• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Matriks 4.12 Dukungan Dan Peranan Keluarga Dalam Pemberian ASI

Dukungan dan Saran Keluarga dalam Pemberian ASI Eksklusif

Informan Pernyataan

1 Suami sangat mendukung, dia jaga anak-anak bila saya kerja, kadang juga dia bantu-bantu kerja rumah seperti menyuci baju dan menyapu lantai jika saya saya lagi sibuk menyusui atau menjaga anak.Saran suami saya, anaknya jangan lupa disusui dan jangan kasih bubur sebelum umur 6 bulan.

2 Mendukung aja, terserah mau nyusuin atau ngasih makan. Kalau anaknya tenang, dia mau menggendongnya tapi kalau menangis, anaknya di kasihnya lagi samaku, karena katanya itu tugas perempuan dalam mengurus anak-anak.

3 Di dukungnya, katanya jangan lupa susui anak sebelum kamu kerja. Kalau untuk membantu saya mungkin karena suami saya capek dari pekerjaan, sampai di rumah suami langsung istrahat.

4 Kalau keluarga besar menganjurkan ngasih ASI, kata mertua kalau anak saya umur 3 bulan sudah bisa dikasih makan sambil menyusui.

Matriks 4.12 Lanjutan

Informan Pernyataan

5 Ibu mertua dan suami sangat mendukung. Mereka sering mengingatkan untuk menyusui kalau anak saya lagi nangis.

6 Saya sangat mendukung, saya sering mengingatkan supaya anak jangan sampai lapar, pulang dan tinggalkan saja kerjamu kalau anak lagi nangis, saya juga kadang membantunya menyuci baju dan menjaga anak.

7 Terserah istri saja, itukan tugas istri, kadang saya hanya mengingatkan istri untuk nyusuin atau ngasih makan anak. Kalau misalnya kebunnya dekat, saya akan panggil dia untuk nyusuin si kecil ini.

Matriks di atas menggambarkan peranan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif yaitu pada umumnya suami informan sangat mendukung pemberian ASI karena menyusui ini adalah tugas istri. Bentuk dukungan keluarga berupa membantu pekerjaan rumah, menggendong anak, mengingatkan ibu menyusui dan memanggil ibu untuk menyusui bila tempat kerjanya dekat.

4.3. 7 Dukungan dan Peranan Tokoh Masyarakat

Ketika informan ditanyakan tentang peranan tokoh masyarakat dalam pemberian ASI eksklusif, maka informan memberikan sebagaimana berikut :

Matriks 4.13

Peranan Tokoh Masyarakat dalam Pemberian ASI Eksklusif

Informan Pernyataan

1 Karena mertua saya adalah salah seorang kader kesehatan di kampung ini, mertua saya sering menganjurkan saya menyusui anak saya secara eksklusif dan mertua saya juga sering mengajak saya ke posyandu untuk mengikuti kegiatan kesehatan.

2 Mereka sangat mendukung. Himbauan kader supaya kami menyusui dan memberi ASI pada anak selama enam bulan tapi saya tidak mengerti.

3 Mendukung. Saya sering diajak ke penyuluhan tapi karena sibuk saya jarang ke sana.

4 Mereka mendukung. Kader sering menganjurkan kami untuk menyusui sampai enam bulan.

Matriks 4.14 Lanjutan

Informan Pernyataan

5 Kader di sini sering menganjurkan supaya nyusuin sampai enam bulan, ibu itu juga sering mengajak kami ke posyandu.

9 Kami sangat mendukung dan mengajak keluarga untuk memberikan ASI eksklusif karena ini bermanfaat untuk anak. Saran saya ya..tetap di beri ASI secara eksklusif

10 Kami sangat mendukung dan mengajak keluarga untuk memberikan ASI eksklusif karena ini bermanfaat untuk anak. Saran saya ya..tetap di beri ASI secara eksklusif Kami sebagai kader sangat mendukung dan ikut serta dalam penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan setiap kegiatan posyandu, salah satunya adalah penyuluhan tentang ASI eksklusif yang disampaikan oleh bidan, tapi kalau untuk pelaksanaan ASI eksklusif itu sendiri tergantung ibu menyusui dan keluarganya.

