• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu pada kriteria desian standar yang dikeluarkan oleh instansi teknis

4. DRAINASE PERMUKIMAN

Drainase permukiman merupakan sarana atau prasarana dipermukiman untuk mengalirkan air hujan dari suatu tempat ketempat lain agar lingkungan perumahan bebas dari genangan air.

Pengembangan permukiman diperkotaan yang demikian pesatnya, mengakibatkan makin berkurangnya daerah resapan air hujan, karena meningkatnya luas daerah yang ditutupi oleh perkerasan dan mengakibatkan waktu berkumpulnya air jauh lebih pendek, berkurangnya kesempatan air hujan untuk berinfiltrasi kedalam tanah, sehingga akumulasi air hujan yang terkumpul melampaui kapasitas drainase yang ada. Hal ini sering ditunjukan dengan terjadinya air yang meluap dari saluran drainase bahkan banjirpun dapat terjadi yang mengganggu aktivitas masyarakat.

Kebutuhan pembangunan drainase permukiman, antara lain:

¾ Berkurangnya kapasitas drainase yang ada atau tidak tersedia drainase yang akan mengalirkan air permukaan;

¾ Timbulnya genangan air didaerah permukiman;

Ketentuan umum pembangunan drainase permukiman adalah :

¾ Drainase permukiman yang dibangun pada proyek ini harus terintegrasi dengan sistem/jaringan drainase yang sudah ada atau harus sampai pada tempat pembuangan air (saluran drainase/sungai/laut).

¾ Pembangunan drainase diusahakan mengindari perlintasan dengan bangunan yang telah ada, namun bila terpaksa maka desain dan pelaksanaannya wajib mendapat persetujuan dari instansi pengelola bangunan tersebut. Misalnya melintasi jalan kab/provinsi/nasional, irigasi teknis, jaringan/bangunan listrik, telepon, dll.

¾ Prioritas pembangunan drainase dengan urutan : perbaikan/peningkatan drainase lama karena kapasitas/fungsinya sudah berkurang dan pembangunan baru.

¾ Air hujan yang masuk kesaluran air hujan adalah air hujan yang tidak tercemar dan bukan air limbah

Jenis drainase disini dapat meliputi saluran air hujan dan sumur resapan di permukiman.

1). Saluran Resapan Air Hujan

Fungsi saluran untuk mengalirkan air hujan ke saluran yang lebih besar/badan air dan meresapkan sebagian air.

Ukuran saluran ditentukan berdasarkan kapasitas volume air yang akan ditampung (luas daerah tangkapan) dan intensitas curah hujan 5 tahunan, debit air dan daya resap tanah (permeabilitas >/= 2cm/jam);

Saluran resapan air hujan ditempatkan dengan luas daerah maksimum 5Ha dengan sistem pengaliran tersier dan maksimum 25Ha dengan sistem pengaliran tersier dan sekunder.

Luas area (catchment area) maksimum 5 Hektar No Type Rumah/Luas

Tanah

Jumlah rumah (unit)

Panjang

Saluran (m) Sistem Pengaliran

1. T.21/60 150 750 Tersier

2. T.36/75 120 720 Tersier

3. T.45/90 100 750 Tersier

4. T.70/110 28 224 Tersier

Luas area (catchment area) maksimum 25 Hektar No Type Rumah/Luas

Tanah

Jumlah rumah (unit)

Panjang

Saluran (m) Sistem Pengaliran

1. T.21/60 750 3.730 Tersier

No Type Rumah/Luas Tanah

Jumlah rumah (unit)

Panjang

Saluran (m) Sistem Pengaliran

3. T.45/90 750 3.730 Tersier & Sekunder

4. T.70/110 140 1.120 Tersier & Sekunder

Sitem saluran dapat terbuka atau tertutup : Persyaratan saluran terbuka :

o Saluran berbentuk persegi, trapesium, ½ lingkaran dia. minimum 20cm; o Kemiringan saluran minimum 2%;

o Kedalaman saluran minimum 40cm;

o Bahan bangunan : tanah liat, beton, batu bata, batu kali; Persyaratan Saluran tertutup :

o Saluran dilengkapi dengan lubang kontrol pada setiap jarak minimal 10meter dan pada setiap belokan;

o Kemiringan saluran minimum 2%; o Kedalaman saluran minimum 30cm;

o Bahan bangunan : PVC, tanah liat, beton, batu bata, batu kali;

