• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pelaksanaan Program Tanggap Darurat Kebakaran Di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Pelaksanaan Program Tanggap Darurat Kebakaran Di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Tahun 2013"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TINJAUAN PELAKSANAAN PROGRAM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR SEKTOR DAN PUSAT LISTRIK

PAYA PASIR PT PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN MEDAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NOVTALIN HUTASOIT NIM : 091000050

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Kejadian kebakaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja tanpa diketahui sebelumnya sehingga dapat menimbulkan banyak kerugian baik materi maupun korban jiwa. Kebakaran dapat terjadi di tempat yang memiliki potensi bahaya, salah satunya di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan. Kerugian yang disebabkan karena kebakaran dapat diminimalkan dengan melaksanakan program tanggap darurat kebakaran di tempat yang memiliki resiko kebakaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dari program tanggap darurat kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan. Penelitian ini menggunakan pendekatan induktif dengan metode wawancara terhadap lima orang responden dari tim penanggulangan keadaan darurat di perusahaan untuk menggali informasi tentang pelaksanaan program tanggap darurat kebakaran di perusahaan yang kemudian akan dilakukan analisa dengan pendekatan induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program tanggap darurat kebakaran meliputi sarana proteksi kebakaran aktif, sarana penyelamatan jiwa, dan manajemen penanggulangan keadaan darurat kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan sudah sesuai dengan acuan yang digunakan perusahaan dalam melaksanakan program tanggap darurat kebakaran. Diharapkan hal ini terus dipertahankan bahkan ditingkatkan oleh perusahaan agar tercipta lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi pekerja.

(5)

ABSTRACT

Fires can occur anywhere and anytime without being noticed so can cause much harm either material or fatalities. Fires can occur in a place that has the potential dangers, one of which in Sector Office and Central Electricity Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan. Losses caused by fire can be minimized by implementing emergency response programs in place that has the fire risk of fire. The purpose of this study is to investigate the implementation of fire emergency response program in Sector Office and Central Electricity Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan. This study used a inductive approach with interviews of five repondents from emergency response teams in the company to collect information on the implementation of fire emergency response program in the company then will be analyzed with inductive approach. The results showed that the implementation of fire emergency response program include active fire protection equipment, life saving tool, and fire emergency response management in Sector Office and Central Electricity Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan is in conformity with the references used in the company in implement the fire emergency response program. The case is expected to be maintained and even enhanced by the company in order to create a safe and comfortable working environment for workers.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Novtalin Hutasoit

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 13 November 1991 Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Menikah

Jumlah Bersaudara : 4 (Empat) Orang Bersaudara

Alamat : Jalan Pendidikan Gang GESBA No 47 Marindal I Medan

Riwayat Pendidikan

1. TK ST. Antonius Medan, 1996-1997. 2. SD ST. Antonius VI Medan, 1997 - 2003. 3. SMP Tri Sakti I Medan, 2003 - 2006. 4. SMA Negeri 2 Medan, 2006 - 2009.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tinjauan Pelaksanaan Program Tanggap Darurat Kebakaran Di Kantor

Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Tahun 2013” yang menjadi salah satu prasyarat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Msyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya skripsi ini sehingga dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi selaku dosen pembimbing akademik penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

4. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes dan Ibu Isyatun Mardiyah Syahri, SKM, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik serta motivasi kepeda penulis untuk perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar FKM USU serta dosen peminatan Bagian keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS, Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, Bapak dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS, Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes dan Ibu Arfah Mardiana, S.Psi, M.Psi.

8. Pimpinan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara dan Pimpinan PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini.

9. Seluruh staf karyawan di PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan yang telah meluangkan waktunya memberikan informasi yang dibutuhkan penulis sehingga skipsi ini dapat diselesaikan.

(9)

11. Seluruh rekan mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya sahabatku di Departemen K3 Florentina, Kak Najah, Kak Nadia, Wita, Mayan, Debi, Kak Evia, Kak Mian, Kak Eva, Bang Henok, Dunia Terang, Mareza, Fahrurozi dan sahabatku di Departemen lain Vebri, Ayu (Yati), Etha, Sailent, Puci, Windy, Bian, Sonde. yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi. Terima kasih tetap mendukung satu sama lain dalam perjuangan menyelesaikan skripsi ini. ^_^

Medan, Juli 2013

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan... i

Abstrak... ii

Daftar Riwayat Hidup... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi... viii

Daftar Gambar... xi

Daftar Tabel... xii

Daftar Lampiran... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Keadaan Darurat ... 7

2.1.1. Jenis Keadaan Darurat ... 7

2.1.2. Penyebab Keadaan Darurat ... 9

2.2. Kebakaran ... 10

2.2.1. Unsur-Unsur Terjadinya Kebakaran... 10

2.2.2. Penyebab Kebakaran ... 11

2.2.3. Peristiwa-Peristiwa Penyebab Kebakaran di Industri ... 13

2.2.4. Klasifikasi Kebakaran ... 16

2.2.5. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran... 19

2.3. Sarana Proteksi Kebakaran Aktif ... 22

2.3.1. Detektor danAlarmKebakaran ... 22

2.3.2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)... 25

(11)

2.4. Sarana Penyelamatan Jiwa... 28

2.4.1. Tepat Berhimpun ... 29

2.5. Manajemen Penanggulangan Keadaaan Darurat Kebakaran... 29

2.5.1. Organisasi Tanggap Darurat ... 30

2.5.2. Prosedur Tanggap Darurat... 30

2.5.3. Latihan Tanggap Darurat Kebakaran ... 31

2.6. Kerangka Konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1. Lokasi Penelitian... 33

3.2.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Populasi dan Sampel... 33

3.3.1. Populasi ... 33

3.3.2 Sampel... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.5. Definisi Operasional ... 36

3.6. Analisa Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN... 38

4.1. Gambaran Umum Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan ... 38

4.1.1. Sejarah ... 38

4.1.2. Gambaran Kegiatan Proses Produksi ... 40

4.1.3. Visi dan Misi ... 42

4.1.4. Struktur Organisasi ... 43

4.1.5. Identifikasi Potensi Keadaan Darurat Kebakaran... 44

4.1.6. Tenaga Kerja... 46

4.2. Pelaksanaan Program Sarana Proteksi Aktif ... 47

4.2.1. Detektor dan Alarm... 47

4.2.2. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ... 48

4.2.3. Hidran... 51

4.3. Pelaksanaan Program Sarana Penyelamatan Jiwa ... 53

(12)

4.4. Pelaksanaan Program Manajemen Penanggulangan Keadaan

Darurat ... 54

4.4.1. Organisasi Tanggap Darurat ... 54

4.4.2. Prosedur Tanggap Darurat ... 61

4.4.3. Latihan Tanggap Darurat Kebakaran ... 63

BAB V PEMBAHASAN... 65

5.1. Pelaksanaan Program Sarana Proteksi Kebakaran Aktif ... 65

5.1.1. Detektor dan Alarm... 65

5.1.2. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ... 66

5.1.3. Hidran... 68

5.2. Pelaksanaan Program Sarana Penyelamatan Jiwa ... 70

5.2.1. Tempat Berhimpun... 70

5.3. Pelaksanaan Program Manajemen Penanggulangan Keadaan Darurat ... 71

5.3.1. Organisasi Tanggap Darurat ... 71

5.3.2. Prosedur Tanggap Darurat ... 73

5.3.3. Latihan Tanggap Darurat Kebakaran ... 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 77

6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran ... 78

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. GPP Unit 4 Alsthom... 42

Gambar 4.2. Tanki Bahan Bakar ... 42

Gambar 4.3. Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan ... 44

Gambar 4.4. Detektor ... 48

Gambar 4.5. Alarm ... 48

Gambar 4.6. APAR 5 Kg... 51

Gambar 4.7. APAR 50 Kg... 51

Gambar 4.8. Hidran ... 53

Gambar 4.9. Tempat Berhimpun ... 54

Gambar 4.10. Tanda Tempat Berhimpun... 54

Gambar 4.11. Tim Penanggulangan Keadaan Darurat Dalam Jam Dinas Kerja Lokasi PLTG Dan Areal Kantor Paya Pasir... 58

