• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Overweight Dengan Status Mental Emosional Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Overweight Dengan Status Mental Emosional Anak"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN OVERWEIGHT DENGAN STATUS MENTAL EMOSIONAL ANAK

OLEH :

PEPITA NESI GINTING 100100174

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN OVERWEIGHT DENGAN STATUS MENTAL EMOSIONAL ANAK

“Karya Tulis Ilmiah ini dilanjutkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

OLEH :

PEPITA NESI GINTING 100100174

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Overweight dengan Status Mental Emosional Anak Nama : Pepita Nesi Ginting

NIM : 100100174

Pembimbing Penguji I

(dr. Badai Buana Nasution, M.Ked (dr. Andrina Rambe, Sp.THT) (Ped), Sp.A) NIP. 19710622 199703 2 001 NIP. 19810422 200812 1 003

Penguji II

(dr. Evita Mayasari, M.Kes) NIP. 19771018 200312 2 003

Medan, 11 Januari 2014 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Prevalensi obesitas dan overweight pada anak terus meningkat di dunia. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik, seperti diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, masalah muskuloskeletal, dan masalah mental emosional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

overweight dengan mental emosional anak.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan metode pengambilan potong lintang (cross-sectional study) yang dilakukan dengan mengumpulkan data antropometri dari pengukuran berat badan, tinggi badan, dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Status mental emosional ditentukan dengan pengisian Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ). Subjek diambil dengan cara consecutive sampling.

Total subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 162 anak usia 12-14 tahun (78 subjek overweight dan 86 subjek normoweight). Setelah dilakukan uji statistik, diketahui tidak terdapat hubungan antara overweight dengan status mental emosional anak. Tidak terdapat hubungan antara overweight dengan gejala emosional, masalah perilaku, hiperaktivitas, dan hubungan dengan teman sebaya pada anak. Tetapi terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status mental emosional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak perempuan lebih banyak memiliki masalah mental emosional dibandingkan anak laki-laki

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis berbagai faktor risiko dan faktor protektif yang dapat mempengaruhi status mental emosional anak.

(5)

ABSTRACT

Prevalence of adolescent obesity and overweight is increasing in the world. This is known to present a risk for a number of adverse physical outcomes, including type 2 diabetes mellitus, hypertension, musculoskeletal problems, and mental health problems. This study analyzed the relation between overweight and mental health status in children.

This was an analytic study with cross-sectional study design. This study collected anthropometric data, which were weight, height, and Body Mass Index (BMI). Mental health status was determined by using Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ). The subjects of this study were obtained using consecutive sampling.

Total subject in this study were 162 children aged 12-14 (78 overweight subject and 86 normoweight subject). Statistical analysis revealed that there was no relation between overweight and mental health status in children. There was also no relation between overweight and emotional problems, conduct problems, hyperactivity, and peer problems in children. However, there was a relation between gender and mental health. This study showed that girls tend to had lower mental health than boys.

More studies are needed to determine protective factor and risk factor of mental health in children.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan laporan hasil peneltian ini yang merupakan salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum. Laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan penddidikan di program studi Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, di antaranya:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada dosen pembimbing dr. Badai Buana Nasution, M.Ked (Ped), Sp.A yang dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini. 3. Kepada dr. Andrina Rambe, Sp.THT dan dr. Evita Mayasari, M.Kes

selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

4. Kepada dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc., CM-FM selaku dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada Drs. Marolop Situmorang, M.Psi selaku kepala sekolah SMP Santo Thomas I Medan, guru-guru, dan pegawai SMP Santo Thomas I Medan yang memberikan izin dan kesediaan memberi bantuan dalam menjalankan penelitian ini.

(7)

dan kakak penulis Kania Ginting, SE yang senantiasa memberikan dukungan dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

7. Kepada Ivan Poltak Sitompul, sahabat terbaik penulis yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan tiada henti kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

8. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat penulis, Kristin Stephanie Sembiring, Dewi Lydia Arianna Manulang, Monica Natalia Hutapea, Jessica Patricia Pangaribuan, Stefanie Theresia Tarigan, Parastika Wisesa Dabungke, Rodinda Hutabarat, Fenny, Dwi Indriani, dan Mazkuroh Urfah yang memberikan bantuan dan keringanan tangan untuk membantu penulis merampungkan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian di kemudian hari.

Medan, 11 Januari 2014 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 2

1.3.1 Tujuan Umum... 2

1.3.2 Tujuan Khusus... 2

1.4 Manfaat Penelitian... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1 Overweight... 3

2.1.1 Definisi Overweight... 3

2.1.2 Etiologi Overweight pada Anak... 3

2.1.3 Efek Overweight terhadap Kesehatan... 5

2.2 Masalah Mental Emosional... 6

2.2.1 Definisi Masalah Mental Emosional... 6

(9)

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mental Emosional... 6

2.3 Overweight dan Status Mental Emosional Anak... 8

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 12

3.1 Kerangka Konsep... 12

3.2 Identifikasi Variabel... 12

3.2.1 Variabel independen... 12

3.2.2 Variabel dependen... 12

3.3 Definisi Operasional... 12

3.3.1 Underweight... 12

3.3.1 Normoweight... 12

3.3.2 Overweight... 13

3.3.4 Obesitas... 13

3.3.3 Status Mental Emosional... 13

3.3.4 Anak Usia 12-14 Tahun... 15

3.4 Hipotesis... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN... 16

4.1 Rancangan Penelitian... 16

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 16

4.3 Populasi dan Sampel... 16

4.3.1 Populasi... 16

4.3.1.1 Populasi Target... 16

4.3.1.2 Populasi Terjangkau... 16

4.3.2 Sampel... 17

4.3.2.1 Perkiraan Besar Sampel... 17

4.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi... 17

4.4.1 Kriteria Inklusi... 17

(10)

4.5 Teknik Pengumpulan Data... 18

4.6 Pengolahan dan Metode Analisis Data... 19

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 20

5.1 Hasil Penelitian... 20

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 20

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Individu... 20

5.1.3 Hasil Analisa Data... 23

5.2 Pembahasan... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 31

6.1 Kesimpulan... 31

6.2 Saran... 31

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut

Jenis Kelamin 19

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut

Usia 20

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut

Indeks Massa Tubuh 20

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Masalah Emosi dan

Perilaku 21

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Menurut Total Skor

Masalah Mental Emosional 21

Tabel 5.6 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Mental

Emosional 22

Tabel 5.7 Hubungan Usia dengan Status Mental Emosional 22 Tabel 5.8 Hubungan Overweight dengan Gejala Emosional dan

Masalah Perilaku 23

Tabel 5.9 Hubungan Overweight dengan Masalah Hiperaktivitas

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Daftar Riwayat Hidup

2 Lembar penjelasan penelitian

3 Persetujuan menjadi responden (informed consent)

4 Lembar kuesioner SDQ (Strength and Difficulties Questionnaire) 5 Kurva z-score WHO IMT untuk usia 5-19 tahun

6 Ethical Clearance

7 Surat Selesai Penelitian

8 Data Induk

(14)

ABSTRAK

Prevalensi obesitas dan overweight pada anak terus meningkat di dunia. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik, seperti diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, masalah muskuloskeletal, dan masalah mental emosional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

overweight dengan mental emosional anak.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan metode pengambilan potong lintang (cross-sectional study) yang dilakukan dengan mengumpulkan data antropometri dari pengukuran berat badan, tinggi badan, dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Status mental emosional ditentukan dengan pengisian Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ). Subjek diambil dengan cara consecutive sampling.

Total subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 162 anak usia 12-14 tahun (78 subjek overweight dan 86 subjek normoweight). Setelah dilakukan uji statistik, diketahui tidak terdapat hubungan antara overweight dengan status mental emosional anak. Tidak terdapat hubungan antara overweight dengan gejala emosional, masalah perilaku, hiperaktivitas, dan hubungan dengan teman sebaya pada anak. Tetapi terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status mental emosional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak perempuan lebih banyak memiliki masalah mental emosional dibandingkan anak laki-laki

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis berbagai faktor risiko dan faktor protektif yang dapat mempengaruhi status mental emosional anak.

