• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam mencapai keberhasilan usaha tani petani membutuhkan orang lain disekitarnya sebagai pemberi semangat, nasehat dan berbagi informasi. Supriyanto et al. (2011) menjelaskan bahwa petani telah menyatu dengan perangkat desa atau tokoh adat dalam kehidupan desa. Dalam setiap musyawarah dusun, perangkat desa atau tokoh adat senantiasa memfasilitasi dan menyambungkan aspirasi masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi. Dalam setiap musyawarah dusun semua warga memiliki hak untuk hadir dan memberikan usulan. Kesepakatan musyawarah dusun yang melibatkan tokoh adat ini misalnya tentang penguasaan lahan, penentuan sikap terhadap pemerintah dan penyatuan pendapat dengan tokoh masyarakat. Keberadaan perangkat desa atau tokoh adat juga memberikan manfaat bagi petani, petani dapat mengamati keberhasilan yang telah dicapai perangkat desa atau tokoh adat serta petani dapat saling bertukar informasi mengenai berbagai hal yang menyangkut usaha taninya.

Indraningsih (2011) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, peran tokoh adat, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi di dalam diri individu. Sikap yang diperoleh melalui pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Azwar (1998) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa seorang individu cenderung memilih sikap searah dengan orang yang dianggap penting seperti orang tua, tokoh masyarakat, ketua adat, anak dan lain-lain. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang-orang tersebut.

Kerangka Berpikir

Kota Sawahlunto awalnya merupakan kota tambang batu bara dan sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai buruh tambang. Namun saat ini pertambangan di kota ini telah ditutup dan menyebabkan sebagian besar penduduk beralih profesi menjadi petani perkebunan yaitu kakao. Kemampuan dan keterampilan petani bekas penambang ini dalam melakukan usaha taninya tentu saja berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan ini dapat disebabkan karena karakteristik yang dimiliki oleh individu, misalnya umur, pendidikan formal, luas lahan garapan dan pengalaman dalam berusaha tani. Kemampuan dan keterampilan petani dalam melaksanakan kegiatannya untuk mencapai tujuan yang dibutuhkan dan diinginkannya dapat diartikan sebagai kapasitas. Petani yang memiliki kapasitas dan pengembangan sumberdaya dirinya merupakan ciri petani yang memiliki kompetensi sehingga mereka juga memiliki kemampuan dalam mengelola usaha taninya. Berhasil tidaknya petani bekas buruh tambang ini dalam melakukan usaha taninya dapat ditentukan dengan kapasitas yang mereka miliki. Kapasitas dalam penelitian ini meliputi kemampuan tindakan petani dalam

16

proses produksi, kegiatan pemasaran, melakukan manajemen usaha tani, mengatasi masalah dan beradaptasi dengan kondisi sekitar.

Kapasitas yang dimiliki oleh petani perlu dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan. Pengembangan kapasitas petani bekas buruh tambang ini ditentukan oleh karakteristik internal dan dukungan eksternal. Karakteristik internal yang diduga berhubungan dengan pengembangan kapasitas petani ini meliputi:

1) Umur petani, umur petani akan mempengaruhi petani dalam menjalankan aktivitas karena memiliki hubungan dengan tingkat kematangan, petani yang berusia lanjut berbeda dengan petani yang berusia muda dalam menjalankan aktivitasnya, petani yang berusia muda akan lebih semangat dalam menjalankan usaha taninya sedangkan petani yang berusia lanjut kurang respon terhadap

perubahan yang ada di lingkungannya sehingga kematangan dan

kemampuannya akan lebih rendah dibanding petani usia muda

2) Pendidikan formal, adalah usaha-usaha yang ditempuh seseorang untuk menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pendidikan diduga berhubungan dengan kapasitas petani karena petani yang memiliki tingkat pendidikan formal lebih tinggi akan memiliki kemampuan lebih tinggi dalam berusaha tani sehingga hasil yang diperoleh pun akan lebih tinggi, sedangkanpetani yang memiliki tingkat pendidikan formal rendah akan terbatas dengan kemampuan berusaha tani dan akan mempengaruhi berpengaruh terhadap aktivitas usaha taninya

3) Luas lahan garapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas areal tanam perkebunan yang dimiliki oleh petani. Luas lahan garapan diduga berhubungan dengan kapasitas petani karena luas lahan yang sempit dengan pengolahan yang tradisonal dapat menimbulkan ketimpangan dalam penggunaan teknologi dan penggunaan sumberdaya alam dan lebih jauh akan menimbulkan kemisikinan karena hasil yang diperoleh tidak maksimal. Terbatasnya luas lahan garapan tentu akan mempengaruhi petani dalam aktivitas usaha taninya karena adanya keterbatasan faktor produksi

