• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEBIJAKAN LIGA ARAB DALAM KONFLIK SURIAH PADA

A. Dukungan Liga Arab Pada Kubu Oposisi Suriah

1. Pemberian Kursi Delegasi Suriah Kepada Kubu Oposisi Pada KTT Liga Arab di Doha, Qatar 2013

2. Pemberian Hak oleh Liga Arab Kepada Anggotanya untuk Memasok Senjata Kepada Pihak Oposisi Suriah

B. Alasan Liga Arab Mendukung Kubu Oposisi Suriah

C. Dampak Keputusan Liga Arab Mendukung Oposisi Suriah

terhadap Konflik di Suriah

BAB II

LIGA ARAB DAN PERANNYA DI TIMUR TENGAH

Pada bab ini akan dijelaskan dinamika Liga Arab sebagai organisasi regional serta kontribusinya bagi negara-negara anggotanya. Pertama akan dijelaskan mengenai awal mula terbentuknya Liga Arab serta perkembangan yang terjadi didalam Liga Arab. Dilanjutkan dengan pembahasan struktur dan sistem organisasi Liga Arab. Kemudian diakhir bab akan dibahas kontribusi Liga Arab dalam dinamika politik kawasan Timur Tengah.

A. Sejarah dan Perkembangan Liga Arab

Organisasi regional Liga Arab (Al-Jami’a al-Arabiyah) didirikan pada 22

Maret 1945. Organisasi ini mempunyai tujuan untuk mengkoordinasikan kebijakan negara-negara anggota serta mempersatukan kebijakan politik mereka serta membangun masa depan bersama yang lebih baik. Liga Arab berkoordinasi tidak hanya dalam bidang politik, namun juga dalam bidang pendidikan, keuangan, hukum,

keamanan, budaya, sosial dan komunikasi.33 Regionalisme yang dibangun Liga Arab

tidak hanya berdasar pada letak geografis yang berdekatan, namun juga pada aspek

identitas dan budaya.34

33

Cris E. Toffolo, Global Organizations: The Arab League, (New York: Chelsea House, 2008), hal 7

34Ziyad Falahi, ”Prospek Regionalisme Timur Tengah Pasca-Arab Spring: Telaah terhadap Identitas

Ketika Liga Arab didirikan, organisasi regional ini hanya beranggotakan tujuh anggota, yaitu: Mesir, Suriah, Irak, Jordania, Arab Saudi, dan Yaman. Persiapan pembentukan Liga Arab secara formal dimulai pada 6 Oktober 1994 di Alexandria, Mesir. Dari pertemuan tersebut dihasilkan Protokol Alexandria yang intinya berisi mengenai pembentukan Liga Arab, kerjasama di bidang sosial, ekonomi, budaya serta bidang lainnya, dan upaya perlindungan terhadap Palestina. Pasca dihasilkan Protokol Alexandria, terdapat serangkaian negosiasi yang kemudian melahirkan Piagam Liga Arab yang secara formal menandakan berdirinya organisasi Liga Arab

pada 22 Maret 1945.35

Keanggotaan Liga Arab semakin bertambah ketika negara-negara di kawasan tersebut merdeka dari penjajahan serta melihat keuntungan dalam bergabung organisasi tersebut. Selain itu dalam Liga Arab juga terdapat beberapa negara pengamat, yaitu: Armenia, Chad, Turki, Venezuela, India, Eritia. Hingga saat ini negara anggota Liga Arab memiliki luas daerah mencapai 13,5 juta kilometer persegi. Di bawah ini disajikan gambar mengenai keanggotaan Liga Arab dan negara

pengamat serta tahun negara tersebut bergabung dalam Liga Arab36:

35

Amitav Acharya dan Alastair Iain Johnston, Crafting Cooperation: Regional International Institutions in Comparative Perspective, (New York: Cambridge University Press, 2007), hal 190.