Matriks di atas menggambarkan peranan tokoh masyarakat yang sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif. Bentuk peranan tokoh masyarakat di sini mereka ikut serta dalam penyuluhan dan mengajak warga untuk mengikuti setiap penyuluhan kesehatan khususnya penyuluhan ASI eksklusif.

BAB V PEMBAHASAN

Pemberian air susu ibu (ASI) atau menyusui adalah suatu proses alamiah yang dialami antara ibu dan bayi, yang bisa dilakukan di berbagai lapisan masyarakat diseluruh dunia tanpa pernah membaca buku tentang ASI. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru lahir. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi sampai 6 bulan kehidupan pertamanya tanpa campuran makanan atau minuman apapun dan dilanjutkan di usia sampai 2 tahun dengan makanan pendamping, tetapi pemberian ASI eksklusif akhir-akhir ini banyak yang tidak berhasil karena sudah memberikan makanan dan minuman lain selain ASI bagi bayi sebelum umur 6 bulan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat digambarkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah : 5.1 Umur

Pada hasil penelitian yang tergambar dalam Tabel 4.5, didapatkan hasil bahwa umur informan utama bervariasi antara 19 tahun - 28 tahun. Dari 5 orang informan utama yang diteliti, 1 orang informan berumur 19 tahun, 2 orang informan berumur 21 tahun dan 2 orang informan lainnya berumur 28 tahun.

Berdasarkan penelitian ini, ibu yang memberikan ASI eksklusif hanya 1 orang yaitu informan 1, sedangkan 4 ibu lainnya tidak memberikan ASI secara eksklusif. Pemberian ASI eksklusif berdasarkan umur ibu, diketahui bahwa terdapat 2 orang informan yang berusia sama 21 tahun yaitu informan 1 dan informan 2, namun terdapat perbedaan tindakan ibu dalam hal pemberian ASI

yaitu 1 orang diantaranya memberikan ASI secara eksklusif sedangkan 1 orang lainnya tidak. Hal ini menunjukkan bahwa umur bukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Penelitian yang dilakukan Rosida (2013), menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian ini yaitu tidak adanya pengaruh umur terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif. Namun menurut Soetjiningsih (1999), dinyatakan bahwa umur ibu menyusui mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Ibu muda lebih banyak memproduksi ASI sehingga ibu yang lebih muda kemungkinan besar memberikan ASI eksklusif. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Sinaga (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

5.2 Pendapatan

Dari penelitian yang telah dilakukan, pendapatan keluarga informan rata- rata antara 500.000-1.000.000,-. Dari 5 informan utama, terdapat 3 orang yang mempunyai pendapatan 500.000,-/bulan dan 2 orang yang berpedapatan 1.000.000.-/bulan. Informan yang berpendapatan Rp.1.000.000,- yang memberikan ASI eksklusif terdapat 1 orang sedangkan informan yang mempunyai pendapatan 5.000.000 dan 1.000.000.- tidak memberikan ASI eksklusif.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan bukan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ibu dalam hal memberikan ASI kepada bayinya baik secara eksklusif maupun tidak. Hal ini didasarkan karena adanya 2 informan yang memiliki pendapatan sama Rp. 1.000.000,- perbulan yaitu informan 1 dan

informan 5, namun terdapat perbedaan tindakan yang dilakukan informan tersebut dalam hal pemberian ASI yaitu 1 orang informan memberikan ASI secara eksklusif dan 1 informan lainnya tidak.

Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Hikmawati (2008) yang menunjukkan hasil bahwa pendapatan bukan merupakan faktor risiko kegagalan pemberian ASI selama umur 2 bulan karena keluarga yang mempunyai pendapatan yang tinggi mampu mencukupi dan memenuhi kebutuhan bayi dengan membeli susu formula, sedangkan keluarga yang pendapatan rendah akibat dari pendidikan dan pengetahuan yang kurang akan manfaat ASI akan mengenalkan makanan pendamping bagi bayi. Penelitian yang sama juga yang dilakukan Anggraini (2013) yang menyatakan bahwa pendapatan diatas UMP dan dibawah UMP tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI eksklusif karena ibu yang mempunyai penghasilan tinggi akan membeli susu formula sedangkan ibu yang berpenghasilan rendah akan memberi madu atau pisang yang dihaluskan.

Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Erwandi (2013) di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Barat menyatakan bahwa pendapatan rendah mayoritas memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan pendapatan yang cukup. Hal tersebut dikarenakan responden yang memiliki pendapatan cukup, mampu membeli dan memilih pengganti ASI, sedangkan responden yang pendapatan rendah lebih memilih pemberian ASI eksklusif dikarenakan harga susu formula yang relatif mahal sehingga menambah pengeluaran keluarga bila mebeli makanan pengganti ASI.

5.3 Pengetahuan

a. Pengertian ASI Eksklusif dan Kolostrum.

Green dalam Notoatmodjo (2013) menyatakan Pengetahuan merupakan salah satu faktor prediposisi yang menentukan perilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan juga akan membentuk persepsi dan kebiasaan seseorang. Temuan penelitian ini mengatakan sebagian besar informan tidak mengerti apa itu ASI eksklusif, kolostrum dan manfaatnya.

“Saya pernah dengar tapi saya lupa tentang ASI eksklusif”(Matriks 4.1 Informan 3)

Hanya 1 orang informan utama yang bisa menyebutkan pengertian ASI eksklusif walaupun tidak bisa menyebutkan secara lengkap.

“ASI eksklusif itu adalah air susu ibu yang bagus diberikan sejak lahir selama enam bulan tanpa pemberian makanan tambahan(Matrix 4.1 Informan 1)

b. Manfaat ASI eksklusif

Hanya sebagian kecil informan tahu apa manfaat ASI eksklusif bagi bayi. Hal ini terlihat dari pernyataan informan berikut ini :

“Manfaatnya agar anak kita sehat dan untuk kekebalan tubuh anak.” (Matriks 4.3 Informan 1)

“Tidak repot buat susu botol”( Matriks 4.4 Informan 3)

Manfaat yang menjadi pernyataan informan ini adalah manfaat secara umum atau secara ekonomis sehingga informan tidak paham betul akan manfaat yang banyak menguntungkan bagi anak, ibu dan keluarga.

c. Kolostrum

Temuan peneliti hanya sebagian kecil yang bisa menjelaskan apa arti kolostrum.

“Kolostrum itu kan susu yang pertama keluar, warnanya kekuning- kuningan dan kental. Kalau di sini di sebut sogitõ berua ( Matriks 4.1 Informan 6)

Pengetahuan merupakan hasil dari dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini melalui pancaindera manusia yaitu melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia didapat melalu indera penglihatan dan pendengarn ( Notoatmodjo, 2013). Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pendidikan formal, penyuluhan dan informasi dari media massa.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif memiliki pengetahuan yang lebih terutama tentang ASI dan manfaatnya daripada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. Begitu juga dengan kolostrum, hanya sedikit ibu yang tahu secara benar pengertian dari susu kolostrum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu menyusui berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini didasarkan karena dari 5 ibu yang diwawancarai 4 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif tidak mengetahui secara benar pengertian dan manfaat ASI eksklusif, sedangkan ibu yang mengetahui pengertian dan manfaat ASI eksklusif memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Hal yang sama juga dinyatakan dalam penelitian

Rosida (2013) di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Penelitian Kriselly (2012) di wilayah kerja Puskesmas Kereng Pangi Kabupaten Katingan menyatakan bahwa faktor penghambat dalam pemberian ASI eksklusif salah satunya adalah pengetahuanng yang kurang tentang ASI eksklusif.