4) Pengalaman berusaha tani, merupakan sesuatu yang peran dialami seseorang pada waktu tertentu. Pengalaman petani dalam berusaha tani adalah aktivitas yang pernah dijalankan, dialami, dirasakan oleh petani dalam kegiatan berusaha tani. Pengalaman berusaha tani diduga berhubungan dengan kapasitas petani dalam berusaha tani karena petani yang memiliki pengalaman berusaha tani lebih lama akan memiliki kemampuan lebih tinggi, contohnya petani telah memiliki kemampuan lebih mengenai cara pemilihan bibit yang baik, perawatan yang baik, pemanfaatan cara tradisional dan manajemen usaha tani yang baik, sedangkanpetani yang pengalamannya masih baru memiliki kemampuan berusaha taninya belum sebanyak petani yang telah lama menjalankan usaha taninya

5) Pengalaman menjadi penambang, pengalaman menjadi penambang dalam

penelitian ini adalah lamanya aktivitas menjadi seorang penambang yang pernah dijalani seorang petani. Lamanya menjadi seorang penambang diduga berhubungan dengan kapasitas petani dalam berusaha tani karena semakin lama petani bekerja sebagai buruh tambang akan mempengaruhi kemampuan petani dalam berusaha tani, misalnya petani kurang memiliki kemampuan tentang usaha tani disebabkan petani lebih banyak mengetahui aktivitas penambangan.

17

Dukungan eksternal yang diduga berhubungan dengan pengembangan kapasitas petani antara lain:

1) Dukungan penyuluh, dukungan penyuluh dalam penelitian ini dilihat dari beberapa indikator yaitu peran penyuluh, yaitu fungsi yang harus dijalankan oleh seorang penyuluh dalam menjalankan tugasnya. Peran penyuluh diduga berhubungan dengan kapasitas petani karena dengan adanya penyuluh petani dapat belajar, bertanya, berkonsultasi bersama-sama dengan penyuluh sehingga kemampuan tentang usaha tani akan menjadi lebih baik. Metode penyuluhan yang digunakan, metode penyuluhan memiliki arti cara yang digunakan oleh penyuluh dalam melakukan kegiatan penyuluhan. Metode penyuluhan diduga berhubungan dengan kemampuan petani dalam usaha tani karena metode akan menentukan seberapa besar informasi yang bermanfaat akan diperoleh petani untuk kegiatan usaha taninya. Semakin intensif metode yang digunakan akan semakin banyak informasi usaha tani yang akan diperoleh petani. Selain itu indikator selanjunya yang digunakan adalah materi penyuluhan, materi penyuluhan adalah bahan ajar yang berisikan informasi yang akan disampaikan oleh penyuluh kepada petani. Kesesuaian materi penyuluhan diduga berhubungan dengan kapasitas petani karena apabila materi yang diberikan penyuluh sesuai dengan kebutuhan petani, petani akan mudah merespon materi tersebut sehingga kemampuan petani akan meningkat dan berpengaruh pada kapasitas yang akan mereka gunakan dalam berusaha tani.

2) Peran kelompok tani, peran kelompok tani adalah fungsi dan tugas yang harus dijalankan oleh kelompok tani sebagai suatu kelembagaan yang dibutuhkan petani dalam memfasilitasi kebutuhan mereka. Peran kelompok tani diduga berhubungan dengan kapasitas petani karena adanya dukungan yang diberikan oleh kelompok tani akan memudahkan petani dalam memperoleh sarana produski, akses informasi pasar dan informasi usaha tani. Peran kelompok tani yang diukur dalam penelitian ini meliputi perannya sebagai wahana belajar, wahana meningkatkan kerjasama dan sebagai unit produksi. Apabila tidak ada dukungan dari kelompok tani kemungkinan petani akan sulit untuk mendapatkan kebutuhannya sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan mereka dalam berusaha tani

3) Dukungan pemerintah daerah, dukungan pemerintah daerah dalam penelitian ini adalah bantuan yang diberikan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan kemampuan petani dalam berusaha tani. Dukungan pemerintah daerah diduga berhubungan dengan kapasitas petani karena dengan adanya fasilitas atau bantuan yang diberikan pemerintah daerah akan memberikan kemudahan dan juga membangkitkan semangat petani dalam melakukan aktivitas usaha taninya

4) Dukungan tokoh adat, dukungan tokoh adat menandakan adanya keragaman kondisi lingkungan usaha tani petani. Dukungan tokoh adat diduga berpengaruh terhadap kapasitas petani karena apabila tokoh adat yang ada di lingkungan setempat mendukung proses usaha tani memungkinkan dapat membangkitkan semangat petani untuk mengembangkan kapasitasnya dalam melakukan usaha tani.