36

Gambar 1. Peta Negara Negara Anggota Liga Arab

Liga Arab merupakan organisasi regional pertama yang didirikan, bahkan sebelum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan secara resmi pada 24 Oktober 1945. Organisasi ini muncul dari ide mengenai Pan-Arabisme, yakni suatu gagasan yang memandang bahwa negara-negara Arab harus bersatu untuk menghentikan dominasi bangsa Eropa. Salah satu upaya Liga Arab untuk merealisasikan ide Pan-Arabisme tersebut adalah dengan membentuk Kerjasama Keamanan dan Ekonomi (JDEC) yang bertujuan untuk melarang penggunaan senjata dalam penyelesaian konflik antar anggota Liga Arab dan saling membantu ketika terjadi serangan dari

luar Liga Arab.37 Gagasan Pan-Arabisme tersebut kemudian mengalami

perkembangan dalam Liga Arab yang terejawantah dalam mempromosikan kepentingan-kepentingan negara Arab dalam bidang politik, ekonomi, militer,

keamanan, dan budaya.38

Organisasi regional yang dibentuk dengan kerangka Pan-Arabisme ini juga ditujukan untuk menjaga kedaulatan negara dan berkomitmen untuk membuat aturan bersama secara konsensus dengan negara-negara anggotanya. Pada tahun 1950an hingga 1960an Liga Arab berupaya menyelesaikan permasalahan serta bekerjasama dengan dilandasi nilai-nilai yang berkaitan dengan Pan-Arabisme yang mengedepankan persatuan negara-negara Arab. Pada masa ini negara-negara anggota

37

Toffolo, Global Organization, hal 18

38Wan Chen & Jun Zhao, “The Arab League‟s Decision-making System and Arab Intergration”, Journal of Middle Eastern and Islamic Studies(in Asia), Volume 3, no. 2 (2009), hal 59.

Liga Arab mulai mengupayakan pembangunan negara dan berusaha mempertahankan

keamanan negara mereka.39

Tujuan lain didirikannya Liga Arab adalah untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan negara Arab di PBB dan organisasi dunia lainnya. Organisasi regional ini juga berusaha untuk menyelesaikan konflik yang muncul di antara negara anggota maupun antara negara anggota dengan negara lain. Hal ini dapat dilihat dari upaya Liga Arab menyelesaikan konflik antara Lebanon dan Suriah yang juga melibatkan Israel. Selain itu, terdapat upaya penyelesaian masalah yang juga dilakukan pada peristiwa genosida di Darfur, Sudan yang menewaskan ratusan ribu jiwa dan mengakibatkan jutaan orang mengungsi. Hal serupa juga dilakukan oleh

Liga Arab di Somalia yang mengalami perang sipil serta invasi dari Ethiopia.40

Pada awal pembentukan organisasi, Liga Arab memandang bahwa terdapat kesamaan masalah yang dihadapi oleh wilayah-wilayah negara berkembang, yaitu perjuangan untuk menghentikan penjajahan dan peningkatan pembangunan ekonomi. Melihat permasalahan tersebut kemudian Liga Arab mendirikan institusi-institusi yang diharap mampu membantu pembangunan ekonomi negara-negara anggota Liga Arab. Sebagai contoh didirikannya Dana Arab untuk Bantuan Teknik kepada Afrika

dan negara-negara Arab (AFTAAAC).41

39

Acharya dan Johnston, Crafting Cooperation, hal 213.

40

Toffolo, Global Organization, hal 20.

41

Selain itu juga terdapat Bank Arab untuk Pembangunan Ekonomi di Afrika (BADEA). Bank ini dibentuk untuk menindaklanjuti Konfersensi Tingkat Tinggi Liga Arab di Aljazair pada 28 November 1973 dan bank tersebut mulai beroperasi pada Maret 1975. BADEA didirikan untuk memperkuat perekonomian, keuangan dan kerjasama antara Arab dan Afrika serta mempererat hubungan antara negara-negara yang terlibat didalamnya. Hal tersebut dilakukan dengan cara memberikan bantuan keuangan guna mengembangkan ekonomi serta memberikan bantuan teknis untuk

negara-negara Afrika.42

Kemudian pada perkembangannya, Liga Arab juga membentuk institusi lain di bawahnya, program-program, serta mengeluarkan kebijakan regional guna membantu pembangunan negara-negara anggota. Hal ini terlihat pada pembentukan Dewan Sosial dan Ekonomi serta pembentukan Bank Pembangunan Arab yang kini

dikenal sebagai Arab Financial Organization. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk

Arab Common Market guna membebaskan pajak, memberikan bantuan keuangan, dan perpindahan pekerja secara bebas antar negara anggota Liga Arab. Di bidang perminyakan dibentuk Organisasi Pengekspor Minyak Negara Arab (OAPEC) yang bertujuan untuk memformulasi kebijakan dalam produksi dan penjualan minyak.