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Kapasitas Dasar Terpasang PLTG Paya Pasir ... 41 Tabel 4.2. Sumber Potensi Kebakaran Di Bidang Operasi Unit Paya Pasir ... 45 Tabel 4.3. Sumber Potensi Kebakaran Di Bidang Pemeliharaan Unit

Paya Pasir ... 45 Tabel 4.4. Sumber Potensi Kebakaran Di Bidang Administrasi dan Umum

Unit Paya Pasir ... 46 Tabel 4.5. Data Tenaga Kerja di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir ... 47 Tabel 4.6. Rincian Kapasitas APAR di Kantor Sektor dan Pusat Listrik

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Lampiran 2 : Hasil Wawancara Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

(16)

ABSTRAK

Kejadian kebakaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja tanpa diketahui sebelumnya sehingga dapat menimbulkan banyak kerugian baik materi maupun korban jiwa. Kebakaran dapat terjadi di tempat yang memiliki potensi bahaya, salah satunya di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan. Kerugian yang disebabkan karena kebakaran dapat diminimalkan dengan melaksanakan program tanggap darurat kebakaran di tempat yang memiliki resiko kebakaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dari program tanggap darurat kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan. Penelitian ini menggunakan pendekatan induktif dengan metode wawancara terhadap lima orang responden dari tim penanggulangan keadaan darurat di perusahaan untuk menggali informasi tentang pelaksanaan program tanggap darurat kebakaran di perusahaan yang kemudian akan dilakukan analisa dengan pendekatan induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program tanggap darurat kebakaran meliputi sarana proteksi kebakaran aktif, sarana penyelamatan jiwa, dan manajemen penanggulangan keadaan darurat kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan sudah sesuai dengan acuan yang digunakan perusahaan dalam melaksanakan program tanggap darurat kebakaran. Diharapkan hal ini terus dipertahankan bahkan ditingkatkan oleh perusahaan agar tercipta lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi pekerja.

(17)

ABSTRACT

Fires can occur anywhere and anytime without being noticed so can cause much harm either material or fatalities. Fires can occur in a place that has the potential dangers, one of which in Sector Office and Central Electricity Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan. Losses caused by fire can be minimized by implementing emergency response programs in place that has the fire risk of fire. The purpose of this study is to investigate the implementation of fire emergency response program in Sector Office and Central Electricity Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan. This study used a inductive approach with interviews of five repondents from emergency response teams in the company to collect information on the implementation of fire emergency response program in the company then will be analyzed with inductive approach. The results showed that the implementation of fire emergency response program include active fire protection equipment, life saving tool, and fire emergency response management in Sector Office and Central Electricity Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan is in conformity with the references used in the company in implement the fire emergency response program. The case is expected to be maintained and even enhanced by the company in order to create a safe and comfortable working environment for workers.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam pembangunan industri digunakan berbagai tingkat teknologi sederhana atau tradisional sampai teknologi maju dan sangat maju. Semakin tinggi teknologi yang digunakan maka semakin tinggi pula pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang semakin tinggi dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar, sehingga memerlukan teknik pengendalian untuk mengurangi dampak negatif terhadap tenga kerja dan masyarakat serta lingkungannya. Karena itu setiap kesalahan atau kecelakaan dalam penerapan teknologi maju dapat menimbulkan kerugian yang besar baik dari segi modal maupun sumber daya manusia.

Kecelakaan kerja atau kebakaran membawa akibat yang merugikan bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan masyarakat, antara lain: korban jiwa manusia, hilang atau berkurangnya kesempatan kerja, tenaga terampil, modal yang tertanam dan lain-lain. Karena itu dalam setiap usaha perluasan kesempatan kerja, masalah keselamatan dan kesehatan kerja termasuk penanggulangan kebakaran perlu mendapat perhatian sepenuhnya (Silalahi, 1985).

(19)

Hal ini menunjukkan bahwa kewaspadaan pencegahan terhadap kebakaran perlu lebih ditingkatkan. Banyak kebakaran di perusahaan terjadi di luar jam kerja. Dalam hal itu, tenaga kerja tidak terkena kecelakaan atau cedera sebagai akibatnya, tetapi biasanya musnahnya atau terbakarnya sebagian perusahaan beserta mesin dan peralatan berakibat pula hilangnya kesempatan kerja. Kebakaran di luar jam kerja merupakan pengaruh sosial dan ekonomi yang besar (Suma’mur, 1987).

Menurut Construction Safety Association of Ontario, setiap badan usaha (perusahaan) diwajibkan mengelola penyelenggaraan program-program tanggap darurat dan bencana. Dalam Per. 05/MEN/1996 disebutkan bahwa setiap badan usaha diwajibkan untuk menyelenggarakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), dimana salah satu elemennya mewajibkan badan usaha untuk menyelenggarakan program tanggap darurat (Emergency Response Preparedness). Hal ini bertujuan meminimalisasi korban dan kerusakan peralatan yang disebabkan oleh kecelakaan dan keadaan darurat, termasuk karyawan yang luka-luka, kebakaran, ledakan, keracunan tumpahan bahan kimia, kebocoran gas dan bencana alam. Upaya tersebut terwujud dalam program tanggap darurat yang disusun berdasarkan informasi tentang potensi keadaan darurat apa saja yang dapat terjadi di perusahaan (Rachmawati, 2009).

(20)

pemadam kebakaran. Selain itu petugas juga melakukan pendinginan terhadap tiga Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berdekatan dengan gardu. Dalam kejadian kebakaran ini tidak terdapat korban jiwa, namun sebagian besar aliran listrik di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat terputus dikarenakan hilangnya tegangan listrik sekitar 50 MW (Anonim, 2012).

Pada tahun yang sama, kebakaran juga terjadi pada dua unit mesin Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di PLN Rayon Langsa yang terdapat di Pulau Pusong, Gampong Teulaga Tujoh, Kecamatan Langsa Barat. Menurut saksi yang melihat kejadian tersebut, kebakaran terjadi pukul 03.30 wib. Diduga kebakaran mesin tersebut dikarenakan adanya kebocoran selang minyak hingga menyemprot ke arah turbo yang kemudian menimbulkan percikan api. Proses pemadaman tersebut dibantu oleh masyarakat setempat yang takut apabila api menjalar ke rumah mereka. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian kebakaran tersebut, namun dua mesin PLTD dan seluruh kabel panel serta gudang tempat letak mesin hangus terbakar. Selain itu kawasan di sekitar pulau tersebut mengalami pemadaman untuk waktu yang cukup lama. Untuk mengatasi masalah tersebut, pihak PLN mendatangkan satu mesin cadangan ke Pusong. Pemasangan mesin pengganti tersebut membutuhkan waktu yang lama dikarenakan kerusakan yang diakibatkan kebakaran cukup besar (Anonim, 2012).

(21)

kerugian yang akan terjadi dari kebakaran baik kerugian materi maupun korban jiwa serta dapat menciptakan tempat kerja yang aman dan nyaman bagi pekerja.

PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan merupakan salah satu Perusahaan Listrik Negara yang menyuplai daya listrik untuk kota Medan dan sekitarnya. PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan terdiri dari Kantor Sektor, Pusat Listrik Paya Pasir, Pusat Listrik Glugur dan Pusat Listrik Titi Kuning. Lokasi Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir berdekatan dan memiliki resiko kebakaran. Pusat Listrik Paya Pasir memiliki 5 unit mesin pembangkit yang masih beroperasi dengan jumlah kapasitas yang dihasilkan secara keseluruhan sebesar 110,25 MW. Adapun elemen yang dapat berpotensi menimbulkan kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir berasal dari listrik, bahan bakar, api, oli dan gas panas.

(22)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan program tanggap darurat kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program tanggap darurat bahaya kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pelaksanaan program sarana proteksi kebakaran aktif (detektor dan alarm, APAR, hidran) di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan program sarana penyelamatan jiwa (tempat berhimpun) di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan, khususnya di bagian Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir.

