• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Asupan Protein Dan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Al-azhar Palu 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Asupan Protein Dan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Al-azhar Palu 2014"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

12 ABD. HAKIM, NIKMAH UTAMI, ARUM M

Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako

ABSTRAK

Prestasi belajar siswa sebagai ukuran untuk menentukan tingkat keberhasilan proses pendidikan di Indonesia. Hal ini menunjukkan berhasil tidaknya proses pendidikan dapat diamati berdasarkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Pada masa remaja, siswa membutuhkan asupan protein cukup karena salah satu fungsi protein yaitu pembentukan dan perbaikan sel dan jaringan tubuh termasuk otak. Kekurangan zat gizi pada masa remaja akan berdampak pada aktivitas siswa di sekolah antara lain, lesu, mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, dan penurunan prestasi GL VHNRODK 3HQHOLWLDQ LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHQJHWDKXL ³+XEXQJDQ $VXSDQ 3URWHLQ GDQ Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Al-$]KDU 3DOX´ -HQLV SHQHOLWLDQ VXUYHL analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Jumlah sampel yang digunakan adalah 188 orang dengan teknik Proportional Stratified Random Sampling. Hasil penelitian ini diuji secara statistik dengan uji Chi-square pada tingkat kepercayaan 95% menggunakan program software komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan asupan SURWHLQ GHQJDQ SUHVWDVL EHODMDU ! GDQ DGD KXEXQJDQ VWDWXV JL]L GHQJDQ SUHVWDVL EHODMDU ! 6HEDLNQ\D RUDQJ WXD PHPELDVDNDQ DQDNQ\D XQWXN PHQJNRQVXPVL makanan yang bergizi termasuk juga yang mengandung protein agar status gizi anak menjadi baik dan dapat meningkatkan konsentrasi anak dan perkembangan fisik, serta otak anak juga baik.

(2)

13

A. PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam sebuah negara. Prestasi belajar siswa sebagai ukuran untuk menentukan tingkat keberhasilan proses pendidikan di Indonesia. Hal ini menunjukkan berhasil tidaknya proses pendidikan dapat diamati berdasarkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa11.

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, remaja yang merupakan generasi penerus bangsa harus mendapat perhatian khusus. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terdapat banyak hal yang harus diperhatikan antara lain yaitu pangan (unsur gizi), kesehatan, pendidikan, informasi dan teknologi. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai dengan perubahan - perubahan hormonal, kognitif, dan emosional. Semua perubahan ini membutuhkan zat gizi secara khusus4.

Pada masa ini remaja membutuhkan asupan protein yang cukup karena salah satu fungsi protein yaitu pembentukan dan perbaikan sel dan jaringan tubuh termasuk otak21. Kebutuhan protein usia remaja yaitu untuk laki-laki usia 13-15 tahun adalah 62 gram sedangkan untuk perempuan usia 13-15 tahun adalah 60 gram12. Apabila seorang remaja kurang mengkonsumsi protein maka

remaja tersebut dapat menderita kekurangan gizi21.

Kekurangan zat gizi akan mengurangi kemampuan dan konsentrasi belajar siswa. Kekurangan zat gizi pada masa remaja akan berdampak pada aktivitas siswa di sekolah antara lain, sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, dan penurunan prestasi di sekolah16.

Pada suatu penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa penurunan fungsi kognitif remaja di sekolah berkaitan dengan peningkatan status berat badannya23. Namun pada suatu penelitian yang dilakukan di Jalur Gaza Palestina bahwa indeks massa tubuh tidak berpengaruh terhadap prestasi anak di sekolah1.

