• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Nutrisi dengan Prestasi Akademik pada Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Status Nutrisi dengan Prestasi Akademik pada Remaja"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA REMAJA

REGIA SABARATY SINURAT 107103017 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA REMAJA

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak)

Dalam Program Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

REGIA SABARATY SINURAT 107103017 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Penelitian : Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja Nama Mahasiswa : Regia Sabaraty Sinurat

Nomor Induk Mahasiswa : 107103017

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Hj. Tiangsa Sembiring, MKed(Ped), Sp.A(K)

Anggota

Dr. H. Emil Azlin, MKed(Ped), Sp.A(K)

Program Magister Kedokteran Klinik

Sekretaris Program Studi Dekan

Dr. Murniati Manik,MSc,SpKK,SpG(K)

NIP. 19530719 198003 2 001 NIP. 19540220 198011 1 001

Prof.Dr.Gontar A. Siregar,SpPD,KGEH,FInaSIM

(4)

PERNYATAAN

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA REMAJA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2015

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 28 April 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Hj. Tiangsa Sembiring, M.Ked(Ped), SpA(K)...

Anggota : 1. dr. H. Emil Azlin, M.Ked(Ped), SpA(K) ...

2. Elvi Andriani Yusuf, M.Si, Psikolog ...

3. dr. Lily Irsa, SpA(K) ...

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama dr. Hj. Tiangsa Sembiring, M.Ked(Ped), SpA(K) dan Pembimbing II dr. H. Emil Azlin, M.Ked(Ped), SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

(7)

dan penguji yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

3. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof.Dr.H.Syahril Pasaribu DTM&H, M.Sc(CTM),SpA(K), serta Rektor Universitas Sumatera Utara sebelumnya Prof.Dr.H.Chairuddin P Lubis, DTM&H,SpA(K) dan Dekan FK USU Prof.Dr.Gontar A Siregar, Sp.PD, KGEH, FInaSIM yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK USU.

4. Ibu Elvi Andriani Yusuf, M.Si, Psikolog, dr. Lily Irsa, SpA(K), dr. Nelly Rosdiana, M.Ked(Ped), SpA(K) dan dr. Tina Christina L. Tobing, M.Ked(Ped), SpA(K) yang telah menguji, memberikan koreksi, saran dan perbaikan pada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Dr. Tri Faranita, M.Ked(Ped), SpA, dr. Winra Pratita, M.Ked(Ped), SpA, yang telah memberikan saran, masukan, bantuan dan referensi yang sangat berharga dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

6. Dr. Hj. Melda Deliana, M.Ked(Ped), SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU dan Dr. Beby Syofiani Hasibuan, M.Ked(Ped), SpA, sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

(8)

8. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

9. Kepala sekolah SMPN-1 Kecamatan Tanjung Tiram, Kepala sekolah SMPN-1 Kecamatan Talawi, beserta para guru, orang tua dan murid atas keramahtamahan, peran serta dan bantuannya dalam pelaksanaan survei pendahuluan dan penelitian ini.

10. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes yang telah memberikan bimbingan dan pencerahan kepada penulis dalam pengolahan dan analisis data penelitian ini.

11. Teman-teman yang tidak mungkin bisa penulis lupakan yang telah membantu dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, dr. Suryani Margono, dr. Sylvia Jiero, dr. Dwi Novianty, dr. Ghazali Ahmad Siregar, dr. Febriyanti Mobilina, dr. Rahmad Sumiko, dr. Silvia Yasmin Lubis, dr. Bebi Trianita Sari, dr. Poppy Indriasari, dr. Dewi Angreany, dan teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Anak yang tak dapat sebutkan satu persatu namanya disini, semoga Tuhan YME memberkati.

12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

(9)

Simanjuntak dan Ibunda mertua Tiodor, para kakanda, adinda serta seluruh keluarga tercinta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih tak terhingga penulis ucapkan atas do’a serta dukungan moril dan materil yang tidak pernah putus. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Terima kasih yang sangat besar penulis sampaikan kepada suami terkasih, dr. Octo Tumbur Simanjuntak, atas doa, bantuan tenaga, waktu dan buah pikiran dalam pelaksanaan penelitian ini serta pengertian tak terhingga dalam menerima segala kesibukan rutinitas yang harus penulis jalani selama masa pendidikan terkhusus dalam penyelesaian penelitian dan tesis ini.

Terkhusus kepada ananda tercinta Josiah Oloan Simanjuntak, terima kasih sayangku, atas kebaikan hati dan pengertianmu, senyum dan tawamu yang memberi kekuatan dan semangat selama melakukan penelitian ini, kiranya Tuhan YME senantiasa melindungi dan member berkat serta kesehatan kepadamu.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, April 2015

(10)

DAFTAR ISI

Lembar persetujuan pembimbing iii

Lembar Pernyataan iv

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status nutrisi 6

2.1.1. Definisi status nutrisi 6

2.1.2. Antropometri 6

2.2. Periode remaja 7

2.2.1. Karakteristik remaja 8

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi

remaja 10

2.3. Prestasi akademik 12

2.4. Aptitude Test 14

2.5. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik 22 pada remaja

2.6. Kerangka Konseptual 25

(11)

3.3.2. Populasi terjangkau 26

3.3.3. Sampel 27

3.4. Perkiraan besar sampel 27

3.5. Pengambilan sampel 28

3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi 28

3.6.1. Kriteria inklusi 28

3.6.2. Kriteria eksklusi 28

3.7. Persetujuan/ Informed Consent 29

3.8. Etika penelitian 29

3.9. Cara kerja dan alur penelitian 29

3.9.1. Cara kerja penelitian 29

3.9.2. Alur penelitian 32

3.10. Identifikasi variabel 33

3.11. Definisi operasional 33

3.12. Pengolahan dan analisis data 36

BAB 4. HASIL 37

BAB 5. PEMBAHASAN 43

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 50

4. Lembar penjelasan kepada responden

5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) 6. Surat Mohon Izin Penelitian

7. Surat Keterangan dari Sekolah 8. Lembaran Kuisioner penelitian 9. Lembaran Grafik CDC 2000 10. Lembaran absensi sekolah 11. Lembaran daftar nilai raport

12. Lembaran Hasil pemeriksaan Tes Aptitude 13. Surat Keterangan Persetujuan Komite Etik 14. Riwayat hidup

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi skor intelegensi berdasarkan DAT 22

Tabel 4.1. Karakteristik dasar responden penelitian 38 Tabel 4.2. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik

(berdasarkan total nilai rapor) 40

Tabel 4.3. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik (berdasarkan nilai Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Matematika, dan IPA) 41

Tabel 4.4. Hubungan status nutrisi dengan IQ berdasarkan

Aptitude test 42

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram faktor yang mempengaruhi prestasi akademik 13

Gambar 2.6. Kerangka konseptual 25

Gambar 3.9.2. Alur penelitian 32

(14)

DAFTAR SINGKATAN

AR : Abstract reasoning BB : Berat badan

BB/TB : Berat badan menurut tinggi badan BB/U : Berat badan menurut umur

CDC : Centre for Disease Control CSA : Clerical speed accuracy DAT : Differential Aptitude Test dkk : dan kawan-kawan

dll : dan lain-lain

FACT : Flanagan Aptitude Classification Test

FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara GATB : General Aptitude Test Batteries

GRE : Graduate Record Examination IPA : Ilmu Pengetahuan Alam IQ : Intelligence Quotient kkal : kilo kalori

MR : Mechanical reasoning NA : Numerical ability

OSAS : Obstructive Sleep Apnoe Syndrome PB : Panjang badan

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar SD : Standar Deviasi

SD : Sekolah Dasar

SEANUTS : South East Asian Nutrition Survey SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri SMA : Sekolah Menengah Atas

SMU : Sekolah Menengah Umum

SPSS : Statistical Product and Service Solutions SR : Space relation

TB : Tinggi badan

TPA : Tes Potensi Akademik USA : United States of America VR : Verbal reasoning

(15)

DAFTAR LAMBANG

% : persen

N : besar sampel

Z (1-α/2) : deviat baku alpha Z (1-β) : deviat baku betha

P0 : Proporsi

Pa : Perkiraan proporsi P0-Pa : Beda proporsi

P : tingkat kemaknaan

(16)

ABSTRAK

Latar Belakang. Prestasi akademik remaja dipengaruhi beberapa faktor yaitu, status nutrisi, demografi dan sosial-ekonomi. Malnutrisi sebagai masalah yang membatasi kemampuan belajar, menyebabkan rendahnya prestasi akademik. Tujuan. Menilai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja. Metode. Penelitian ini dengan studi sekat lintang, usia 12 sampai 15 tahun dilakukan di Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara, selama Januari 2015. Status nutrisi dinilai dari pengukuran BB/TB. Prestasi akademik dinilai dari total nilai raport. Skor IQ dinilai dari Aptitude Test yang dilakukan tim Psikologi. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman dan Chi-Square.