(15)

ABSTRACT

Prevalence of adolescent obesity and overweight is increasing in the world. This is known to present a risk for a number of adverse physical outcomes, including type 2 diabetes mellitus, hypertension, musculoskeletal problems, and mental health problems. This study analyzed the relation between overweight and mental health status in children.

This was an analytic study with cross-sectional study design. This study collected anthropometric data, which were weight, height, and Body Mass Index (BMI). Mental health status was determined by using Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ). The subjects of this study were obtained using consecutive sampling.

Total subject in this study were 162 children aged 12-14 (78 overweight subject and 86 normoweight subject). Statistical analysis revealed that there was no relation between overweight and mental health status in children. There was also no relation between overweight and emotional problems, conduct problems, hyperactivity, and peer problems in children. However, there was a relation between gender and mental health. This study showed that girls tend to had lower mental health than boys.

More studies are needed to determine protective factor and risk factor of mental health in children.

(16)

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Obesitas dan overweight pada anak merupakan permasalahan kesehatan yang serius di abad ke-21 ini karena adanya peningkatan prevalensi yang signifikan. Prevalensi obesitas dan overweight pada anak di seluruh dunia meningkat dari 4,2% pada tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun 2010. Masalah ini menyerang dunia secara global, dan sedang mengalami peningkatan terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2010). Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak usia 13-15 tahun adalah sekitar 2,5%. Provinsi Sumatera Utara memiliki prevalensi obesitas pada anak usia 13-15 tahun di atas prevalensi nasional, yaitu sebesar 3% (Riskesdas, 2010).

Anak yang mengalami obesitas dan overweight memiliki risiko lebih besar mengidap penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kanker. Penyakit-penyakit ini sering disebut sebagai noncomunicable disease, yang tidak hanya menyebabkan mortalitas dini tetapi juga morbiditas jangka panjang (WHO, 2012).

Banyak anak yang mengalami masalah kejiwaan terkait dengan overweight

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara overweight dengan status mental emosional pada anak?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan overweight dengan status mental emosional pada murid Sekolah Menengah Pertama Santo Thomas I Medan.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui status mental emosional pada anak overweight. 2. Mengetahui status mental emosional pada anak dengan berat badan normal.

1.3 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Dapat meningkatkan kompetensi keilmuan dan menambah wawasan. 2. Bagi bidang kedokteran

Untuk menambah informasi mengenai overweight pada anak. 3. Bagi bidang penelitian

(18)

BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Overweight

2.1.1 Definisi Overweight

Overweight dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Overweight

adalah berat badan yang melebihi berat badan normal, sedangkan obesitas adalah kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh. Tetapi karena lemak tubuh sulit untuk diukur, berat badan tubuh yang berlebihan dianggap akumulasi lemak (CDC, 2010).

Penentuan kelebihan berat badan pada orang dewasa berbeda dengan penentuan kelebihan berat badan pada anak. Pada orang dewasa dapat ditentukan berdasarkan hitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2). Dikatakan overweight apabila hasil perhitungan IMT antara 25-29,9 dan obesitas apabila hasil IMT antara 30-39,9. Sedangkan pada anak, dilakukan perhitungan IMT terlebih dahulu kemudian diproyeksikan ke dalam kurva z-score WHO IMT untuk usia 5-19 tahun. Dikatakan overweight

apabila hasil z-score antara +1SD dan +2SD sedangkan obesitas apabila hasil z-score di atas +2SD (WHO, 2007).

2.1.2 Etiologi Overweight pada Anak

(19)

1. Faktor genetik

Genetik memainkan peranan besar dalam perkembangan obesitas anak. Beberapa penelitian melaporkan bahwa besarnya pengaruh genetik terhadap berat badan anak sama dengan besarnya pengaruh genetik terhadap tinggi badan anak (Helebrand, Wermter & Hinney, 2004 dalam Haugaard, 2008). Bagaimana genetik dapat mempengaruhi perkembangan sel adiposa belum diketahui dengan pasti. Walaupun demikian, pengaruh spesifik yang dapat menyebabkan obesitas berbeda pada tiap anak. Misalnya, genetik dapat mempengaruhi aktivitas fisik, mekanisme dan tempat lemak diakumulasikan, serta pilihan makanan, maupun tingkat metabolisme (Rosenbaum et al., 1997, dalam Haugaard, 2008).

2. Obesitas pada orang tua

Banyak penelitian yang membuktikan hubungan antara orang tua obesitas menyebabkan anak menjadi obesitas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, genetik yang diturunkan orang tua dapat berperan. Ditambah lagi anak yang meniru kebiasaan orang tua seperti memakan makanan yang tinggi kalori, mengonsumsi makanan dalam jumlah besar, dan aktivitas fisik yang kurang (Burke et al., 2005) 3. Aktivitas fisik

Suatu penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Berkey et al., (2000) membuktikan bahwa anak yang sering menonton televisi, bermain

video game, dan aktivitas fisik yang kurang, memiliki peningkatan IMT yang signifikan dalam kurun waktu satu tahun.

4. Diet

Peranan diet kurang jelas dibandingkan peranan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas. Beberapa peneliti melaporkan bahwa anak

(20)

anak overweight dan pada anak yang memiliki berat badan normal Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan karena adanya kesulitan dalam menghitung keakuratan asupan kalori anak. Dikarenakan anak obesitas cenderung melaporkan asupan makanan yang lebih sedikit (Janssen et al., 2004).

2.1.3 Efek Overweight Terhadap Kesehatan

Kebanyakan anak obesitas dan overweight tidak mengalami masalah kesehatan fisik yang signifikan. Bagaimanapun, onset obesitas pada usia muda meningkatkan risiko masalah kesehatan pada saat remaja atau dewasa. Anak-anak obesitas yang tumbuh menjadi dewasa obesitas memiliki risiko tinggi terjadinya penyakit jantung koroner. Menariknya, kebanyakan anak-anak obesitas yang tumbuh menjadi dewasa yang memiliki berat badan normal tidak memiliki faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner (American Academy of Pediatrics Comitte on Nutrition, 2003 dalam Haugaard, 2008).

Anak obesitas memiliki risiko masalah kesehatan seperti diabetes mellitus tipe 2. Diagnosis diabetes mellitus tipe 2 banyak ditegakkan pada anak usia belia dan terus meningkat selama tiga dekade belakangan ini. Anak obesitas juga memiliki risiko tinggi menderita asma dan sleep apnea. Tidak jarang juga anak obesitas menderita masalah muskuloskeletal. Salah satu masalah muskuloskeletal yaitu telapak kaki yang datar, dimana sudut di bawah kaki yang kecil atau biasa disebut dengan pes planus. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa nyeri pada daerah kaki, betis, lutut apabila anak berjalan maupun berlari dalam waktu yang cukup lama. Konsekuensi yang paling penting dari masalah muskuloskeletal adalah anak semakin malas melakukan aktivitas fisik dan memperberat kondisi obesitas anak tersebut (American Academy of Pediatrics Comitte on Nutrition, 2003 dalam Haugaard, 2008).

(21)

2.2 Masalah Mental Emosional

2.2.1 Definisi Masalah Mental Emosional

Kesehatan mental bukan hanya sekedar bebas dari gangguan mental. Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan dalam kehidupan, dan dapat bekerja dengan produktif, serta mampu berkontribusi dalam masyarakat. Kesehatan mental, fisik, maupun sosial, tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling mempengaruhi. Kesehatan mental dan gangguan mental seseorang merupakan hasil interaksi dari faktor sosial, psikologis dan biologis seperti kejadian sehat dan sakit pada umumnya (WHO, 2001). Gangguan mental adalah perilaku klinis yang signifikan atau sindrom psikologis atau pola yang terjadi pada suatu individu yang berhubungan dengan rasa nyeri, atau kecacatan (seperti gangguan fungsi pada satu atau lebih bagian tubuh), atau karena peningkatan risiko terjadinya kematian, rasa nyeri, kecacatan, atau hilangnya kebebasan (DSM- IV-TR, 2000).