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan status gizi dengan prestasi belajar: studi kasus pada anak SMPN 1 Malang oleh Masdewi (2011), dua SMU di Kota Bogor oleh Maryam (2001), dan pada siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta oleh Rina (2008) menemukan bahwa status gizi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa, hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya status gizi yang baik, maka siswa akan lebih mudah dalam menerima pelajaran di sekolah sehingga siswa akan mendapat prestasi yang memuaskan dan maksimal. Sedangkan berdasarkan studi pendahuluan di salah satu sekolah unggulan di Palu yaitu SMP Al-Azhar, dari 10 orang siswa yang diukur status gizinya hanya 4 orang yang memiliki status gizi normal, 6 orang lainnya memiliki

(3)

14 status gizi kurus. Prestasi yang mereka

peroleh yaitu dari 4 orang yang memiliki status gizi normal, seluruhnya memiliki nilai rapor diatas rata-rata nilai kelas sedangkan 6 orang yang memiliki status gizi kurus, 3 orang diantaranya memiliki nilai rapor diatas rata-rata kelas dan 3 orang lainnya memiliki nilai standar rata-rata kelas. Berdasarkan hal inilah peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang hubungan asupan protein dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Azhar Palu.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survei analitik, dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) untuk melihat hubungan antara asupan protein dan status gizi dengan prestasi belajar siswa SMP Al-Azhar Palu.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar Palu. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Mei sampai 31 Mei 2014.

1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Al-Azhar Palu kelas

VII dan VIII yaitu sebesar 354 siswa.

Metode pengambilan sampel yaitu Propotional Stratified Random Sampling dengan jumlah sampel adalah 188 siswa SMP Al-Azhar Palu.

2. Pengumpulan Data

Data primer adalah data yang langsung dan segera dapat diperoleh dari sumbernya, diamati, dan dicatat pertama kalinya. Dalam penelitian ini data primer yang digunakan bersumber dari responden yang merupakan siswa SMP Al-Azhar Palu, yang terdiri dari identitas responden, data kebiasaan konsumsi protein diperoleh berdasarkan wawancara langsung dengan responden dengan cara 2 × recall 24 jam, dan data status gizi diperoleh dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan dari siswa SMP Al-Azhar Palu.

Data sekunder adalah data prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai rata±rata akhir dari rapor siswa semester terakhir (semester ganjil)

(4)

15

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL

Tabel 1 : Hubungan Asupan Protein dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Al-Azhar Palu

Variabel

Prestasi Belajar Jumlah

(!) Rendah Tinggi

n %

n % n %

Asupan Protein Kurang 13 100 0 0 13 100

(0,000)

Cukup 30 17,1 145 82,9 175 100

Status Gizi Kurus 12 85,7 2 14,3 14 100

(0,000)

Normal 15 11,0 121 89,0 136 100

Gemuk 16 42,1 22 57,9 38 100

Hubungan Asupan Protein dengan Prestasi Belajar

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi Square yang dilakukan terhadap asupan protein dengan prestasi belajar, didapatkan KDVLO QLODL ! ! PDND Ho ditolak, artinya ada hubungan asupan protein dengan prestasi belajar siswa SMP Al-Azhar Palu.

Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Chi Square yang dilakukan terhadap status gizi dengan prestasi belajar, didapatkan hasil nilai

! ! ) maka Ho pada

penelitian ini ditolak, artinya bahwa ada hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa SMP Al-Azhar Palu.

2. PEMBAHASAN

Hubungan Asupan Protein dengan Prestasi Belajar

Asupan protein adalah jumlah total protein yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak berdasarkan

pada Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan9. Pada penelitian ini status konsumsi protein dapat dikelompokan dalam dua kategori yaitu kurang jika asupan protein < 80% dan cukup jika DVXSDQ SURWHLQ • $.*

Hasil analisa pada uji korelasi Spearman dan uji Chi-Square masing-PDVLQJ PHQ\DWDNDQ QLODL ! 00 yang menunjukan bahwa ada hubungan antara asupan protein dengan prestasi belajar siswa SMP Al-Azhar Palu. Koefisien korelasi yang diperoleh pada uji korelasi Spearman yaitu 0,500 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat dengan arah hubungan positif atau searah yang berarti bahwa semakin baik asupan protein maka semakin tinggi juga prestasi belajar yang diperoleh. Penelitian dengan hasil serupa yang dilakukan oleh Septiani (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara asupan protein dengan prestasi belajar siswa 6'1 &LQHUH QLODL ! 6HODLQ itu, hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2012) yang menyatakan

(5)

16 ada hubungan yang bermakna antara

asupan protein dengan prestasi belajar siswa.