Terdapat juga Greater Arab Free Trade Area (GAFTA) sebagai kebijakan pasar

bebas di wilayah Liga Arab yang berlaku pada tahun 2005.43

42“Introduction”, Arab Bank for Economic Development in Africa, tersedia di: http://www.badea.org/introduction.htm diunduh pada 22 september 2014.

43

B. Stuktur dan Sistem Organisasi Liga Arab

Dalam organisasi Liga Arab terdapat struktur yang komplek yang terdiri dari beberapa dewan spesial, komite permanen, agensi spesial, dan badan-badan lain. Secara struktur Liga Arab memiliki dua badan yang menjadi pusat dari badan-badan

lain, yaitu Dewan Liga Arab dan Komite Spesial Permanen.44 Dewan Liga

keanggotaannya terdiri dari perwakilan setiap negara anggota yang biasanya diwakili oleh masing-masing menteri luar negeri negara anggota Liga Arab. Dewan ini melakukan pertemuan dua kali dalam setahun di markas besar Liga Arab di Kairo, Mesir setiap bulan Maret dan September. Pertemuan tambahan juga dapat digelar jika terdapat dua atau lebih anggota atau Sekretaris Jenderal yang ingin menggelar pertemuan dan mendapat persetujuan dari sepertiga negara anggota. Pada pertemuan yang dilaksanakan setiap bulan Maret tiap tahunnya juga akan dihadiri oleh para

kepala negara anggota Liga yang akan membahas mengenai isu-isu regional.45

Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Liga Arab memunyai sedikitnya lima

fungsi utama, yaitu46:

1. Sebagai pengambil keputusan untuk menerima anggota baru Liga Arab

dan pengeluaran anggota Liga Arab;

44Marco Pinfari, “Nothing but Failure? The Arab League and the Gulf Cooperation Council as

mediators in Middle Eastern Conflicts”. Crisis State Research Center, Working Paper no. 45 (Maret 2012) hal 3.

45

Toffolo, Global Organization, hal 46.

46Andreas Kettis, “EU-League of Arab States relations: Prospects for closer parlementary

2. Sebagai penentu dalam mengawali amandemen piagam atau pakta Liga Arab;

3. Melakukan mediasi guna menyelesaikan permasalahan yang dapat

mengakibatkan perang antara negara anggota Liga Arab maupun negara anggota dengan negara non-anggota;

4. Membentuk badan-badan pendukung dan yang berafiliasi dengan Liga

Arab;

5. Menetapkan Sekretaris Jenderal.

Dewan Liga Arab juga bertugas untuk membuat laporan dan menyusun

agenda pertemuan serta membuat kebijakan dan memastikan implementasinya.47

Selain itu Dewan Liga Arab juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan konflik tanpa penggunaan senjata serta pengambilan keputusan yang oleh Dewan Liga Arab didasarkan pada suara mayoritas dalam voting. Dewan juga bertugas melindungi negara yang mendapatkan agresi, dan mengkoordinasikan kerjasama dengan

organisasi internasional lain.48

Dewan Liga Arab memiliki penasihat dalam melaksanakan tugasnya, penasihat tersebut merupakan Komite Spesial Permanen. Komite ini terdiri dari beberapa menteri dari negara anggota dan ditambah dengan beberapa staf teknis. Selain memberikan nasihat terhadap Dewan Liga Arab, komite ini juga memberi nasihat kepada badan badan lain pada Liga Arab dan membantu dewan dalam mengimlementasikan kebijakan yang dihasilkan oleh Liga Arab. Selain itu juga

47

Toffolo, Global Organization, hal 48.

terdapat Dewan Menteri Spesial dari setiap negara anggota yang bekerja untuk

memformulasikan kebijakan dan bekerjasama di bidang-bidang tertentu.49

Untuk menjalankan roda organisasi secara baik dan berkesinambungan Liga Arab membentuk Sekretariat Jenderal. Dalam sekretariat tersebut terbagi menjadi beberapa departemen yang dipimpin oleh asisten Sekretaris Jenderal. Terdapat empat departemen utama di bawah pimpinan Sekretaris Jenderal yang saat ini dipimpin oleh Nabil El Araby, yaitu departemen ekonomi, departemen militer, departemen Palestina, dan departemen administrasi dan keuangan. Sekretaris Jenderal dipilih oleh Dewan Liga Arab dengan menggunakan voting setiap lima tahun sekali. Sekretaris Jenderal bertugas mewakili Liga Arab dalam forum internasional dan mengkoordinasikan posisi Liga Arab dalam isu-isu utama pada tataran internasional

serta memediasi konflik yang terjadi antara anggota Liga Arab.50

Berdasarkan fungsi dan tugas dari masing-masing posisi dalam struktur Liga Arab maka dapat juga di gambarkan bahwa Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab sebagai acuan organisasi dalam tataran makro. Sedangkan Dewan Liga Arab dan Komite sebagai pembangun kerangka kebijakan yang lebih spesifik. Sementara

