• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRY SUMP SYSTEM

Dalam dokumen LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR DAN TENAGA (Halaman 27-35)

Pelumas ditampung terpisah dalam tangki oli dan diberikan tekanan pompa oli melalui saluran yang sama dalam sistem wet sump system. Setelah melumasi oli kembali ke raung crankcase dan disalurkan kembali ke tangki oleh pompa. Kopling dan transmisi dilumasi oleh cipratan oli dari pompa ke tangki oli.

Secaca umum terbagi menjadi 2

1. Pelumasan Dicampur langsung / Premix lubrication Pada pelumasan sistem ini bensin dan oli samping dicampur terlebih dahulu

Gambar 20. Pelumasan Dicampur langsung

Sistem ini mulai ditinggalkan karena pada kecepatan rendah dan menengah oli samping terlalu banyak sehingga akan menghasilkan

a. gas buang berasap b. cepat terbentuk karbon

c. oli harus dicampur bahan bakar terlebih dahulu sehingga tidak efektif d. kebutuhan oli tidak bisa disesuaikan dengan putaran mesin sehingga lebih

boros

Pada sistem ini oli samping ditempatkan pada wadah tersendiri dan terpisah dengan tangki bahan bakar. Untuk mengalirkan bahan bakar digunakan pompa oli. Jenis ini efektif karena kebutuhan oli dapat di sesuaikan dengan kebutuhan mesin. Suplai oli samping juga dapat diatur sesuai dengan karakter mesin.

Gambar 21. Pelumasan Terpisah.

jumlah oli yang terkontrol dapat mengurangi asap pembuangan, mengurangi pembentukan karbon, mengurangi pemakaian oli yang berlebihan dan lebih praktis karena tidak perlu mencampur terlebih dahulu. Dengan adanya sistem pelumasan seperti ini dapat menghasilkan pelumasan yang lebih baik dan tidak pelu lagi diragukan perbandingannya. Sehingga berpengaruh terhadap daya tahan mesin.

Berikut ini adalah macam-macam sistem pelumasan : a. Sistem Pelumasan Kering

Sistem ini merupakan sistem pelumasan dengan penempatan tangki diluar mesin sehingga ruang karter selalu dalam keadaan kering..Pada sistem ini oli mengalir dari bak minyak pelumas yang berada diluar mesin kemudian mengalir ke bagian-bagian yang perlu dilumasi dengan memanfaatkan pompa.

Gambar 22. Sistem Pelumasan Kering.(Toyota Astra Motor,1995) b. Sistem Pelumasan Basah

Sistem pelumasan basah merupakan suatu sistem pelumasan yang menggunakan tangki oli pada bak engkol sehingga ruang bak engkol selalu basah. Proses pelumasan ini lebih baik dari sistem pelumasan kering, karena di dalam tangki oli selalu basah oleh oli dan pada bak engkol selalu terkena oli sehingga proses kerja mesin lebih baik. Sistem ini banyak digunakan pada mobil karena proses pelumasannya sudah cukup baik. Sistem pelumasan basah dibagi menjadi beberapa macam sistem pelumasan :

1) Sistem Pelumasan Tekan (Pressure Feed System).

Sistem pelumasan ini digunakan untuk memberikan suplai oli kebagianbagian yang bergerak. Sistem ini terdiri darikomponen : karter, pompa oli, saringan oli, dan bagian-bagian luar lainnya yang mensuplai oli kebagian mesin yang bergerak. Sirkuit aliran oli dimulai dari karter yang selanjutnya dipompa kebagian atas oleh sebuah pompa oli. Setelah melewati saringan oli, kemudian oli dimasukkan kedalam lubang pada poros engkol dan blok silinder. Setelah melewati blok silinder dan sudah melakukan fungsi pelumasannya, oli kembali ke karter oleh beratnya sendiri.

Gambar 23. Sistem Pelumasan Tekan.(Shop Manual Honda Grand Civic,1987)

2) Sistem Percikan

Sistem ini menggunakan penggerak piston yang mempunyai sebuah sendok untuk memercikan oli.Tetapi sebelumnya oli ditempatkan pada sebuah cawan yang kemudian disendok oleh sendok yang terdapat pada batang penggerak piston yang kemudian melumasi bearing poros engkol dan dipercikan ke dinding silinder kemudian diteruskan ke poros bubungan. Sistem pelumasan ini jarang dipakai karena pembagian minyak pelumas yang tidak sama banyaknya.