Protein digunakan dalam pembentukan dan perbaikan sel dan jaringan tubuh, termasuk neurotransmitter. Neurotrasmitter sebagai pembawa pesan kimia yang membawa informasi dari sel-sel otak ke sel-sel otak lainnya. Protein ditemukan dalam makanan seperti daging, ikan, susu, dan keju. Kurangnya protein, juga dikenal sebagai Kurang Energi Protein. Hal ini menyebabkan prestasi belajar anak di sekolah menjadi buruk dan menyebabkan anak-anak menjadi lesu, lemas, dan kurang konsentrasi sehingga dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional6.

Protein juga menyediakan materi untuk pembangunan struktur tubuh, termasuk otak sehingga digunakan untuk meningkatkan fungsi mental dan membangkitkan semangat21. Apabila asupan protein yang masuk ke dalam tubuh kurang dapat menyebabkan daya ingat atau konsentrasi belajar menurun sehingga menyebabkan prestasi belajar juga menurun, tetapi apabila asupan protein cukup dapat menyebabkan prestasi belajar menjadi baik3.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa siswa dengan asupan protein kurang seluruhnya memiliki prestasi yang rendah. Hal ini terjadi karena apabila seorang anak kurang mengkonsumsi protein dapat berdampak pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan sehingga menyebabkan kerusakan fisik, mental, kemampuan berpikir, dan menyebabkan gangguan otak

secara permanen21. Anak yang asupan proteinnya kurang 5 kali beresiko memiliki prestasi belajar rendah.

Namun terdapat 82,9 % siswa dengan asupan protein cukup yang memiliki prestasi tinggi dan hanya 17,1% yang memiliki prestasi rendah. Hal ini terjadi karena anak yang asupan proteinnya cukup dapat berperan penting dalam menjamin performa anak yang baik dalam proses belajarnya di sekolah. Adapun anak yang asupan proteinnya cukup namun memiliki prestasi belajar yang rendah terjadi karena terdapat faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar selain asupan protein, misalnya intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi keluarga, dan metode mengajar26

Intelegensi atau kecerdasan merupakan faktor yang besar peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mengikuti program pendidikan. Pada umumnya seseorang yang mempunyai taraf kecerdasan tinggi akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai taraf kecerdasan yang sedang atau rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Edward dan Coleman menunjukkan adanya hubungan yang erat antara hasil tes intelegensia dengan prestasi belajar26. Perhatian menjamin hasil belajar yang baik, maka dari itu siswa harus mempunyai perhatian terhadap sekumpulan objek untuk dipelajarinya26.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak

(6)

17 akan belajar dengan sebaik-baiknya

karena tidak ada daya tarik baginya. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena siswa tersebut senang belajar dan pastilah selanjutnya lebih giat lagi dalam belajarnya itu26.

Adanya motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang

berhubungan/ fmenunjang belajar dapat mendorong

siswa agar dapat belajar dengan baik26.

Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. Orang tua yang tidak memperhatikan waktu belajar anaknya dan acuh tak acuh terhadap belajar anaknya dapat membuat anak menjadi malas belajar dan prestasi belajarnya menjadi rendah.

Anak yang hidup dalam keluarga yang ekonominya cukup, kebutuhan anak dapat terpenuhi sehingga anak dapat belajar dengan baik. Metode mengajar guru yang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang baik pula26.

Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar

Status gizi merupakan salah satu variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Status gizi adalah suatu keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi3. Pada penelitian ini dilakukan penilaian status gizi secara antropometri yaitu IMT menurut umur dengan mengukur berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan rumus Z-score pada siswa SMP Al-Azhar Palu. Untuk itu status gizi responden dibagi menjadi 3

kategori yaitu kurus (< -2 SD s/d < -3 SD), normal (> -2 SD s/d +1 SD), dan gemuk (> +1 SD s/d +3 SD).