3. Menambah wawasan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya tentang program tanggap darurat kebakaran.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keadaan Darurat

MenurutFederal Emergency Management Agency(FEMA) dalamEmergency Management Guide for Business and Industry, keadaan darurat adalah segala

kejadian yang tidak direncanakan yang dapat menyebabkan kematian atau injury yang signifikan pada para pekerja, pelanggan atau masyarakat umum; atau kejadian yang dapat mematikan bisnis atau usaha, menghentikan kegiatan operasional, menyebabkan kerusakan fisik atau lingkungan, atau sesuatu yang dapat mengancam kerugian fasilitas keuangan atau reputasi perusahaan di mata masyarakat. Menurut NFPA 1600, keadaan darurat adalah segala kejadian atau peristiwa, alamiah atau akibat ulah manusia yang memerluakan aksi penyelamatan dan perlindungan terhadap properti, kesehatan masyarakat, dan keselamatan (Rachmawati, 2009).

2.1.1. Jenis Keadaan Darurat

Menurut NFPA (dalam Septiadi, 2008) keadaan darurat dapat dibedakan menjadi dua jenis, antara lain:

1. Keadaan darurat kecil

(25)

2. Keadaan darurat besar

Apabila keadaan darurat yang terjadi dapat mempengaruhi jalannya operasi perusahaan atau mempengaruhi tatanan lingkungan sekitar dan penanggulangannya diperlukan pengerahan tenaga yang banyak dan besar.

Menurut Departemen Tenaga Kerja (dalam Nurina, 2012) , keadaan darurat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Keadaan Darurat Tingkat I (Tier I)

Keadaan darurat tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam jiwa manusia dan harta benda (asset) yang secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dari suatu instalasi atau pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa perlu adanya regu bantuan yang dikonsinyalir.

Keadaan darurat tipe ini merupakan kategori bencana dengan skala kerusakan kecil dengan ciri-ciri terjadi pada suatu daerah tunggal (satu sumber), kerusakan asset dan luka korban terbatas dan penanganannya cukup dilakukan oleh personil, peralatan dan bahan yang tersedia pada unit kegiatan lain dan institusi terkait. Akan tetapi, meskipun tingkat ini termasuk dalam bencana kecelakaan kecil, namun juga dapat memungkinkan timbulnya bahaya yang lebih besar. Untuk itu perlu adanya program pelatihan yang bermutu, teratur dan sinergis agar bahaya yang lebih besar dapat dicegah.

2. Keadaan Darurat Tingkat II (Tier II)

(26)

yang terjadi dapat berupa kebakaran besar, kebocoran B3, semburan liar material berbahaya atau yang dapat mengancam jiwa manusia dan/atau asset. Selain itu, instalasi/pabrik tersebut dapat berbahaya bagi karyawan, masyarakat dan lingkungan sekitar. Sehingga diperlukan bantuan tambahan yang berasal dari pemerintah setempat maupun masyarakat sekitar.

Keadaan darurat kategori ini adalah suatu kecelakaan/bencana besar yang mempunyai konsekuensi antara lain sebagai berikut:

a. Terjadi korban jiwa

b. Dapat merusak harta benda pihak lain di daerah setempat c. Dapat melumpuhkan kinerja institusi

d. Tidak dapat dikendalikan oleh tim tanggap darurat institusi 3. Keadaan Darurat Tingkat III (Tier III)

Keadaan darurat tingat III adalah bencana dan kecelakaan berskala major atau dahsyat yang akibatnya melebihi keadaan darurat tingkat II dan institusi tersebut sudah tidak mampu menanganinya dengan penanganan personil, peralatan dan material yang tersedia di suatu wilayah berdasarkan tingkat tier 2 sehingga perlu batuan/koordinasi tingkat nasional.

2.1.2. Penyebab Keadaan Darurat

Menurut Erkins (dalam Nurina, 2012) terdapat tiga kategori kejadian yang menimbulkan keadaan darurat, antara lain:

(27)

2. Gangguan public (public disturbance) seperti ancaman bom, sabotase, jatuhnya pesawat, radiasi.

3. Bencana alam (natural disaster) seperti banjir, tsunami, angin puting beliung, gempa bumi, tersambar petir, dan lain-lain.

2.2. Kebakaran

Menurut Depnakertrans, kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki. Api tersebut dapat berupa api yang kecil maupun besar, selama keberadaannya tidak dikehendaki, maka api tersebut disebut kebakaran.Menurut NFPA, kebakaran merupakan peristiwa oksidasi dimana bertemunya 3 buah unsur, yaitu bahan yang dapat terbakar, oksigen yang ada dalam udara dan sumber energi atau panas yang berkibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera dan bahkan kematian. Menurut David A Colling, kebakaran adalah suatu reaksi kimia dimana bahan bakar dioksidasi sangat cepat dan menghasilkan panas. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan dimana unsur-unsur yang membentuknya terdiri dari bahan bakar, oksigen dan sumber panas yang membentuk suatu reaksi oksidasi dan menimbulkan kerugian (Prawira, 2009).

2.2.1. Unsur-Unsur Terjadinya Kebakaran

Menurut John Ridley (2006) kebakaran tidak terjadi begitu saja. Ada tiga elemen yang menjadi penyebabnya, antara lain:

1. Oksigen

a. Normalnya udara mengandung oksigen 20%.

(28)

2. Bahan bakar

Dapat berupa bahan apa saja yang dapat terbakar:

a. Dalam bentuk padat, semakin kecil bentuknya, semakin mudahlah bahan tersebut menyala.

b. Dalam bentuk cair, semakin rendah titik nyalanya, semakin mudahlah bahan tersebut menyala.

c. Dalam bentuk gas dengan konsentrasi yang diperlukan dalam batas penyalaan.

3. Penyalaan

Yang disebabkan oleh berbagai sumber yang akan menaikkan temperatur di atas titik nyala atau titik pencetusan, meliputi:

a. Puntung rokok

b. Percikan listrik dan hubungan singkat c. Listrik statik

d. Perlengkapan yang memanas dan bantalan yang mengalami panas berlebihan e. Pipa pemanas

f. Percikan api dari operasi pengelasan dan pembakaran. 2.2.2. Penyebab Kebakaran

Menurut Departemen Tenaga Kerja (dalam Wahyuni, 2011), terdapat 3 faktor terjadinya kebakaran, yaitu:

1. Faktor Manusia

(29)

a. Faktor pekerja

‐ Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan kebakaran.

‐ Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran.

‐ Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan.

‐ Kurang memiliki rasa tanggung jawab atau adanya unsur kesengajaan. b. Faktor pengelola

‐ Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja. ‐ Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja.

‐ Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya.

‐ Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan. 2. Faktor Teknis

a. Melalui proses fisik atau mekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api terbuka.

b. Melalui proses kimia, yaitu terjadinya suatu pengangkutan, penyimpanan, penanganan barang atau bahan kimia berbahaya tanpa memperhatikan petunjuk yang telah ada (MSDS).

(30)

3. Faktor Alam

a. Petir adalah salah satu penyebab terjadinya kebakaran.

b. Letusan gunung berapi dapat menyebabkan kebakaran hutan dan juga perumahan yang dilalui oleh lahar panas.

2.2.3. Peristiwa-Peristiwa Penyebab Kebakaran di Industri

Menurut Suma’mur (1987) peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan

terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut: 1. Nyala api dan bahan-bahan yang pijar.

Kemungkinan terbakar atau tidak tergantung dari:

a. Sifat benda padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak mudah dan sulit terbakar.

b. Besarnya zat padat tersebut ; jika sedikit, tidak timbul cukup panas untuk terjadinya kebakaran.

c. Keadaan zat padat, seperti mudahnya kertas atau kayu-kayu lempengan tipis terbakar karena relatif luasnya permuakaan yang bersinggungan dengan oksigen.

d. Cara menyalakan zat padat, misalnya di atas atau sejajar dengan nyala api. 2. Penyinaran.

(31)

Benda tersebut menjadi panas dan jika suhunya terus naik, maka pada akhirnya benda tersebut akan menyala.