Dewan Menteri sebagai pemberi nasihat dan saran dalam pembuatan kebijakan.51

Pada tahun 2005 Liga Arab membentuk Parlemen Liga Arab yang disisi oleh empat perwakilan dari masing-masing negara anggota. Parlemen ini menangani

49

Toffolo, Global Organization, hal 48

50

Ibid., hal 49.

isu sosial, ekonomi, dan budaya. Badan ini dipandang lemah karena tidak mempunyai

kekuatan untuk mencitpatakan peraturan atau hukum yang mengikat.52 Meski

demikian dengan seiring berjalannya waktu Parlemen ini diharapkan dapat memainkan peran penting dalam Liga Arab seperti halnya Parlemen Uni Eropa yang pada awal berdirinya juga memiliki kelemahan. Parlemen memiliki potensi untuk

tumbuh menjadi institusi yang lebih kuat dengan adanya momentum Arab Spring

dengan menyuarakan demokrasi, HAM dan keadilan sosial pada negara-negara Arab.53

Pada proses penentuan kebijakan pada Liga Arab terdapat sistem voting yang

dimiliki oleh setiap negara anggota, yaitu satu suara untuk setiap negara anggota. Dibutuhkan dua pertiga suara dalam menentukan sebuah kebijakan yang akan diambil oleh dewan, namun untuk hal-hal yang dianggap penting dibutuhkan konsensus guna

menentukan kebijakan tersebut.54 Selain prinsip konsensus juga terdapat prinsip

hukum domestik yang mengisyaratkan bahwa negara anggota memunyai keputusan final dalam isu-isu penting. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses pengambilan

keputusan dalam Liga Arab didasarkan pada negosiasi di antara anggota Liga Arab.55

Organisasi ini tidak memunyai mekanisme untuk memaksa atau mengikat anggotanya

52

Toffolo, Global Organization, hal 51.

53Kettis, “EU-League of Arab States relations”, hal 8-9.

54

Toffolo, Global Organization, hal 48.

dengan resolusi yang telah dibuat. Selain itu, kedaulatan nasional negara anggota

yang harus lebih dihargai dibanding dengan kebijakan Liga Arab.56

Dengan demikian kepentingan negara-negara anggota Liga Arab sangat menentukan proses pembuatan kebijakan organisasi. Suatu kebijakan dapat dibuat dan diimplementasikan bergantung pada kepentingan negara-negara anggota Liga Arab. Jika kepentingan negara-negara anggota Liga Arab memiliki kesamaan maka kebijakan akan mudah untuk diciptakan dan diimplementasikan. Namun jika terdapat perbedaan kepentingan antara negara-negara anggota maka kebijakan akan sulit

untuk di buat dan dilaksanakan pada Liga Arab.57

Badan-badan dalam Liga Arab mempunyai tujuan utama untuk bekerjasama guna menyelesaikan masalah anggotanya dan membantu anggotanya tumbuh menjadi kuat dan independen. Tujuan tersebut diupayakan melalui beberapa tugas Liga Arab yaitu58:

1. Mempromosikan keamanan negara-negara Arab;

2. Mendukung Palestina;

3. Membantu negara-negara Arab independen dari penjajahan Barat;

4. Mengkoordinasi kebijakan luar negeri anggota Liga Arab;

56Jonathan Masters, “The Arab League”, Council of Foreign Relations, 26 Januari 2012, tersedia di http://www.cfr.org/middle-east-and-north-africa/arab-league/p25967 diunduh pada 19 September 2014.