+DVLO DQDOLVD PHQ\DWDNDQ QLODL!

sebesar 0,000 yang menunjukan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa SMP Al-Azhar Palu. Penelitian dengan hasil serupa yang dilakukan oleh Fauzi, dkk (2013) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMP Negeri 2 Bandar Lampung GHQJDQ QLODL ! 6HODLQ LWX penelitian dengan hasil serupa juga dilakukan oleh Masdewi, dkk (2011) dengan !

Hasil analisa dengan menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh menunjukan tidak ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Azhar 3DOX GHQJDQ QLODL ! +DO LQL disebabkan oleh karena konsep dari uji korelasi yaitu linearitas yang berarti bahwa mencari hubungan yang linear dalam dua variabel. Linearitas artinya asumsi bahwa adanya hubungan dalam bentuk garis lurus antara variabel24. Sedangkan hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar merupakan hubungan yang nonlinear. Status gizi kurang dan status gizi gemuk termasuk dalam kategori malnutrisi sehingga apabila status gizi anak kurus maka berpengaruh terhadap prestasi belajar yang rendah10. Demikian juga apabila status gizi anak gemuk maka dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang rendah 19.

Berdasarkan tabulasi silang tabel 1 menunjukan siswa dengan status

(7)

18 gizi kurang 85,7% memiliki prestasi

belajar rendah. Hal ini menunjukan bahwa status gizi kurang berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar. Dampak dari status gizi kurang adalah pertumbuhan badan terganggu dan diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil5. Dengan mengecilnya ukuran otak maka perkembangan otak juga tidak sempurna yang menyebabkan kognitif, perkembangan IQ terhambat dan kemampuan belajar terganggu sehingga prestasi belajar siswa juga terganggu. Perkembangan kognitif anak dengan status gizi kurang cenderung lambat sehingga kemampuan dalam menyerap materi pelajaran di sekolah juga rendah dan kurang berprestasi10.

Status gizi kurang juga akan mempengaruhi kesehatan jasmani, seperti dapat menyebabkan cepat lelah, lesu, lemas, dan mengantuk. Hal ini dapat menurunkan kemampuan siswa dalam menerima atau menyerap informasi dan pengetahuan sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang dan tidak diserap dengan sempurna17.

Hasil penelitian menunujukan siswa dengan status gizi gemuk diantaranya 57,9% memiliki prestasi belajar tinggi dan sisanya 42,1% memiliki prestasi belajar rendah. Meskipun status gizi gemuk merupakan malnutrisi namun banyak yang memiliki prestasi belajar yang tinggi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa selain status gizi. Menurut Slameto (2010) prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar seperti, kesehatan, status gizi, konsumsi energi, konsumsi protein, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu seperti, cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan, metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dan siswa, keadaan gedung, dan alat pelajaran. Adapun siswa dengan status gizi gemuk yang memiliki prestasi rendah terjadi karena kegemukan pada anak bisa menurunkan tingkat kecerdasan anak, karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar di sekolah19. Ahmadah (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa nilai rata-rata siswa mempunyai keterkaitan dengan status berat badannya, pada anak gemuk nilai rata-ratanya lebih rendah dari pada siswa yang mempunyai berat badan normal.

Hasil penelitian juga menunjukan siswa dengan status gizi normal diantara 89,0% memiliki prestasi belajar tinggi dan sisanya 11,0% memiliki prestasi rendah. Hal ini berarti bahwa status gizi yang baik sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang tinggi. Anak yang cerdas cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan anak yang kecerdasannya rata-rata atau dibawah rata-rata. Anak yang berbakat mungkin berasal dari keluarga yang semua anaknya berstatus gizi baik dan tumbuh besar karena adanya gizi dan perawatan yang lebih baik13.

(8)

19 Seseorang yang sehat dan mempunyai

status gizi yang normal memiliki daya pikir yang baik sehingga hal ini akan mendukung prestasi belajar menjadi lebih baik8.