Hasil. Sebanyak 126 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini didapati mean usia, pendidikan terakhir ayah dan ibu, pendapatan keluarga perbulan, status nutrisi dan tingkat intelegensi (IQ) yaitu 14.3 tahun, tamatan SMA (37.3% dan 36.5%), kurang dari Rp. 1 juta (41.3%), status nutrisi normal (57.1%), dan IQ rata-rata (85.7%). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara obesitas, overweight, dan malnutrisi ringan-sedang dengan prestasi akademik (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik (P=0.003, r=0.342). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status nutrisi dengan skor IQ (P=0.540).

Kesimpulan. Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik.

(17)

ABSTRACT

Background. Academic achievement of adolescents are influenced by many factors, such as, nutritional status, demographic and socio- economic. Malnutrition is considered as a problem that limited the ability of learning, and poor academic achievement.

Objective. To investigate the correlation of nutritional status with academic achievement in adolescents.

Methods. We conducted a cross-sectional study on 12 to 15-year-old junior high school students in Batubara, North Sumatera during January 2015. Nutritional status was determined by weight-for-height. Academic achievement was recorded from their school final examination results of school examination. Intelligence quotient (IQ) score was assessed by using Aptitude Test. Data were analyzed with Spearman correlation and Chi-Square test.

Results. One hundred twenty-six subjects involved in this study. We found the mean of age, paternal and maternal education levels, monthly household income, nutritional status, and IQ score were 14.3 years old, senior high school grade education (37.3% and 36.5%), less than IDR 1 million (41.3%), normoweight (57.1%), and above average (85.7%), consecutively. There were no significant correlation between obesity, overweight, and mild-moderate malnutrition with academic achievement (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). There was a weak correlation of normoweight with academic achievement (P=0.003, r=0.342). There was no significant correlation between nutritional status with IQ score (P=0.540).

Conclusions. There was a weak correlation of normoweight with academic achievement in adolescents.

(18)

ABSTRAK

Latar Belakang. Prestasi akademik remaja dipengaruhi beberapa faktor yaitu, status nutrisi, demografi dan sosial-ekonomi. Malnutrisi sebagai masalah yang membatasi kemampuan belajar, menyebabkan rendahnya prestasi akademik. Tujuan. Menilai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja. Metode. Penelitian ini dengan studi sekat lintang, usia 12 sampai 15 tahun dilakukan di Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara, selama Januari 2015. Status nutrisi dinilai dari pengukuran BB/TB. Prestasi akademik dinilai dari total nilai raport. Skor IQ dinilai dari Aptitude Test yang dilakukan tim Psikologi. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman dan Chi-Square.

Hasil. Sebanyak 126 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini didapati mean usia, pendidikan terakhir ayah dan ibu, pendapatan keluarga perbulan, status nutrisi dan tingkat intelegensi (IQ) yaitu 14.3 tahun, tamatan SMA (37.3% dan 36.5%), kurang dari Rp. 1 juta (41.3%), status nutrisi normal (57.1%), dan IQ rata-rata (85.7%). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara obesitas, overweight, dan malnutrisi ringan-sedang dengan prestasi akademik (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik (P=0.003, r=0.342). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status nutrisi dengan skor IQ (P=0.540).

Kesimpulan. Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik.

(19)

ABSTRACT

Background. Academic achievement of adolescents are influenced by many factors, such as, nutritional status, demographic and socio- economic. Malnutrition is considered as a problem that limited the ability of learning, and poor academic achievement.

Objective. To investigate the correlation of nutritional status with academic achievement in adolescents.

Methods. We conducted a cross-sectional study on 12 to 15-year-old junior high school students in Batubara, North Sumatera during January 2015. Nutritional status was determined by weight-for-height. Academic achievement was recorded from their school final examination results of school examination. Intelligence quotient (IQ) score was assessed by using Aptitude Test. Data were analyzed with Spearman correlation and Chi-Square test.

Results. One hundred twenty-six subjects involved in this study. We found the mean of age, paternal and maternal education levels, monthly household income, nutritional status, and IQ score were 14.3 years old, senior high school grade education (37.3% and 36.5%), less than IDR 1 million (41.3%), normoweight (57.1%), and above average (85.7%), consecutively. There were no significant correlation between obesity, overweight, and mild-moderate malnutrition with academic achievement (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). There was a weak correlation of normoweight with academic achievement (P=0.003, r=0.342). There was no significant correlation between nutritional status with IQ score (P=0.540).

Conclusions. There was a weak correlation of normoweight with academic achievement in adolescents.

(20)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja dianggap sebagai periode transisi dari berakhirnya masa anak menuju dewasa, sebagai individu yang sedang melakukan tugas perkembangan dalam mencari identitas diri serta dalam proses pendidikan.1

Prestasi akademik pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari internal dan eksternal diri individu. Faktor internal antara lain kondisi fisik umum (status nutrisi), minat, motivasi, kepribadian, bakat dan intelegensi.2 Faktor eksternal antara lain kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran, kondisi lingkungan belajar, dukungan sosial dan pengaruh budaya. Interaksi antar berbagai faktor tersebut sebagai determinan atau penentu bagaimana hasil akhir proses belajar yang dialami oleh individu. Peranan masing-masing faktor penentu tidak selalu sama dan tetap.3

Remaja banyak sekali dipengaruhi oleh teman sebaya dalam kehidupan sosial.4 Apabila remaja dapat menerima lingkungan teman sebayanya membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka hal itu akan berpengaruh positif pada remaja, namun sebaliknya, jika remaja tidak dapat membedakan, maka akan mendapatkan hal negatif.5

(21)

kelompok umur 16 tahun sampai 18 tahun adalah 8.9%. Prevalensi remaja pendek pada kelompok umur 16 tahun sampai 18 tahun adalah 31.2%.7 Malnutrisi dianggap sebagai masalah yang membatasi kemampuan anak untuk belajar dan akibatnya prestasi akademik lebih rendah dibandingkan dengan anak yang nutrisi baik.8 Penelitian yang dilakukan di Malaysia pada tahun 2009, didapati bahwa jenis kelamin, status nutrisi, pendidikan ayah, pendapatan keluarga perbulan mempunyai hubungan dengan prestasi akademik dan fungsi kognitif pada anak.2

Intelegensi hanya merupakan salah satu faktor internal yang ikut menentukan prestasi akademik. Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadang-kadang timbul anggapan yang menempatkan inteligensi dalam peranan yang melebihi atau lebih rendah dari proporsi sebenarnya, dan IQ tidak dapat memberikan banyak informasi, contohnya jika dua orang mempunyai IQ yang sama, belum tentu prestasi akademik sama.9

(22)

kemampuan belajar individu dalam bidang tertentu, motivasi dan kesempatan untuk memanfaatkan kemampuan ini.10

Bakat dapat diukur dengan tes bakat, yang dirancang untuk mengukur kemampuan potensial seseorang dalam suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan dalam rentangan tertentu. Bakat tidak sama dengan intelegensi, tetapi intelegensi menjadi dasar untuk berkembangnya bakat. Intelegensi dapat dipandang sebagai faktor umum dan bakat adalah faktor khusus. Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau Aptitude test, dan pada tes ini juga dapat dinilai IQ.11

Seberapa besarkah kontribusi atau peranan faktor status nutrisi menentukan prestasi akademik? Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja? 1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

1.4. Tujuan Penelitian

(23)

1.4.2. Tujuan khusus :

1.4.2.a. Untuk mengetahui status nutrisi pada remaja. 1.4.2.b. Untuk mengetahui prestasi akademik pada remaja. 1.4.2.c. Untuk mengetahui golongan IQ pada remaja.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Di bidang akademik / ilmiah : menambah pengetahuan di bidang nutrisi dan penyakit metabolik anak, khususnya mengenai status nutrisi sebagai salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan prestasi akademik pada remaja.