2.2.2 Jenis-jenis Masalah Mental Emosional

Ada berbagai jenis masalah mental emosional, antara lain: gangguan mood

seperti depresi dan kecemasan; gangguan perilaku seperti gangguan pemberontak oposisi, agresif, dan antisosial; gangguan makan seperti anorexia nervosa dan

bulimia nervosa; gangguan adiktif; dan gangguan lain yang sering terlihat pada anak-anak dan remaja seperti autisme, gangguan belajar, dan attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD). Masalah mental yang sering terjadi pada remaja yaitu gangguan mood (depresi, kecemasan, gangguan bipolar) dan gangguan perilaku (agresif dan gangguan pemusatan perhatian) (Knopf, Park, Mulye, 2008).

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mental Emosional

(22)

dibedakan karena pada masa remaja akhir, individu telah mencapai tansisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Pada masa remaja ini terdapat banyak perubahan, baik perubahan biologik, psikologik, maupun sosial. Fase perubahan tersebut seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri maupun remaja dengan lingkungan sekitarnya. Apabila konflik-konflik tersebut tidak dapat teratasi dengan baik maka dalam perkembangannya dapat membawa dampak negatif terutama terhadap pematangan karakter remaja dan tidak jarang memicu terjadinya gangguan mental (Wiguna, 2010).

Masalah mental emosional remaja dipengaruhi oleh interaksi antara faktor risiko dan faktor protektif. Faktor risiko adalah faktor-faktor yang telah diidentifikasi dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah mental emosional pada remaja. Faktor risiko tersebut antara lain: (Wiguna, 2010):

1. Faktor individu

a. Faktor genetik atau konstitusional. Berbagai gangguan mental mempunyai latar belakang genetik yang cukup nyata, seperti gangguan tingkah laku, gangguan kepribadian, dan gangguan psikologik lainnya.

b. Kurangnya kemampuan keterampilan sosial seperti menghadapi rasa takut, rendah diri, dan rasa tertekan.

2. Faktor psikososial

a. Keluarga. Ketidakharmonisan antara orang tua, orang tua dengan penyalahgunaan zat, gangguan mental pada orang tua, pola asuh orang tua yang tidak empati dan cenderung dominasi. Semua kondisi di atas sering memicu timbulnya perilaku agresif dan temperamen pada anak dan remaja.

(23)

merupakan suatu tekanan yang cukup serius pada remaja karena berdampak negatif bagi perkembangan remaja. Remaja tersebut menjadi sulit bergaul, tidak percaya diri, dan depresi bahkan sampai usaha bunuh diri.

c. Situasi kehidupan. Terdapat hubungan yang erat antara timbulnya gangguan mental dengan berbagai kondisi kehidupan dan sosial masyarakat tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, perceraian orang tua, dan penyakit kronik pada remaja.

Sedangkan yang dimaksud dengan faktor protektif adalah faktor yang memberi penjelasan bahwa tidak semua remaja yang mempunyai faktor risiko akan mempunyai masalah mental emosional. Menurut Rae G N, dkk., faktor protektif antara lain: karakter atau watak yang positif, lingkungan keluarga yang suportif, lingkungan sosial yang berfungsi sebagai sistem pendukung untuk memperkuat upaya penyesuaian diri remaja, keterampilan sosial yang baik, serta tingkat intelektual yang baik. Menurut E. Erikson, dengan memperkuat faktor protektif dan menurunkan faktor risiko pada seorang remaja, remaja dapat mencapai kematangan kepribadian dan kemandirian sosial (Satgas Remaja IDAI, 2010).

2.3 Overweight dan Status Mental Emosional Anak

(24)

Anak overweight dan obesitas enggan melakukan aktivitas fisik karena koordinasi fisik yang lemah, penarikan diri dari teman-teman sebayanya, ataupun alasan lainnya. Anak tersebut akan mengembangkan kegiatan yang tidak memerlukan pergerakan fisik ataupun teman, seperti bermain video game, melukis, atau membaca. Dengan meningkatnya kesukaan anak pada aktivitas tersebut, anak menjadi semakin malas untuk beraktivitas fisik dan semakin menarik diri dari lingkungan sosialnya (American Academy of Pediatrics Comittee on Nutrition, 2003 dalam Haugaard, 2008).

Pada usia remaja, pengaruh yang diperoleh dari lingkungan luar sangat besar, dan pada fase ini terjadi pergolakan tekanan sosial dan seksual sehingga mereka berusaha untuk tetap diterima di lingkungan sosial mereka. Remaja berusaha untuk menarik perhatian lawan jenis dan berusaha diterima oleh teman sebaya dengan memiliki tubuh yang ideal. Remaja putri terutama, sangat peduli dengan penampilan fisiknya, sehingga permasalahan berat badan yang tidak ideal seringkali mengganggu remaja. Hal ini dapat menyebabkan penurunan rasa percaya diri dan tekanan dalam diri mereka sehingga dapat berkembang menjadi gangguan mental emosional (Wiguna, 2010).

Gangguan mood, salah satu jenis gangguan mental emosional, terus menjadi perdebatan selama 50 tahun terakhir ini apakah memiliki hubungan dengan obesitas atau tidak. Sayangnya, studi mengenai obesitas oleh psikiatris tidak dibahas lebih mendalam dan meninggalkan kontroversi. Bagaimanapun, Faith et al., menyimpulkan bahwa depresi bukanlah faktor tunggal yang mempengaruhi kejadian obesitas. Oleh karena itu, dibutuhkan studi yang lebih lanjut untuk membahas hubungan erat antara kejadian obesitas dengan depresi (McElroy et al., 2004).

(25)

87 anak yang tidak memiliki masalah psikiatris. Hasilnya, anak yang memiliki rasa depresi akan tumbuh menjadi dewasa yang memiliki IMT yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak depresi.

Banyak penelitian yang telah dilakukan pada anak maupun orang dewasa yang menemukan adanya hubungan dari masalah mental emosional dengan kelebihan berat badan. Britz et al., (2000) melakukan penelitian yang melibatkan remaja dan dewasa muda yang mengalami obesitas, obesitas berat, dan kelompok kontrol yaitu masyarakat yang memiliki IMT normal. Ditemukan 20 (43%) dari 47 responden yang mengalami obesitas berat memenuhi kriteria gangguan mood DSM IV. Sedangkan pada responden yang mengalami obesitas, hanya 8 (17%) dari 47 responden memenuhi kriteria gangguan mood DSM IV. Dan pada kelompok kontrol ditemukan 247 (15%) dari 1608 yang mengalami gangguan mood. Karena rata-rata IMT responden obesitas berat dan obesitas memiliki selisih yang signifikan, tidak dapat disimpulkan bahwa tingginya gangguan mood berkaitan dengan keparahan obesitas seseorang.

Obesitas dan gangguan mental emosional memiliki banyak kesamaan, yaitu orang cenderung mengembangkan perilaku enggan beraktivitas fisik, peningkatan berat badan, dan makan berlebihan (binge eating). Obesitas, sindroma metabolik, depresi, dan gangguan mental emosional lainnya, dapat meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas dari penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Obesitas dan gangguan mood juga sama-sama memiliki gangguan pada sumbu HPA (hipotalamus-pituitary-adrenal), sistem neurotransmitter pusat monoamine, fungsi leptin, fungsi imun, serta metabolisme glukosa dan lemak. Orang yang memiliki obesitas atau gangguan mental emosional cenderung memiliki pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan, sehingga sama- sama membutuhkan penanganan farmakologis dan psikiatris. Hubungan antara obesitas dan gangguan mood dapat disimpulkan dalam tiga poin penting, yaitu (Mc.Elroy et al., 2004):

1. Memiliki patofisiologi yang berbeda

(26)

2. Memiliki patofisiologi yang sama

Obesitas dapat menyebabkan gangguan mood, demikian juga sebaliknya.