57Chen & Zhao, “The Arab League‟s decision”, hal 62. 58

5. Melarang anggota untuk menggunakan kekerasan di antara anggota dan membantu menyelesaikan konflik di antara anggota dengan damai;

6. Meningkatkan perekonomian dan pengembangan keuangan serta

berintegrasi;

7. Mengembangkan pertanian dan industri;

8. Mengembangkan komunikasi dan transportasi;

9. Memelihara budaya dan membangun pendidikan;

10. Mengesampingkan isu-isu nasionalisme (paspor, visa, dan ekstradisi

kriminal);

11. Mempromosikan kesehatan publik.

C. Peran Liga Arab Dalam Peta Politik Timur Tengah

Liga Arab yang telah dibentuk sejak tahun 1945 telah turut andil dalam dinamika hubungan regional di kawasan Timur-Tengah. Pada masa awal eksistensinya, Liga Arab telah aktif dalam pembebasan negara-negara Arab dari penjajahan. Organisasi kawasan ini juga berupaya menguatkan kerjasama di bidang ekonomi, keuangan, dan perdagangan walau hasilnya dinilai oleh sebagian kalangan

tidak begitu memusakan.59

Pendirian Liga Arab memunyai berbagai tujuan guna memenuhi kepentingan negara-negara anggotanya di berbagai bidang. Akan tetapi dalam perjalanannya aspek politik memunyai andil yang sangat penting dalam dinamika Liga Arab. Hal ini dapat

59Marina Sapronova, “The New Role of the Arab League in Regional and International Relations”, New Eastern Outlook, 17 Maret 2013, tersedia di http://journal-neo.org/2013/03/17/the-new-role-of-the-arab-league-in-regional-and-international-relations/ diunduh pada 17 September 2014.

dilihat dari masalah terusan Suez tahun 1967 dan perang Yom Kippur tahun 1973 yang berpengaruh terhadap dinamika ekonomi politik internasional. Selain itu, pemberhentian keanggotaan Mesir dari Liga Arab karena mengadakan perjanjian damai dengan Israel juga memperlihatkan bahwa aspek politik merupakan aspek yang

sangat berperan penting dalam Liga Arab.60

Sebagian kalangan menilai bahwa Liga Arab sebagai organisasi yang kurang efektif dan efisien. Organisasi ini kurang tanggap dan sigap dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan penting di kawasannya. Hal ini dikarenakan sistem Dewan Liga Arab yang menggunakan sistem konsensus untuk melakukan segala tindakan yang dianggap penting. Sistem tersebut memperlambat proses pembuatan kebijakan dan implementasinya serta memperkecil kemungkinan kebijakan dapat

dihasilkan karena terdapat perbedaan pendapat di antara anggota Liga Arab.61

Liga Arab juga dipandang sebagai organisasi yang tidak mampu menjalin kerjasama yang baik dalam bidang politik dan militer dalam mencegah konflik maupun menyelesaikan konflik yang telah terjadi. Menurut Zacher yang dikutip oleh Pinfari, berdasarkan data konflik yang terjadi antara tahun 1946-1977, Liga Arab hanya mampu memediasi 12% konflik yang terjadi di wilayah negara-negara anggota

60Falahi, “Prospek Regionalisme Timur-Tengah”, hal 93. 61

Liga Arab. Sedangkan menurut Ibrahim Awad, Liga Arab hanya mampu

menyelesaikan enam konflik dari 77 konflik ada antara tahun 1945-1981. 62

Sementara dari sejumlah data yang dikumpulkan oleh Pinfari sejak tahun 1945-2008 Liga Arab memediasi 19 konflik dari 56 konflik yang terjadi dan berhasil menyelesaikan lima dari 19 konflik yang dimediasi. Berdasarkan upaya-upaya yang dilakukan oleh Liga Arab dalam menyelesaikan masalah konflik yang terjadi di kawasannya, Liga Arab sangat mengecewakan, khususnya dalam masalah perang sipil. Hal tersebut terlihat dari keterlibatan Liga Arab yang hanya menjadi mediator pada lima perang sipil dari 22 perang sipil berskala besar yang terjadi di kawasan

Timur-Tegah sejak tahun 1945.63

Di sisi lain, sejak tahun 1945 hingga tahun 1980an Liga Arab telah menghasilkan lebih dari 4000 resolusi, namun sekitar 80% dari resolusi tersebut tidak pernah terimplementasi. Oleh sebab itu Michael Barnet dan Etel Soligen yang dikutip

oleh Acharya, menjuluki Liga Arab “be seen but not heard”. Hal tersebut

dikarenakan negara-negara anggota Liga Arab berupaya untuk memaksimalkan kepentingan negaranya masing-masing seperti mengedepankan keberlangsungan

hidup negaranya dan aliansi politiknya masing-masing.64

Dalam debat regional yang diselenggarakan oleh Qatar Foundation tahun

2006, kandidat Presiden Lebanon pernah mengatakan bahwa Liga Arab sebagaimana

62Pinfari, “Nothing but Failure?”, hal 6. 63

Ibid., hal 10.