1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan mengetahui hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja, peneliti dapat memberikan masukan, agar anak sejak kecil diberikan asupan nutrisi yang baik.

(24)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Nutrisi

2.1.1. Definisi status nutrisi

Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran nutrisi, terlihat melalui indikator status nutrisi.12 Prinsip penentuan status nutrisi dengan pemeriksaan antropometri dengan menentukan proporsi berat badan (BB) menurut tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) sesuai dengan jenis kelamin.13

Klasifikasi status nutrisi diperoleh dengan perhitungan persentase BB aktual terhadap BB ideal (BB/TB) yaitu :13

1. Obesitas : BB/TB > 120%

2. Nutrisi lebih (overweight) : BB/TB > 110% sampai 120% 3. Nutrisi normal : BB/TB > 90% sampai 110% 4. Malnutrisi ringan-sedang : BB/TB > 70% sampai 90% 5. Malnutrisi buruk : BB/TB < 70%.

2.1.2. Antropometri

(25)

refleksi status sosio-ekonomi. Pengukuran antropometri yang akurat, sahih dan dapat dipercaya memerlukan peralatan dan teknik yang sesuai. Semua pengukuran variabel pertumbuhan harus diulang tiga kali dan diambil nilai reratanya.13

Berat badan merupakan penghitungan rerata dari status nutrisi secara umum yang memerlukan data lain seperti umur, jenis kelamin dan tinggi badan untuk menginterpretasikan data tersebut secara optimal. Tinggi badan mencerminkan status nutrisi jangka panjang.15

2.2. Periode Remaja

Karakteristik pemikiran remaja berupa perkembangan kognitif sosial, dimana

remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus, remaja yakin bahwa

orangtua memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri.

Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun

dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.4

Beberapa ciri pemikiran operasional formal pada remaja:16

• Abstrak : mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau

dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.

• Idealis : mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain dan

dunia, dan membandingkan diri mereka dengan orang lain dan

(26)

• Logis : mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan

jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan

masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis.

2.2.1. Karakteristik remaja

Menurut World Health Organization (WHO), definisi remaja adalah individu dengan batasan usia antara 10 sampai 19 tahun, berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat mencapai kematangan seksual, yang mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.1

Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ reproduksi sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin.15 Pada remaja perempuan ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran payudara dan pinggul.17 Pada remaja laki-laki mengalami mimpi basah pertama, pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, kaki, kumis dan sebagainya.4

(27)

khas remaja yaitu masalah yang timbul akibat status yang belum jelas.18 Tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau gangguan prilaku pada remaja itu sendiri.19,20

Maturasi otak yang meliputi perubahan volume, struktur serta neurokimia selama masa remaja akan mempengaruhi aspek kognitif. Fungsi kognitif yang lebih tinggi seperti memori, perencanaan, pemecahan masalah akan mengalami perkembangan selama masa remaja. Maturasi lobus frontal memiliki korelasi erat dengan perubahan fungsi kognitif.21 Perubahan aspek kognitif lainnya selama masa remaja meliputi perbaikan konstruksi visuospasial dan psikomotor yang berkaitan dengan maturasi corpus callosum. Maturasi regio temporal dan oksipital berkaitan dengan perbaikan memori visual.22 Aspek lainnya adalah kemampuan memori verbal yang berkaitan dengan maturasi fasiculus uncinatum sinistra dan lobus parietal. Maturasi pada ekstremitas posterior kapsula interna juga dikaitkan dengan peningkatan perhatian dan kemampuan berbahasa.23

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi remaja

(28)

seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah.25 Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:26

1. Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif serta maturasi seksual.

2. Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.

3. Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, osteoporosis, dan kanker.

4. Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.

Masalah nutrisi yang sering timbul pada remaja antara lain disebabkan: a. Makan tidak teratur

Aktivitas yang tinggi pada masa remaja, baik kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah, menyebabkan remaja tidak jarang makan di luar rumah. Selain itu, tidak jarang remaja makan pagi dan siang dijadikan satu, dengan risiko remaja makan dengan komposisi nutrisi yang tidak seimbang.27,28

Kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang merupakan masalah remaja yang dapat mempengaruhi asupan makanan dan status nutrisi.29,30

b. Anoreksia nervosa

(29)

c. Bulimia nervosa

Pada umumnya penderita bulimia mempertahankan BB normal atau mendekati normal, dengan cara memuntahkan secara periodik makanan yang dimakan. Remaja cenderung mempunyai pendapat yang tidak realistis terhadap makanan yang diperlukan oleh tubuh. Keadaan ini menjadi masalah serius bila menjadi suatu obsesi, sehingga dapat mempengaruhi sekolah atau aktivitas.20,25

d. Obesitas

Obesitas pada masa remaja dapat disebabkan faktor psikologis, fisiologis maupun adat istiadat. Makin lama remaja mengalami obesitas, makin besar kecenderungan menjadi obesitas sampai dewasa. Pendidikan tentang penanggulangan obesitas dapat dibuat lebih efektif melalui berbagai pendekatan, misalnya melalui organisasi pemuda atau kelompok olahraga.24 e. Gangguan tingkah laku

Makanan dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja, antara lain kekurangan zat besi yang berpengaruh pada daya konsentrasi. Keracunan logam berat, bahan tambahan pada makanan (food additives), alergi makanan dan minuman beralkohol dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja.20

2.3. Prestasi akademik

(30)

dan pada lingkungan sekitarnya maka proses belajar akan selalu terjadi tanpa henti dalam kehidupan manusia.31

Dalam pengertian yang lebih spesifik, belajar didefinisikan sebagai akuisi atau perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah atau di lembaga pendidikan yang memiliki program terencana, tujuan instruksional yang konkret, dan diikuti oleh para murid sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis.5

P - Kondisi Fisik Umum

Variabel Nonkognitif :

- Kemampuan Khusus (Bakat) - Kemampuan Umum (Intelegensi)

- Kondisi tempat belajar - Sarana dan perlengkapan

belajar - Materi pelajaran

- Kondisi lingkungan belajar

- Dukungan sosial - Pengaruh budaya

(31)

Prestasi akademik dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya.32 Tes IQ cenderung lebih berkorelasi dengan tes prestasi daripada dengan nilai di sekolah. Seberapa tingginya korelasi yang diperoleh tergantung pada a) karakteristik tes intelegensi dan tes prestasi yang bersangkutan, b) karakteristik mata pelajaran yang diujikan, dan c) karakteristik kelompok murid yang dijadikan sampel dalam penelitian.33

2.4. AptitudeTest

Bakat adalah suatu konsistensi karakteristik yang menunjukkan kapasitas seseorang untuk mengetahui, menguasai pengetahuan khusus dengan latihan, contoh kemampuan berbahasa Inggris, kemampuan musikal. Definisi lain dari bakat atau aptitude adalah kemampuan spesifik yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan.34 Suatu tes intelegensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui melalui tes intelegensi.3

Potensi yang ada pada diri seseorang diketahui setelah melakukan Aptitude test. Tes bakat dapat membantu untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi testee di masa kini secara lebih cermat, baik dalam pendidikan, klinis maupun industri.3,35

(32)

masa depan. Prediksi meliputi seleksi, penempatan dan klasifikasi. Pada dasarnya prediksi adalah mempertemukan potensi seseorang dengan persyaratan yang dituntut oleh suatu lembaga.36