Saluran air hujan didesain untuk digunakan atau dipakai hanya untuk dilingkungan permukiman. Beban hidup pada umumnya adalah orang, bila dilalui kendaraan roda dua (motor) atau roda 4 (mobil) maka saluran tersebut harus ditutup dengan plat beton bertulang tebal 10-12cm. Saluran air hujan tidak direkomendasikan untuk pemakaian dipinggir jalan raya yang dapat dilewati oleh kendaraan berat seperti truk, dll.

a. Saluran tersier tipe I dan II dari beton pracetak berlubang : ¾ Luas penampang (A), type I = 0,16 m2 ; Type II = 0,12 m2 ¾ Keliling Basah (O), type I = 1,02 m; Type II = 0,86 m ¾ Kemiringan saluran type I dan II = 2%

¾ Mutu Beton (K225) atau campuran 1 semen : 2pasir : 3 kerikil

¾ Besi tulangan yang digunakan, Type I : besi diameter 6mm berulir; Type II besi diameter 6 mm tanpa ulir/polos;

¾ Tebal selimut beton = 25 mm (2,5 cm)

¾ Bahan-bahan yang digunakan adalah semen, kerikil/batu pecah dan pasir beton;

¾ Untuk kepentingan pemasangan/penanganan maka pada kedua dinding samping (kiri/kanan) diberi lubang secukupnya. Setelah pemasangan dilapangan, lubang ini ditutup/ditambal dengan adukan semen dan pasir. ¾ Sebelum pemasangan model saluran dilapangan, maka dasar galian tanah

dasar saluran harus dipasang pasir urug atau kerikil diameter 1cm setebal 10 cm, diratakan dan dipadatkan;

b. Saluran Tersier dan Sekunder dari Pasangan Bata dan Batu Kali

¾ Saluran dibuat kedap air. Agar saluran dapat meresapkan sebahagian air hujan kedalam tanah, maka pada jarak tertentu harus diberi sumur resapan (misalnya saluran hujan tersier dapat diberi sumur resapan setiap jaran 25 m dan untuk saluran air hujan sekunder dapat diberi sumur resapan setiap jarak 50 meter). Diameter sumur resapan dapat dibuat dengan menyesuaikan lebar saluran, sedangkan untuk kedalamannya 1 – 1,5 meter. Sumur resapan tersebut harus diberi kerikil atau batu pecah sampai pada permukaan sumur resapan atau bagian dasar saluran, ukuran butir kerikil atau batu pecah 5 – 10 cm.

2). Sumur Resapan Air Hujan

Sumur Resapan Air Hujan (SRAH) adalah prasarana untuk menampung dan meresapkan air hujan (bukan air limbah) kedalam tanah. Air hujan yang diresapkan berasal dari bidang tanah, atap bangunan dan permukaan tanah yang dikedapkan/perkeras untuk menjaga keseimbangan system tata air dilingkungan dan menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka panjang.

Persyaratan pembangunan SRAH harus mempertimbangkan keamanan bangunan disekitar (jarak kesumber air 3m, jarak ke pondasi bangunan min. 1m dan tangki septik min. 5m).

Bentuk SRAH dapat berupa sumur persegi/bulat dan dapat diterapkan pada lahan datar/pekarangan dengan permukaan air tanah min. 1,5m dari muka tanah dan nilai permeabilitas tanah min. 2cm/jam.

SRAH pada luas area maksimum 5 Hektar No Type Rumah/Luas

Tanah

Jumlah rumah (unit)

Luas bid. Tadah tiap rumah minimum (m2)

Minimum SRAH yang terpasang ditiap rumah, Ø 80cm 1. T.21/60 150 18 1 buah 2. T.36/75 120 27 1 buah 3. T.45/90 100 32 2 buah 4. T.70/110 28 47 3 buah

Dokumen terkait