3. Peledakan uap atau gas.

Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar saat bereaksi dengan oksigen akan menimbulkan nyala api. Jika kadar gas atau uap berada dalam batas untuk menyala atau meledak dan terkena benda pijar atau nyala api maka pembakaran yang terjadi akan meluas dengan cepat. Batas-batas kadar tersebut tergantung pada jenis uap atau gas. Kecepatan api yang menjalar tergantung pada sifat zat, suhu dan tekanan udara. Kecepatan ini menentukan besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh peledakannya.

4. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair.

Debu-debu dari zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang berupa suspensi di udara bersifat seperti campuran gas dan udara atau uap dalam udara dan dapat meledak.

5. Percikan api.

(32)

akan cepat menguap dan tak terjadi pembakaran. Termasuk percikan api yang timbul akibat gesekan dua permukaan juga sangat berbahaya. Seperti pengerindaan logam bukan besi.

6. Terbakar sendiri.

Kebakaran sendiri dapat terjadi pada kumpulan bahan bakar mineral yang padat atau zat-zat organik, apabila peredaran udara cukup besar untuk terjadinya proses oksidasi, tetapi tidak cukup untuk mengeluarkan panas yang terjadi. Peristiwa-peristiwa ini dipercepat oleh tingkat kelembaban.

7. Reaksi kimiawi.

Reaksi-reaksi kimia tertentu menghasilkan cukup panas yang dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran. Misalnya fosfor kuning yang teroksidasi sangat cepat bila bersinggungan dengan udara dan asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik akan menimbulkan nyala api. Zat-zat yang bersifat mengoksidasi seperti hidrogen peroksida, klorat, perklorat, borat, perborat, dan lain-lain yang membebaskan oksigen pada pemanasan, dengan aktif meningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan terbakarnya bahan-bahan yang dapat dioksidasi. Walaupun tidak ada panas yang datang dari luar, bahan yang mengoksidasi dapat mengakibatkan terbakarnya zat-zat organik, terutama jika bahan organik tersebut dalam bentuk partikel atau jika kontak terus-menerus dengan zat yang mengoksidasi tersebut.

8. Peristiwa-peristiwa lain.

(33)

2.2.4. Klasifikasi Kebakaran

National Fire Protection Association (NFPA) mengklasifikasikan kebakaran menjadi 4 kelas, antara lain (Fatmawati, 2009):

1. Kelas A

Merupakan kebakaran yang disebabkan bahan padat kecuali logam yang meninggalkan arang dan abu. Unsur bahan padat tersebut biasanya mengandung karbon, seperti kertas, plastik, karet, busa dan lain-lain sejenisnya. Untuk situasi demikian, yang cocok sebagai media pemadam adalah air karena air menyerap kalor/panas dan dapat menembus sampai bagian dalam.

2. Kelas B

Merupakan kebakaran yang disebabkan bahan cair dan gas yang mudah terbakar yang mengandung hidrokarbon dari produk minyak bumi dan turunan kimianya, seperti: minyak, alkohol, bensin, dan lain-lain sejenisnya. Media pemadam yang cocok adalah jenis busa karena akan menutup permukaan cairan yang mengapung di permukaan. Sedangkan untuk bahan gas, media pemadam yang cocok adalah jenis tepung kimia kering atau CO2 karena akan terjadi proses substitusi oksigen dan atau memutuskan reaksi rantai.

3. Kelas C

(34)

4. Kelas D

Merupakan kebakaran yang disebabkan bahan logam. Media pemadam yang digunakan harus dirancang khusus yang dapat berfungsi menutup permukaan bahan yang terbakar dengan cara menimbun, misalnya metal-x, foam. Tidak dianjurkan menggunakan media pemadam seperti air atau yang lainnya karena akan menimbulkan bahaya.

Permenaker No. Kep. 186/MEN/1999 mengklasifikasikan tingkat potensi bahaya kebakaran menjadi 5, sebagai berikut:

1. Bahaya kebakaran ringan

Merupakan tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah sehingga menjalarnya api lambat. Tempat yang klasifikasi bahaya kebakarannya ringan antara lain tempat ibadah, gedung atau ruang perkantoran, pendidikan, perumahan, perawatan, restoran, perpustakaan, perhotelan, lembaga, rumah sakit, museum dan penjara.

2. Bahaya kebakaran sedang I

(35)

3. Bahaya kebakaran sedang II

Merupakan tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang, sehingga menjalarnya api sedang. Tempat yang klasifikasi bahaya kebakarannya sedang II antara lain pabrik barang keramik, pabrik tembakau, pengolahan logam, penyulingan, pabrik barang kelontong, pabrik barang kulit, pabrik tekstil, perakitan kendaraan bermotor, pabrik kimia (kimia dengan kemudahan terbakar sedang), dan pertokoan dengan pramuniaga kurang dari 50 orang.

4. Bahaya kebakaran sedang III

Merupakan tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. Tempat yang klasifikasi bahaya kebakarannya sedang III antara lain ruang pameran, pabrik permadani, pabrik makanan, pabrik sikat, pabrik ban, pabrik karung, bengkel mobil, pabrik sabun, pabrik tembakau, pabrik lilin, studio dan pemancar, pabrik barang plastik, pergudangan, pabrik pesawat terbang, pertokoan dengan pramuniaga lebih dari 50 orang, penggergajian dan pengolahan kayu, pabrik makanan kering dari bahan tepung, pabrik minyak nabati, pabrik tepung terigu, dan pabrik pakaian.

5. Bahaya kebakaran berat

(36)

cepat. Tempat yang klasifikasi bahaya kebakarannya berat antara lain pabrik kimia dengan kemudahan terbakar tinggi, pabrik kembang api, pabrik korek api, pabrik cat, pabrik bahan peledak, pemintalan benang atau kain, penggergajian kayu yang penyelesaiannya menggunakan bahan mudah terbakar, studio film dan televisi, pabrik karet buatan, hanggar pesawat terbang, penyulingan minyak bumi, serta pabrik karet busa dan plastik busa.

2.2.5. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Suma’mur (1987) mengatakan bahwa pencegahan dan penanggulangan

kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan. Dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar, pencegahan dan penanggulangan terhadap kebakaran harus ditingkatkan, agar kerugian-kerugian menjadi sekecil mungkin. Pencegahan kebakaran lebih ditekankan kepada usaha-usaha yang memindahkan atau mengurangi terjadinya kebakaran. Penanggulangan lebih ditekankan kepada tindakan-tindakan terhadap kejadian kebakaran agar korban menjadi sesedikit mungkin.

Pencegahan kebakaran dan pengurangan korban kebakaran tergantung dari lima prinsip pokok sebagai berikut:

1. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kebakaran atau keadaan panik. 2. Pembuatan bangunan tahan api.

3. Pengawasan yang teratur dan berkala.

(37)

5. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat kebakaran dan tindakan pemadamannya.

Dalam penanggulangan kebakaran digunakan teknik pemadaman yang dapat dilakukan dengan merusak keseimbangan dari ketiga unsur penyebab kebakaran. Berikut teknik-teknik pemadaman kebakaran secara umum (Pati, 2008):

1. Pendinginan (Colling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan api adalah dengan cara pendinginan/ menurunkan temperatur bahan bakar sampai tidak menimbulkan uap/ gas untuk pembakaran. Air adalah salah satu bahan pemadam yang terbaik untuk menyerap panas. Air akan menghisap sebagian besar panas apabila ia berubah menjadi uap dan air akan lebih mudah menguap apabila berbentuk tetesan-tetesan. Jumlah air yang diperlukan untuk memadamkan kebakaran tergantung dari suhu api tersebut, kecepatan aliran, jumlah aliran air dan jenis dari air yang dipakai.

2. Pembatasan oksigen (Smoothering)

(38)

3. Pemisahan bahan yang terbakar

Suatu kebakaran bahan dapat dipisahkan dengan jalan menutup aliran yang menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan suplai bahan bakar yang dapat terbakar. Pemindahan bahan bakar untuk memadamkan api lebih efektif akan tetapi tidak selalu dapat dilakukan dalam prakteknya karena mungkin lebih sulit. Contoh pemindahan bahan bakar, yaitu dengan memompa minyak ke tempat lain, memindahkan bahan-bahan yang mudah terbakar dan lain-lain.