3. Memiliki patofisiologi yang tumpang tindih

Obesitas dan gangguan mood adalah dua hal yang berbeda tetapi berhubungan karena memiliki patofisiologi yang tumpang tindih. Obesitas dan gangguan mood dapat memiliki faktor penyebab yang sama, misalnya faktor genetik. Jadi, akan ada obesitas yang berhubungan dengan gangguan mood dari patogenesisnya, tetapi bisa juga tidak berhubungan. Jadi, secara teoritis, besarnya hubungan dari kedua hal tersebut berbeda-beda pada setiap individu. Hal tersebut bergantung pada besarnya peranan faktor genetik dan faktor yang didapat.

(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

3.2 Identifikasi Variabel

3.2.1 Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah overweight pada anak.

3.2.2 Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status mental emosional anak.

3.3 Definisi Operasional 3.3.1 Underweight

Underweight adalah berat badan di bawah berat badan normal.

Underweight pada anak dapat ditegakkan dengan cara mengukur IMT dan diplotkan ke kurva z-score WHO IMT untuk usia 5-19 tahun apabila hasilnya di bawah -2SD.

3.3.2 Normoweight

Normoweight adalah berat badan normal. Normoweight pada anak dapat ditegakkan dengan cara mengukur IMT anak lalu diplotkan ke kurva

(28)

z-score WHO IMT untuk usia 5-19 tahun. Dikatakan normal apabila hasil

z-score antara -2SD dan +1SD. 3.3.3 Overweight

Overweight adalah berat badan yang melebihi berat badan normal. Penilaian overweight pada anak ditegakkan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2). Hasil BMI kemudian diproyeksikan dalam kurva z-score

WHO IMT untuk usia 5-19 tahun. Ditegakkan overweight apabila hasil z-score antara +1SD dan +2SD.

3.3.4 Obesitas

Obesitas adalah berat badan melebihi berat badan normal akibat akumulasi lemak yang berlebihan. Obesitas ditegakkan dengan mengukur IMT dan diplot ke kurva z-score WHO IMT usia 5-19 tahun dengan hasil di atas +2SD.

3.3.5 Status Mental Emosional

(29)

beberapa pertanyaan dengan hasil penilaian yang terbalik yaitu pada soal kuesioner nomor 7, 11, 14, 21, dan 25. Pada soal-soal tersebut, pertanyaan dengan jawaban benar (skor 0), agak benar (skor 1), dan tidak benar (skor 2). Berikut adalah penilaian dan interpretasi SDQ:

1. Penilaian gejala emosional yaitu dengan menjumlahkan skor pertanyaan nomor 3, 8, 13, 16, dan 24. Total skor 0-5: tidak memiliki gejala emosional, total skor 6-10: memiliki gejala emosional.

2. Penilaian masalah perilaku yaitu dengan menjumlahkan skor pertanyaan nomor 5, 7, 12, 18, dan 22. Total skor 0-3: tidak memiliki masalah perilaku, total skor 4-10: memiliki masalah perilaku.

3. Penilaian masalah hiperaktivitas yaitu dengan menjumlahkan skor pertanyaan nomor 2, 10, 15, 21, dan 25. Total skor 0-5: tidak memiliki masalah hiperaktivitas, total skor 6-10: memiliki masalah hiperaktivitas.

4. Penilaian masalah hubungan dengan teman sebaya yaitu dengan menjumlahkan skor pertanyaan nomor 6, 11, 14, 19, dan 23. Total skor 0-3: tidak memiliki masalah hubungan dengan teman sebaya, total skor 4-10: memiliki masalah hubungan dengan teman sebaya.

5. Penilaian masalah mental emosional yaitu dengan menjumlahkan semua skor pertanyaan. Total skor 0-15: tidak memiliki masalah mental emosional, total skor 16-40: memiliki masalah mental emosional.

(30)

3.3.6 Anak Usia 12-14 Tahun

Menurut UU RI No.39 tahun 1999 tentang HAM, anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak usia 12-14 tahun adalah anak yang berumur 12-14 tahun pada tahun 2013, yaitu pada saat dilaksanakannya penelitian.

3.4 Hipotesis

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik yang melihat hubungan antara

overweight dan status mental emosional pada anak. Desain penelitian ini adalah

cross-sectional, yang bertujuan mempelajari hubungan antara kelebihan berat badan (faktor risiko) dengan gangguan mental emosional (efek) baik pada subjek yang memiliki faktor risiko maupun pada kelompok kontrol.

4.2 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Santo Thomas I Medan yang beralamat di Jalan S. Parman no. 109 Medan. Penelitian telah dilakukan pada bulan September 2013.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

4.3.1.1 Populasi target

Populasi target penelitian ini adalah anak usia 6-18 tahun. 4.3.1.2 Populasi terjangkau

(32)

4.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

4.3.2.1 Perkiraan besar sampel

Berdasarkan hasil perhitungan rumus besar sampel, maka jumlah sampel minimal adalah sebanyak 76 orang. Dengan rumus sampel, yaitu:

n = zα2 PQ d2

n = 1,962 x 0,27 x (1-0,27) = 76 0,102

Keterangan :

n : sampel minimal yang diperlukan �� : nilai kepercayaan 0,95% = 1,96

P : proporsi populasi  diambil berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bayanah Seyedamini (2012) yaitu sebesar 27% (0,27) Q : 1 – P

d : tingkat akurasi (0,1)

4.4 Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi 4.4.1 Kriteria inklusi

1. Anak usia 12-14 tahun.

2. Anak normoweight dan overweight.

(33)

4.4.2 Kriteria eksklusi

1. Anak yang menderita gangguan kejiwaan. 2. Anak yang menderita keterbelakangan mental. 3. Anak yang menderita gangguan metabolik. 4. Anak obesitas dan underweight.

4.5 Teknik pengumpulan data

Pengambilan data dimulai dengan melakukan sosialisasi tentang maksud dan tujuan penilitian. Responden menandatangani informed consent sebagai bukti bersedia ikut serta dalam penelitian.

Penilaian IMT dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan responden. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan pegas digital. Pengukuran ini dilakukan dalam keadaan responden menggunakan baju yang tipis, tidak menggunakan sepatu, mengosongkan isi kantong, dan melepaskan jam tangan, perhiasan, juga kacamata. Posisi responden membelakangi hasil pengukuran berat badan pada timbangan dan kedua tangan di samping dengan telapak tangan menghadap ke paha. Pengukuran tinggi badan menggunakan

(34)

Penilaian status mental emosional anak dengan pengisian kuesioner, yaitu

Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ). Skor kemudian ditotalkan dan dapat ditegakkan apakah anak memiliki masalah mental emosional atau tidak memiliki masalah mental emosional.

4.6 Pengolahan dan Metode Analisis Data

Data IMT responden dibagi menjadi dua kategori, yaitu normoweight dan

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Santo Thomas 1 Medan yang berlokasi di Jalan Letjend S. Parman no 109 Medan. Sekolah Menengah Pertama ini di bawah naungan Yayasan Perguruan Katolik Don Bosco KAM dengan jenjang akreditasi A (amat baik).