Faktor-faktor yang mempengaruhi bakat ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, meliputi faktor kematangan fisik/ kedewasaan biologis.10 Kematangan juga terjadi dalam segi mental psikologisnya, artinya bahwa makin orang dapat mencapai kematangan fisik dan mental maka bakatnya juga akan mengalami perkembangan. Faktor eksternal, yang meliputi lingkungan dan pengalaman. Lingkungan yang baik akan menunjukkan perkembangan bakat yang ada pada individu yang bersangkutan.37

Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut Aptitude test. Tujuan Aptitude test untuk membantu individu menyesuaikan jurusan atau ekstrakurikuler dalam pendidikan sehingga bakat atau potensinya dapat diaktualkan secara optimal.38

(33)

Faktor-faktor yang diungkap oleh tes bakat yaitu:10,37

a. kemampuan verbal, yaitu kemampuan memahami dan menggunakan bahasa baik secara lisan atau tulisan.

b. kemampuan numerikal, yaitu kemampuan ketepatan dan ketelitian memecahkan problem aritmatik/ konsep dasar berhitung.

c. kemampuan spatial, yaitu kemampuan merancang suatu benda secara tepat.

d. kemampuan perseptual, yaitu kemampuan mengamati dan memahami gambar dua dimensi menjadi bentuk tiga dimensi.

e. kemampuan reasoning, yaitu kemampuan memecahkan suatu masalah. f. kemampuan mekanik, yaitu kemampuan memahami dua konsep mekanik

dan fisika.

g. kemampuan memori, yaitu kemampuan mengingat.

h. kemampuan clerical, yaitu kemampuan bekerja di bidang administrasi.

i. kreativitas, yaitu kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan menunjukkan hal yang tidak biasa/ istimewa.

j. kecepatan kerja, yaitu kemampuan bekerja secara cepat terutama untuk pekerjaan yang rutin.

k. ketelitian kerja yaitu kemampuan bekerja secara teliti.

l. ketahanan kerja, yaitu kemampuan bekerja secara konsisten.

(34)

2.4.1.1. Multiple Aptitude Batteries, yaitu tes bakat yang mengukur bermacam-macam kemampuan, seperti pengertian bahasa, kemampuan angka-angka, penalaran dalam berhitung, kecepatan dan ketepatan dalam persepsi. Dari hasil tes dapat dilihat kemampuan, kekuatan, dan kelemahan seseorang yang masing-masing dinyatakan dalam angka-angka tersendiri, hasilnya berupa profil angka-angka-angka-angka. Berbeda dengan tes intelegensi umum dimana semua aspek intelegensi keluar sebagai satu angka yaitu IQ. Tes ini termasuk tes bakat yang sudah cukup lama dipakai, yaitu sejak Perang Dunia-I. Yang termasuk jenis kelompok tes ini antara lain: 3,37

a) Differential Aptitude Test (DAT), terdiri dari 8 subtes.

b) General Aptitude Test Battteries (GATB), terdiri dari 9 subtes. c) Flanagan Aptitude Classification Test (FACT), terdiri dari 14 subtes. 2.4.1.2. Special Aptitude Test atau Single Aptitude Test atau tes bakat khusus,

yaitu tes yang hanya mengukur satu bakat khusus tertentu. Sebagai contoh:10

a) Musical Aptitude Test b) Artistical Aptitude Test c) Clerical Aptitude Test

d) Mathematical Aptitude Test.

(35)

Differential Aptitude Test adalah salah satu seri tes multipel bakat yang paling banyak dipakai dalam bidang pendidikan dan kerja. DAT pertama kali terbit tahun 1947, dan telah direvisi pada tahun 1963. Penyusun DAT adalah G.Bennt, H.G.Seashore, dan A.G.Wesman dari USA.10 Maksud dan tujuan DAT antara lain:10,38

• Sebagai sarana akademik untuk mendapatkan prosedur penilaian yang

ilmiah, terintegrasi, dan standar bagi murid-murid.

• Dirancang untuk bimbingan pendidikan dan vokasional (pekerjaan).

• Dapat dipakai dalam bidang industri untuk penempatan karyawan dan

promosi jabatan selanjutnya (perkembangan pembinaan karyawan pabrik). • DAT terdiri dari 8 tes, masing-masing berdiri sendiri, sehingga dapat

digunakan secara terpisah, untuk seleksi dalam bidang industri pada jenis pekerjaan tertentu.Dalam bidang pendidikan akan lebih baik jika ke-delapan tes digunakan secara bersamaan.

Kedelapan tes jika dikelompokkan maka akan terdiri dari 2 kelompok besar, yaitu:10

a. Kelompok Tes Verbal, meliputi:

1. Verbal Reasoning (VR) atau tes penalaran verbal, dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir abstrak, generalisasi, dan konstruktif memahami konsep verbal.10

(36)

memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsep numerik. Tes ini sangat penting untuk prediksi dalam bidang matematika, fisika, kimia, teknik dan bidang lain yang membutuhkan kemampuan berpikir secara kuantitatif.10

3. Clerical Speed Accuracy (CSA) atau kecepatan dan keakuratan klerikal, dirancang untuk mengukur kecepatan dan ketelitian respon dalam tugas-tugas yang membutuhkan persepsi sederhana. Hasil tes ini untuk prediksi kemampuan mengerjakan hal-hal penting rutin administrasi. Manfaat untuk bidang pendidikan dapat dikatakan relatif kecil, tetapi skor rendah menunjukkan bahwa testee mengalami kesulitan dalam hal keberhasilan, ketepatan, kecepatan dalam mengerjakan tugas.10

4. Language Usage, bagian-I,

Perbendaharaan kata dalam tes ini merupakan hasil seleksi dari Gate’s Spelling Differential in 3876 Words, dan merupakan perbendaharaan kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Skor rendah pada subtes ini menunjukkan kesulitan dalam Spelling.10

5. Language Usage, bagian-II, dirancang untuk mengukur

(37)

yang tepat dalam bahasa Inggris. Tes ini lebih menyerupai tes prestasi jika dibandingkan dengan tes lain.10

b. Kelompok Tes Non-Verbal, meliputi:

6. Abstract Reasoning (AR) atau penalaran abstrak, dirancang untuk mengukur penalaran non-verbal. Dalam setiap butir tes, menuntut pemahaman logis tentang prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengubah diagram dan kemampuan yang membedakan perbedaan yang kecil pada garis, daerah, maupun bentuk. Abstract Reasoning merupakan suplemen VR + NA, guna estimasi intelegensi. Abstract Reasoning digunakan untuk prediksi dalam bidang pendidikan dan profesi yang menuntut pemahaman relasi antara benda dan objek. Skor AR dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk memahami penalaran seseorang jika seseorang mengalami kesukaran bahasa dan mendapatkan skor rendah pada tes VR.10,38

7. Mechanical Reasoning (MR) atau Penalaran Mekanikal,

Tes ini mengukur pemahaman prinsip-prinsip mekanik dan fisika dalam situasi familiar.10

8. Space Relation (SR) atau Hubungan Spasial atau ruang,

(38)

bidang perencanaan tata ruang, desainer, arsitektur, seni dan dekorasi.10

Hasil tes ini dinyatakan dengan angka-angka dengan skala antara 54 atau kurang sampai 145 atau lebih, dengan rata-rata (rerata) 100. Semakin tinggi hasil tes seseorang diatas 100, makin tinggi pula kemampuan yang ia miliki untuk dapat mengikuti materi pada jenjang yang lebih tinggi.3 Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan maka dapat diklasifikasikan skor intelegensi seperti pada tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. Klasifikasi skor intelegensi berdasarkan DAT3,10

Skor Golongan Tingkat

Intelegensi

Penjelasan

145+ A Istimewa

cerdas

Orang berada dalam golongan ini dapat menjadi Member Mensa. Hanya 2% dari jumlah populasi yang mempunyai IQ ini.

130-144 B Sangat cerdas

115-129 C Cerdas Orang dengan IQ ini mempunyai kemampuan

berkarir di bidang sains. Sebagian besar para

investor, programmer, akuntan pengacara dan

businessman yang sukses berada di golongan ini.

