• Tidak ada hasil yang ditemukan

dr. Tina Christina L.Tobing, M.Ked(Ped), SpA(K)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama dr. Hj. Tiangsa Sembiring, M.Ked(Ped), SpA(K) dan Pembimbing II dr. H. Emil Azlin, M.Ked(Ped), SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan

dan penguji yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

3. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof.Dr.H.Syahril Pasaribu DTM&H, M.Sc(CTM),SpA(K), serta Rektor Universitas Sumatera Utara sebelumnya Prof.Dr.H.Chairuddin P Lubis, DTM&H,SpA(K) dan Dekan FK USU Prof.Dr.Gontar A Siregar, Sp.PD, KGEH, FInaSIM yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK USU.

4. Ibu Elvi Andriani Yusuf, M.Si, Psikolog, dr. Lily Irsa, SpA(K), dr. Nelly Rosdiana, M.Ked(Ped), SpA(K) dan dr. Tina Christina L. Tobing, M.Ked(Ped), SpA(K) yang telah menguji, memberikan koreksi, saran dan perbaikan pada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Dr. Tri Faranita, M.Ked(Ped), SpA, dr. Winra Pratita, M.Ked(Ped), SpA, yang telah memberikan saran, masukan, bantuan dan referensi yang sangat berharga dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

6. Dr. Hj. Melda Deliana, M.Ked(Ped), SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU dan Dr. Beby Syofiani Hasibuan, M.Ked(Ped), SpA, sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

7. Dr. Inke Nadia D. Lubis, M.Ked(Ped), SpA, yang telah banyak memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran, sehingga penelitian ini terselesaikan dengan baik.

8. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

9. Kepala sekolah SMPN-1 Kecamatan Tanjung Tiram, Kepala sekolah SMPN-1 Kecamatan Talawi, beserta para guru, orang tua dan murid atas keramahtamahan, peran serta dan bantuannya dalam pelaksanaan survei pendahuluan dan penelitian ini.

10. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes yang telah memberikan bimbingan dan pencerahan kepada penulis dalam pengolahan dan analisis data penelitian ini.

11. Teman-teman yang tidak mungkin bisa penulis lupakan yang telah membantu dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, dr. Suryani Margono, dr. Sylvia Jiero, dr. Dwi Novianty, dr. Ghazali Ahmad Siregar, dr. Febriyanti Mobilina, dr. Rahmad Sumiko, dr. Silvia Yasmin Lubis, dr. Bebi Trianita Sari, dr. Poppy Indriasari, dr. Dewi Angreany, dan teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Anak yang tak dapat sebutkan satu persatu namanya disini, semoga Tuhan YME memberkati.

12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat penulis cintai dan hormati, Ayahanda (Alm.) St. Drs. Gustaf Oberlin Sinurat, dan Ibunda P. br Sitorus, Ayahanda mertua Drs. Charles

Simanjuntak dan Ibunda mertua Tiodor, para kakanda, adinda serta seluruh keluarga tercinta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih tak terhingga penulis ucapkan atas do’a serta dukungan moril dan materil yang tidak pernah putus. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Terima kasih yang sangat besar penulis sampaikan kepada suami terkasih, dr. Octo Tumbur Simanjuntak, atas doa, bantuan tenaga, waktu dan buah pikiran dalam pelaksanaan penelitian ini serta pengertian tak terhingga dalam menerima segala kesibukan rutinitas yang harus penulis jalani selama masa pendidikan terkhusus dalam penyelesaian penelitian dan tesis ini.

Terkhusus kepada ananda tercinta Josiah Oloan Simanjuntak, terima kasih sayangku, atas kebaikan hati dan pengertianmu, senyum dan tawamu yang memberi kekuatan dan semangat selama melakukan penelitian ini, kiranya Tuhan YME senantiasa melindungi dan member berkat serta kesehatan kepadamu.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, April 2015

DAFTAR ISI

Lembar persetujuan pembimbing iii

Lembar Pernyataan iv

Ucapan terima kasih vi

Daftar isi xi

Daftar tabel xiii

Daftar gambar xiv

Daftar singkatan xv

Daftar lambang xvi

Abstrak xvii BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 1.2. Rumusan masalah 4 1.3. Hipotesis 4 1.4. Tujuan penelitian 4 1.4.1. Tujuan umum 4 1.4.2. Tujuan khusus 4 1.5. Manfaat Penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status nutrisi 6