Sekolah ini memiliki sarana antara lain yaitu ruangan kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium biologi, perpustakaan, ruang guru, aula, kantin, kamar mandi, dan lapangan olahraga. Sekolah ini menerima siswa baru lebih dari 300 orang setiap tahunnya dan harus lulus dalam ujian tulis yang diselenggarakan oleh sekolah.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Individu

[image:35.595.107.516.658.749.2]

Penelitian dilakukan mulai 9 September – 30 September 2013 di SMP Swasta Santo Thomas I Medan. Data lengkap mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki

Perempuan

66 96

40,7% 59,3%

(36)
[image:36.595.106.516.277.385.2]

Pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 96 orang (59,3%) diikuti dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 66 orang (40,7%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

12 tahun 13 tahun 14 tahun

13 83 66

8% 51,2% 40,8%

Total 162 100%

Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berusia 13 tahun sebanyak 83 orang (51,2%) diikuti dengan usia 14 tahun sebanyak 66 orang (40,8%) dan usia 12 tahun sebanyak 13 orang (8%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh Frekuensi Persentase (%)

Overweight 78 48%

Normal 84 52%

Total 162 100%

Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa jumlah responden overweight

[image:36.595.106.516.571.656.2]
(37)
[image:37.595.109.509.142.260.2]

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Masalah Emosi dan Perilaku Masalah emosi dan perilaku Tidak (%) Ya (%)

Gejala emosional Masalah perilaku Masalah hiperaktivitas

Masalah hubungan dengan teman sebaya

153 (94,4%) 107 (66%) 144 (88,9%) 109 (67,3%)

9 (5,6%) 55 (34%) 18 (11,1%) 53 (32,7%)

Pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa responden yang tidak memiliki gejala emosional sebanyak 153 orang (94,4%), responden tidak memiliki masalah perilaku sebanyak 107 orang (66%), responden yang tidak memiliki masalah hiperaktivitas sebanyak 144 orang (88,9%), dan responden yang tidak memiliki masalah dengan teman sebaya sebanyak 109 orang (67,3%). Sedangkan responden yang memiliki gejala emosional sebanyak 9 orang (5,6%), responden yang memiliki masalah perilaku sebanyak 55 orang (34%), responden yang memiliki masalah hiperaktivitas sebanyak 18 orang (11,1%), dan responden yang memiliki masalah dengan teman sebaya sebanyak 53 orang (32,7%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Menurut Total Skor Status Mental Emosional

Masalah Mental Emosional Frekuensi Persentase (%) Tidak

Ya

116 46

71,6% 28,4%

Total 162 100%

[image:37.595.107.513.564.651.2]
(38)
[image:38.595.106.513.176.305.2]

5.1.3 Hasil Analisa Data

Tabel 5.6 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Mental Emosional Masalah Mental Emosional Jenis Kelamin

Laki-laki (%) Perempuan (%)

Tidak 53 (80,3%) 63 (65,6%)

Ya 13 (19,7%) 33 (34,4%)

Total 66 (100%) 96 (100%)

P = 0,042

Chi Square Test

Pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa mayoritas responden laki-laki tidak memiliki masalah mental emosional yaitu sebanyak 53 orang (80,3%) sedangkan yang memiliki masalah mental emosional sebanyak 13 orang (19,7%). Pada responden perempuan, mayoritas adalah tidak memiliki masalah mental emosional yaitu sebanyak 63 orang (65,6%) dan yang memiliki masalah mental emosional sebanyak 33 orang (34,4%). Tingkat kepercayaan pada tabel ini adalah sebesar 0,05. Pada tabel ini didapat nilai p = 0,042 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan jenis kelamin dengan status mental emosional.

Tabel 5.7 Hubungan Usia dengan Status Mental Emosional

Masalah mental emosional Usia

12 tahun (%) 13 tahun (%) 14 tahun (%)

Tidak 7 (53,8%) 65 (78,3%) 44 (66,7%)

Ya 6 (46,2%) 18 (21,7%) 22 (33,3%)

P = 0,789

[image:38.595.107.512.595.700.2]
(39)
[image:39.595.108.512.415.518.2]

Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa anak usia 12 tahun yang tidak memiliki masalah mental emosional sebanyak 7 orang (53,8%) dan yang memiliki masalah mental emosional sebanyak 6 orang (46,2%). Anak usia 13 tahun yang tidak memiliki masalah mental emosional sebanyak 65 orang (78,3%) dan yang memiliki masalah mental emosional sebanyak 18 orang (21,7%). Anak usia 14 tahun yang tidak memiliki masalah mental emosional sebanyak 44 orang (66,7%) dan yang memiliki masalah mental emosional sebanyak 22 orang (33,3%). Tingkat kepercayaan pada tabel ini adalah sebesar 0,05. Pada tabel ini didapat nilai p = 0,789 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan status mental emosional.

Tabel 5.8 Hubungan Overweight dengan Gejala Emosional dan Masalah Perilaku

IMT Gejala emosional Masalah perilaku

Ya (%) Tidak (%) Ya (%) Tidak (%)

Normoweight 3 (3,5%) 81 (96,5%) 25 (32%) 53 (68%)

Overweight 6 (7,7%) 72 (92,3%) 30 (35,7%) 54 (64,3%)

P = 0,249 P = 0,623

Chi Square Test

Pada tabel 5.8 dapat dilihat bahwa anak normoweight yang memiliki gejala emosional sebanyak 3 orang (3,5%) dan yang tidak memiliki gejala emosional sebanyak 81 orang (96,5%). Anak overweight yang memiliki gejala emosional sebanyak 6 orang (7,7%) dan yang tidak memiliki gejala emosional sebanyak 72 orang (92,3%). Tingkat kepercayaan pada tabel ini adalah sebesar 0,05. Pada tabel ini didapat nilai p = 0,429 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara overweight dengan gejala emosional.

(40)
[image:40.595.108.512.309.416.2]

(64,3%). Anak overweight yang memiliki masalah perilaku sebanyak 25 orang (32%) dan yang tidak memiliki masalah perilaku sebanyak 53 orang (68%). Tingkat kepercayaan pada tabel ini adalah sebesar 0,05. Pada tabel ini didapat nilai p = 0,623 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan overweight dengan masalah perilaku.

Tabel 5.9 Hubungan Overweight dengan Masalah Hiperaktivitas dan Masalah Hubungan dengan Teman Sebaya

IMT Masalah hiperaktivitas Masalah dengan teman sebaya Ya (%) Tidak (%) Ya (%) Tidak (%)

Normoweight 7 (8,4%) 77 (91,6%) 22 (26,2%) 62 (73,8%)

Overweight 11 (14,1%) 67 (85,9%) 31 (39,7%) 74 (60,3%)

P = 0,242 P = 0,066

Chi Square Test

Pada tabel 5.9 dapat dilihat bahwa anak normoweight yang memiliki masalah hiperaktivitas sebanyak 7 orang (8,4%) dan yang tidak memiliki masalah hiperaktivitas sebanyak 77 orang. Anak overweight yang memiliki masalah hiperaktivitas sebanyak 11 orang (14,1%) dan yang tidak memiliki masalah hiperaktivitas sebanyak 67 orang. Tingkat kepercayaan pada tabel ini adalah sebesar 0,05. Pada tabel ini didapat nilai p = 0,242 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan overweight dengan masalah hiperaktivitas.

(41)
[image:41.595.105.512.226.337.2]

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan overweight dengan masalah hubungan dengan teman sebaya.

Tabel 5.10 Hubungan Overweight dengan Status Mental Emosional Anak Indeks Massa tubuh Masalah Mental Emosional

Ya (%) Tidak (%)

Normoweight 20 (23,8%) 64 (76,2%)

Overweight 26 (33,3%) 52 (66,7%)

P = 0,179

Chi-square Test

Pada tabel 5.7 yang menghubungkan overweight dengan status mental emosional, menunjukkan bahwa proporsi terbesar adalah anak normoweight yang tidak memiliki masalah mental emosional yaitu sebanyak 64 orang (76,2%). Diikuti dengan anak overweight yang menunjukkan status emosional normal yaitu sebanyak 52 orang (66,7%). Anak overweight yang memiliki masalah mental emosional sebanyak 26 orang (33,3%) lebih banyak dibandingkan anak

normoweight yang memiliki masalah mental emosional yaitu sebanyak 20 orang (23,8%). Tingkat kepercayaan pada tabel ini adalah sebesar 0,05. Pada tabel ini didapat nilai p = 0,179 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara overweight dengan status mental emosional.

5.2 Pembahasan

(42)

Hal ini disebabkan karena anak perempuan selalu menginginkan bentuk tubuh ideal dibandingkan dengan anak laki-laki. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Bolognini (1996) di Swiss yang mengevaluasi 219 responden berusia 12-14 tahun selama 3 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan status mental emosional yang signifikan antara anak laki-laki dan anak perempuan. Anak perempuan cenderung depresi dan memiliki rasa percaya diri yang lebih rendah dibandingkan dengan anak laki-laki. Penelitian yang terbaru oleh Heflert dan Warschburger (2013) menyimpulkan bahwa anak perempuan cenderung lebih sering mendapat tekanan dari lingkungan, seperti teman dan orang tua untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal. Hal inilah yang dapat menyebabkan ketidakpuasan anak perempuan terhadap bentuk tubuhnya dan selalu merasa cemas apabila tidak dapat diterima di lingkungan masyarakat yang akan berujung pada gejala depresi.