100-114 D+ Rata-rata atas Orang pada umumnya berasa pada golongan IQ ini. Biasanya mereka tidak mempunyai kendala di sekolah, banyak yang sukses masuk universitas dan cukup baik berada di semua profesi.

85-99 D- Rata-rata

bawah

70-84 E Lemah Orang dengan IQ ini mempunyai kesulitan

dalam memahami ide/materi abstrak dan dalam mempelajari skill/ketrampilan baru.

55-69 F Sangat lemah

<54 G Sangat lemah

sekali

2.5. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja

(39)

tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan pergaulan, melainkan juga ditentukan oleh faktor sosial dan ekonomi serta faktor nutrisi dan kesehatan.3 Faktor sosial dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orangtua, suku, agama. Faktor ekonomi dipengaruhi oleh pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua dan jumlah anak dalam keluarga. Karakteristik makro ditentukan oleh umur dan jenis kelamin.3,6

Inteligensia dan prestasi akademik yang rendah telah terbukti berhubungan dengan status sosioekonomi rendah.8 Status sosioekonomi rendah dapat berpengaruh pada perkembangan otak melalui jalur nutrisi yang inadekuat, pendidikan dan kesehatan yang buruk, lingkungan tempat tinggal, kesempatan belajar, interaksi yang kurang hangat serta dapat menimbulkan tekanan mental yang berat sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif anak.2,8 Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik, maka diperlukan nutrisi yang adekuat. Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menyebabkan masalah nutrisi.15 Keadaan malnutrisi dapat mengakibatkan anak mudah mengantuk dan kurang bergairah, yang dapat mengganggu proses belajar di sekolah dan menurunkan prestasi akademik, daya pikir anak berkurang disebabkan pertumbuhan otak tidak optimal. Pendapatan keluarga, pekerjaan orangtua dan faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh cukup besar terhadap tingkat kecerdasan anak, dimulai usia tiga tahun sampai remaja.2,30

(40)

kecil karena sebelumnya menderita malnutrisi, akan menjadi remaja yang tidak responsif, sulit berkonsentrasi, sulit berkomunikasi, tidak energik dan mempunyai IQ yang rendah, sehingga kemampuan akademik juga rendah.2,6

(41)

Faktor Nutrisi dan Kesehatan Faktor Sosial dan Ekonomi

2.6. Kerangka Konseptual

- Makan tidak teratur - Anoreksia nervosa - Bulimia nervosa

- Obesitas

- Gangguan tingkah laku

Karakteristik makro :

- Umur

- Jenis kelamin

Prestasi Akademik

Faktor Sosial :

- Tingkat pendidikan orangtua

- Suku

- Agama

Faktor Ekonomi : - Pekerjaan orangtua - Pendapatan orangtua

- Jumlah anak dalam keluarga

Faktor Lingkungan

pergaulan Faktor Genetik

Aptitude test (DAT)

(42)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini dilakukan secara sekat lintang, untuk menilai hubungan status nutrisi terhadap prestasi akademik pada remaja.

3.2. Waktu dan tempat penelitian 3.2.1. Waktu penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015. 3.2.2. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan pada dua SMP di Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara, yaitu SMPN-1 Tanjung Tiram dan SMPN-1 Talawi.

3.3. Populasi dan sampel penelitian 3.3.1. Populasi target

Populasi target adalah remaja yang duduk di bangku SMP di Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara.

3.3.2. Populasi terjangkau

(43)

3.3.3. Sampel

Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.

3.4. Perkiraan Besar Sampel40

(

)

Power (kekuatan penelitian) 90%

0

P = proporsi status nutrisi baik pada remaja 0.205 (20.5%)2

a

P = perkiraan proporsi status nutrisi baik pada remaja yang diteliti, sebesar = 0.325 (32.5 %)

a P

P

0 = beda proporsi yang signifikan ditetapkan sebesar 0,12 Berdasarkan perhitungan sampel minimal adalah 120 orang.

(44)

3.5. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel digunakan dengan consecutive sampling, diambil dari daftar absen murid kelas VIII dan IX pada 4 kelas, di 2 sekolah SMPN di Kabupaten Batubara.

3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi 3.6.1. Kriteria inklusi

• Semua murid SMP kelas VIII dan IX masing-masing SMPN-1 Talawi dan

SMPN-1 Tanjung Tiram.

3.6.2. Kriteria eksklusi

• Sampel yang mengurangi diet dan menggunakan obat penurun nafsu

makan

• Sampel dengan kebiasaan memuntahkan makanan yang dimakan secara

periodik.

• Sampel dengan gangguan tingkah laku.

• Tidak hadir pada saat dilakukan penelitian baik itu pada saat pengukuran

tinggi dan berat badan, serta pemeriksaan Aptitude test. 3.7. Persetujuan / Informed Consent

(45)

3.8. Etika penelitian

Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.9. Cara kerja dan alur penelitian 3.9.1. Cara kerja penelitian

1. Sosialisasi dengan bahasa yang mudah dimengerti mengenai penelitian dan tata cara pengisian lembar kuisioner serta pembagian lembar kuisioner dan naskah penjelasan dilakukan pada setiap kelas satu hari sebelum penelitian.

2. Sampel diberikan waktu satu hari untuk mengisi lembaran kuisioner di rumah (lembaran kuisioner berisi data pribadi, penilaian terhadap kriteria inklusi dan eksklusi, serta variabel-variabel yang mempengaruhi intelegensi. Contoh lembaran kuisioner terlampir).

3. Berat badan ditimbang dengan menggunakan alat penimbang Camry yang telah ditera sebelumnya dengan kapasitas sampai 125 kg. Pencatatan dilakukan dalam kg dengan desimal (sensitif sampai 0.5 kg). Semua sampel penelitian ditimbang tanpa sepatu atau alas kaki, hanya pakaian seragam, pada tempat yang rata, dengan keakuratan 0.1 kg, dengan 3 kali penimbangan, lalu diambil reratanya.

(46)

datar setinggi 2 meter. Angka 0 (nol) berada di lantai yang datar rata. Sampel berdiri pada posisi tegak lurus menghadap ke depan tanpa alas kaki, tumit, bokong, punggung dan kepala bagian belakang harus menempel pada dinding dan pandangan lurus ke depan. Menurunkan mikrotoise sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus menempel pada dinding. Untuk melihat angka pada pengukuran tinggi badan, pembatas mikrotoise ditarik tegak lurus dan tepat di atas kepala.

5. Status nutrisi ditentukan dengan memplotkan berat badan dan tinggi badan ke dalam kurva berat badan menurut tinggi badan CDC tahun 2000, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik keseluruhan.

6. Prestasi akademik diambil dari nilai raport semester ganjil tahun ajaran 2014 yang diminta dari masing-masing wali kelas murid.

7. Tingkatan Intelegensi (skor IQ) diperoleh dari data sekunder hasil pemeriksaan tes DAT yang meliputi Pengetahuan Bahasa, Pengetahuan Pasti, Pengetahuan Umum, IQ, Intelegensi Non-Verbal dan Intelegensi Verbal, yang dinilai oleh 1 tim Psikolog dari Yayasan Gamasta Yogyakarta yang berpengalaman, dengan metode Aptitude test, di dalam ruangan yang tenang, yaitu di dalam perpustakaan sekolah dan laboratorium, secara bergantian.

(47)
(48)

3.9.2. Alur penelitian

Populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Pengambilan sampel dengan

consecutive sampling

Penjelasan kepada responden, pengisian kuesioner, Pengukuran BB, TB, pemeriksaan fisik generalisata,

Penentuan status nutrisi

Over-weight

Pengumpulan dan pengolahan data

Analisis data

Pengumpulan nilai raport untuk penilaian Prestasi Akademik, Pemeriksaan AptitudeTest oleh tim Psikologi

Normo-weight

Mild-moderate malnutrition

Obesitas Severe

(49)

3.10. Identifikasi Variabel

• Variabel bebas Skala

Status nutrisi Kategorik

• Variabel tergantung Skala

Prestasi akademik

 Total nilai rapor Numerik

 Nilai Bahasa Indonesia Numerik

 Nilai Bahasa Inggris Numerik

 Nilai Matematika Numerik

 Nilai IPA Numerik

• Tingkat intelegensi Kategorik

3.11. Definisi operasional

• Remaja adalah individu dengan batasan usia antara 10 sampai 19 tahun,

berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat mencapai kematangan seksual.

