• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra yakni pancaindra penglihatan, pancaindra pendengaran, pancaindra penciuman, perasa dan peraba (Notoatmodjo, 2013). Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang penting dalam kesuksesan proses menyususi.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media massa juga mempengaruhi pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan semakin tinggi besar peluang untuk memberikan ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Sandra Fikawati, dkk (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan, pengetahuan dan pengalaman ibu adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

3. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Menurut Notoatmodjo (2013), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahhulu dari perilaku yang tertutup.

5. Pekerjaan

Alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Saat ini banyak wanita yang mengembangkan diri dalam bidang ekonomi, dan masyarakat juga menyadari kalau kebutuhan wanita bukan hanya kebutuhan fisiologis dan reproduksi. Dengan adanya peran ganda seorang ibu, baik sebagai pekerja dan ibu rumah tangga bila proporsinya tidak seimbang maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan rumah tangga dan anak. Kebutuhan seorang bayi baru lahir adalah ASI selama enam bulan artinya ibu harus siap setiap saat menyusui bayinya. Salah satu kebijakan kebijakan Pemerintah dalam peningkatan pemberian ASI bagi pekerja adalah dengan menyediakan fasilitas khusus diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.

6. Kondisi Kesehatan Ibu

Kondisi kesehatan ibu dapat mempengaruhi pemberian ASI. Pada keadaan tertentu, seorang ibu tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya misalnya ibu dalam keadaan sakit. Ibu memerlukan bantuan orang lain untuk mengurus bayi dan keperluan rumah tangga, karena ibu juga memerlukan istrahat yang banyak. Ibu yang menderita suatu penyakit misalnya penyakit Hepatitis dan AIDS.

2.3.2 Faktor Eksternal

1. Orang penting sebagai referensi (keluarga)

Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang orang penting. Apabila seseorang itu penting dalam kehidupannya maka apa yang ia perbuat atau

katakan akan diikuti atau dicontoh. Dalam pola pemberian ASI di dalam keluarga yang menjadi orang penting itu adalah suami dan orang tua.

2. Sosial ekonomi (pendapatan)

Pendapatan keluarga mempengaruhi kemampuan keluarga untuk membeli sesuatu. Ibu-ibu yang dari keluarga berpendapatan rendah adalah kebanyakan berpendidikan rendah dan memiliki akses terhadap informasi kesehatan juga sangat rendah, sehingga pemahaman mereka tentang pemberian ASI sampai 6 bulan pada bayi sangat rendah. Ibu-ibu yang di bekerja di luar rumah dan makin meningkat daya belinya menganggap kalau penggunaan susu botol lebih praktis daripada menyusui.

3. Pengaruh tempat persalinan

Banyak para ahli mengemukakan bahwa adanya pengaruh kurang baik terhadap pemberian ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin. Tempat persalinan lebih menitikberatkan pada upaya persalinan dan keadaan ibu dan anak yang selamat dan sehat. Rumah sakit dan klinik bersalin juga jarang menerapkan pelayanan rawat gabung serta tidak menyediakan fasilitas klinik laktasi. Sering makanan pertama yang diberikan pada bayi adalah susu formula. Untuk itu pemerintah telah mengerluakan kebijakan dengan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

4. Pengaruh Iklan Susu Formula

Meningkatnya promosi susu formula sebagai PASI, terutama di perkotaan. Ibu-ibu lebih banyak memperoleh informasi mengenai manfaat penggunaan susu

formula daripada menyusui. Kebijakan Pemerintah tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 237/SK/Menkes/IV/1997 tentang PASI.

5. Budaya

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat maupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat di sini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan di atas (Notoatmodjo, 2013).

Kebudayaan yang berlaku di suatu masyarakat akan mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI. Adanya budaya memberikan makanan atau minuman tertentu kepada bayi akan menggagalkan pemberian ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian Afifah (2009) budaya memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI eksklusif, terutama di daerah pedesaan yang masih kental dengan adat-istiadat tertentu.

Pengaruh sosial budaya yang dapat menghambat upaya peningkatan pemberian ASI adalah :

1. Kebiasaan membuang kolostrum karena dianggap basi atau kotor, padahal kolostrum memberikan manfaat untuk kekebalan bayi terhadap berbagai penyakit.