2.1.1. Definisi status nutrisi 6

2.1.2. Antropometri 6

2.2. Periode remaja 7

2.2.1. Karakteristik remaja 8

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi

remaja 10

2.3. Prestasi akademik 12

2.4. Aptitude Test 14

2.5. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik 22 pada remaja

2.6. Kerangka Konseptual 25

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian 26

3.2. Waktu dan tempat penelitian 26

3.2.1. Waktu penelitian 26

3.2.2. Tempat penelitian 26

3.3. Populasi dan sampel penelitian 26

3.3.2. Populasi terjangkau 26

3.3.3. Sampel 27

3.4. Perkiraan besar sampel 27

3.5. Pengambilan sampel 28

3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi 28

3.6.1. Kriteria inklusi 28

3.6.2. Kriteria eksklusi 28

3.7. Persetujuan/ Informed Consent 29

3.8. Etika penelitian 29

3.9. Cara kerja dan alur penelitian 29

3.9.1. Cara kerja penelitian 29

3.9.2. Alur penelitian 32

3.10. Identifikasi variabel 33

3.11. Definisi operasional 33

3.12. Pengolahan dan analisis data 36

BAB 4. HASIL 37

BAB 5. PEMBAHASAN 43

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 50 6.2. Saran 50 Ringkasan 52 Daftar Pustaka 56 Lampiran 1. Personil penelitian 2. Biaya penelitian 3. Jadwal penelitian

4. Lembar penjelasan kepada responden

5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) 6. Surat Mohon Izin Penelitian

7. Surat Keterangan dari Sekolah 8. Lembaran Kuisioner penelitian 9. Lembaran Grafik CDC 2000 10. Lembaran absensi sekolah 11. Lembaran daftar nilai raport

12. Lembaran Hasil pemeriksaan Tes Aptitude 13. Surat Keterangan Persetujuan Komite Etik 14. Riwayat hidup

15. Tabel data subyek penelitian

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi skor intelegensi berdasarkan DAT 22

Tabel 4.1. Karakteristik dasar responden penelitian 38 Tabel 4.2. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik

(berdasarkan total nilai rapor) 40

Tabel 4.3. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik (berdasarkan nilai Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Matematika, dan IPA) 41

Tabel 4.4. Hubungan status nutrisi dengan IQ berdasarkan

Aptitude test 42

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram faktor yang mempengaruhi prestasi akademik 13

Gambar 2.6. Kerangka konseptual 25

Gambar 3.9.2. Alur penelitian 32

DAFTAR SINGKATAN

AR : Abstract reasoning BB : Berat badan

BB/TB : Berat badan menurut tinggi badan BB/U : Berat badan menurut umur

CDC : Centre for Disease Control CSA : Clerical speed accuracy DAT : Differential Aptitude Test dkk : dan kawan-kawan

dll : dan lain-lain

FACT : Flanagan Aptitude Classification Test

FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara GATB : General Aptitude Test Batteries

GRE : Graduate Record Examination IPA : Ilmu Pengetahuan Alam IQ : Intelligence Quotient kkal : kilo kalori

MR : Mechanical reasoning NA : Numerical ability

OSAS : Obstructive Sleep Apnoe Syndrome PB : Panjang badan

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar SD : Standar Deviasi

SD : Sekolah Dasar

SEANUTS : South East Asian Nutrition Survey SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri SMA : Sekolah Menengah Atas

SMU : Sekolah Menengah Umum

SPSS : Statistical Product and Service Solutions SR : Space relation

TB : Tinggi badan

TPA : Tes Potensi Akademik USA : United States of America VR : Verbal reasoning

DAFTAR LAMBANG

% : persen

N : besar sampel

Z (1-α/2) : deviat baku alpha Z (1-β) : deviat baku betha

P0 : Proporsi

Pa : Perkiraan proporsi P0-Pa : Beda proporsi

P : tingkat kemaknaan

ABSTRAK

Latar Belakang. Prestasi akademik remaja dipengaruhi beberapa faktor yaitu, status nutrisi, demografi dan sosial-ekonomi. Malnutrisi sebagai masalah yang membatasi kemampuan belajar, menyebabkan rendahnya prestasi akademik. Tujuan. Menilai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja. Metode. Penelitian ini dengan studi sekat lintang, usia 12 sampai 15 tahun dilakukan di Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara, selama Januari 2015. Status nutrisi dinilai dari pengukuran BB/TB. Prestasi akademik dinilai dari total nilai raport. Skor IQ dinilai dari Aptitude Test yang dilakukan tim Psikologi. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman dan Chi-Square.