Berdasarkan pada tabel 5.7, diketahui tidak terdapat hubungan usia dengan status mental emosional dengan nilai p = 0,789 (p > 0,05). Hasil ini sama dengan hasil penelitian Heflert dan Warschburger (2013). Masalah mental emosional anak terutama dipengaruhi oleh lingkungan. Tekanan dari teman sebaya dan orang tua tentang penampilan, perilaku, dan peraturan mulai meningkat intensitasnya saat anak menginjak usia remaja. Pada masa usia remaja muda (12-14 tahun) inilah remaja paling banyak mendapat tekanan dari lingkungan seperti tindakan bullying

atau diejek oleh teman sebaya untuk memiliki bentuk tubuh yang lebih ideal supaya dapat diterima dalam masyarakat. Tetapi, tekanan tersebut akan menurun pada usia remaja pertengahan (15-17 tahun) karena tindakan tersebut menjadi kurang penting sejalan dengan usia yang beranjak dewasa.

Berdasarkan pada tabel 5.8, diketahui tidak terdapat hubungan overweight

dengan gejala emosional dengan nilai p = 0,249 (p > 0,05). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian M. Drukker (2009) yang menganalisis 1411 anak usia 13 – 14 tahun dengan menggunakan kuesioner SDQ. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan gejala emosional antara anak normoweight

(43)

usia 9 – 13 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara overweight dengan gejala emosional, seperti depresi dan cemas. Menurut Onyike et al. (2003), anak yang memiliki IMT yang tinggi memiliki risiko yang tinggi mengalami gejala emosional, yang menunjukkan bahwa hubungan antara gejala emosional dan IMT lebih tampak pada anak dengan obesitas berat.

Berdasarkan pada tabel 5.8, diketahui tidak terdapat hubungan antara

overweight dengan masalah perilaku dengan nilai p = 0,623 (p > 0,05). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian M. Drukker (2009) yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anak overweight dengan masalah perilaku pada anak. Tetapi berdasarkan proporsi, remaja overweight lebih banyak memiliki masalah perilaku dibandingkan anak normoweight. Tetapi hasil ini berbeda dengan Taylor (2011) yang mengevaluasi 7.049 anak usia 4 – 17 tahun. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa anak overweight cenderung memiliki masalah perilaku dibandingkan anak normoweight. Masalah mental emosional remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adalah lingkungan (keluarga, teman, guru) dan individual (genetik dan jenis kelamin), tetapi dari semua faktor tersebut, keluarga dan lingkungan teman sebaya adalah faktor yang paling berpengaruh dalam perilaku remaja. Interaksi faktor-faktor inilah yang dapat menyebabkan timbul atau tidaknya masalah perilaku pada remaja (Gonzales, 2010).

Berdasarkan pada tabel 5.9, tidak terdapat hubungan antara overweight

(44)

epidemiologi. Hal ini disebabkan karena masalah hiperaktivitas dan obesitas memiliki mekanisme yang sama. Obesitas dapat menyebabkan obstructive sleep apnoe, yang menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia berkali-kali pada saat tidur, dan gangguan tidur. Kondisi inilah yang mungkin menyebabkan hubungan obesitas dengan masalah hiperaktivitas. Sehingga hubungan hiperaktivitas jelas tampak pada anak obesitas yang memiliki manifestasi klinis (Chervin, 2005). Berdasarkan pada tabel 5.9, diketahui tidak terdapat hubungan antara

overweight dengan masalah hubungan dengan teman sebaya dengan nilai p = 0,66 (p > 0,05). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian M. Drukker (2009), tetapi berbeda dengan penelitian Boneberger (2009) yang menganalisis hubungan dengan teman sebaya menggunakan kuesioner SDQ pada 4.718 anak berusia 12-14 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak overweight memiliki risiko yang lebih besar untuk memiliki masalah hubungan dengan teman sebaya dibandingkan dengan anak normoweight. Anak overweight memiliki stigma jelek di mata teman sebayanya seperti pemalas, bodoh, tidak jujur, dan memiliki sedikit teman. Anak overweight sering sekali menjadi bahan ejekan dan target bullying

oleh teman di sekolah. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan anak overweight

tidak percaya diri dan menjadi antisosial (Puhl, 2011). Menurut pengamatan peneliti, sekolah SMP Santo Thomas I Medan memiliki tingkat disiplin yang tinggi sehingga menurunkan kemungkinan bullying dan perilaku yang negatif oleh teman di sekolah. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan tidak adanya perbedaan masalah dengan teman sebaya yang signifikan antara anak

normoweight dan overweight.

Berdasarkan pada tabel 5.10, diketahui tidak terdapat hubungan yang bemakna antara overweight dengan status mental emosional anak dengan nilai p = 0,121 (p > 0,05). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian M. Drukker (2009) yang mendapatkan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

(45)

penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

overweight dengan status mental emosional remaja.

Menurut Mc Elroy et al (2004), hubungan overweight dengan status mental emosional memang masih diperdebatkan dan kontroversial hingga sekarang karena minimnya penelitian yang dikerjakan. Jadi, yang dapat disimpulkan dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah, kedua hal tersebut mungkin terjadi secara kebetulan tetapi bisa juga berhubungan satu sama lain.

Menurut Wiguna (2010), berbagai faktor risiko dapat menyebabkan kelainan mental emosional dan perilaku pada remaja antara lain faktor individu, keluarga, sekolah, dan situasi kehidupan. Sedangkan faktor protektif adalah faktor yang memberi penjelasan bahwa tidak semua remaja yang memiliki faktor risiko akan mempunyai masalah mental emosional. Menurut Rae G N, dkk., faktor protektif mental emosional seseorang antara lain: karakter atau watak yang positif, lingkungan keluarga yang suportif, lingkungan sosial yang berfungsi sebagai sistem pendukung untuk memperkuat upaya penyesuaian diri remaja, keterampilan sosial yang baik, serta tingkat intelektual yang baik. (Satgas Remaja IDAI, 2010). Faktor risiko dan faktor protektif ini cenderung memiliki efek kumulatif, dimana faktor risiko yang besar akan meningkatkan kemungkinan dampak negatif sedangkan sejumlah besar faktor protektif akan menurunkan kemungkinan terjadinya masalah mental emosional (Wiguna, 2010).

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Terdapat hubungan jenis kelamin dengan status mental emosional anak dengan nilai p = 0,042 (p<0,05). Anak perempuan cenderung memiliki masalah mental emosional dibandingkan dengan anak laki-laki. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan status mental emosional anak dengan nilai p = 0,789 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan antara overweight dengan gejala emosional pada anak dengan nilai p = 0,429 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan overweight dengan masalah perilaku dengan nilai p = 0,623 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan

overweight dengan masalah hiperaktivitas dengan nilai p = 0,242 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan overweight dan masalah hubungan dengan teman sebaya dengan nilai p = 0,066 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan overweight dengan status mental emosional anak dengan nilai p = 0,179 (p>0,05).

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan pendekatan terhadap siswa yang beresiko mengalami masalah mental emosional dan untuk menentukan penanganan lebih lanjut dengan melibatkan Bimbingan Konseling (BK) di sekolah dan orangtua siswa tersebut.

2. Perlu dilakukan deteksi dini dengan menggunakan kuesioner SDQ setiap enam bulan sekali supaya dapat diketahui adakah siswa beresiko mengalami masalah mental emosional.

(47)

bias pengisian yang tentunya sangat berpengaruh pada hasil penelitian. Untuk itu disarankan adanya penelitian lanjutan yang juga menganalisis berbagai faktor risiko yang mungkin berkaitan dengan terjadinya masalah mental emosional pada anak

3. Perlu dilakukan penelitian yang mengobservasi hubungan overweight

(48)

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics Comittee on Nutrition, 2003. Prevention of Pediatric Overweight and Obesity. Dalam: Haugaard, Jeffrey J. 2008.