• Status nutrisi dinilai dengan memplotkan berat badan dan tinggi badan ke

dalam kurva berat badan menurut tinggi badan WHO-CDC tahun 2000 untuk anak laki-laki dan anak perempuan.

(50)

o Obesitas : bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) > 120%.

o Overweight : bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) > 110% sampai 120%.

o Normoweight : bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) 90% sampai 110%.

o Mild malnutrition: bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) 80% sampai 90%.

o Moderate malnutrition: bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) 70% sampai 80%.

o Severe malnutrition: bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) < 70%.

• Prestasi akademik adalah prestasi atau keberhasilan belajar dengan

indikator berupa nilai rapor semester ganjil tahun ajaran 2014. Penilaian prestasi akademik berdasarkan dari total nilai rapor, juga dari nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA dan Matematika.

• IQ adalah skor intelegensi yang dapat dinilai dari pemeriksaan Aptitude

test, yang dilakukan oleh tim Psikolog.

o IQ Istimewa Cerdas : skor IQ lebih dari 145.

o IQ Sangat Cerdas : skor IQ antara 130 sampai 144.

(51)

o IQ Rata-rata Atas: skor IQ antara 100 sampai 114. o IQ Rata-rata Bawah : skor IQ antara 85 sampai 99. o IQ Lemah : skor IQ antara 70 sampai 84.

o IQ Sangat Lemah : skor IQ antara 55 sampai 69. o IQ Sangat Lemah Sekali : skor IQ kurang dari 54.

• Anoreksia nervosa adalah keadaan psikofisiologik, khas ditandai dengan

tidak mau atau menolak makanan yang berkepanjangan dan berat.

• Bulimia nervosa adalah memuntahkan makanan secara periodik makanan

yang dimakan.

• Gangguan tingkah laku adalah perilaku yang tidak sesuai, yang dapat

dilihat dari hasil penilaian guru di dalam rapor.

3.12. Pengolahan dan analisis data

(52)

BAB 4. HASIL

Penelitian dilakukan pada 2 SMPN di Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara, yaitu SMPN-1 Talawi Kecamatan Talawi dan SMPN-1 Tanjung Tiram Kecamatan Tanjung Tiram selama bulan Januari 2015. Penelitian ini diikuti oleh sebanyak 132 sampel, diambil dari 4 kelas yaitu, kelas VIII dan IX. Dari 132 subjek penelitian, didapati 6 sampel yang tidak mengikuti pengukuran BB dan TB (antropometri). Setelah dieksklusikan maka total subjek penelitian yang mengikuti penelitian secara lengkap sebanyak 126 sampel.

Median umur adalah 14.3 tahun (12.5 sampai 15.8 tahun), dan sebagian besar sampel adalah anak perempuan sebanyak 90 orang (71.4%). Pendidikan terakhir ayah dan ibu terbanyak adalah tamatan SMA, dan orangtua yang tidak tamat SD sebanyak 23%.

(53)

Tabel 4.1. Karakteristik dasar responden penelitian

Karakteristik N = 126

Usia (tahun), median (min - maks) Jenis kelamin, n (%)

- Laki-laki - Perempuan

Pendidikan terakhir ayah, n (%) - Diploma

- SMA - SMP - Tamat SD - Tidak tamat SD Pendidikan terakhir ibu, n (%)

- Diploma - SMA - SMP - Tamat SD - Tidak tamat SD

Pendapatan keluarga per bulan, n (%) - < 1 juta

(54)

Gambar 4.1. Grafik batang status nutrisi

(55)

Tabel 4.2. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik (berdasarkan total nilai rapor)

Status nutrisi Total nilai rapor

-Obesitas (n=8) r = -0.167 P = 0.693

-Overweight (n=18) r = 0.023 P = 0.927

-Normoweight (n=72) r = 0.342 P = 0.003

-Malnutrisi ringan-sedang (n=28) r = -0.025 P = 0.899

(56)

Tabel 4.3. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik (berdasarkan nilai Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA)

Status nutrisi Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika IPA

-Obesitas(n=8) r = -0.690 P = 0.058 r = -0.344 P = 0.405 r = -0.344 P = 0.405 r=-0.214 P=0.610

-Overweight(n=18) r = 0.185 P = 0.462 r = -0.136 P = 0.590 r = 0.541 P = 0.020 r=0.440 P=0.068

-Normoweight(n=72) r = 0.071 P = 0.553 r = 0.046 P = 0.702 r = -0.263 P = 0.026 r=0.024 P=0.840 -Malnutrisi

ringan-sedang (n=28)

r = -0.305 P = 0.114 r = 0.122 P = 0.538 r = -0.103 P = 0.602 r=-0.236 P=0.227

(57)

Tabel 4.4. Hubungan status nutrisi dengan IQ berdasarkan Aptitude test

Skor Intelegensi P

Status Nutrisi IQ Cerdas IQ Rata-rata

- Obesitas 1 7 0.540

- Overweight 3 15

- Normoweight 11 61

- Malnutrisi ringan-sedang 3 25

(58)

BAB 5. PEMBAHASAN

Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, adalah rendahnya status nutrisi anak. Malnutrisi pada anak mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap penyakit dan kecerdasan, yang jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia.41 Pada penelitian ini didapati prevalensi malnutrisi ringan-sedang sebesar 22.2%, status nutrisi terbanyak kedua setelah status nutrisi normal.

Hasil studi grup South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS), di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam, prevalensi anak malnutrisi ringan-sedang sebanyak 21.6% dan anak stunted sebanyak 19.2%. Prevalensi malnutrisi pada anak bervariasi secara signifikan diantara keempat negara, dimana malnutrisi ringan-sedang dijumpai terbanyak di Indonesia, yaitu anak malnutrisi ringan sedang sebanyak 25.2% dan anak stunted sebanyak 29%.41

(59)

dari keluarga yang mempunyai pendapatan keluarga lebih dari dua juta perbulan. Dari penelitian ini didapati hubungan yang tidak signifikan antara status nutrisi dengan IQ, dimana nilai P > 0.05.

(60)

yang mereka berikan juga lebih bervariasi. Anak yang memiliki ayah yang mengenyam pendidikan kurang dari 6 tahun maka akan memiliki risiko sebanyak 3.57 kali lebih banyak untuk mengalami perkembangan kognitif yang lebih rendah dibandingkan anak yang ayahnya mengenyam pendidikan lebih dari 6 tahun.42

Pada studi yang dilakukan di Amerika Serikat, dengan status sosio-ekonomi yang tinggi ternyata mempunyai tingkat intelegensia dengan golongan IQ terbanyak adalah rata-rata, dan dibandingkan dengan penelitian ini didapati hasilnya sama.43 Pada penelitian yang dilakukan di Bali, terdapat golongan IQ rata-rata, padahal tingkat ekonomi sampel lebih tinggi, dengan pendapatan lebih dari 2.5 juta per bulan dan pendidikan orangtua terbanyak adalah tamatan sederajat sarjana.44

Pada penelitian ini, prestasi akademik pada remaja dinilai dari total nilai rapor nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA. Pada penelitian ini juga turut dianalisa skor intelegensi, diukur dengan alat pemeriksaan yang sudah distandarisasikan, yaitu dengan pemeriksaan Aptitude test, dimana mirip hasilnya, sehingga menguatkan kesimpulan peneliti akan validitas hasil penelitian. Dari hasil penelitian ini terdapat masing-masing kelompok status nutrisi tergolong IQ yang cerdas dan IQ rata-rata.