Hasil. Sebanyak 126 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini didapati mean usia, pendidikan terakhir ayah dan ibu, pendapatan keluarga perbulan, status nutrisi dan tingkat intelegensi (IQ) yaitu 14.3 tahun, tamatan SMA (37.3% dan 36.5%), kurang dari Rp. 1 juta (41.3%), status nutrisi normal (57.1%), dan IQ rata-rata (85.7%). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara obesitas, overweight, dan malnutrisi ringan-sedang dengan prestasi akademik (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik (P=0.003, r=0.342). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status nutrisi dengan skor IQ (P=0.540).

Kesimpulan. Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik.

ABSTRACT

Background. Academic achievement of adolescents are influenced by many factors, such as, nutritional status, demographic and socio- economic. Malnutrition is considered as a problem that limited the ability of learning, and poor academic achievement.

Objective. To investigate the correlation of nutritional status with academic achievement in adolescents.

Methods. We conducted a cross-sectional study on 12 to 15-year-old junior high school students in Batubara, North Sumatera during January 2015. Nutritional status was determined by weight-for-height. Academic achievement was recorded from their school final examination results of school examination. Intelligence quotient (IQ) score was assessed by using Aptitude Test. Data were analyzed with Spearman correlation and Chi-Square test.

Results. One hundred twenty-six subjects involved in this study. We found the mean of age, paternal and maternal education levels, monthly household income, nutritional status, and IQ score were 14.3 years old, senior high school grade education (37.3% and 36.5%), less than IDR 1 million (41.3%), normoweight (57.1%), and above average (85.7%), consecutively. There were no significant correlation between obesity, overweight, and mild-moderate malnutrition with academic achievement (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). There was a weak correlation of normoweight with academic achievement (P=0.003, r=0.342). There was no significant correlation between nutritional status with IQ score (P=0.540).

Conclusions. There was a weak correlation of normoweight with academic achievement in adolescents.

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja dianggap sebagai periode transisi dari berakhirnya masa anak menuju dewasa, sebagai individu yang sedang melakukan tugas perkembangan dalam mencari identitas diri serta dalam proses pendidikan.1

Prestasi akademik pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari internal dan eksternal diri individu. Faktor internal antara lain kondisi fisik umum (status nutrisi), minat, motivasi, kepribadian, bakat dan intelegensi.2 Faktor eksternal antara lain kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran, kondisi lingkungan belajar, dukungan sosial dan pengaruh budaya. Interaksi antar berbagai faktor tersebut sebagai determinan atau penentu bagaimana hasil akhir proses belajar yang dialami oleh individu. Peranan masing-masing faktor penentu tidak selalu sama dan tetap.3

Remaja banyak sekali dipengaruhi oleh teman sebaya dalam kehidupan sosial.4 Apabila remaja dapat menerima lingkungan teman sebayanya membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka hal itu akan berpengaruh positif pada remaja, namun sebaliknya, jika remaja tidak dapat membedakan, maka akan mendapatkan hal negatif.5

Status nutrisi sebagai salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi akademik.6 Berdasarkan data Riskesdas 2010, prevalensi remaja kurus pada kelompok umur 12 tahun sampai 15 tahun sekitar 11%, sedangkan pada

kelompok umur 16 tahun sampai 18 tahun adalah 8.9%. Prevalensi remaja pendek pada kelompok umur 16 tahun sampai 18 tahun adalah 31.2%.7 Malnutrisi dianggap sebagai masalah yang membatasi kemampuan anak untuk belajar dan akibatnya prestasi akademik lebih rendah dibandingkan dengan anak yang nutrisi baik.8 Penelitian yang dilakukan di Malaysia pada tahun 2009, didapati bahwa jenis kelamin, status nutrisi, pendidikan ayah, pendapatan keluarga perbulan mempunyai hubungan dengan prestasi akademik dan fungsi kognitif pada anak.2