Pengetahuan ibu menyusui yang baik tentang ASI eksklusif, kolostrum dan manfaatnya dimungkinkan erat kaitannya dengan pendidikan yang menengah/tinggi. Tingkat pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang untuk menyerap informasi-informasi termasuk informasi tentang ASI eksklusif. Menurut Roesli (2000) bahwa pengalaman masa kanak-kanak, pengetahuan tentang ASI, bacaan dan penyuluhan akan mempengaruhi tindakan pemberian ASI eksklusif. 5.4 Sikap

Sikap merupakan suatu reaksi terhadap suatu objek tapi belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas (Notoatmodjo, 2010) . Dengan sikap yang baik, seseorang akan cenderung akan melakukan tindakan yang baik dalam pemberian ASI.

“Kalau sampai enam bulan hanya ASI saja, saya tidak setuju karena saya

seharian di kebun dan ASI saya tidak banyak, takutnya tidak cukup buat anak saya” ( Matriks 4.6 Informan 2)

Hasil penelitian ini juga menunjukkan sikap dari sebagian besar informan sangat tidak setuju dan bersifat negatif terhadap pemberian ASI eksklusif. Ini dikarenakan akan pengetahuan yang kurang, tuntutan pekerjaan dan informan

yang tinggal dalam keluarga besar yang akan mempengaruhi keputusan keputusan informan dalam pemberian ASI eksklusif.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sinaga (2010) di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru yang menyatakan terdapat pengaruh yang bermakna antar sikap ibu dengan pelaksanaan program ASI eksklusif dimana sikap ibu yang positip dalam pemberian ASI eksklusif tetap juga memberikan makanan atau minuman yang lain yaitu diberikan air putih dan bubur sekaligus pemberian ASI juga.

Hal yang tidak sama yang penelitian Khairunnisa (2013) di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat menyatakan sikap yang positip akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dimana responden yang bersikap positif memberikan ASI eksklusif.

5.5 Nilai Budaya

Nilai budaya atau kebiasaan merupakan seperangkat kepercayaan, nilai- nilai dan cara perilaku yang dipelajari secara umum dan dimiliki oleh warga di suatu tempat. Kebiasaan yang ditemukan selama penelitian adalah kebiasaan membuang kolostrum.

“Ibu mertua bilang kalau sogitõ berua itu dibuang karena basi dan kotor bisa mengakibatkan anak sakit perut’’(Matriks 4.10 Informan 4)

dari segi budaya mereka tidak memberikan ASI yang pertamakali keluar karena mereka beranggapan itu ASI basi dan bayi bisa sakit ( Matriks 4.10 Informan 10)

Hal ini senada dengan penelitian Afifah (2009) bahwa salah satu faktor penghambat dalam pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yaitu pemberian pisang dan madu.

Kebiasaan yang tidak baik ini berdampak bagi kesehatan bayi, dimana ASI yang pertama keluar (kolostrum) mengandung zat kekebalan tubuh anak. Pemberian air putih atau susu formula bagi bayi juga bisa berdampak buruk bagi bayi karena usus bayi masih belum sempurna untuk mencerna makanan/minuman selain ASI.

5.6 Tindakan Pemberian ASI eksklusif a. Pola Kebiasaan Menyusui

Hasil penelitian terhadap 5 informan hanya 1 orang yang memberikan ASI eksklusif. Informan 1 ini memberikan ASI sejak usia bayi 0-6 bulan tanpa memberikan makanan/minuman apapun. Informan 1 juga mau mengikuti saran dari bidan desa untuk menyusui bayi secara eksklusif. Informan tersebut mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat membahayakan kesehatan anaknya seperti membuang kolostrum dan memberikan makanan/minuman selain ASI sebelum usia bayi 6 bulan.

