• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

6. Jenis Dampak : Peningkatan Kebisingan

2.2.1 Eavaluasi Kecenderungan

Evaluasi kecenderungan perubahan kualitas lingkungan di Pelabuhan benoa pada periode semester 2 Tahun 2016 dapat dilihat dari hasil pengamatan, survey lapangan, dan observasi di lokasi pelabuhan. Pada evaluasi kecenderungan perubahan kualitas air dilakukan dengan menentukan status mutu air laut di kawasan Pelabuhan Benoa dibandingkan dengan baku mutu air laut sesuai Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup serta Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Kebijakan baku mutu lingkungan untuk kualitas air laut yang tercantum dalam kedua peraturan tersebut membedakan kondisi air laut untuk perairan pelabuhan, wisata bahari dan biota laut. Dalam melakukan evaluasi kualitas air laut di Pelabuhan Benoa baku mutu yang diacu adalah untuk perairan pelabuhan.

Berdasarkan acuan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet, kualitas air laut kegiatan pemantauan Kualitas Lingkungan di Pelabuhan Benoa pada periode Desember 2008 ditentukan berdasarkan Metode Storet. Hal ini dilakukan dengan mengacu sistem nilai dari lembaga perlindungan lingkungan Amerika /US-EPA (United States-Environmental Protection Agency) dengan klasifikasi mutu air dalam empat kelas yakni: Kelas A : baik sekali skor = 0 memenuhi baku mutu; Kelas B : baik, skor -1 s.d. -10, cemar ringan; Kelas C : sedang, skor = -11 s.d. -30 cemar sedang; dan Kelas D: buruk, skor -31 cemar berat.

Berdasarkan hasil evaluasi kualitas air laut di Pelabuhan Benoa dengan mempergunakan baku mutu air laut untuk peruntukan perairan pelabuhan (Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku kerusakan Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51

sedangkan lokasi lainnya termasuk klasifikasi cemar ringan. Parameter yang melebihi baku mutu adalah bau, benda terapung/sampah, dan ammonia.

Tabel 2.39 Status mutu air laut di Pelabuhan Benoa peruntukan pelabuhan

Lokasi

Sampling Baku Mutu* Nilai STORET Total Nilai STORET Status Kualitas Lingkungan Fisik (P) Kimiawi (C) Fisik Kimiawi

I - - - - 0 Memenuhi baku mutu II - - - - 0 Memenuhi baku mutu III - - - - 0 Memenuhi baku mutu

IV Sampah Ammonia -3 -3 -6 Cemar ringan

V Sampah Ammonia -3 -3 -6 Cemar ringan

VI Bau,

Sampah Ammonia -6 -3 -9 Cemar ringan

VII Bau,

sampah Ammonia -6 -3 -9 Cemar ringan

VIII - - - - 0 Memenuhi

baku mutu

IX - - - - 0 Memenuhi

baku mutu * Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004; Peraturan Gubernur Bali No. 8 /2007

Pada umumnya kondisi perairan laut termasuk kategori baik di lima titik pengambilan sampel. Kondisi perairan pelabuhan Benoa yang termasuk status mutu cemar ringan banyak dipengaruhi oleh aktivitas kapal yang padat. Kegiatan perbaikan kapal serta kegiatan bongkar muat menyebabkan banyak limbah kapal begitu saja di buang ke perairan sehingga menyebabkan akumulasi berbagai pencemar di dalam perairan. Selain itu aktivitas di sekitar pelabuhan juga berpotensi menambah polutan keperairan laut di Benoa seperti lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Pesanggaran yang bersebelahan dengan lokasi pelabuhan Benoa di duga menyebarkan sampah yang dibawa aliran air laut menuju pelabuhan. Selain itu, muara sungai yang membawa sampah domestik menuju perairan Teluk Benoa diduga memberikan polutan berupa sampah dan senyawa ammonia yang berasal dari pembusukan benda organik.

Tingginya konsentrasi senyawa nitrogen dapat menimbulkan dampak pada gangguan kehidupan biota laut akibat adanya potensi dominasi pertumbuhan spesies alga tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan spesies lainnya yang menjadi rangkaian rantai makanan. Kedaan tersebut dapat digambarkan dari reaksi berikut: 2NH3 + 3 O2  2 NO2 + 2 H+ + 2 H2O

2 NO2- + O2  2 NO3

-Senyawa ammoniak yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri akan digunakan langsung oleh tumbuhan laut sehingga kemungkinan terjadinya pertumbuhan alga akan besar yang akhirnya akan menkonsumsi seluruh persediaan oksigen di dalam air.Hasil evaluasi kualitas air laut perairan Pelabuhan Benoa apabila dilihat dari peruntukan biota laut pada umumnya memiliki status mutu cemar sedang

Evaluasi kecenderungan perubahan kualitas udara dan kebisingan pada periode semester 2 tahun 2016 dilihat dari hasil analisis kualitas udara dan kebisingan di seluruh lokasi pengukuran dan dibandingkan dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Baku Kerusakan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Pada lokasi II dan III konsentrasi debu terukur lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi pengukuran lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan aktivitas penumpukan material pasir dan batuan karang yang dipergunakan untuk kegiatan pengamanan pantai di wilayah Bali Selatan. Selain itu terdapat kegiatan penumpukan sedimen hasil pengerukan yang akibat angin yang kencang beterbangan ke kawasan lainnya.

Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan hidup terhadap kualitas udara di lokasi kegiatan ditemukan adanya kecenderungan meningkatnya konsentrasi parameter kualitas udara seperti SO2, NO2,HC,CO,Pb, dan debu namun peningkatannya relatif kecil. Apabila dibandingkan dengan baku mutu lingkungan hidup kualitas udara terukur masih berada di bawah baku mutu lingkungan hidup berdasarkan Peraturan

Hasil analisis Indeks Standar Pencemaran Udara berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal Nomor 107 Tahun 1997 didapatkan seperti dalam uraian berikut:

Tabel 2.40 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

No Lokasi Parameter Kualitas Udara ISPU

SO2 CO NO O3 Debu Pb HC 1 I 0 0 0 0 0 0 0 Baik 2 II 0 0 0 0 0 0 0 Baik 3 III 0 0 0 0 0 0 0 Baik 4 IV 0 0 0 0 0 0 0 Baik 5 V 0 0 0 0 0 0 0 Baik 6 VI 0 0 0 0 0 0 0 Baik 7 VII 0 0 0 0 0 0 0 Baik 8 VIII 0 0 0 0 0 0 0 Baik 9 IX 0 0 0 0 0 0 0 Baik

Total Nilai ISPU Baik

Keterangan:

0 = Dibawah baku mutu

Tingkat kebisingan pada saat kegiatan pemantauan lingkungan hidup dilaksanakan terukur bervariasi. Namun besarannya masih di dalam rentang baku mutu lingkungan untuk kawasan pelabuhan. Demikian juga kualitas air laut sebagian besar masih memenuhi baku mutu lingkungan hidup untuk kegiatan pelabuhan. Kualitas air laut yang melebihi baku mutu terletak di kawasan dermaga perikanan di sebelah barat pelabuhan yang memerlukan pengelolaan yang lebih baik agar tidak mencemari kawasan perairan sekitarnya. Tingkat kebisingan di kawasan pelabuhan Benoa, sebagian besar diakibatkan karena aktivitas kendaraan yang padat memasuki pelabuhan dan aktivitas bongkar muat dan perbaikan kapal. Namun karena lokasinya yang agak jauh dari daerah pemukiman, tingkat kebisingan tersebut masih dapat ditoleransi.

Evaluasi kecenderungan perubahan kualitas komponen biologi dapat dilhat berdasarkan data monitoring phytoplankton dan zooplankton. Kondisi phytoplankton dapat diketahui dari hasil pengukuran indeks keragaman yang pada lokasi I nilai 2,724 menunjukan perairan laut di lokasi tersebut tercemar ringan ( Wilha,1975).

s.d. 2,7 yang masih termasuk kondisi tercemar ringan. Kondisi tersebut menunjukan klasifikasi keragaman sedang.

Indeks keseragaman pada lokasi pengukuran masih berkisar antara 0 dan 1 yang menunjukan keadaan spesies pada kondisi normal. Walaupun dapat dilihat bahwa pada lokasi I,II,III,IV dan V kondisinya lebih baik dibandingkan dengan lokasi VI,VII,VIII, dan IX. Hasil evaluasi kondisi phytoplankton di perairan Pelabuhan Benoa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.41 Kualitas Phytoplankton di Pelabuhan Benoa

Parameter

Lokasi Pengukuran

I II III IV V VI VII VIII IX

JUMLAH TAKSA (S) 19 15 9 6 7 19 15 9 8

JUMLAH IND/LITER (N) 75 58 39 34 31 71 60 39 33

KERAGAMAN (H) 2.832 2.724 2.648 2.642 2.511 2.643 2.612 2.423 2.452

Hmaks 4.452 4.435 3.554 3.623 3.668 4.324 4.225 3.622 3.678

KESERAGAMAN (E) 0.632 0.625 0.573 0.622 0.617 0.615 0.625 0.526 0.537

Indeks keragaman (H) zooplankton masih berkisar pada kisaran 3,3 yang menunjukan perairan tersebut pada kondisi tercemar ringan (Wilha,1975). Komponen lingkungan yang terdiri atas organisme hidup (biotik) dan organisme yang sudah mati akan mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman biota di perairan. Kelimpahan individu dapat dijadikan acuan dalam menilai kondisi perairan yang diamati.

Indeks keseragaman dari zooplankton di perairan pelabuhan Benoa masih menunjukan nilai 0,8. Keadaan ini menunjukan keragaman yang normal. Hal ini dapat dimengerti karena kondisi perairan di pelabuhan Benoa masih dalam batas-batas yang bisa diterima oleh kehidupan zooplankton. Walaupun kondisi perairannya termasuk klasifikasi tercemar sedang hingga tercemar berat, namun akibat adanya bahan makanan yang cukup melimpah yang didapatkan dari aliran sungai yang menuju ke

Tabel 2.42 Kualitas Zooplankton di Pelabuhan Benoa Lokasi Pengambilan Sampel

I II III IV V VI VII VIII IX JUMLAH IND/LITER (N) 26 43 35 18 24 34 32 36 20 KERAGAMAN (H) 3.335 3.342 3.363 3.328 3.338 3.348 3.329 3.325 3.325 KESERAGAMAN (E) 0.816 0.825 0.815 0.826 0.817 0.826 0.826 0.826 0.856

Kawasan perairan sekitar Pelabuhan Benoa mengalami tingkat sedimentasi yang relatif tinggi apabila dilihat dari hasil pengamatan kedalaman alur di sekitar pelabuhan. Kecenderungan terjadinya proses sedimentasi ini ditunjukan dari data semakin dangkalnya alur perairan sehingga perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan alur pelabuhan secara rutin dengan kegiatan pendalaman alur/pengerukan alur.

Dokumen terkait