• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya nilai PDL adalah pori berukuran 30-9 μm. Pori demikian lebih disebabkan oleh kombinasi hasil agregasi, tekstur tanah terutama kandungan debu dan klei, serta kadar C-organik (%). Agregasi yang baik akan menghasilkan penurunan bobot isi dan peningkatan porositas total dengan kadar C-organik yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil uji Duncan, nilai PDL pada beberapa penggunaan lahan menunjukkan bahwa HS memiliki nilai PDL berbeda nyata dengan KCTR. Sedangkan KCR memiliki nilai PDL yang tidak berbeda nyata dengan HS dan KCTR. Penggunaan lahan HS memiliki nilai PDL tertinggi diikuti dengan KCR dan KCTR. Hasil uji Duncan pengaruh penggunaan lahan terhadap nilai PDL disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Pori drainase lambat pada berbagai penggunaan lahan

3.8 b 2.5 ab 1.9 a 0 1 1 2 2 3 3 4 4 5 P DL ( % -v o l) Penggunaan Lahan Hutan Sekunder (HS) Kebun Campuran Rapat (KCR) Kebun Campuran Tidak Rapat (KCTR)

16

Dari hasil uji Duncan pada Gambar 8 menunjukkan bahwa HS memiliki nilai PDL tertinggi yang diakibatkan oleh kadar C-organik dan kandungan klei yang paling tinggi serta agregasi yang paling baik sehingga memiliki bobot isi yang paling rendah dan porositas total yang paling tinggi (Tabel 5) diikuti dengan tanah pada KCR dan KCTR. Pernyataan ini didukung oleh hasil uji regresi linear antara PDL sebagai sumbu Y dengan peubah sifat-sifat tanah sebagai sumbu X disajikan pada Tabel 9.

Dari hasil uji regresi linear pada Tabel 9 menunjukkan bahwa sifat fisik dan kimia tanah yang memiliki hubungan sangat nyata adalah bobot isi, porositas total, dan debu, sedangkan yang memiliki hubungan nyata adalah kadar C-organik, pasir dan debu, serta klei. Dari beberapa sifat fisik dan kimia tanah yang berhubungan sangat nyata dan nyata, hanya bobot isi dan porositas total saja yang memiliki hubungan erat terhadap nilai PDL. Hasil uji regresi pada penelitian ini sesuai dengan pernyataan terdahulu yang mengemukakan bahwa PDL lebih disebabkan oleh faktor agregasi tanah dan tekstur tanah. Tekstur tanah pada PDL ini adalah tekstur yang menghasilkan pori meso. Kandungan klei memiliki hubungan yang nyata terhadap PDL dikarenakan agregasi tanah dengan tekstur klei menghasilkan pori meso.

Air Tersedia

Air tersedia adalah sejumlah air yang berada di pori tanah karena potensial matrik tanah setelah potensial gravitasi tidak bekerja lagi pada air dalam pori tanah tersebut, dan air tanah tersebut masih dapat diserap oleh akar tanaman (Murtilaksono dan Wahyuni 2004), sehingga ruang pori tersebut biasa disebut sebagai ruang pori air tersedia (RPAT). Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya pori air tersedia lebih disebabkan oleh kadar C-organik dan agregasi tanah. Agregasi tanah yang baik akan menghasilkan bobot isi yang rendah, porositas total yang tinggi, dan stabilitas agregat yang tinggi.

Berdasarkan hasil uji Duncan, nilai pori air tersedia pada beberapa penggunaan lahan menunjukkan bahwa tanah pada HS memiliki nilai air tersedia yang berbeda nyata dengan KCR dan KCTR. Sedangkan tanah pada KCR memiliki nilai pori air tersedia yang tidak berbeda nyata dengan KCTR. Adapun hasil uji Duncan dapat dilihat pada Gambar 9.