(61)

Juga dari penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi overweight dengan nilai matematika, namun tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan total nilai rapor. Hal ini dapat terjadi karena penelitian ini di daerah pedesaan, dimana status nutrisi overweight berasal dari keluarga dengan status sosioekonomi menengah ke atas. Hal ini terjadi karena menurut analisa peneliti, orangtua dengan taraf pendidikan yang lebih baik akan menghasilkan lebih banyak uang dalam hidupnya, dapat menyediakan tempat tinggal yang lebih baik, asupan nutrisi yang sehat dan fasilitas belajar diluar jam sekolah seperti les mata pelajaran matematika. Berbeda dengan studi di Thailand, status nutrisi overweight mempunyai hubungan yang secara signifikan dengan rendahnya nilai matematika dan total nilai raport, hal ini disebabkan anak yang overweight dikaitkan dengan anak yang malas, tidak percaya diri, dan kurang berkonsentrasi.45 Pada penelitian yang dilakukan di Maryland Amerika Serikat, anak yang overweight mempunyai nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika dan bahasa dibandingkan dengan anak yang status nutrisi normal, dan juga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status nutrisi dengan total nilai rapor.43

(62)

berstatus nutrisi normal. Hubungan signifikan yang berbanding terbalik antara berat badan dan prestasi akademik pada remaja.47

Studi lain menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara ketidakcukupan pangan dengan prestasi akademik anak sekolah dan perkembangan psikososial. Orangtua yang memiliki lebih banyak sumber daya akan mengasuh anaknya dengan lebih baik. Didapati anak stunted memiliki risiko 9.226 kali lebih besar untuk memiliki nilai IQ dibawah rata-rata dibandingkan anak dengan status nutrisi normal. Juga terdapat hubungan yang signifikan antara lama pendidikan orangtua terhadap seluruh aspek kemampuan kognitif.42

Obesitas merupakan keadaan patologis akibat konsumsi makanan yang melebihi kebutuhan sehingga terjadi penimbunan lemak yang berlebihan.48 Dari penelitian ini terdapat prevalensi remaja obesitas 6.3%, lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan secara multisenter tahun 2004 pada 10 kota yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, Solo, Jogjakarta, Surabaya, Denpasar dan Manado, didapatkan prevalensi obesitas sekitar 12%.49 Pada penelitian di Denpasar, prevalensi obesitas 16.1%.44 Namun prevalensi obesitas pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan studi SEANUTS yang menunjukkan prevalensi obesitas sebesar 5.1%.41

(63)

Matematika dan IPA pada remaja. Suatu studi tahun 1995, melaporkan anak yang obesitas mempunyai nilai IQ yang lebih rendah dibandingkan anak normal terutama pada aspek berbahasa.51 Pada studi di Denpasar, terdapat hubungan signifikan antara derajat obesitas dengan prestasi matematika dan Bahasa Indonesia siswa sekolah dasar, dan terdapat hubungan lebih kuat antara derajat obesitas dengan prestasi Bahasa Indonesia dibandingkan dengan matematika. Hal ini disebabkan karena obesitas dihubungkan dengan penyakit OSAS, dengan mendengkur pada malam hari sehingga sering mengantuk pada siang hari, kurang konsentrasi di dalam jam belajar sekolah.44

Pada penelitian ini, status nutrisi terbanyak adalah normal pada populasi sampel, namun pada kelompok ini banyak ditemukan remaja dengan perawakan pendek, dibawah persentil-3, hal ini dapat disebabkan keadaan fisiologis yaitu familial short stature, dan karena keadaan patologis, yang diakibatkan kondisi malnutrisi kronik sehingga menyebabkan perawakan pendek. Namun untuk memastikan yang kelompok mana, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai potensi tinggi genetik.

(64)
(65)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Status nutrisi mempunyai hubungan signifikan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik pada remaja. Status nutrisi pada remaja yang terbanyak adalah normal. Prestasi akademik pada remaja adalah biasa. Golongan IQ pada remaja yang terbanyak adalah IQ rata-rata.

6.2. Saran

Walaupun sebagian besar anak memiliki status nutrisi normal, namun ditemukan anak dengan perawakan pendek, maka sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai potensi tinggi genetik, sehingga diketahui penyebab perawakan pendek apakah familial atau patologis.

(66)

merupakan faktor yang mungkin berpengaruh pada prestasi akademik remaja di sekolah tidak kami analisis.

(67)

RINGKASAN

Masa remaja merupakan periode penting pada perubahan pola makanan dan kegiatan fisik. Pada masa ini juga merupakan masa kritis pada perkembangan mental. Nutrisi adalah suatu faktor penting pada perkembangan mental dan kelanjutannya adalah kemampuan kognitif. Beberapa akibat langsung malnutrisi pada masa remaja adalah pengaruh psikososial, antara lain, penilaian guru dan teman sebaya, rasa percaya diri yang rendah, tingginya gangguan kecemasan, depresi dan psikososial lainnya. Faktor psikososial tersebut sering berkaitan dengan rendahnya prestasi akademik pada remaja. Jika malnutrisi mempengaruhi rendahnya prestasi akademik pada masa remaja, maka akan mempengaruhi masa depannya, yaitu kesempatan melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi dan kesempatan berkarir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain sekat lintang, yang dilakukan pada bulan Januari 2015 di Kabupaten Batubara, Propinsi Sumater Utara. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN-1 Tanjung Tiram dan Talawi. Sampel adalah remaja berusia 12 sampai 15 tahun, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, direkrut secara konsekutif.

Skor IQ dinilai dari Aptitude test yang dilakukan tim Psikolog dan data dianalisis dengan uji korelasi Spearman dan Chi-Square.

(68)
(69)

SUMMARY

Adolescence is an important period for establishing lifetime patterns of diet and physical activity. It is also a critical time for the mental development. Nutrition is an important factor in mental development and, as a consequence, in cognitive performance. More immediate consequences of malnutrition in adolescents are psychosocial influences, such as stigmatization from teachers and peers, low self-esteem, higher rates of anxiety disorders, depression and other psychopathologies. These psychosocial influences are often related to the lower academic achievement of adolescents. If malnutrition leads to lower academic performance during adolescence, then students’ future university admissions, employment opportunities and earnings are likely to be affected.

The objective of this study is to assess the correlation between nutritional status with academic achievement in adolescents. This cross-sectional sudy was conducted on January 2015 in Batubara, North Sumatera. This study was performed on 1st Junior High School Tanjung Tiram and Talawi. Subjects included were adolescents aged 12 to 15 year old, were consecutive sampling.

IQ score was assessed by using Aptitude test and data were analyzed with Spearman correlation, and Chi-Square.

(70)
(71)

DAFTAR PUSTAKA

1. Marcell AV. Adolescence. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi-18. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2007.h.60-65

2. Hamid JJM, Mitra AK, Hazmiza H, Pim CD, Ng LO, Wan MWM. Effect on gender and nutritional status on academic achievement and cognitive function among primary school children in a rural district in Malaysia. Mal J Nutr, 2011;12(2):189-200

3. Azwar S, Pengukuran intelegensi. Dalam: Azwar S, penyunting. Pengantar psikologi intelegensi. 1996. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.h.89-127

4. Adams GR, Adolescent development. Dalam: Gullotta TP, Adams GR, penyunting. Handbook of adolescent behavioral problems evidence-based approaches to prevention and treatment. 2005. New York: Springer.h.3-16 5. Guo X, Zheng L, Li Y, Yu S, Sun G, Yang H, dkk. Differences in lifestyle

behaviors, dietary habits, and familial factors among normal-weight, overweight, and obese Chinese children and adolescents. Int J of Behavioral Nutr and Physical Activity, 2012;9(120):1-9

6. Akhter N, Sondhya FY. Nutritional status of adolescents in Bangladesh: comparison of severe thinness status of a low-income family’s adolescents between urban and rural Bangladesh. J Educ Health Promot, 2013;2(27):1-12 7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2010. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010.h.110-30

8. Ijarotimi OS, Ijadunola KT. Nutritional status and intelligence quotient of primary schoolchildren in Akure community of Ondo State, Nigeria. Tanzania Health Research Bulletin, 2007;9(2):69-76

