• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. HASIL PENELITIAN 1 Karakteristik penelitian

IV.2.3. Durasi PTA sebagai prediktor terhadap outcome

Post Traumatic Amnesia dipertimbangkan sebagai suatu pertanda yang sensitif dari tingkat keparahan trauma kapitis dan sebagai prediktor

outcome yang bermanfaat (Feinstein, 2002). Sama seperti pada kasus stroke, prediktor outcome terbaik setelah trauma kapitis tertutup masih didominasi oleh penilaian behavior dibanding dengan neuroimaging, elektrofisiologi atau biokimia. Pada studi penilaian behavior, secara berulang, PTA merupakan satu dari prediktor tunggal terbaik dari gejala sisa fungsi kognitif atau ketergantungan fungsional, yang lebih baik dibanding dengan dalam atau durasi koma pada banyak studi. Pengetahuan tentang durasi PTA setelah trauma kapitis tertutup sangat bermanfaat untuk kepentingan klinis, memberikan nasehat terhadap pasien dan keluarga serta dalam merencanakan program rehabilitasi (Greenwood, 1997).

Pada trauma kapitis berat, skor SKG dan durasi PTA dipertimbangkan secara luas sebagai prediktor outcome yang dapat dipercaya. Kebanyakan studi menyatakan bahwa skor SKG merupakan prediktor outcome yang paling berguna. Akan tetapi sedikit studi yang meneliti PTA sebagai prediktor terhadap outcome, memperlihatkan nilai prediktif yang sebanding dari varabel ini. Saat ini telah ditemukan bahwa PTA memiliki nilai prognostik yang lebih tinggi untuk outcome kognitif

dibanding SKG. Namun pada trauma kapitis ringan, tidak satu pun dari durasi PTA dan SKG yang bermanfaat untuk menilai dampak serebral. Pada trauma kapitis ringan-sedang, penilaian PTA diharapkan akan menjadi prediktor outcome yang lebih baik dibanding skor SKG (Naalt, 1999).

Dasar patologi dari PTA masih tidak jelas walaupun setelah dikaitkan dengan MRI yang mengindikasikan sesuatu yang berasal dari hemisferik dibanding diensefalik (Greenwood, 1997).

Penelitian ini telah membuktikan bahwa PTA memang merupakan prediktor yang sensitif, baik pada outcome fungsional maupun neurobehavior. Rerata nilai skor NRS tertinggi dijumpai pada kelompok dengan durasi PTA yang lebih dari 7 hari, sedangkan skor terendah dijumpai pada kelompok durasi PTA kurang dari 1 jam. Perbedaan rerata skor NRS diantara kelompok durasi PTA yang berbeda ini terlihat signifikan (p = 0,000). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa semakin lama durasi PTA maka semakin banyak perubahan neurobehavior yang dijumpai.

Begitu juga dengan outcome fungsional yang dalam hal ini dinilai dengan GOS. Penderita dengan durasi PTA antara 24 jam sampai dengan kurang 7 hari dan lebih dari 7 hari terbukti memiliki outcome yang jelek. Perbedaan ini juga signifikan (p = 0,001). Korelasi yang positif terlihat pada hubungan antara PTA dan kedua outcome ini (GOS ρ =0,728 ; NRS ρ =0,487 p<0,01 ).

Banyak penelitian lain yang memberikan trend hasil yang sama walaupun cut-off poin durasi PTA-nya berbeda. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Naalt (1999) terhadap 67 pasien trauma kapitis ringan-sedang dijumpai rerata durasi PTA sebanyak 7,8 hari dengan simpangan baku 7,3 hari. Berdasarkan GOS, perbaikan baik dimiliki oleh 82% dari total subjek penelitian dan 18% dengan disabilitas sedang. Ketika outcome pasien dikaitkan dengan durasi PTA, durasi PTA yang lebih dari 14 hari memprediksi outcome yang kurang baik, sedang disabilitas sedang dijumpai pada kelompok dengan durasi PTA lebih dari 7 hari, dan peningkatan cenderung terlihat pada 50% pasien , ketika durasi PTA lebih dari 14 hari. Kebanyakan pasien dengan outcome baik memiliki durasi PTA antara 1 dan 7 hari dan kebanyakan pasien dengan disabilitas sedang memiliki durasi PTA lebih dari 14 hari. Penelitian ini juga menunjukkan adanya korelasi outcome dengan durasi PTA (r=-0,46) tetapi tidak signifikan pada SKG.

Satu penelitian lain dengan hasil yang sama telah menemukan 80% pasien dengan durasi PTA yang kurang dari 2 minggu memiliki good recovery, dibanding dengan 46% yang dengan PTA antara 4 dan 6 minggu (cit. Khan, 2003). Oddy, Humphrey, dan Uttley telah menemukan bahwa 71% pasien dengan PTA kurang dari 7 hari telah kembali bekerja dalam 6 bulan setelah cedera kepala, dibandingkan dengan 27% kembali bekerja pada mereka dengan durasi PTA lebih dari 7 hari (cit Capruso dan Levin, 1996).