Intelegensi hanya merupakan salah satu faktor internal yang ikut menentukan prestasi akademik. Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadang-kadang timbul anggapan yang menempatkan inteligensi dalam peranan yang melebihi atau lebih rendah dari proporsi sebenarnya, dan IQ tidak dapat memberikan banyak informasi, contohnya jika dua orang mempunyai IQ yang sama, belum tentu prestasi akademik sama.9

Konsep bakat muncul karena ketidakpuasan terhadap tes intelegensi yang menghasilkan skor tunggal yaitu IQ. Definisi bakat tidak jauh berbeda dengan definisi intelegensi, seperti yang dikemukakan oleh Bingham dalam Bennt (1952), bahwa bakat merupakan kondisi atau rangkaian karakteristik yang dipandang sebagai gejala kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan atau serangkaian respon melalui latihan. Bakat memperkenalkan suatu kondisi yang menunjukkan potensi seseorang untuk menunjukkan kecakapannya dalam bidang tertentu. Perwujudan potensi bergantung pada

kemampuan belajar individu dalam bidang tertentu, motivasi dan kesempatan untuk memanfaatkan kemampuan ini.10

Bakat dapat diukur dengan tes bakat, yang dirancang untuk mengukur kemampuan potensial seseorang dalam suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan dalam rentangan tertentu. Bakat tidak sama dengan intelegensi, tetapi intelegensi menjadi dasar untuk berkembangnya bakat. Intelegensi dapat dipandang sebagai faktor umum dan bakat adalah faktor khusus. Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau Aptitude test, dan pada tes ini juga dapat dinilai IQ.11

Seberapa besarkah kontribusi atau peranan faktor status nutrisi menentukan prestasi akademik? Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja? 1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum : Menilai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

1.4.2. Tujuan khusus :

1.4.2.a. Untuk mengetahui status nutrisi pada remaja. 1.4.2.b. Untuk mengetahui prestasi akademik pada remaja. 1.4.2.c. Untuk mengetahui golongan IQ pada remaja.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Di bidang akademik / ilmiah : menambah pengetahuan di bidang nutrisi dan penyakit metabolik anak, khususnya mengenai status nutrisi sebagai salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan prestasi akademik pada remaja.

1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan mengetahui hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja, peneliti dapat memberikan masukan, agar anak sejak kecil diberikan asupan nutrisi yang baik.

1.5.3. Untuk pihak sekolah: meningkatkan pengetahuan para pendidik, penyelenggara pendidikan (pemerintah/ swasta), peserta didik beserta para wali mengenai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja, sehingga kelak tercapai cita-cita mulia sebagai generasi penerus bangsa.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Nutrisi

2.1.1. Definisi status nutrisi

Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran nutrisi, terlihat melalui indikator status nutrisi.12 Prinsip penentuan status nutrisi dengan pemeriksaan antropometri dengan menentukan proporsi berat badan (BB) menurut tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) sesuai dengan jenis kelamin.13

Klasifikasi status nutrisi diperoleh dengan perhitungan persentase BB aktual terhadap BB ideal (BB/TB) yaitu :13

1. Obesitas : BB/TB > 120%

2. Nutrisi lebih (overweight) : BB/TB > 110% sampai 120% 3. Nutrisi normal : BB/TB > 90% sampai 110% 4. Malnutrisi ringan-sedang : BB/TB > 70% sampai 90% 5. Malnutrisi buruk : BB/TB < 70%.