4. Memutuskan rantai reaksi api

Cara yang terakhir untuk memutuskan api adalah dengan mencegah terjadinya reaksi rantai di dalam proses pembakaran. Radikal-radikal bebas yang ada pada reaksi rantai diganggu fungsinya oleh beberapa zat kimia tertentu yang mempunyai sifat mencegah sehingga terjadi reaksi rantai oleh atom-atom ini, maka nyala api lama-kelamaan akan padam. Pemutusan rantai reaksi pembakaran ini dapat dilakukan secara fisik, kimia, atau kombinasi fisika-kimia. Secara fisik nyala api dapat dipadamkan dengan peledakan bahan peledak di tengah-tengah kebakaran. Secara kimia pemadaman dapat dilakukan dengan memakai bahan-bahan yang menyerap hidroksit (OH) dari rangkaian rantai reaksi pembakaran. Bahan-bahan tersebut dapat dibedakan dalam 3 kelomppok, yaitu:

a. Logam alkali berupa tepung kimia kering (dry chemical) b. Ammonia berupa tepung kimia kering

(39)

2.3. Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Sistem proteksi kebakaran aktif merupakan sistem perlindungan terhadap kebakaran dengan mengggunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman kebakaran. Yang termasuk dalam sistem proteksi kebakaran aktif, yaitu alarm, detektor, alat pemadam api ringan (APAR) danhydrant (Fatmawati, 2009).

2.3.1. Detektor danAlarmKebakaran

Menurut Permenaker RI No.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik, detektor adalah alat untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat membangkitkan alarm dalam suatu sistem.

1. Detektor asap

Menurut Permenaker RI No.02/MEN/1983, detektor asap atausmoke detector adalah detektor yang sistem bekerjanya didasarkan atas asap. Detektor asap terdapat 2 jenis yaitu (Ramli, 2005):

a. Detektor ionisasi (ionization smoke detector)

(40)

b. Detektor foto listrik (photo electric)

Detektor ini bekerja berdasarkan sifat infra merah yang ditempatkan dalam suatu unit kecil. Jika asap masuk ke dalam alat ini maka akan mengacaukan jalannya infra merah dan dimanfaatkan untuk pendeteksian.

2. Detektor panas

Detektor panas adalah peralatan dari detektor kebakaran yang dilengkapi dengan suatu rangkaian listrik atau pneumatik yang secara otomatis akan mendeteksi kebakaran melalui panas yang diterimanya. Detektor panas terdapat 3 jenis, yaitu:

a. Detektor bertemperatur tetap (fixed temperatur detector)

Detektor ini berisi sebuah elemen yang dapat meleleh dengan segera pada temperatur yang telah ditentukan dan akan menyebabkan terjadinya kontak listrik sehingga mengaktifkanalarmkebakaran.

b. Detektor berdasarkan kecepatan naiknya temperatur (rate of rise heat detector) Detektor ini bekerja berdasarkan keceatan tertentu naiknya temperatur sehingga mengaktifkanalarmkebakaran.

c. Detektor kombinasi

Detektor yang bekerja apabila temperatur di suatu ruang naik (rate of rise heat detector) dan pada temperatur yang telah ditentukan (fixed temperature detector).

3. Detektor nyala

(41)

sangat mudah meledak atau terbakar (Ramli, 2005). Terdapat 2 tipe detektor nyala api, yaitu:

a. Detektor sinar ultra ungu (ultraviolet detector)

Detektor nyala api yang disiapkan untuk melindungi benda-benda yang bila terbakar banyak memancarkan cahaya putih kebiruan.

b. Detektor infra merah (infrared detector)

Detektor nyala api yang disiapkan untuk melindungi benda-benda terbakar yang memancarkan cahaya kemerah-merahan.

Menurut Permenaker RI No.02/MEN/1983, instalasi alarm kebakaran otomatik adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor nyala api serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran. Sesuai dengan cara kerjanya, alarm kebakaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi khusus (audible alarm) yang harus memenuhi syarat-syarat, seperti: mempunyai bunyi serta irama yang khas, bunyinya mempunyai frekuensi kerja antara 500-1000 Hz dengan tingkat kekerasan suara minimal 65 dB, tingkat kekerasan alarm audio minimal 5 dB lebih tinggi dari kebisingan normal jika ruangan dengan tingkat kebisingan yang tinggi, untuk ruang tidur tingkat kekerasan alarmaudio minimal 75 dB.

(42)

Menurut Permenaker RI No.02/MEN/1983, syarat detektor dan alarm antara lain detektor dan alarm ada beberapa ketentuan, antara lain rangkaian detektor dan alarm kebakaran atau yang disebut juga dengan fire system alarm harus berfungsi dengan baik, alarm kebakaran memiliki bunyi yang khusus dan dapat didengar dengan jelas di seluruh lokasi, setiap kelompok alarm kebakaran tidak lebih dari 20 detektor asap, dan seluruh instalasi alarm kebakaran otomatik harus dipelihara dan diuji secara berkala oleh petugas yang sudah diakui atau yang ditunjuk.

2.3.2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Permenaker No. Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan, alat pemadam api ringan (APAR) adalah alat yang ringan serta mudah digunakan oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal kebakaran. APAR hanya efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kecil. Menurut jenis media yang digunakan, APAR dibagi menjadi:

1. APAR dengan media air.

APAR jenis ini membutuhkan gas CO2 atau N2 yang bertekanan yang berfungsi untuk menekan air keluar.

2. APAR dengan media busa

APAR jenis iini juga membutuhkan gas CO2atau N2yang bertekanan untuk menekan busa keluar.

3. APAR dengan serbuk kimia

(43)

a. Tabung berisi serbuk kimia dan sebuah tabung kecil (cartridge) yang berisi gas bertekanan CO2atau N2sebagai pendorong serbuk kimia.

b. Tabung berisi serbuk kimia yang gas bertekanan langsung dimasukkan ke dalam tabung bersama serbuk kimia (tanpacartridge). Pada bagian luar tabung terdapat indikator tekanan gas (pressure gauge) untuk mengetahui apakah kondisi tekanan di dalam tabung masih memenuhi syarat ayau tidak.

4. APAR dengan media gas

Tabung gas biasanya dilengkapi dengan indikator tekanan pada bagian luarnya. Khusus untuk tabung yang berisi gas CO2, corong semprotnya berbentuk melebar, berfungsi untuk merubah CO2 yang keluar menjadi bentuk kabut bila disemprotkan.

5. Alat pemadam api beroda

Alat pemadam api ini sama dengan APAR, hanya ukurannya lebih besar dengan berat antara 25 kg sampai dengan 150 kg dengan menggunakan serbuk kimia atau gas. Untuk memudahkan bergerak, alat ini dilengkapi dengan roda dan digunakan untuk memadamkan api yang lebih besar.

(44)

sekang beroda, tidak berlubang atau cacat karena karat dan diperiksa dua kali dalam setahun (dalam jangka 6 bulan atau 12 bulan).

2.3.3. Hidran

Menurut Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, hidran adalah alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.

Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire hose) yang disambung dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan rapi di dalam suatu kotak baja dengan cat warna merah mencolok. Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut kopling yang dimiliki dinas pemadam kebakaran setempat sehingga dapat disambung ke tempat yang jauh.

Pompa kebakaran harus tersedia dua unit dengan kapasitas yang sama ditambah dengan satu unit pompa pacu (jockey pump), dimana satu unit sebagai pompa utama dan yang lainnya sebagai cadangan. Selang pemadam kebakaran dibuat secara khusus dari bahan kanvas, polyester dan karet sesuai dengan fungsi yang diperlukan dalam tugas pemadam, yaitu: harus kuat menahan tekanan air yang tinggi, tahan gesekan, tahan pengaruh zat kimia, mempunyai sifat yang kuat, ringan dan elastis.

