.503 2.500 2.500

Harga (Rp/kg) 2.580 2.488 2.445 2.440

Sumber : Hasil Analisis Di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak IPB, 2008 Pakan yang digunakan berbentuk pelet, terdiri dari 4 taraf tepung limbah udang yaitu 0%, 10%, 20%, dan 30%. Kandungan nutrien pakan disesuaikan dengan kebutuhkan protein untuk pertumbuhan domba yaitu 14.7% dan energi metabolisme yaitu 2,500 kkal/kg (NRC 1985). Susunan dan kandungan nutrien pakan seperti pada Tabel 8.

(55)

yang tidak dikonsumsi per-hari. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap 2 minggu.

Pemotongan Ternak

Ternak dipotong setelah dipelihara selama kurang lebih 3 bulan tapi sebelum dipotong dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot potong. Pengkarkasan dan pemotongan bagian-bagian karkas dan non karkas dilakukan sesaat setelah dipotong. Semua bagian tersebut masing-masing ditimbang satu persatu. Tahap berikutnya adalah analisa laboratorium untuk mengamati dan mengukur kadar kolesterol, trigliserida,HDL dan LDL lemak subkutan.

Peubah yang Diukur

a. Karakteristik fisik karkas dan komponen karkas, meliputi: bobot karkas panas dan dingin, persentase bobot karkas, persentase komponen karkas (daging, lemak, dan tulang) khususnya potongan leg.

b. Karakteristik komponen non karkas pada ternak domba jantan lokal (kepala, kaki, kulit dan jeroan : hati, paru, jantung dan alat pencernaan).

c. Kadar kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL serum darah, kadar trigliserida dan kolesterol lemak subkutan pada ternak domba jantan lokal.

Metode Pengukuran:

a. Pertambahan bobot badan harian (g).

Dihitung berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dibagi dengan jarak waktu (hari) antara dua penimbangan.

b. Konsumsi pakan (g).

Dihitung berdasarkan jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan.

c. Bobot potong (g).

(56)

Ditentukan berdasarkan hasil penimbangan bobot karkas sesaat setelah pemotongan.

e. Persentase Karkas depan dan karkas belakang

Diukur berdasarkan metode Australia yaitu dipotong pada antara tulang rusuk ke-12 dan ke-13.

f. Persentase komponen non karkas

Dihitung berdasarkan komponen non karkas (kepala, kaki, kulit dan jeroan) masing-masing bagian non karkas dibagi dengan bobot kosong dikali 100(%). g. Persentase lemak internal

Dihitung berdasarkan jumlah total lemak internal yang terdapat dalam tubuh ternak dibagi dengan bobot kosong dikali 100%.

h. Lemak subkutan dianalisa di laboratorium sbb:

a. Analisa total kolesterol, trigliserida dan HDL menggunakan metode Metode Kit dan alat Humalyser Spectrofotometry (Susandari et al. 2004). b. Analisa lemak jenuh/tak jenuh menggunakan metode hitungan bilangan

yodium /Metode Hanus (Apriyantono et al. 2006).

Pengambilan sampel darah dan lemak

Pengambilan sampel darah dilakukan dengan menggunakan tabung vacum venojuck sebanyak kurang lebih 10 cc melalui vena jungularis pada bagian leher ternak domba sampel. Hal ini dilakukan satu hari sebelum ternak dipotong. Selanjutnya sampel darah tersebut dianalisa kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL di laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan menggunakan Metode Kit. Sampel lemak diambil melalui lemak subkutan sebanyak kurang lebih 10 gram untuk dianalisa kadar kolesterol total dan trigliserida menggunakan metode Kit sedangkan kadar lemak tak jenuh mengunakan metode Hanus (Apriyantono et al. 2006).

Analisa Kolesterol Darah

(57)

dimasukkan ke dalam evendorf dengan menggunakan pipet. Analisa kadar total kolesterol dan trigliserida baik pada darah maupun lemak menggunakan metode yang sama, hanya pereaksi (reagentnya) yang berbeda. Metodanya adalah sebagai berikut : 5µl dari setiap sampel dimasukkan dalam tabung reaksi yang sudah idsterilkan. Kemudian ditambahkan reagent masing-masing sebanyak 500µl. Bahan aktif reagent kolesterol total adalah buffer fosfat 4-Aminoantipirin, fenol, peroksidase, kolesterolesterase, kolesteroloksidase, dan sodiun azida; sedangkan pada reagent trigliserida terdiri dari 4-klorofenol 4-aminoantipirin, sodium azidase, ion magnesium, dan gliserol-3-fosfat oksidase. Sampel dan reagent ini dicampur dan diaduk untuk mendapatkan campuran yang homogen. Kadar total kolesterol dan trigliserida diukur dengan menggunakan Humalyser Spectrophotometer setelah didiamkan selama 10 menit.

Analisa HDL darah dilakukan sebagai berikut; 5 µl sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 500µl reagent HDL yaitu asam

posphotungstic dan magnesium klorida. Campuran ini disentrifige pada 4000 rpm selama 10 menit, maka akan didapatkan supernatant yang telah bersih dari reagent HDL. Supernatan sebanyak 50µl dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan reagent kolesterol sebanyak 500µl, Campuran ini diaduk dan didiamkan selama 10 menit kemudian diukur. Menurut metode Humalyser Spectrofotometry HDL-Kolesterol test (Cat. No.10018) kadar LDL darah dapat dihitung dengan menggunak

Gambar

Tabel 2. Komposisi asam amino tepung limbah udang, tepung ikan, bungkil kedelai, dan mikroba rumen
Tabel 3. Kandungan Mineral Tepung Limbah Udang, Tepung Ikan, Dan Bungkil Kedelai.
Gambar 1. Sketsa proses denaturasi protein (Winarno  1991)
Gambar 3. Proses pencernaan pakan dalam ternak, (Haryanto et al. 2008).
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengelolaan dan pertanggungjaw aban keuangan yang baik tersebut saat ini telah menjadi sasaran kinerja Inspektorat Provinsi Sulaw esi Selatan dengan indikator

Termanfaatkannya laporan hasil pemeriksaan inspektorat provinsi sulsel sebagai bahan evaluasi pengambil keputusan/kebijakan.. Termanfaatkannya data temuan hasil pemeriksaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan .... III AKUNTABILITAS KINERJA

PENGARUH ATRIBUT KUALITAS, HARGA, DESAIN DAN PELAYANAN SEPEDA MOTOR HONDA TERHADAP KEPUTUSAN

Berdasarkan kepada model kajian di atas, kajian ini melihat perhubungan antara pembolehubah tidak bersandar iaitu yang pertama adalah faktor organisasi iaitu struktur

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa jika semakin lengkap fasilitas belajar yang bisa dimanfaatkan dan dimiliki oleh siswa, maka dorongan dalam diri siswa

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi, kemampuan intelektual, dan kepribadian berpengaruh secara tidak signifikan terhadap pemahaman akuntansi.

Weaving his private life, politics, social movements, university affairs and his professional career into a unified texture, supported by decades of journal writing where he vented