2.1.2. Antropometri

Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan dan kesejahteraan secara umum.14 Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh manusia, dalam hal ini dimensi tulang, otot, dan jaringan lemak. Antropometri digunakan untuk mengukur status nutrisi individu dan populasi serta merupakan

refleksi status sosio-ekonomi. Pengukuran antropometri yang akurat, sahih dan dapat dipercaya memerlukan peralatan dan teknik yang sesuai. Semua pengukuran variabel pertumbuhan harus diulang tiga kali dan diambil nilai reratanya.13

Berat badan merupakan penghitungan rerata dari status nutrisi secara umum yang memerlukan data lain seperti umur, jenis kelamin dan tinggi badan untuk menginterpretasikan data tersebut secara optimal. Tinggi badan mencerminkan status nutrisi jangka panjang.15

2.2. Periode Remaja

Karakteristik pemikiran remaja berupa perkembangan kognitif sosial, dimana remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus, remaja yakin bahwa orangtua memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.4

Beberapa ciri pemikiran operasional formal pada remaja:16

• Abstrak : mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.

• Idealis : mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain dan dunia, dan membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standar-standar ideal ini.

• Logis : mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis.

2.2.1. Karakteristik remaja

Menurut World Health Organization (WHO), definisi remaja adalah individu dengan batasan usia antara 10 sampai 19 tahun, berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat mencapai kematangan seksual, yang mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.1

Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ reproduksi sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin.15 Pada remaja perempuan ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran payudara dan pinggul.17 Pada remaja laki-laki mengalami mimpi basah pertama, pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, kaki, kumis dan sebagainya.4

Masalah remaja antara lain masalah pribadi dan masalah khas remaja. Masalah pribadi berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai. Masalah

khas remaja yaitu masalah yang timbul akibat status yang belum jelas.18 Tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau gangguan prilaku pada remaja itu sendiri.19,20

Maturasi otak yang meliputi perubahan volume, struktur serta neurokimia selama masa remaja akan mempengaruhi aspek kognitif. Fungsi kognitif yang lebih tinggi seperti memori, perencanaan, pemecahan masalah akan mengalami perkembangan selama masa remaja. Maturasi lobus frontal memiliki korelasi erat dengan perubahan fungsi kognitif.21 Perubahan aspek kognitif lainnya selama masa remaja meliputi perbaikan konstruksi visuospasial dan psikomotor yang berkaitan dengan maturasi corpus callosum. Maturasi regio temporal dan oksipital berkaitan dengan perbaikan memori visual.22 Aspek lainnya adalah kemampuan memori verbal yang berkaitan dengan maturasi fasiculus uncinatum sinistra dan lobus parietal. Maturasi pada ekstremitas posterior kapsula interna juga dikaitkan dengan peningkatan perhatian dan kemampuan berbahasa.23

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi remaja

Status nutrisi remaja dipengaruhi oleh masukan dan pengeluaran dari makanan.24 Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi besi, serta masalah malnutrisi, baik underweight dan perawakan pendek maupun overweight sampai obesitas dengan ko-morbiditas keduanya

seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah.25 Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:26

1. Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif serta maturasi seksual.

2. Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.

3. Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, osteoporosis, dan kanker.

4. Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.

Masalah nutrisi yang sering timbul pada remaja antara lain disebabkan: a. Makan tidak teratur

Aktivitas yang tinggi pada masa remaja, baik kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah, menyebabkan remaja tidak jarang makan di luar rumah. Selain itu, tidak jarang remaja makan pagi dan siang dijadikan satu, dengan risiko remaja makan dengan komposisi nutrisi yang tidak seimbang.27,28

Kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang merupakan masalah remaja yang dapat mempengaruhi asupan makanan dan status nutrisi.29,30

b. Anoreksia nervosa

Hal ini merupakan keadaan psikofisiologik, yang biasanya terlihat pada remaja perempuan, khas ditandai dengan tidak mau atau menolak makanan yang berkepanjangan dan berat. Tidak jarang gangguan psikologis ini menetap dan tidak bisa diatasi sendiri.20

c. Bulimia nervosa

Pada umumnya penderita bulimia mempertahankan BB normal atau mendekati normal, dengan cara memuntahkan secara periodik makanan yang dimakan. Remaja cenderung mempunyai pendapat yang tidak realistis terhadap makanan yang diperlukan oleh tubuh. Keadaan ini menjadi masalah serius bila menjadi suatu obsesi, sehingga dapat mempengaruhi sekolah atau aktivitas.20,25

d. Obesitas

Obesitas pada masa remaja dapat disebabkan faktor psikologis, fisiologis maupun adat istiadat. Makin lama remaja mengalami obesitas, makin besar

Dokumen terkait