Gambar 24. Sistem Percikan.(Reparasi Sistem Pelumasan Mesin Mobil, 2004)

3) Sistem Kombinasi Tekanan dan Percikan

Sistem ini dengan menggunakan kombinasi antara sistem tekan dan percikan.Pelumasan pada poros engkol, poros roker armdilakukan dengan memanfaatkan sistem pelumasan tekan oleh sebuah pompa oli.Sedangkan untuk dinding silinder dengan menggunakan sistem percikan.Sistem ini banyak digunakan pada mobil-mobil yang memilki langkah torak yang panjang.

Gambar 25. Sistem Kombinasi Tekanan dan Percikan.(Toyota Astra Motor, 1998) Minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik yang penting, antara lain:

1. Viscosity

Viscosity atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari mengalirnya bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran standard. Makin besar perlawanannya untuk mengalir, berarti makin tinggiviscosity-nya, begitu juga sebaliknya.

2. Viscosity Index

Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak pelumas terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak

pelumas, makin kecil perubahan viscosity-nya pada penurunan atau kenaikan suhu. Nilai viscosity index ini dibagi dalam 3 golongan, yaitu:

a. HVI (High Viscosity Index) di atas 80. b. MVI (Medium Viscosity Index) 40 – 80. c. LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40. 3. Flash Point

Flash point atau titik nyala merupakan suhu terendah pada waktu minyak pelumas menyala seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-alat yang standard, tetapi metodenya berlainan tergantung dari produk yang diukur titik nyalanya.

4. Pour Point

Merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir dan kemudian menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk minyak pelumas yang dalam pemakaiannya mencapai suhu yang dingin atau bekerja pada lingkungan udara yang dingin.

5. Total Base Number (TBN)

Menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan minyak pelumas terhadap pengaruh pengasaman, biasanya pada minyak pelumas baru (fresh oil). Setelah minyak pelumas tersebut dipakai dalam jangka waktu tertentu, maka nilai TBN ini akan menurun. Untuk mesin bensin atau diesel, penurunan TBN ini tidak boleh sedemikian rupa hingga kurang dari 1, lebihbaik diganti dengan minyak pelumas baru, karena ketahanan dari minyak pelumas tersebut sudah tidak ada.

6. Carbon Residue

Merupakan jenis persentasi karbon yang mengendap apabila oli diuapkan pada suatu tes khusus.

7. Density

Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu.

8. Emulsification dan Demulsibility

Sifat pemisahan oli dengan air. Sifat ini perlu diperhatikan terhadap oli yang kemungkinan bersentuhan dengan air.

9. Sifat kebasaan (alkalinity)

Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena pengaruh dari luar (gas buang) dan asam-asam yang terbentuk karena terjadinya oksidasi.

10. Sifat detergency dan dispersancy

a. Sifat detergency : Untuk membersihkan saluran-saluran maupun bagian-bagian dari mesin yang dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.

b. Sifat dispersancy : Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak pelumas tidak menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat menjadi semacam lumpur (sludge). Dengan sifat dispersancy ini, kotoran-kotoran tadi dipecah menjadi partikel-partikel yang cukup halus serta diikat sedemikian rupa sehingga partikel-partikel tadi tetap mengembang di dalam minyak pelumas dan dapat dibawa di dalam peredarannya melalui sistem penyaringan. Partikel yang bisa tersaring oleh filter, akan

tertahan dan dapat dibuang sewaktu diadakan pembersihan atau penggantian filter elemennya.

Pada praktikum acara kontruksi dan sistem pelumasan motor bakar kami mendapat kendala dari cuaca yang tidak mendukung, gerimis menyebabkan kerja kami terburu-buru. Selain itu terjadi kesalahan dalam pengangkatan mesin sehingga oli tumpah dan menyebabkan kelambatan dalam pemasangan kembali mesin.

Dalam dokumen LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR DAN TENAGA (Halaman 27-35)

Dokumen terkait