(45)

Ada beberapa kualifikasi hidran, antara lain: 1. Berdasarkan jenis dan penempatan hidran

a. Hidran gedung, yaitu hidran yang terletak di dalam bangunan/gedung dan instalasi serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan/gedung tersebut.

b. Hidran halaman, yaitu hidran yang terletak di luar bangunan/gedung dan instalasi serta peralatannya disediakan serta dipasang di lingkungan bangunan/gedung tersebut.

2. Berdasarkan besar ukuran pipa hidran yang dipakai

a. Hidran kelas I adalah hidran yang menggunakan ukuran selang 2,5". b. Hidran kelas II adalah hidran yang menggunakan ukuran selang 1,5".

c. Hidran kelas III adalah hidran yang menggunakan ukuran sistem gabunagn kelas I dan kelas II.

Menurut Kepmen PU No. 10/KPTS/2000, syarat dari hidran antara lain terdapat kelengkapan hidran seperti selang, sambungan selang, kepala selang dan keran pembuka, kotak hidran mudah dilihat, dibuka dan dijangkau serta tidak terhalang benda lain, seluruh komponen hidran diperiksa minimal setahun sekali, hidran mampu mengalirkan air minimal 30 menit dan dilakukan pengujian simulasi pompa kebakaran.

2.4. Sarana Penyelamatan Jiwa

(46)

pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan.

2.4.1. Tempat Berhimpun

Tempat berhimpun adalah suatu tempat di luar area gedung atau bangunan yang digunakan sebagai tempat berhimpun setelah proses evakuasi pada saat kebakaran terjadi kemudian dilakukan penghitungan personil,. Tempat berhimpun darurat harus aman dari bahaya kebakaran dan lainnya dan merupakan lokasi akhir yang dituju sebagaimana digambarkan dalam rute evakuasi (Fatmawati, 2009).

Menurut Kepmen PU No. 10/KPTS/2000, syarat dari tempat berhimpun antara lain terdapat petunjuk atau tanda tempat berkumpul yang dapat dilihat dengan jelas dan tempat berhimpun aman dan terhindar dari bahaya kebakaran dan bahaya lainnya. Selain itu luas tempat berkumpul harus sesuai dengan jumlah penghuni yang berada pada bangunan ataupun gedung minimal 0,3 m2untuk setiap orang.

2.5. Manajemen Penanggulangan Keadaaan Darurat Kebakaran

(47)

2.5.1. Organisasi Tanggap Darurat

Organisasi tanggap darurat kebakaran adalah satuan tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional di bidang kebakaran. Petugas penanggulangan kebakaran adalah petugas yang ditunjuk dan diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan melaksanakan upaya penaggulangan kebakaran unit kerjanya (Kepmen No. KEP.186/MEN/1999).

Menurut Kepmen No. KEP.186/MEN/1999, syarat dari organisasi tangga darurat antara lain setiap anggota organisasi sudah mengetahui tugas masing-masing, setiap anggota organisasi sudah terlatih dan dilakukan peninjauan terhadap organisasi tanggap darurat. Struktur organisasi penanggulangan kebakaran terdiri dari petugas peran kebakaran, regu penanggulangan kebakaran, koordinator unit penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggungjawab teknis.

2.5.2. Prosedur Tanggap Darurat

(48)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, terdapat syarat prosedur tanggap darurat antara lain terdapat koordinasi dengan pihak pemadam kebakaran setempat, prosedur tanggap darurat ditinjau secara berkala terutama bila terdapat perubahan pada peralatan, proses atau bahan baku yang digunakan perusahaan dan prosedur tanggap darurat diketahui oleh seluruh karyawan.

2.5.3. Latihan Tanggap Darurat Kebakaran

Setiap anggota unit regu penanggulangan kebakaran dalam tim tanggap darurat harus melaksanakan latihan secara berkala dan efektif, baik latihan berupa teori maupun praktik. Tujuan latihan tersebut adalah untuk menciptakan kesiapsiagaan anggota tim dalam menghadapi kejadian kebakaran serta agar tim mampu menanggulangi kebakaran secara efektif dan efisien (Kepmen PU No. 11/KPTS/2000).

(49)

2.6. Kerangka Konsep

• Sarana Proteksi Kebakaran Aktif : ‐ Detektor dan Alarm

‐ APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ‐ Hidran

Program tanggap darurat kebakaran

• Sarana Penyelamatan Jiwa: ‐ Tempat berhimpun

• Manajemen Penanggulangan Keadaan Darurat Kebakaran:

‐ Organisasi tanggap darurat ‐ Prosedur tanggap darurat

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pelaksanaan program tanggap darurat kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret–Juli 2013. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh anggota tim penanggulangan keadaan darurat di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan sebanyak 50 orang.

3.3.2. Sampel

(51)

yang dipilih berdasarkan metode kesesuaian dan kecukupan yaitu 5 orang dengan kriteria mengetahui lebih mendalam informasi tentang sarana proteksi kebakaran aktif, sarana penyelamatan jiwa, manajemen penanggulangan keadaan darurat dan bersedia meluangkan waktu untuk melakukan wawancara. Adapun yang menjadi responden antara lain:

1. Dari Kantor Sektor

a. 1 orang Asisten Manajer Keuangan, SDM dan ADM sebagai komandan TPKD.

b. 1 orang koordinator satpam sebagai anggota regu komunikasi dan P3K. 2. Pusat Listrik Paya Pasir

a. 2 orang operator sebagai anggota regu pengamanan area.

b. 1 orang petugas keamanan sebagai anggota regu pemadaman api dengan APAR.

3.4.Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan menggunakan pedoman wawancara yang kemudian akan dibandingkan dengan standar nasional Indonesia yang merupakan acuan yang digunakan dalam program tanggap darurat tersebut, antara lain:

1. Permenaker RI No.04/Men/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

(52)

3. Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Perkotaan.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

5. Kepmenaker RI No.186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

Data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan program tanggap darurat kebakaran yang diperoleh dari Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan, antara lain:

1. Profil Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

2. Struktur organisasi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

3. Struktur organisasi tanggap darurat di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

4. Dokumen tentang elemen yang berpotensi menimbulkan kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

5. Dokumen sarana proteksi aktif di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

(53)

7. Dokumen manajemen penanggulangan keadaan darurat kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

8. Prosedur tanggap darurat kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan.

3.5. Definisi Operasional

Sarana proteksi aktif merupakan sarana perlindungan terhadap kebakaran dengan mengggunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual yang digunakan dalam melaksanakan operasi pemadaman kebakaran, antara lain: 1. Detektor adalah alat deteksi awal kebakaran yang bekerja secara otomatik, terdiri

dari detektor jenis panas, asap dan nyala.

2. Alarm adalah alat tang berguna untuk memberitahukan kebakaran tingkat awal yang mencakup alarm kebakaran manual maupun otomatis, dan alarm ini dapat berupa audible dan visible.

3. APAR (alat pemadam api ringan) adalah alat pemadam kebakaran yang dapat dibawa dan digunakan/dioperasikan oleh satu orang serta berdiri sendiri.

4. Hidran adalah tempat untuk mendapatkan sumber air yang dirancang khusus untuk keperluan pemadaman kebakaran yang dilengkapi dengan selang dan pipa pemancar untuk mengalirkan tekanan air.

(54)

1. Tempat berhimpun adalah area terbuka di luar bangunan gedung yang dipergunakan untuk berkumpul pada saat evakuasi keadaan darurat/kebakaran.

Manajemen penanggulangan keadaan darurat kebakaran merupakan perencanaan atau rancangan yang dibentuk untuk menghadapi keadaan darurat kebakaran, antara lain:

1. Organisasi tanggap darurat kebakaran adalah organisasi khusus yang dibentuk untuk mengantisipasi dan menanggulangi bahaya kebakaran.

2. Prosedur tanggap darurat adalah tata cara dalam mengantisipasi keadaan darurat yang meliputi rencana/rancangan dalam menghadapi keadaan darurat, pendidikan dan latihan, penanggulangan keadaan darurat, pemindahan dan penutupan.