Child Psychopathology. McGraw-Hill, New York: 637.

American Psychiatric Association, 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Text Revision. 4th ed. Arlington VA, American Psychiatric Publishing.

Becker et al., 2001. Obesity and Mental Illness in A Representative Sample of Young Women. International Journal of Obesity, 25, 5-9.

Berkey et al., 2000. Activity, Dietary Intake, and Weight Changes in A Longitudinal Study of Preadolescent and Adolescent Boys and Girls. Pediatrics, 105, 56-66.

Bolognini, Monique et al., 1996. Self-esteem and mental health in early adolescence: development and gender differences. Journal of Adolescence, 19, 233-245.

Boneberger, Anja et al., 2009. Association Between Peer Relationship Problems and Childhood Overweight/Obesity. Acta Paediatrica, 98, 1950-1955. Britz B. et al., 2000. Rates of Psychiatric Disorders in A Clinical Study Group of

Adolescents with Extreme Obesity and in Obese Ascertained via A

Population Based Study. International Journal of Obesity.

Burke et al., 2005. Predictors of Body Mass Index and Associations Cardiovascular Risk Factor in Australian Children: A prospective Cohort

Study. International Journal of Obesity, 29, 15-23.

Chervin, R. D., et al., 2005. Snoring Predicts Hyperactivity Four Years Later. Sleep, 28(7), 885-90.

D’Autume C. et al., 2012. Eating Behaviors and Emotional Symptoms in Childhood Obesity: A Cross Sectional Exploratory Study Using Self

(49)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Egmond-Froglich AW et al., 2012. Association of Symptomsof Attention-

Deficit/Hyperactivity Disorder with Physical Activity, Media Time, and

Food Intake in Children and Adolescent. International Journal of Pbesity, 36(7):963-8.

Gonzales N., Dodge K. A., 2010. Family and Peer Influences on Adolescent Behavior and Risk Taking. Arizona State University, Duke University. Hasler et al., 2004. The Association Between Psychopathology and Being

Overweight: a 20-year Prospective Study. Psychological Medicine, 34, 1047-1057.

Hebebrand, J., Wermter, A., & Hinney, A., 2004. Obesity in Childhood and Adolescence. Dalam: Haugaard, Jeffrey J. 2008. Child Psychopathology. McGraw-Hill, New York: 638.

Helfert Susanne, Warschburger Petra, 2013. The Face of Appearance-Related Social Pressure: Gender, Age, and Body Mass Variantions in Peer and

Parental Pressure During Adolescence. Child and Adolescent Psychiatry and Mental Health, 7:16.

Janssen et al., 2003. Obesity with Bullying Behaviors in School-Aged Children. Pediatrics.

Janssen et al., 2004. Overweight and obesity in Canadian adolescent and their associations in dietary habits and physical activity patterns. Journal of Adolescent Health.

Knopf, D., Park, M. J., Mulye, T. P., 2008. The Mental Health of Adolescent: A National Profile. National Adolescent Health Information Center, University of California.

(50)

McElroy et al., 2004. Are Mood Disorders and Obesity Related? A Review for The Mental Health Professional. J Clin Psychiatry.

Onyike et al., 2003. Is Obesity Associated with Major Depression? Result from The Third National Health and Nutrition Examination Survey. American Journal of Epidemiology, 158(12), 1139-47.

Pine D. S., et al., 1997. Psychiatric Symptoms in Adolescence as Predictors of Obesity in Early Adulthood: A Longitudinal Study. American Public Health Association.

Pine D. S., et al., 2001. The Association Between Childhood Depression and Adulthood Body Mass Index. Pediatrics.

Puhl, Rebecca M. Weight Stigmatization Toward Youth: A Significant Problem in Need of Societal Solutions. Childhood Obesity 7(5).

Rhonda, Beleu et al., 2009. Mental Health Problems and Overweight in a Nationally Representative Sample ofAdolescents: Effects of Race and

Ethnicity, 2009, 123, 679.

Rosenbaum et al., 1997. Medical Progress: Obesity. Dalam: Haugaard, Jeffrey J. 2008. Child Psychopathology. McGraw-Hill, New York: 640.

Satgas Remaja IDAI, 2010. Masalah Mental Emosional Remaja dalam Bunga Rampai Kesehatan Remaja. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta: 63,70.

Seyedamini, Bayanah et al., 2012. Correlation of Obesity and Overweight with Emotional-Behavioral Problems in Primary School Age Girls in Tabriz,

Iran. Iran Journal of Pediatrics, 22(1): 15-22.

Siegel, M Judith et al., 1999. Body Image, Perceived Pubertal Timing, and Adolescent Mental Health. Journal of Adolescent Health, 2, 155-165. Strauss, R., 2000. Childhood obesity and self-esteem. Dalam: Haugaard, Jeffrey J.

2008. Child Psychopathology. McGraw-Hill, New York: 635

(51)

U.S. Department of Health and Human Services, 2010. Changes in Terminology for Childhood Overweight and Obesity. National Center for Health Statistics, Centers for Disease Control and Prevention.

Wiguna, T., 2010. Masalah Kesehatan Mental Remaja di Era Globalisasi. Sinas Remaja II: Jakarta: 72-74.

World Health Organization, 2001. Promoting Mental Health as a Public Health Priority.

World Health Organization, 2007. Child Growth Standard. Available from:

[Accessed 10 May 2013]

World Health Organization, 2010. Childhood Overweight and Obesity. Available from April 2013]

(52)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pepita Nesi Ginting Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 18 Oktober 1992 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Bunga Asoka no. 105 Medan

Telepon : 087869970323

Orang Tua : Ayah : Drs. Silvanus Ginting, Ak. Ibu : Dra. Dewi Lina, Ak., MM. Riwayat Pendidikan : SD Wiyata Dharma Medan

SMP Negeri I Medan

SMA Santo Thomas I Medan

(53)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

“Hubungan Overweight dengan Status Mental Emosional Anak”

Saya, Pepita Nesi Ginting, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester VII, sedang melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan

Overweight dengan Status Mental Emosional Anak”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan indeks massa tubuh overweight dengan keadaan status mental emosional anak.

Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, saya mohon kesediaan responden untuk dilakukan pengukuran berat badan dengan timbangan, tinggi badan dengan alat stadiometer, dan penilaian status mental emosional dengan pengisian kuesioner.

Setelah memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, saya mengharapkan Anda dapat mengisi lembaran persetujuan dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Medan 2013

Hormat saya,

(54)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

No. Telp/Hp :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “Hubungan Overweight dengan Status Mental Emosional Anak”, maka dengan ini saya meyatakan bahwa saya secara sukarela bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut.

Medan, ...2013 Yang menyatakan,

(55)

Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan pada Anak

Untuk setiap pertanyaan, beri tanda V pada kotak Tidak Benar, Agak Benar, atau Benar. Akan sangat membantu kami apabila kamu menjawab semua pertanyaan sebaik mungkin meskipun kamu tidak yakin benar. Berikan jawabanmu menurut bagaimana segala sesuatu telah terjadi pada dirimu selama enam bulan terakhir.

Nama :... Laki-laki/Perempuan Tanggal Lahir :...