Menurut Grossman (1997) dalam Kusumaningrum (2006), prestasi yang semakin meningkat dapat terjadi karena dengan status gizi yang baik maka anak dapat berkonsentrasi dengan baik dalam mengikuti pelajaran sehingga semua yang dipelajari dapat diterima dengan baik. Siswa yang kurang sehat atau kurang gizi, daya tangkapnya terhadap pelajaran dan kemampuan belajarnya akan lebih rendah. Moehji (2003) juga berkata bahwa gizi buruk yang terjadi pada usia muda membawa dampak anak menderita mental, sukar berkonsentrasi, dan prestasi belajarnya juga rendah. Namun pada penelitian ini masih terdapat 11,0% siswa dengan status gizi normal memiliki prestasi yang rendah. Hal ini terjadi disebabkan oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak di sekolah26.

Hasil penelitian yang diperoleh sangat berbeda dengan hasil studi pendahuluan. Hal ini terjadi karena pada saat studi pendahuluan, responden dipilih secara acak tanpa melihat kelas responden tersebut. Jumlah siswa yang menjadi responden pada studi pendahuluan juga menjadi penyebab hingga hasil studi pendahuluan berbeda dengan hasil penelitian yaitu hanya sebanyak 10 orang siswa. Oleh karena itulah hasil studi pendahuluan dan hasil penelitian sangat berbeda.

D. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMP Al-Azhar Palu, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

a. Ada hubungan antara asupan protein dengan prestasi belajar siswa SMP Al-Azhar Palu artinya semakin baik asupan protein maka prestasi belajar yang diperoleh juga tinggi.

b. Ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa SMP Al-Azhar Palu artinya semakin baik status gizi maka prestasi belajar yang diperoleh juga tinggi.

Adapun saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

a. Bagi Siswa SMP Al-Azhar Palu Sebaiknya orang tua membiasakan anaknya untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi termasuk juga yang mengandung protein agar status gizi anak menjadi baik dan dapat meningkatkan konsentrasi anak dan perkembangan fisik, serta otak anak juga baik.

b. Bagi SMP Al-Azhar Palu

1. Mempertahankan prestasi belajar yang sudah baik dengan memantau prestasi belajar siswa. 2. Sebaiknya pihak sekolah melaksanakan kegiatan dalam upaya peningkatan gizi untuk meningkatkan prestasi belajar anak sekolah, dengan mengadakan kantin sekolah yang memenuhi persyaratan gizi. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan kesehatan periodik berupa penimbangan berat badan dan

(9)

20 pengukuran tinggi badan untuk

mengetahui status gizi, sehingga kurang gizi khususnya pada tingkat yang berat, dapat dicegah.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar diluar faktor-faktor yang diteliti pada penelitian ini, seperti konsumsi energi, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan, metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, keaadaan gedung, dan alat pelajaran. Dan juga mengenai asupan zat gizi lainnya seperti zat besi dan seng, dimana dapat menunjang untuk perkembangan otak sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abudayya, dkk, 2011, Diet, Nutritional Status And School Performance Among Adolescents In Gaza Strip (Eastern Mediterranean Health Journal), University Of Oslo. 2. Ahmadah dkk, 2013, Hubungan

Antara Obesitas pada Anak terhadap Prestasi Belajar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1 (skripsi), Universitas Brawijaya, Malang.

3. Almatsier, S., 2011, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

4. _________, 2011, Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 5. Anwar, M, H., 2008, Gizi Seimbang

Untuk Remaja dan Wanita Usia Subur, PT Gramedia Utama, Jakarta. 6. Erikson, J., 2006. Brain Food: The

Real Dish on Nutrition and Brain Function. WisKids Journal, Amerika Serikat.

7. Fauzi dkk, 2013, Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung (jurnal), Universitas Lampung, Lampung.

8. G. Kartasapoetra dan Marseto, 2002, Ilmu Gizi Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja, Rineka Cipta, Jakarta.