2. Memberikan makanan tambahan pada bayi yang lahir beberapa hari seperti air putih, madu, air tajin dan bubur lumat.

2.4 Konsep Masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat (Notoatmodjo, 2010)

Menurut R. Linton yang merupakan seorang ahli Anrtopologi mengemukakan bahwa : Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka ini dapat mengorganisasi dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu(Syafrudin,2009).

1. Masyarakat Desa

Masyarakat desa adalah sekelompok orang hidup bersama dan bekerja sama yang erat tahan lama dengan sifat-sifat yang hampir sama (homogen) di suatu daerah tertentu dengan bermata pencaharian dari sektor agraris.

Adapun cirri-ciri antara lain:

a. Masyarakat desa di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat.

b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan c. Sebagian besar warga masyarakat desa hidup dari pertanian

d. Masyarakat tersebut homogeny seperti dalam mata pencaharian, agama, adat istiadat, dsb.

2. Masyarakat Kota

Masyarakat kota adalah suatu himpunan penduduk masalah tidak agraris yang bertempat tinggal di dalam dan disekitar suatu kegiatan ekonomi, pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan, dsb. Pengertian masyarakat kota lebih

ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ciri-ciri masyarakat kota adalah :

a. Kehidupan keagaman berkurang bila dibandingkan dengan masyarakat desa. b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus diri sendiri.

c. Pembagian kerja warga kota tegas dan batas-batasnya nyata. d. Kemungkina untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak. e. Jalan kehidupan cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu. 3. Masyarakat pinggiran

Masyarakat yang tinggalnya di daerah-daerah pinggiran kota yang kehidupannya selalu diwarnai dengan kegelisahan dan kemiskinan dan mencari nafkahnya dengan menjadi pemulung.

2.5 Perilaku

2.5.1 Batasan Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2013).

2.5.2 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia itu kedalam 3 (tiga) domain yaitu :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan manusia, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga ( Notoatmodjo, 2013 ).

Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan yaitu : a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall ( memanggil ) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoadmodjo, 2013). Komponen sikap menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional dan evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderung untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

a. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan yang mudah diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2013).

2.6 Landasan Teori 1. Teori Lawrence Green

Perilaku ibu dalam pemberian ASI dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendasari timbulnya perilaku. Berawal dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku) dan non behavioral factors atau faktor non- perilaku. Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri di tentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

a). Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain umur, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. Pengetahuan mengenai ASI terdiri dari waktu pemberian, frekwensi, porsi, cara pemberian ASI. Faktor budaya yang secara umum turun temurun diwariskan dalam pola makan masyarakat akhirnya akan membentuk pola konsumsi kepada anak nantinya. b). Faktor-faktor pendukung (enabling factors), adalah faktor-faktor yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, uang dan informasi di media massa.

c). Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Dukungan keluarga atau teman menjadi pengaruh besar kepada ibu dalam pemberian ASI. Sikap dan

tindakan petugas kesehatan akan mempengaruhi seorang ibu dalam pemberian ASI.

2. Kerangka Teori (Lawrence Green, 1980 dalam Notoatmodjo, 2013)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Perilaku Kesehatan Menurut L. Green Keterangan Gambar :

Dari gambar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa predisposing factors, enabling factors dan renforcing factors mempengaruhi perilaku individu atau organisasi. Predisposing factors : - Karakteristik Penduduk - Pengetahuan - Sikap - Budaya - Kepercayaan - Pengalaman Enabling factors : - Ketersediaan fasilitas kesehatan - Akses pelayanan kesehatan Renforcing factors: - Perilaku petugas kesehatan - Dukungan keluarga dan masyarakat Perilaku Individu atau organisasi

3. Kerangka Pikir

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat digambarkan bahwa faktor umur, pendapatan, pengetahuan, sikap, nilai budaya, dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan masyarakat akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. - Umur - Pendapatan - Pengetahuan - Sikap - Nilai budaya - Dukungan petugas kesehatan - Dukungan keluarga - Dukungan masyarakat Pemberian ASI Eksklusif

Dokumen terkait