Sekitar 30 menit sesudah melahirkan ASI saya sudah keluar, sejak itu saya sudah menyusui bayi saya. Sampai dia umur 6 bulan saya masih kasih ASI saja( Matriks 4.8 Informan 1)

Keempat informan lainnya gagal memberikan ASI eksklusif karena pekerjaan dan kebiasaan dengan pemberian MP-ASI yang terlalu dini. Pada penelitian ini didapatkan bahwa informan utama umumnya bekerja sebagai petani

yang bekerja dari pagi jam 0600-1100 Wib dan dilanjutkan lagi bekerja di sore hari dari jam 1400-1800 . Ibu menyusui tidak membawa anaknya ke kebun dengan alasan jarak dari rumah ke kebun jauh sekitar 3 km, mereka takut anaknya digigit nyamuk dan juga mereka tidak fokus untuk bekerja. Ibu menyusui menitipkan bayinya sering pada anggota rumah tangga yang lebih tua seperti mertua untuk merawat atau memberikan makanan atau minuman kepada bayi seperti bubur nasi yang dihaluskan, bubur sun, air putih ataupun teh manis, supaya anaknya tidak rewel dan cepat besar akibatnya bayi jarang disusui secara eksklusif. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa informan utama tidak memberi susu formula dengan alasan mereka tidak sanggup membelinya karena harga susu formula yang mahal menurut mereka. Ibu menyusui akan menyusui bayinya sebelum dan sepulang dari bekerja dari kebun.

“Saya mulai menyusui seminggu setelah melahirkan sampai dia umur 4 bulan. Saya ngasih ASI saja sampai umur dia 4 bulan, kapan bayi saya mau nyusu, saya susuin(Matriks 4.10 Informan 4)

Sesudah 3 bulan, nyusuin sudah jarang, menyusuinya sebelum dan sepulang dari kebun (matriks 4.10 Informan 3)

Dari hasil wawancara mendalam, hampir semua informan menyusui bayinya sejak ASI nya keluar pertamakali dengan waktu yang berbeda-beda yaitu sekitar 2-7 hari setelah melahirkan. Informan utama juga mempunyai pola menyusui sambil memberikan makanan pendamping ASI. Pemberian MP-ASI ini dimulai sejak umur 3 bulan, frekwensi pemberian MP-ASI sehari dua kali pada

waktu pagi dan sore hari. Waktu pemberian MP-ASI ini adalah sekitar jam 0800- 0900 pagi dan 17.00 sore hari.

Tapi karena saya kerja, sejak umur 3 bulan itu, mertua menganjurkan memberi bubur katanya umur segitu sudah bisa diberi makan biar cepat besar (matriks 4.10 Informan 5)

Hal yang sejalan dengan penelitian Rosida (2013) menyatakan bahwa salah satu alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena pekerjaan sebagai petani. Penelitian Arifin (2004) menyatakan bahwa hal yang menjadikan ASI eksklusif tidak diberikan karena para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja ataupun karena tugas-tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi. Menurut Roesli (2000) bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif karena ibu yang bekerja dapat memberikan ASI eksklusif pada bayi melalui ASI perah. ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperah kemudian disimpan dan nantinya diberikan kepada bayi. ASI dapat bertahan selama 8 jam di dalam lemari es dengan suhu 4oC. ASI dapat bertahan selama 2X24 jam jika disimpan dalam freeezer dengan suhu -15oC.

b. Pemberian Kolostrum

Dari penelitian ini, hanya satu orang informan memberikan kolostrum kepada bayinya yang baru lahir. Informan dianjurkan oleh bidan dan mertua karena baik dan bermanfaat bagi bayi. Pemberian kolostrum ini akan membantu dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Ini dimulai setelah 30 menit persalinan.

“Tidak lama sekitar 30 menit setelah melahirkan, bidan nyuruh saya menyusui, tidak lama kemudian keluar susu yang kental dan kuning, terus saya kasih“ (matriks 4.9 Informan 1)

Keempat informan lainnya tidak memberikan kolostrum karena anjuran orang tua dan nilai kolostrum yang tidak baik bagi kesehatan bayi yang bisa menyebabkan bayi mencret.