9. Handrawi, 2011, Hubungan antara Asupan Zat Gizi, Penyakit Infeksi dan Pengasuhan dengan Status Perkembangan Motorik Kasar Baduta Usia 6 sampai 18 Bulan yang Mendapat Suplemen Taburia di Kabupaten Pangkep (skripsi), Universitas Hasanuddin, Makassar. 10. Hardinsyah, 2007, Inovasi dan

Pengembangan Modal Sosial Bagi Peningkatan Kualitas Hidup Manusia dan Pengentasan Kemiskinan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

11. Jamaris, M., 2013, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Ghalia Indonesia, Bogor.

12. Kemenkes RI, 2013, Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Depkes RI, Jakarta.

13. Kusumaningrum A, 2006, Keragaan Anak-anak Sibuk: Prestasi Belajar, Kecerdasan Emosional, Status Gizi, dan Status Kesehatan (skripsi), Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(10)

21 14. Maharani, E.F., 2012, Tingkat

Kecerdasan, Asupan Energi dan Protein, dan Aktivitas Fisik Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 6 Bogor (skripsi), Institut Pertanian Bogor, Bogor.

15. Maryam, S., 2001, Status Gizi, Peer Group dan Aktivitas Harian serta Kaitannya dengan Prestasi Belajar Remaja Studi Kasus pada Dua SMU di Kota Bogor (thesis), Institut Pertanian Bogor.

16. Masdewi dkk, 2011, Korelasi Perilaku Makan dan Status Gizi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Program Akselerasi Di SMP (jurnal), Universitas Negeri Malang.

17. Maulanaputri, O., Pengaruh Konsumsi, Status Gizi, dan Aktivitas Sehari-Hari Dengan Prestasi Belajar Murid Akselerasi Sd Islam PB Sudirman Jakarta (skripsi), Institut Pertanian Bogor, Bogor.

18. Moehji, Sjahmien., 2003, Ilmu Gizi Jilid II Penanggulangan Gizi Buruk, Papas Sinar Sinanti, Jakarta.

19. Nirwana, A., 2012, Obesitas Anak & Pencegahannya, Nuha Medika, Yogyakarta.

20. Notoatmodjo, S., 2010, Metode Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta.

21. Paisak, Taufiq, 2009., Unlimited Potency of Brain, Mizan Media Utama, Bandung.

22. Rina, A.P.M., 2008, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Prestasi

Belajar pada Siswa-Siswi SMA Assalaam Surakarta (skripsi), Institut Pertanian Bogor.

23. Ross, A, 2010, Nutrition And Its Effects On Academic Performance, How Can Our Schools Improve (jurnal),Northern Michigan University, Amerika Serikat.

24. Sarwono, J., 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta.

25. Septiani, S., 2012, Hubungan Status Gizi (TB/U) dan Faktor Lainnya dengan Prestasi Belajar Siswa SDN Cinere 2, Cinere, Depok Tahun 2012 (skripsi), Universitas Indonesia, Depok.

26. Slameto, 2010, Belajar & Faktor Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Gambar

Tabel 1 :   Hubungan Asupan Protein dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa   SMP Al-Azhar Palu

Referensi

Dokumen terkait

‘’Analisis Pengaruh Cash Position, Return On Assets, Debt To Equity Ratio, Firm Size, dan Growth Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar

Hasil analisa statistik krim sari tomat dengan blanko memiliki perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05), dimana krim sari tomat mampu memberikan efek sebagai anti-aging dengan

Pada puncaknya, ketika keberadaan negara Republik Indonesia nyaris diragukan oleh dunia internasional akibat serangan militer Belanda II (pecah pada 19 Desember 1948),

Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang ketua, beberapa orang wakil ketua, seorang sekretaris, beberapa orang wakil sekretaris, seorang

1).Tulisan ini diharapkan sebagai masukan (input) dan bahan referensi terhadap peningkatan kinerja bagi mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan secara umum, lebih

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih mendalam dan pemahaman mengenai perbandingan strategi pemasaran furniture di pasar Amerika dengan

” ANALISIS CAMELS UNTUK MENILAI KESEHATAN PERBANKAN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2009 ” sebagai salah satu tugas akhir untuk

Persediaan merupakan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang selanjutnya akan dijual dengan atau tanpa diolah terlebih dahulu. Persediaan sendiri merupakan elemen dari aktiva