Suatu penelitian yang dilakukan Guise (2005) dengan tujuan melihat gambaran deskriptif dan kognitif dari populasi trauma kapitis selama perawatan fase akut dengan mencatat data umur, tingkat pendidikan, durasi PTA, skor TOAG, skor SKG, dan skor NRS dari seluruh pasien memperlihatkan kebanyakan pasien dengan lesi frontal (57,6%) dan temporal (40%). Enam puluh dua persen memiliki PTA kurang dari 24 jam. Defisit kognitif yang paling sering terlihat pada NRS adalah pada atensi, memori dan mental flexibility, kelelahan dan perlambatan. Namun pada penelitian ini defisit yang paling sering dijumpai pada memori dan gejala fisik .

Hasil yang serupa juga diperlihatkan pada penelitian yang dilakukan Guise (2005) pada 335 pasien trauma kapitis dengan tujuan untuk menentukan suatu model prediktif untuk outcome fungsional kognitif pada trauma kapitis saat keluar dari perawatan akut dengan menggunakan Functional Independence Measure (FIM) memperlihatkan bahwa cognitive FIM yang baik pada saat keluar terlihat pada pasien trauma kapitis dengan durasi PTA kurang dari 24 jam, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, tidak terlihat lesi parietal, usia muda, tidak memerlukan indikasi bedah dan SKG saat masuk yang tinggi.

Hubungan antara PTA dengan disabilitas psikiatri dan gangguan fungsi kognitif juga pernah dilaporkan melalui penelitian Lishman (1968). Dari penelitian ini terlihat bahwa pada durasi PTA kurang dari 1 jam kebanyakan tidak memiliki disabilitas psikiatri dan gangguan kognitif. Pada durasi PTA di bawah 7 hari kebanyakan pasien memiliki disabilitas

psikiatri yang berat dan gangguan kognitif ringan. Tetapi pada durasi PTA lebih dari 7 hari, kebanyakan pasien menderita disabilitas psikiatri dan gangguan kognitif yang berat (cit Frank, 2005). Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian ini yang menyatakan semakin lama durasi PTA semakin berat gangguan kognitif dan psikiatri yang terlihat pada skor NRS yang tinggi.

Post Traumatic Amnesia juga berkorelasi dengan gambaran

neuroimaging. Penelitian yang dilakukan Levin dkk telah menemukan bahwa lamanya PTA dihubungkan dengan adanya lesi massa bilateral dan diffuse injury pada CT (cit Capruso dan Levin, 1996).

Sebagai tambahan, PTA berkorelasi lebih baik dengan gambaran radiologi dibanding SKG. Beberapa pasien memiliki PTA yang signifikan dengan durasi koma yang pendek atau singkat. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Wilson dkk, dimana 8 dari 38 pasien yang dirawat inap setelah mengalami trauma kapitis dengan berbagai tingkat keparahan, berada pada PTA lebih dari 1 minggu meskipun periode koma kurang dari 6 jam. Penderita yang PTA-nya tidak sesuai dengan periode koma yang singkat akan memiliki lebih banyak jumlah lesi hemisfer pada

magnetic resonance imaging (MRI) dibanding pasien trauma kapitis dengan PTA sepadan dengan lamanya koma. Secara keseluruhan durasi PTA berkorelasi positif dengan jumlah lesi otak di daerah hemisfer dan otak sentral (r = 0.57) (cit Ellenberg dkk, 1996).

Berdasarkan TOAG, pada penelitian ini didapati perbedaan yang signifikan dalam durasi PTA (yang dinilai dgn TOAG) di kelompok

gambaran Head CT-Scan yang berbeda (p = 0,001). Terlihat suatu trend yang menunjukkan bahwa semakin banyak lesi di otak semakin lama durasi PTA. Dimana pada kelompok TOAG ringan dan sedang (PTA kurang dari 24 jam) memiliki gambaran Head CT Scan normal dan mild focal injury. Sedangkan pada kelompok TOAG berat dan sangat berat (PTA lebih dari 24 jam), pada gambaran Head CT Scan dapat dijumpai gambaran massive focal dan diffuse injury.

Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa letak lesi yang berada di hemisfer kiri memiliki PTA yang lebih berat, sedangkan pada yang tidak ada lesi kebanyakan memiliki PTA ringan dan sedang. Hasil ini berbeda secara signifikan (p=0.000). Hal ini sejalan dengan teori yang selama dianut bahwa hemisfer kiri merupakan hemisfer dominan yang merupakan daerah fungsi kognitif tepatnya pada lobus parietal dan temporalis kiri. Pada penelitian Ellenberg dkk (1996) didapati usia yang lebih tua, skor SKG yang rendah saat awal, pupil non reaktif, durasi koma dan penggunaan fenitoin dikaitkan dengan durasi PTA yang lebih panjang. Tetapi sangat disayangkan kalau pada penelitian ini tidak dinilai hubungan antara durasi PTA dengan umur dan SKG.

Dokumen terkait