ASI yang pertama keluar itu dibuang, sesudah itu baru kami menyusui. (Matriks 4.6 Informan 2)

“Sogitõ berua itu tidak boleh diberikan karena susu itu susu yang basi bisa membuat sakit perut seperti mencret, perut kembung dan muntah (Matriks 4.7 Informan 4)

c. Makanan/ Minuman Sebelum Kolostrum keluar

Dari hasil wawancara mendalam, informan telah memberikan minuman kepada bayi :

Waktu lahir, sebelum keluar kolostrum saya beri susu botol”( Matriks 4.9 Informan 3)

sebelum keluar ASI, saya ngasih air putih kadang juga di campur

dengan gula” (Matriks 4.9 Informan 5)

Dari hasil penelitian ini pemberian makanan atau minuman sebelum kolostrum berupa susu, air gula dan air putih. Pemberian makanan dan minuman ini akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

Hal ini sejalan dengan penelitian Afifah (2009) di Kecamatan Johan Pahlawan kabupaten Aceh Barat bila budaya peucicap masih sangat kentara di

daearah tersebut. Budaya ini memberikan rasa kepada bayi seperti rasa manis dari madu atau gula.

Kepercayaan yang sama juga ditemukan di Desa Kemantan Kebalai Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi yaitu bayi baru lahir tidak diberikan kolostrum karena mereka beranggapan bahwa kolostrum merupakan susu basi yang bisa menyebabkan sakit perut seperti kembung dan mencret. Bayi disusui setelah air susu ibunya telah berwarna putih.

5.7 Dukungan Dan Saran Petugas Kesehatan

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2013) perilaku terbentuk karena faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain yang merupakan refensi dari perilaku masyarakat. Menurut Soetjiningsih (1999) pemberian ASI belum optimal karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian ASI yang baik dan benar kepada ibu dan keluarga.

“Kalau saya ke posyandu, saya dianjurkan bidan untuk menyusui, kadang lewat penyuluhan salah satunya tentang ASI ” (matriks 4.11 Informan 3)

Peran tenaga kesehatan khususnya bidan yang menjadi ujung tombak keberhasilan ASI eksklusif ini harus terus mengontrol mulai dari hamil sampai masa menyusui. Di dalam penelitian ini, bidan desa hanya menyarankan ibu untuk memberikan ASI pada saat pemeriksaan kehamilan tanpa ada tindak lanjutnya setelah melahirkan, dengan menanyakan keluhan atau kesulitan dalam menyusui

dan berdikusi tentang masalah-masalah terkait pemberian ASI. Sikap petugas yang diberikan dalam pelayanan kesehatan sangat penting dalam upaya menyusui. Sikap ini bisa negatif misalnya dengan adanya kesulitan laktasi, petugas kesehatan sering memberikan susu botol kepada bayi.

kata bidan gak apa -apa, kasih susu botol dulu daripada haus dan lapar nunggu ASInya keluar ”( matrix 4.9 Informan 4)

Dari hasil penelitian dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif masih sangat kurang. Ini menunjukkan kesalahan petugas kesehatan dalam 10 LMKL yaitu langkah 3 sampai langkah 9. Hal ini sejalan dengan penelitian Siregar ( 2004) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh melahirkan di klinik bersalin dimana belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi tentang ASI eksklusif.

5.8 Dukungan Dan Peranan keluarga

Dukungan keluarga merupakan faktor yang mendukung yang bersifat emosional maupun psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui dalam pemberian ASI. Berdasarkan penelitian, seluruh informan utama mendapatkan dukungan dari keluarga khusunya suami dalam pemberian ASI eksklusif walaupun pengetahuan suami tergolong kurang dalam pemberian ASI. Dukungan tersebut dinyatakan oleh suami informan yang setuju jika istrinya memberikan ASI pada anaknya.

Hasil penelitian ini pada umumnya informan suami beranggapan bahwa pemberian ASI adalah tugas istri, suami hanya sebatas mengingatkan istri untuk menyusui bayinya. Bentuk dukungan suami yang diberikan adalah suami menjaga

bayi sementara apabila istri sibuk bekerja, membangunkan ibu untuk menyusui bayinya saat tengah malam dan membantu pekerjaan rumah tangga seperti menyuci baju. Pada penelitian ini, terdapat juga suami yang bila anaknya rewel, bayi segera diberikan pada ibu dan beranggapan anaknya lapar dan juga

Dokumen terkait