Tabel 9 Persamaan regresi linear hubungan pori drainase lambat (Y) dengan peubah sifat-sifat tanah (X)

Y X PERSAMAAN R HUBUNGAN P-value

Pori Drainase

Lambat

Bobot Isi Y = 9.58 – 6.21*X -0.57 Sangat nyata 0.0003 Porositas Total Y = -5.88 + 0.15*X 0.54 Sangat nyata 0.001 Stabilitas Agregat Y = 2.51 + 0.00*X 0.16 Tidak nyata 0.3593 C-organik Y = 1.67 + 0.83*X 0.39 Nyata 0.0201 Pasir Y = 3.71 – 0.03*X -0.16 Tidak nyata 0.3599 Debu Y = 5.03 – 0.1*X -0.05 Sangat nyata 0.0039 Pasir dan Debu Y = 4.88 – 0.05*X -0.15 Nyata 0.0145

Klei Y = -0.16 + 0.05*X 0.15 Nyata 0.0145

17

Tingginya nilai pori air tersedia pada HS disebabkan oleh kadar C-organik yang tinggi dan agregasi yang lebih baik yang menghasilkan bobot isi yang lebih rendah, porositas yang lebih tinggi, dan stabilitas agregat yang lebih tinggi (Tabel 5). Meningkatnya kemampuan tanah memegang air (sebagai akibat dari tingginya bahan organik) akan meningkatkan volume air yang terkandung dan tersimpan dalam tanah sehingga meningkatkan air tersedia bagi tanaman (Sarief 1985). Kandungan bahan organik juga membantu mengikat butiran klei membentuk ikatan butiran yang lebih besar melalui proses agregasi tanah sehingga memperbesar ruang-ruang udara diantara ikatan butiran (Schjonning et al. 2007).

Bahan organik dalam tanah dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari berat bobotnya yang berperan dalam ketersediaan air (Sarief 1989). Sesuai dengan pendapat Nurhayati (1986), jumlah air tersedia dipengaruhi oleh tekstur tanah, kandungan bahan organik, dan struktur tanah. Kombinasi antara bahan organik tinggi disertai dengan kandungan klei tinggi umumnya memiliki keseimbangan pori meso dan pori mikro yang menyebabkan jumlah air yang dapat ditahan lebih banyak yang berarti pula kapasitas air tersedia menjadi lebih tinggi (Hakim et al.

1986). Selain dipengaruhi oleh bahan organik, nilai air tersedia juga dipengaruhi oleh bobot isi. Menurut Wesley (1973) tanah-tanah yang memiliki struktur baik atau gembur dengan bobot isi yang rendah akan memiliki peluang yang lebih kecil untuk terjadinya stress air karena kisaran kadar air tanah yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi lebar.

Nilai pori air tersedia yang rendah pada KCR dan KCTR dipengaruhi oleh kadar C-organik, stabilitas agregat, dan tingginya pasir dalam tanah (Tabel 5). Bahan organik yang rendah akan menyebabkan penurunan aktivitas dan populasi organisme serta penurunan aktivitas perakaran tanaman dan menghasilkan proses agregasi tanah yang lebih buruk. Hal ini akan mendorong bobot isi yang semakin tinggi, porositas tanah yang semakin rendah, serta penurunan stabilitas agregat tanah. Agregat tanah yang menjadi semakin mudah hancur (tidak stabil) akan menjadi agregat atau partikel yang lebih kecil juga dan akhirnya berdampak pada penurunan air tersedia. Selain itu, rendahnya nilai air tersedia pada KCTR diakibatkan oleh kandungan pasir yang paling tinggi. Menurut Rachman et al.

(2013), tanah-tanah yang bertekstur pasir akan mengandung air tersedia yang Gambar 9 Pori Air tersedia pada berbagai penggunaan lahan

20 b 12 a 10 a 0 5 10 15 20 25 RP AT ( % -v o l) Penggunaan Lahan Hutan Sekunder (HS) Kebun Campuran Rapat (KCR) Kebun Campuran Tidak Rapat (KCTR)

18

rendah karena rendahnya kemampuan matriks tanah menyerap air. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil uji regresi linear antara air tersedia sebagai sumbu Y dan peubah sifat-sifat tanah sebagai sumbu X yang disajikan pada Tabel 10.