Berdasarkan uraian di atas, maka secara sistematis kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

18

Keterangan : : hubungan

Gambar 1. Kerangka berpikir kapasitas petani kakao bekas penambang batu bara di Kota Sawahlunto Sumatera Barat.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Karakteristik internal (umur, pendidikan formal, luas lahan garapan, pengalaman berusaha tani dan pengalaman menjadi penambang) berhubungan signifikan dengan kapasitas petani kakao bekas penambang batu bara.

2. Dukungan eksternal (dukungan penyuluhan, peran kelompok tani, dukungan pemerintah setempat dan dukungan tokoh adat) berhubungan signifikan dengan kapasitas petani kakao bekas penambang batu bara.

Dukungan eksternal (X2) : (X2.1) Dukungan penyuluhan

(X2.2) Dukungan kelompok tani

(X2.3) Dukungan pemerintah

daerah

(X2.4) Dukungan tokoh adat

Karakteristik internal (X1) : (X1.1)Umur

(X1.2)Pendidikan formal

(X1.3)Luas lahan garapan

(X1.4)Pengalaman berusaha tani

(X1.5)Pengalaman menjadi

penambang Kapasitas petani kakao bekas

penambang batu bara (Y) : (Y1) Proses produksi

(Y2) Proses pemasaran

(Y3) Manajemen usaha tani

(Y4) Memecahkan masalah

(Y5) Beradaptasi dengan

19

3.

METODE

Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei sebagai pendekatan kuantitatif dan diperdalam dengan metode kualitatif. Muljono (2012) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif eksplanasi, yaitu metode yang digunakan untuk menggali, mengungkapkan dan menggambarkan, secara analitis, faktual dan akurat berbagai hal atau aspek yang berkaitan dengan peubah-peubah yang ada di dalam penelitian.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kota Sawahlunto adalah salah satu kota di Sumatera Barat yang pada awalnya sektor pertambangan batu bara sebagai sektor utama yang dikembangkan di kota ini. Namun, saat ini kegiatan pertambangan di daerah ini telah ditutup yang menyebabkan buruh tambang beralih profesi menjadi petani kakao. Alih profesi ini akan mempengaruhi kapasitas petani dalam melakukan kegiatan usaha taninya.

Jangka waktu penelitian lapangan yang diperlukan dari uji coba, pengumpulan data dan analisis data adalah sekitar tiga bulan, yaitu mulai dari Desember 2014 sampai Februari 2015.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah petani bekas penambang batu bara di Kota Sawahlunto yang membudidayakan kakao. Petani kakao bekas penambang di Kota Sawahlunto tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Silungkang, Lembah Segar, Barangin, dan Talawi. Jumlah petani kakao bekas penambang tersebut berjumlah 230 orang. Perhitungan jumlah sampel responden dalam penelitian ini menggunakan rumus Yamane dalam Rakhmat (2001) sebagai berikut:

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

20

Dengan menggunakan rumus tersebut, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 petani. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara proporsional acak sederhana (proportional simple random sampling). Pengambilan sampel masing-masing kecamatan mengacu pada pada rumus berikut (Nasir1988):

Keterangan:

ni = jumlah sampel menurut lapisan

n = jumlah sampel seluruhnya

Ni = jumlah populasi menurut lapisan

N = jumlah populasi seluruhnya

Dengan menggunakan penentuan sampel menurut lapisan di atas maka rincian jumlah populasi dan sampel penelitian sebagai berikut.

Tabel 3 Jumlah sebaran data populasi dan sampel penelitian

No Lokasi Penelitian Jumlah populasi

(orang)

Jumlah sampel (orang)

1 Kecamatan Silungkang 60 18

2 Kecamatan Lembah Segar 55 16

3 Kecamatan Barangin 45 14

4 Kecamatan Talawi 70 21

Jumlah 230 70

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat secara langsung oleh pengumpul data dan diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden. Teknik pengumpulan data primer yang dilakukan adalah dengan membuat kuesioner (daftar pertanyaan), melakukan uji validitas dan reliabilitas, melakukan pengamatan (observasi) langsung di lapangan, wawancara mendalam dan berdiskusi bersama responden. Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung oleh pengumpul data, melainkan data yang berasal dari lembaga maupun pustaka. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini, contohnya data produksi kakao per tahun, jumlah petani kakao di Kota Sawahlunto dan data geografis dan demografis Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat.

Definisi dan Batasan Operasional

1. Karakteristik internal petani (X1) adalah ciri-ciri yang ada di dalam diri petani

Dokumen terkait