3. Pelatihan kebakaran adalah pendidikan dan latihan yang dimaksudkan sebagai simulasi dalam menghadapi keadaan darurat.

3.6. Analisa Data

(55)

BAB IV HASIL

4.1. Gambaran Umum Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan

4.1.1. Sejarah

PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan merupakan pemekaran dari PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Belawan yang sebelumnya bernama Pusat Listrik Paya Pasir dan sekarang sebagai salah satu unit kerja di lingkungan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Utara yang berdiri dan beroperasi tanggal 20 Maret 2007 sesuai SK General Manager No.014.K/GMKITSU/2007 dan SK DIR 261.K/DIR/2012 tentang formasi Jabatan Unit Pelaksana dan Sub Unit Pelaksana di Pembangkitan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara.

Untuk memenuhi segala kebutuhan akan tenaga listrik di kota Medan dan sekitarnya yang semakin meningkat, ditetapkan agar dibangun suatu pembangkit listrik tenaga gas (PLTG). Adapun lokasi pembangunannya dipilih sebelah utara kota Medan tepatnya di Medan Marelan. PT PLN Wilayah II Sumatera Utara memilih daerah tersebut sebagai lokasi PLTG adalah berdasarkan pertimbangan yang matang, baik masa kini maupun yang akan datang. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain:

(56)

2. Lancarnya sarana lalu lintas ke PLTG sehingga memungkinkan transportasi berjalan dengan baik.

3. Lokasi PLTG Paya Pasir dekat ke sungai yang bermuara di Medan, sehingga terjadinya banjir sangat kecil karena aliran air parit dari lokasi dapat dialirkan ke sungai.

4. Untuk membantu daya listrik daerah Kecamatan Medan Marelan, Medan Labuhan dan sekitarnya mengingat di daerah ini banyak didirikan pabrik-pabrik industri dan perumahan penduduk.

5. Dekatnya PLTG Paya Pasir dengan Pertamina Labuhan Medan sehingga memungkinkan penyaluran bahan bakar untuk unit pembangkit listrik melalui pipa bawah tanah.

Komponen utama dari PLTG Paya Pasir ini terdiri dari 7 unit mesin pembangkit yang pengembangannya terbagi 4 tahap, yaitu:

1. Tahap pertama.

Pembangunan dimulai tahun 1974 yaitu dengan membangun sarana jalan ke lokasi PLTG, serta membangun pondasi. Tahun 1975-1976 pemasangan mesin pembangkit listrik unit 1 dan unit 2 serta alat bantu yang dilakukan oleh teknisi dari Canada. Unit 1 dan unit 2 mulai beroperasi tahun 1976.

2. Tahap kedua.

(57)

3. Tahap ketiga.

Tahun 1983 membangun satu unit pembangkit yaitu unit 5 dengan kapasitas 21,350 MW yang dilakukan oleh Alsthom dari Negara Perancis.

4. Tahap keempat.

Tahun 2008 membangun dua unit pembangkit yaitu unit 6 yang kini telah direlokasi ke Palembang dan unit 7 dengan kapasitas 34,1 MW yang dilakukan oleh NTC dari Negara Cina.

4.1.2. Gambaran Kegiatan Proses Produksi

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi modern pada era globalisasi ini, maka dampaknya pada kebutuhan energi akan semakin meningkat, sumber atau penyedia energi listrik selama ini dilandaskan pada suatu rangkaian penemuan dan pengembangannya dari perusahaan konversi suatu energi menjadi energi listrik.

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Paya Pasir adalah suatu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang merupakan salah satu dari sekian banyak pembangkit atau pensuplai daya listrik untuk kota Medan dan sekitarnya. PLTG Paya Pasir ini digerakkan oleh suatu turbin gas dengan bahan bakar solar atau gas, namun saat ini PLTG Paya Pasir memakai bahan bakar solar. Bahan bakar solar ini dipasok dari Pertamina Labuhan Medan yang disalurkan ke PLTG Paya Pasir melalui pipa bawah tanah.

(58)
[image:58.612.109.529.221.382.2]

PLTG Paya Pasir mempunyai kapasitas daya terpasang dengan total 110,25 MW yang terdiri dari 7 unit, 1 unit (GPP unit 1) sudah di ATTB, 1 unit (GPP unit 6) di relokasi ke Palembang dan 5 unit masih beroperasi memiliki daya terpasang 110,25 MW.

Tabel 4.1. Kapasitas Dasar Terpasang PLTG Paya Pasir

Unit Operasi Bahan

Bakar

Daya Terpasang (MW)

GPP Unit 1 Westcan Tahun 1976 HSD

-GPP Unit 2 Westcan Tahun 1976 HSD 14,6

GPP Unit 3 Alsthom Tahun 1978 HSD 20,1

GPP Unit 4 Alsthom Tahun 1978 HSD 20,1

GPP Unit 5 Alsthom Tahun1983 HSD 21,35

GPP Unit 6 TM 2500 Tahun 2008 HSD

-GPP Unit 7 PLTG Task Force 22 Paya Pasir

Tahun 2008 HSD 34,1

Jumlah Kapasitas 110,25

(59)
(60)

Misi PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan, antara lain:

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

4.1.4. Struktur Organisasi

Menurut data sekunder yang diperoleh, PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan memiliki struktur organisasi untuk memenuhi sistem manajemen terpadu secara jelas sesuai dengan fungsi dan tugas kerjanya masing-masing. Sistem manajemen terpadu tersebut sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2008, ISO 14001:2004, SMK3 dan Standard Asset Manajemen serta sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.

(61)
[image:61.612.100.584.73.575.2]

Gambar 4.3. Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan 4.1.5. Identifikasi Potensi Keadaan Darurat Kebakaran

Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan terdapat beberapa bidang kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran baik di area kantor smaupun di pusat listrik paya pasir, antara lain sebagai berikut:

Manajer Sektor

Senior Spesialist/ Analyst/ Assistant Analyst Kinerja

Senior Spesialist/ Analyst/ Assistant Quality Assurance

Senior Spesialist/ Analyst/ Assistant Manajemen Resiko

Asisten Manajer Keuangan, SDM dan Administrasi

Supervisor K3 Dan Umum

Supervisor Keuangan

Supervisor Logistik Asisten Manajer Operasi Dan

Pemeliharaan

Engineer/ Assistant Engineer/ Junior Engineer Perencanaan Dan Pengendalian Operasi

Engineer / Assistant / Junior Engineer Perencanaan Dan Pengendalian Pemeliharaan

Engineer / Assistant / Junior Engineer Lingkungan Dan K2 Asisten Manajer Enjiniring Engineer/ Assistant/ Junior Engineer Pengelola Sistem Engineer/ Assistant/ Junior Engineer Pemeliharaan Prediktif Engineer/ Assistant/ Junior Engineer Teknologi Informasi Prediktif

(62)
[image:62.612.113.527.110.354.2]

Tabel 4.2. Sumber Potensi Kebakaran Di Bidang Operasi Unit Paya Pasir

No Kegiatan Sumber Potensi

1 Separator oil (Penyaringan BBM) Ceceran oil 2 Transfer BBM lewat pipa (Labuhan

Deli–Paya Pasir)

Kebocoran pipa, sisa kain lap/ majun, ceceran BBM

3 Penggantian filter Ceceran BBM dan oli 4 Oil catcher Ceceran oli, oli bekas 5 Pembangkitan (start/ stop unit

pembangkit)

Penggunaan BBM 6 Penerimaan dan penyimpanan BBM

di storage tank

Kebocoran tangki, ceceran/ tumpahan BBM, peningkatan suhu dalam tangki 7 Sounding BBM Majun terkontaminasi BBM

8 Pengisian dan penyimpanan BBM di daily tank

Majun terkontaminasi BBM, peningkatan suhu dalam tangki

9 Cleaning tanki Ceceran BBM, majun terkontaminasi BBM

[image:62.612.114.527.391.606.2]