Tidak Benar

Agak Benar

Benar 1 Saya berusaha bersikap baik kepada orang

lain. Saya peduli dengan perasaan mereka 2 Saya gelisah, saya tidak dapat diam dalam

waktu lama

3 Saya sering sakit kepala, sakit perut, atau macam-macam lainnya

4 Kalau saya memiliki mainan, CD, atau makanan, saya biasanya berbagi dengan orang lain

5 Saya menjadi sangat marah dan sering tidak dapat mengendalikan kemarahan saya 6 Saya lebih suka sendirian daripada daripada

bersama dengan orang-orang yang seumur saya

7 Saya biasanya melakukan apa yang diperintahkan oleh orang lain

8 Saya banyak merasa cemas atau khawatir terhadap apa pun

9 Saya selalu siap menolong jika ada orang yang terluka, kecewa, atau merasa sakit 10 Bila sedang gelisah atau cemas, badan saya

sering bergerak-gerak tanpa saya sadari 11 Saya mempunyai satu orang teman baik atau

lebih

12 Saya sering bertengkar dengan orang lain. Saya dapat memaksa orang lain melakukan apa yang saya inginkan

(56)

14 Orang lain seumur saya pada umumnya menyukai saya

15 Perhatian saya mudah teralihkan, saya sulit memusatkan perhatian pada apa pun

16 Saya merasa gugup dalam situasi baru, saya mudah kehilangan rasa percaya diri

17 Saya bersikap baik terhadap anak-anak yang lebih muda dari saya

18 Saya sering dituduh berbohong atau berbuat curang

19 Saya sering diganggu atau dipermainkan oleh anak-anak atau remaja lainnya 20 Saya sering menawarkan diri untuk

membantu orang lain (orang tua, guru, dan anak-anak)

21 Sebelum melakukan sesuatu, saya berpikir dahulu tentang akibatnya

22 Saya mengambil barang yang bukan milik saya dari rumah, sekolah, atau dari mana saja

23 Saya lebih mudah berteman dengan orang dewasa daripada dengan orang-orang yang seumur saya

24 Banyak yang saya takuti, saya mudah menjadi takut

25 Saya menyelesaikan pekerjaan yang sedang saya lakukan. Saya mempunyai perhatian yang baik terhadap apa pun

Tanda tangan... Tanggal hari ini...

(57)
(58)
(59)

No U mu

r

JK P 2 P 3 P 5 P 6 P 7 P 8 P1 0 P1 1 P1 2 P1 3 P1 4 P1 5 P1 6 P1 8 P1 9 P2 1 P2 2 P2 3 P2 4 P2 5 To tal Sk or

SME IMT

1 13 P 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 11 normal normal

2 14 L 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 6 normal normal

3 13 P 0 1 1 1 1 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 10 normal normal

4 13 P 1 0 2 2 0 1 2 0 0 2 2 0 1 1 0 2 0 1 1 0 18 abnormal normal

5 14 L 1 1 0 0 2 1 1 1 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 11 normal normal

6 14 P 1 1 2 0 1 0 1 0 0 1 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 15 normal normal

7 13 L 0 2 2 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 10 normal normal

8 14 P 0 2 1 1 0 2 0 2 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 11 normal normal

9 13 P 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 2 2 1 0 2 0 0 0 0 1 12 normal normal

10 14 L 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 1 0 2 0 2 0 0 0 9 normal normal

11 14 P 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 1 0 0 2 9 normal normal

12 14 P 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 2 10 normal normal

13 14 P 0 1 1 2 0 2 0 1 1 0 2 2 0 0 1 1 1 1 2 1 19 abnormal normal

14 13 P 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 10 normal normal

15 14 P 1 1 1 1 2 1 0 0 1 0 1 2 0 1 2 1 1 0 0 0 16 abnormal normal

16 13 L 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 7 normal normal

17 14 L 1 2 1 1 2 1 0 1 0 1 1 0 2 1 0 0 0 0 0 0 14 normal normal

18 13 L 1 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 8 normal normal

19 14 P 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 8 normal normal

20 13 P 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 2 0 0 0 0 10 normal normal

21 14 P 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2 0 0 0 6 normal normal

22 13 P 0 0 1 2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 2 2 0 14 normal normal

23 13 L 0 1 0 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 7 normal normal

24 13 P 2 0 0 1 0 1 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 9 normal normal

25 13 L 0 1 0 1 0 0 0 1 0 2 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 13 normal normal

26 12 P 0 1 1 2 2 0 2 0 2 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 16 abnormal normal

27 14 L 0 0 0 1 0 2 0 0 2 0 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 20 abnormal normal

28 12 P 0 1 1 0 0 1 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 8 normal normal

29 13 P 2 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 12 normal normal

30 13 L 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 2 1 0 0 0 0 1 0 1 1 10 normal normal

31 13 P 1 1 1 1 1 2 0 1 2 2 2 1 1 0 0 0 1 0 1 1 19 abnormal normal

32 13 P 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 8 normal normal

33 13 P 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 7 normal normal

34 13 L 1 0 2 0 1 0 0 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10 normal normal

35 14 L 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6 normal normal

36 14 P 2 0 0 1 1 2 0 2 0 0 2 1 0 0 1 1 0 2 0 1 16 abnormal normal

37 13 P 2 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 7 normal normal

38 13 P 0 1 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 9 normal normal

(60)

40 13 L 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 2 1 1 1 2 2 2 1 2 0 18 abnormal normal

41 13 P 0 0 0 0 2 0 2 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 10 normal normal

42 14 P 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 2 1 1 0 1 0 2 1 1 19 abnormal normal

43 14 P 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 7 normal normal

44 14 L 1 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 9 normal normal

45 13 L 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 5 normal normal

46 13 P 1 1 1 0 0 1 2 0 2 0 1 1 0 1 2 2 0 0 0 1 16 abnormal normal

47 13 L 1 1 0 0 1 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 8 normal normal

48 13 P 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 6 normal normal

49 14 L 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 5 normal normal

50 14 P 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 2 17 abnormal normal

51 14 P 1 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 normal normal

52 14 L 2 1 2 0 1 0 1 2 2 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 16 abnormal normal

53 13 P 0 0 0 1 0 2 1 1 1 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 10 normal normal

54 14 P 2 2 1 2 0 1 2 1 1 2 0 1 0 1 2 0 1 2 1 1 23 abnormal normal

55 14 P 1 1 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 0 2 0 2 0 0 2 0 12 normal normal

56 13 P 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 8 normal normal

57 12 P 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 5 normal normal

58 14 P 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 1 1 0 1 0 0 10 normal normal

59 13 P 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 2 0 1 2 0 2 0 2 1 14 normal normal

60 14 P 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 0 0 1 1 0 7 normal normal

61 14 P 0 1 1 2 0 2 1 0 2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 0 13 normal normal

62 14 L 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1 0 2 0 1 0 0 0 2 1 1 17 abnormal normal

63 14 L 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 6 normal normal

64 14 P 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 1 9 normal normal

65 14 P 1 1 1 2 2 1 0 2 0 0 1 0 2 1 0 0 1 2 1 0 18 abnormal normal

66 14 P 1 0 1 1 1 0 1 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 10 normal normal

67 13 P 1 0 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 9 normal normal

68 14 L 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 0 0 0 0 0 2 1 0 9 normal normal

69 13 P 1 0 0 0 0 2 1 0 0 1 0 2 1 0 0 2 0 0 0 1 11 normal normal

70 14 P 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 1 0 7 normal normal

71 13 L 0 0 1 1 0 2 1 2 0 1 0 1 0 0 1 1 0 2 1 0 14 normal normal

72 13 P 1 1 1 1 0 0 1 1 2 0 2 2 1 0 0 2

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Usia
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Masalah Emosi dan Perilaku
Tabel 5.6 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Mental Emosional
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 2 Bantul memiliki hubungan yang saling berpengaruh, artinya siswa

5.2.3 Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Kemandirian Anak Usia

Hubungan Antara Asupan Energi dengan Kejadian Overweight Peluang polisi dengan asupan energi lebih mempunyai peluang 11 kali mengalami overweight dibandingkan polisi yang

a) Tidak ada hubungan yang sangat signifikasi antara konfromitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Hal ini menunjukkan Semakin tinggi tingkat konfromitas teman

Gangguan tidur pada anak dideteksi dengan menggunakan Skala Gangguan Tidur untuk Anak atau Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) , sementara status mental emosional

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pentingnya keterampilan sosial bagi siswa sebagai soft skill agar mereka dapat menjalin hubungan dengan teman sebaya secara

Fungsi-fungsi sosial pada anak berkesulitan belajar menunjukkan bahwa mereka bermasalah dalam memiliki kelompok teman sebaya, diisolasi oleh teman sebaya, bermasalah dengan

Orang tua hendaknya lebih memperhatikan keterampilan berbicara anak dan penerimaan teman sebaya dalam hubungan sosial atau interaksi sosial anaknya dengan teman yang lain di