9. Naglieri JA, Conway C. Intelligence tests measuring diverse abilities. Dalam: Naglieri JA, Goldstein S, penyunting. Practitioner’s guide to assessing intelligence and achievement. Edisi pertama. New Jersey: John Wiley & Sons, 2009.h.27-229

10. Nur’aeni. Tes bakat. Dalam: Nur’aeni, penyunting. Tes psikologi: Tes intelegensi dan tes bakat. Edisi pertama. Yogyakarta: UM Purwokerto Press bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2012.h.67-135

11. Kranzler JH. The construct validity of the multidimensional aptitude battery: a word of caution.J of Clin Psychology, 1991;47(5):691-7

12. Buciora PW, Witoszynska BS, Klimberg A, Wojtyla A, Gozdziewska M, Wojtyla K, dkk. Nutrition-related health behaviours and prevalence of overweight and obesity among Polish children and adolescents. Annals of Agricultural and Environmental Medicine, 2013;20(2):332-40

(72)

penyakit metabolik. Edisi pertama. Jakarta: Ikatan dokter anak Indonesia, 2011.h.23-35

14. Miranda VPN, Conti MA, Carvalho PHB, Bastos RR, Ferreira MEC. Body image in different periods of adolescence. Rev Paul Pediatr, 2014;32(1):63-9 15. Feigelman S. Growth, development, and behavior. Dalam: Kliegman RM,

Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi-18. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2007.h.33-100

16. Bee H, Boyd D. Cognitive development-II: individual differences in cognitive abilities. Dalam: Bee H, Boyd D, penyunting. The developing child. Edisi kesebelas. Boston: Pearson education Inc., 2007.h.182-212

17. Dars S, Sayed K, Yousufzai Z. Relationship of menstrual irregularities to BMI and nutritional status in adolescent girls. Pak J Med Sci, 2014;30(1):140-4 18. Arain M, Haque M, Johal L, Mathur P, Nel W, Rais A, dkk. Maturation of the

adolescent brain. Neuropsychiatric Disease and Treatment, 2013;9:449-61 19. De Pasquale C, Pistorio ML, Tornatore E, De Berardis D, Fornaro M. The

relationship between drive to thinness, conscientiousness and bulimic traits during adolescence: a comparison between younger and older cases in 608 healthy volunteers. Annals of General Psychiatry, 2013;12(34):1-5

20. Aradhya GH. Psychosocial morbidities in school going adolescent girls: a study from a South Indian city. J of Clin and Diagnostic Research, 2013;7(4):684-6

21. Dahl RE. Adolescent brain development: a period of vulnerabilities and opportunities. Ann N Y Acad Sci. 2004:1-22

22. Sowell ER, Siegel AW, Siegel DJ. Adolescent brain and cognitive changes. In: Fisher MM, editor. Textbook of adolescent health care. New York: American Academy of Pediatrics; 2011.p.32-8

23. Bava S, Tapert SF. Adolescent brain development and the risk for alcohol and other drug problems. Neuropsychol Rev. 2010;20:398-413

24. Rashmi, Jaswal S. Obesity and academic performance in adolescents. Int J Edu Sci, 2012;4(3):275-78

25. Cordeiro LS, Wilde PE, Semu H, Levinson FJ. Household food security is inversely associated with undernutrition among adolescents from kilosa, Tanzania. The J of Nutrition, 2012;6(2):1741-7

26. Pitel L, Geckova AM, Reijneveld SA, Dijk JP. Socioeconomic differences in adolescent health-related behavior differ by gender. J Epidemiol, 2013;23(3):211-8

27. Ani C, Grantham-McGregor S. The effects of breakfast on children’s educational performance, attendance and classroom behavior. Dalam: Fit for School. 1999. Donovan N & Street C (eds), New Policy Institute, London

28. Zalilah MS, Bond JT, Johnson NE. Nutritional status of primary school children from low income households in Kuala Lumpur. Mal J Nutr. 2000;6:17-32

(73)

30. Sarkar SR, Saha S, Roy S, Sil SK. Nutritional status of Tripuri Tribal adolescent Boys of West Tripura district. Indian Ped, 2012;49:494-5

31. Blakemore S-J, Choudhury S. Development of the adolescent brain: implications for executive function and social cognition. Journal of Child Psychology and Psychiatry. 2006;47:296-312

32. Galal O, Hullet J. The relationship between nutrition and children’s educational performance: a focus on the United Arab Emirates. Br Nutr Found. 2003;28:11-20

33. Bostrom N, Sandberg A. Cognitive enhancement: methods, ethics, regulatory challenges. Sci Eng Ethics. 2009;15:311-41. DOI 10.1007/s11948-009-9142-5 34. Sprinthall & Norman. (1990). Educational Psychology A Development

Apparoach (5th ed). California : McGrawHill, Inc

35. Singer, D.G. & Revenson, T.A. (1997). A Piaget Primer: How a Child Thinks (Revised Edition). Madison, Connecticut: International Universities Press Inc.

36. Neisser U. Cognitive psychology. Grolier Multimedia Encyclopedia. Grolier

Online

37. Krieshok TS, Harrington RG. A review of the multidimensional aptitude battery. J of Counseling & Development. 1985;64:87-9

38. French CC, Beaumont JG. The differential aptitude test (language usage and spelling): a clinical study of a computerized form. Curr Psychology. 1991;10(1):31-48

39. Anuar Zaini MZ, Lim CT, Low WY, Harun F. Effects of nutritional status on academic performance of Malaysian primary school children. Asia Pac J Public Health. 2005;17:81-7

40. Dahlan S, Menentukan besar sampel. Dalam: Dahlan S, penyunting. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. 2008. Jakarta: Sagung Seto.h.62-76

41. Sandjaja, Poh BK, Rojroonwasinkul N, Nyugen BKL, Budiman B, Ng LO, dkk. Relationship between anthropometric indicators and cognitive performance in Southeast Asian school-aged children. British J of Nutrition. 2013;110:s57-s64 42. Puspitasari FD, Sudargo T, Gamayanti IL. Hubungan antara status gizi dan

faktor sosiodemografi dengan kemampuan kognitif anak sekolah dasar di daerah endemis GAKI. Gizi Indon. 2011;34(1):52-60

43. Huang TTK, Goran MI, Metz DS. Associations of adiposity with measured and self-reported academic performance in early adolescence. Obesity. 2006;14(10):1839-45

44. Hartini K, Soetjiningsih, Nurani N. Korelasi derajat obesitas dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar. Sari Pediatri. 2014;16(1):41-6

Gambar

Gambar 2.1. Diagram faktor yang mempengaruhi prestasi akademik3
Tabel 4.1. Karakteristik dasar responden penelitian
Gambar 4.1. Grafik batang status nutrisi
Tabel 4.2. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik (berdasarkan total
+7

Referensi

Dokumen terkait

41 Penelitian di Amerika Serikat pada 90 anak usia 8-17 tahun yang menderita gangguan gastrointenstinal fungsional ditemukan amitriptilin dan plasebo memberikan respon terapi

Pada anak balita yang mengalami stunting lebih banyak yang kekurangan konsumsi zink dibandingkan dengan anak balita yang normal.. Keterbatasan pada penelitian ini terletak

remaja yang berasal dari latar belakang kelas sosial ekonomi rendah. cenderung lebih memiliki masalah dibandingkan dari kelas sosial

Adapun siswa dengan status gizi gemuk yang memiliki prestasi rendah terjadi karena kegemukan pada anak bisa menurunkan tingkat kecerdasan anak, karena aktivitas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar prealbumin dengan status nutrisi pada anak sakit kritis.. Mengetahui status nutrisi pada anak

Respon stres yang terjadi pada anak sakit kritis dapat. menyebabkan malnutrisi karena proses katabolisme yang

Karakteristik keluarga responden meliputi : riwayat keluarga yang overweight, pada kelompok kontrol keluarga yang memiliki riwayat overweight lebih tinggi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan dukungan keluarga tinggi yang memiliki status nutrisi baik sebanyak 38 responden 41,3%, lansia yang memiliki dukungan keluarga rendah