10 Drain tanki Ceceran BBM, majun terkontaminasi BBM

Tabel 4.3. Sumber Potensi Kebakaran Di Bidang Pemeliharaan Unit Paya Pasir

No Kegiatan Sumber Potensi

1 Pencucian majun yang terkontaminasi

Ceceran bahan bakar HSD, majun kotor

2 Penggantian lube oil filter Ceceran oli 3 Pengisian air battery Majun kotor 4 Pencucian filter bekas dan kemasan

kaleng bekas

Filter bekas 5 Perawatan/ pembersihan motor dan

pompa

Sisa kain lap/ majun, oli bekas, ceceran oli

6 Perawatan dan pembuatan ruang pemeliharaan

Penggunaan air, listrik (kontak listrik) 7 Penggantian air filter generator Kertas FAAR

(63)
[image:63.612.113.528.107.190.2]

Tabel 4.4. Sumber Potensi Kebakaran Di Bidang Administrasi dan Umum Unit Paya Pasir

No Kegiatan Sumber Potensi

1 Perawatan dan perbaikan fasilitas fotocopy dan printer

Sisa toner, cartridge 2 Pengambilan oli Sisa drum oli

3 Penampungan bahan buangan Drum oli, oli bekas, filter bekas 4.1.6. Tenaga Kerja

Menurut data sekunder, dalam melaksanakan kegiatannya Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan mempekerjakan tenaga kerja dari dalam dan luar perusahaan. Tenaga kerja yang berstatus karyawan PLN terdiri dari karyawan tetap dan karyawan kontrak. Selain itu digunakan juga pihak luar seperti kontraktor dan subkontraktor dalam membantu pekerjaan-pekerjaan tertentu di perusahaan. Berikut uraian tenaga kerja yang terdapat di kantor sektor dan pusat listrik paya pasir:

Tabel 4.5. Data Tenaga Kerja di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir No Klasifikasi Pekerja Kantor Sektor Pusat Listrik paya

Pasir

1 Pegawai 51 32

2 Outsourcing 20 18

3 Cleaning Service 10 10

4 Pengemudi 4 0

[image:63.612.117.525.450.537.2]
(64)

4.2. Pelaksanaan Program Sarana Proteksi Aktif 4.2.1. Detektor dan Alarm

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, sudah terdapat detektor dan alarm di Kantor Sektor PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan. Detektor dan alarm merupakan suatu rangkaian alat untuk mendeteksi kebakaran secara otomatik yang disebut juga denganfire system alarm. Jumlahfire system alarmyang terdapat di area Kantor Sektor sebanyak 10 zona yang terdiri dari 59 titik. Jenis detektor yang terdapat di area Kantor Sektor adalah detektor asap, yaitu detektor yang sistem kerjanya didasarkan atas asap. Jenis alarmnya yaitu audible alarm atau alarm yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi khusus.

Menurut hasil wawancara dengan komandan tim, anggota tim komunikasi dan P3K, anggota tim pengamanan area dan anggota tim pemadaman api dengan APAR, diperoleh informasi bahwa rangkaian detektor dan alarm yang tersedia sudah berfungsi dengan baik dan juga memiliki bunyi yang khusus serta bunyi alarm dapat di dengar di seluruh area Kantor Sektor. Seluruh rangkaian alat pendeteksi kebakaran otomatik tersebut dipelihara dan diuji secara berkala per triwulan. Pemeriksaan seluruh rangkaian tersebut dilakukan oleh Supervisor K3 dan Umum dibantu oleh Ahli K3. Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan informan yang ke dua yaitu anggota tim komunikasi dan P3K, yang berkata:

“Detektor dan alarm berfungsi dengan baik; Bunyinya bisa didengar dengan

jelas di seluruh tempat karena bunyinya kuat; Dilakukan berkala per triwulan dan itu

(65)
(66)

Tabel 4.6. Rincian Kapasitas APAR di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir

No Kapasitas APAR Jumlah

Kantor Sektor Pusat Listrik Paya Pasir

1 2 kg 6 tabung 1 tabung

2 3 kg 26 tabung 8 tabung

3 3,5 kg - 1 tabung

4 5 kg 4 tabung 9 tabung

5 6 kg 5 tabung 7 tabung

6 7 kg - 3 tabung

7 9 kg - 3 tabung

8 20 kg - 8 tabung

9 40 kg - 4 tabung

10 50 kg - 5 tabung

11 6 liter - 8 tabung

Total 41 tabung 57 tabung

[image:66.612.113.528.103.321.2]
(67)

dengan bobot lebih dari 18,14 kg ditempatkan pada sekang beroda. Kondisi tabung APAR juga dalam keadaan baik, yaitu tidak berlubang dan tidak ada cacad karena karat. Pemeriksaan masing-masing APAR dilakukan berkala setiap semester atau enam bulan sekali oleh pihak ke 2 atau pihak perusahaan yang memproduksi APAR tersebut dengan dipantau dari Supervisor K3 Umum dan dibantu oleh Ahli K3. Pemeliharaan dilakukan setiap bulan oleh Supervisor K3 Umum dan dibantu oleh Ahli K3. Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan informan yang pertama yaitu komandan tim penaggulangan keadaan darurat, yang berkata:

“Ya, APAR sudah sesuai dengan jenis kebakaran yang mungkin terjadi;

Seluruh APAR ditempatkan di tempat yang mudah dilihat dan setiap ruangan

terdapat APAR sehingga saat terjadi kebakaran mudah diambil; Ya setiap APAR ada

tanda pemasangannya; Seluruh APAR sudah ada petunjuk cara pemakaiannya, dapat

dilihat di tabung APAR; Ada APAR yang digantung dengan menggunakan sekang

dan ada juga APAR yang menggunakan roda kalau APAR yang ukuran besar; Ya,

dari hasil pemeriksaan terakhir, seluruh APAR dalam kondisi baik; Diperiksa per

semester atau per 6 bulan, dan ada juga pemeliharaan yang dilakukan per bulan

(68)
(69)

tersusun rapi di dalam kotak hidran. Hidran dan kotak hidran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat, mudah dicapai karena letaknya dekat dengan unit yang dilindungi dari kebakaran serta tidak terhalang benda lain. Seluruh komponen hidran diperiksa setiap bulan oleh bagian pemeliharaan perusahaan sehingga kondisinya dapat dipastikan selalu dalam keadaan siap pakai. Sumber persediaan air hidran yang disebut bak tempat penampungan air juga diperiksa secara berkala setiap minggu oleh bagian keamanan perusahaan sehingga jumlah air dapat dipastikan selalu cukup. Hidran dapat mengalirkan air lebih dari 30 menit dan selalu dilakukan simulasi pompa kebakaran dua kali dalam setahun. Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan informan yang pertama yaitu komandan tim penaggulangan keadaan darurat, yang berkata:

“Ya, seluruh komponennya sudah lengkap dan dalam keadaan baik; Ya, kotak

h

Gambar

Tabel 4.1. Kapasitas Dasar Terpasang PLTG Paya Pasir
Gambar 4.3. Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan
Tabel 4.3. Sumber Potensi Kebakaran Di Bidang Pemeliharaan Unit Paya Pasir
Tabel 4.4. Sumber Potensi Kebakaran Di Bidang Administrasi dan Umum Unit
+2

Referensi

Dokumen terkait

Objek penelitian ini meliputi sarana proteksi kebakaran yang meliputi (alarm, detector , sprinkler, apar, hidran) dan sarana penyelamatan yaitu (sarana jalan

Skripsi berjudul Analisis Penerapan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran Di PT Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkitan Paiton, Probolinggo telah diuji dan disahkan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: “ Analisis Penerapan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran Di PT Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkitan Paiton,

Keempat komponen keselamatan kebakaran (sarana proteksi ke- bakaran, akses mobil pemadam kebakaran, sarana penyelamatan jiwa, dan manajemen keselamatan kebakaran gedung) hampir

Analisis Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Kebakaran Aktif Dan Sarana Penyelamatan Jiwa Di Gedung Kampus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Tahun

Metode : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan implementasi sistem tanggap darurat kebakaran sebagai upaya penanggulangan

Skripsi berjudul Analisis Penerapan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran Di PT Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkitan Paiton, Probolinggo telah diuji dan disahkan

Sistem proteksi aktif terdiri dari detector, alarm, sprinkler, hidran halaman, hidran gedung dan APAR, sedangkan sistem proteksi pasif terdiri dari jalan keluar