64

banyak orang Arab melihat organisasi regional tersebut “inefficient, counter-productive, a sham and corrupt.” Liga Arab juga dipandang gagal dalam melindungi hak asasi manusia dan tidak mampu melawan tindakan yang semena-mena. Namun beberapa pihak mengatakan bahwa kegagalan-kegagalan ini disebabkan oleh berbagai masalah yang dihadapi, seperti permasalahan konflik Arab dengan Israel, intervensi kekuatan asing, kepentingan minyak, dan perang melawan terorisme yang

digaungkan oleh Amerika Serikat.65 Pandangan lain mengatakan bahwa kegagalan

tersebut disebabkan oleh adanya ambisi dari masing-masing negara anggota yang

menghambat kebijakan-kebijakan dalam berbagai bidang penting dalam Liga Arab.66

Walaupun terdapat banyak kritik mengenai keefektifan dan efisiensi dalam menjalankan roda organisasinya, Liga Arab telah berperan penting dalam meningkatkan perhatian diantara negara-negara anggotanya, di PBB dan organisasi regional lain. Hal ini dapat dilihat dari kerjasama ekonomi yang kuat pada tataran regional. Selain itu, Liga Arab juga telah membuat standar pendidikan dan kurikulum regional serta memfasilitasi pelatihan bagi para guru dan pelestarian kebudayaan. Lebih lanjut pemimpin-pemimpin di kawasan tersebut juga telah menyetujui kolaborasi dalam penelitian dan meningkatkan pendanaan untuk pengembangan ilmu dan teknologi. Pandangan lain yang juga melihat bahwa Liga Arab merupakan suatu

65

Toffolo, Global Organization, hal 121-122.

organisasi yang penting untuk mengkoordinasikan negara-negara di kawasan pada

tingkat yang lebih tinggi seperti di PBB.67

Lebih lanjut, Bruce Maddy dan Weitzman memandang bahwa telah terjadi perubahan yang signifikan dalam Liga Arab. Liga Arab telah menjadi bagian yang penting dalam proses diplomatik dalam berbagai isu di kawasan. Hal ini dapat dilihat pada pemberian legitimasi terhadap intervensi Barat dalam penggulingan rezim Mu‟ammar al-Qaddafi di Libia. Liga Arab juga mendukung Dewan Kerjasama negara-negara Teluk (GCC) dalam mendorong Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh untuk mundur dari jabatannya. Selain itu, hingga saat ini Liga Arab juga aktif dalam

upaya penyelesaian konflik di Suriah.68

Perubahan siginifikan yang terjadi pada Liga Arab di atas tidak luput dari pandangan negatif. Armenak Tokmajyan misalnya, dia memandang bahwa Organisasi regional ini rawan berubah menjadi alat legal bagi intervensi pada politik regional serta masalah internal negara-negara anggota Liga Arab. Tokmajyan memandang bahwa Liga Arab saat ini menjadi alat politik bagi negara-negara seperti Qatar dan Arab Saudi untuk memengaruhi wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara. Selain itu Organisasi regional ini kini menjadi penting bagi pemerintahan baru

67

Toffolo, Global Organization, hal 122.

68Bruce Maddy dan Weitzman, ”The Arab League Comes Alive,” Middle East Quarterly. Volume 72, (Summer 2012), hal 71.

negara-negara yang dilanda Arab Spring dan Koalisi Nasional Suriah (SNC) sebagai

sumber legitimasi mereka.69

Sementara Marina Sapronova memandang bahwa Liga Arab mencoba untuk kembali eksis dengan berupaya untuk mempengaruhi kondisi dan situasi yang terjadi pada fenomena Arab Spring yang dimulai pada tahun 2010 lalu. Akan tetapi Liga Arab tidak bertindak sesuai dengan kebiasaan kolektivitasnya, melainkan hanya mengedepankan kepentingan negara-negara tertentu saja. Hal ini terlihat dari penggulingan rezim Muamar Gadhafi di Libia yang mengindahkan resolusi penyelesaian masalah dengan damai dan Liga Arab memilih Barat untuk mengintervensi secara militer. Hampir serupa dengan kasus Libia, Liga Arab

Dokumen terkait