Hasil uji regresi linear pada Tabel 10 menunjukkan bahwa sifat fisik dan kimia tanah yang memiliki hubungan sangat nyata terhadap air tersedia adalah C-organik, bobot isi, porositas total, dan stabilitas agregat. Dari beberapa sifat fisik dan kimia tanah yang berhubungan sangat nyata, kadar C-organik, porositas total, dan stabilitas agregat memiliki hubungan erat terhadap nilai air tersedia. Secara keseluruhan pada hasil uji regresi linear hubungan sangat nyata antara pori air tersedia dengan beberapa sifat fisik dan kimia tanah sesuai dengan teori dan pernyataantelah disebutkan di atas. Bahan organik pada nilai air tersedia berperan sebagai agregasi dan pengikatan kadar air tanah. Peranan bahan organik sebagai agregasi akan menghasilkan nilai bobot isi menjadi rendah, porositas total menjadi tinggi, serta kemantapan agregat yang stabil. Sesuai dengan pendapat Murtilaksono dan Wahyuni (2004) yang mengemukakan bahwa pori air tersedia (antara pF 2.54 – pF 4.2) nyata berkorelasi positif dengan bahan organik dan ruang pori total. Sedangkan peranan bahan organik sebagai pengikatan kadar air tanah berfungsi agar air yang meresap ke dalam tanah tidak diikat kuat oleh tanah sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan dan diserap oleh tanaman. Pori yang berperan penting dalam nilai air tersedia adalah pori meso dan pori mikro

Jika dilihat secara keseluruhan dari hasil nilai kadar air kondisi kapasitas lapang, kadar air kondisi titik layu permanen, pori drainase dan pori air tersedia, penggunaan lahan yang memiliki kerapatan vegetasi yang tinggi dan disertai tanaman penutup tanah yang banyak mampu meresapkan dan menahan air yang lebih banyak sehingga air yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan lahan bervegetasi tidak rapat. Hal ini diakibatkan oleh kandungan bahan organik dan kemantapan agregat yang rendah Tabel 10 Persamaan regresi linear hubungan pori air tersedia (Y) dengan

peubah sifat-sifat tanah (X)

Y X PERSAMAAN R HUBUNGAN P-value

Air Tersedia

Bobot Isi Y = 55.91 – 37.08*X -0.67 Sangat nyata 0.00001 Porositas Total Y = -36.29 + 0.88*X 0.60 Sangat nyata 0.0001 Stabilitas Agregat Y = 5.79 + 0.02*X 0.64 Sangat nyata 0.00003 C-organik Y = 4.88 + 6.90*X 0.70 Sangat nyata 0.000003 Pasir Y = 15.60 – 0.06*X -0.06 Tidak nyata 0.6365 Debu Y = 16.47 – 0.09*X 0.28 Tidak nyata 0.6041 Pasir dan Debu Y = 17.30 – 0.07*X -0.15 Tidak nyata 0.4977 Klei Y = 10.41 + 0.07*X 0.15 Tidak nyata 0.4977 PDSC Y = 15.88 + 0.17*X 0.07 Tidak nyata 0.6807 PDC Y = 20.52 – 0.55*X -0.19 Tidak nyata 0.2807 PDSC dan PDC Y = 18.68 – 0.15*X -0.07 Tidak nyata 0.6836 PDL Y = 13.40 + 1.10*X 0.24 Tidak nyata 0.1714 Keterangan: α< 0.01 = sangat nyata, α < 0.05 = nyata, α > 0.05 = tidak nyata, PDSC (Pori Drainase Sangat Cepat), PDC (Pori Drainase Cepat), PDL (Pori Drainase Lambat)

19

serta agregasi yang lebih buruk. Kondisi tersebut akan menyebabkan air hujan yang turun lebih banyak terbuang melalui run off dibandingkan dengan air yang diserap dan diikat oleh tanah. Dampak akhir dari keadaan tersebut akan menimbulkan bencana banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Dokumen terkait